Anda di halaman 1dari 13

RANGKUMAN TEORI AKUNTANSI

BAB 9
BIAYA

oleh
kelompok 8:
Nyoman Yoga Adi pratama 1633121166
I Wayan Wirawan 1633121338
Fidelia Antonio Bonito 1633121350

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WARMADEWA 2019


BAB 9

BIAYA

IAI (IASC) mendefinisi biaya dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002) sebagai berikut :
“Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu perioda akuntansi dalam bentuk arus
keluar atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal.”
Biaya mempunyai dua karakteristik utama yaitu :
1. Aliran keluar atau penurunan asset
2. Akibat kegiatan yang membentuk operasi utama yang menerus

Selain dua karakteristik utama di atas, terdapat karakteristik lain yang bersifat sebagai
konsekuensi, pendukung, atau penjelas.

Penurunan Aset
Untuk dapat mengatakan bahwa biaya timbul, harus terjadi transaksi atau kejadian yang
menurunkan asset atau menimbulkan aliran keluar asset atau sumber ekonomik. Pemakaian
bahan baku untuk pembuatan produk tidak dapat disebut sebagai biaya kalau produk tersebut
belum terjual (keluar dari kesatuan usaha) karena kalau produk belum terjual sebenarnya
belum terjadi penurunan asset. Yang terjadi hanyalah perubahan bentuk asset sebagai potensi
jasa.

Operasi Utama yang Menerus


Tidak semua penurunan atau konsumsi asset membentuk biaya. Agar menjadi biaya
konsumsi tersebut harus berkaitan dengan kegiatan utama atau sentral kesatuan usaha.
Perusahaan dianggap ingin mendapatkan dan mengukur laba dengan tepat, harus ada kaitan
yang logis antara biaya dan pendapatan

Kenaikan Kewajiban
Semua badan autoritatif mendefinisi biaya tidak hanya dari sudut penurunan asset tetapi juga
dari kenaikan kewajiban. Alasannya adalah agar makna biaya cukup luas untuk mencukupi
pula pos-pos yang timbul dalam penyesuaian akhir tahun. Sebagai contoh adalah tarif
pengiriman barang oleh perusahaan ekspedisi yang belum dibayar perusahaan. Jasa
pengiriman telah dikonsumsi dan menimbulkan pendapatan sehingga biaya harus timbul
diikuti dengan kenaikan kewajiban.

Penurunan Ekuitas
Penurunan ekuitas lebih menegaskan pengertian biaya karena tidak setiap penurunan asset
mengakibatkan penurunan ekuitas. Misalnya pembagian deviden kas merupakan penurunan
asset tetapi tidak dapat disebut sebagai biaya. Jadi, penurunan ekuitas hanya merupakan
karakteristik pendukung makna biaya. Hal ini serupa dengan keteridentifikasian terbayar
sebagai karakteristik pendukung pengertian kewajiban.
Aliran Fisik atau Moneter ?
Biaya timbul dari penyerahan/produksi barang atau dari pelaksanaan jasa memberi isyarat
bahwa FASB memaknai biaya sebagai kejadian fisis. Bila asset diganti dengan barang dan
jasa (seperti yang disarankan Kam), aliran tersebut jelas menunjukkan aliran fisis. Secara
semantic, biaya seharusnya didefinisi sebagai perubahan atau penurunan nilai sehingga
timbulnya biaya harus merupakan kejadian moneter.

Rugi
Kata-kata kunci yang melekat pada pengertian rugi adalah: 1) Penurunan ekuitas (asset
bersih); 2) Transaksi peripheral atau incidental; 3) Selain apa yang didefinisi sebagai biaya
atau selain distribusi ke pemilik.
Seperti untung, empat sumber rugi yang di identifikasi FASB adalah (SFAC No.6, prg. 85):
a. Peripheral dan incidental
b. Transfer nontimbal-balik
c. Penahanan asset
d. Factor lingkungan

Pengakuan Biaya
Pengakuan menyangkut masalah kriteria pengakuan yaitu apa yang harus dipenuhi agar
penurunan nilai asset yang memenuhi definisi biaya atau rugi dapat diakui dan masalah saat
pengakuan yaitu peristiwa atau kejadian apa yang menandai bahwa criteria pengakuan telah
dipenuhi. Biaya dan rugi tidak mengalami masalah pembentukan dan realisasi. Oleh karena
itu, criteria pengakuan tidak dibedakan dengan kaidah pengakuan sehingga masalah
pengakuan biaya (rugi) adalah kapan penurunan nilai asset dapat dikatakan telah terjadi atau
kapan biaya (rugi) tealh timbul sehingga jumlah rupiah biaya (rugi) dapat diakui.

Kriteria Pengakuan
Biaya atau rugi pada umumnya diakui bilamana salah satu dari dua criteria berikut terpenuhi
(SFAC No. 5,prg. 85) :
a. Konsumsi manfaat
Biaya atau rugi diakui bilamana manfaat ekonomik yang dikuasai suatu entitas telah
dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam pengiriman atau pembuatan barang, penyerahan
atau pelaksanaan jasa, atau kegiatan lain yang merepresentasi operasi utama atu
sentral entitas tersebut.

b. Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang


Biaya atau rugi diakui bilamana asset yang telah diakui sebelumnya diperkirakan
telah berkurang manfaat ekonomiknya atau tidak lagi mempunyai manfaat ekonomik.

FASB memberikan pedoman umum saat pengakuan seperti dibawah ini.


Hubungan Kos dan Biaya
Biaya selalu dapat disebut kos karena kos melekat di dalamnya (konsep dasar kos melekat).
Akan tetapi, kos tidak selalu dapat disebut biaya karena kos dapat juga merepresentasi asset.
Dengan kos sebagai pengukur, criteria konsumsi manfaat dan kelenyapan manfaat dapat
dinyatakan dalam bentuk keterhabisan kos.

Proses dan Konsep Penandingan


Dua tahap kritis perlakuan kos adalah pengakuan (aliran masuk sebagai asset) dan
pembebanan (aliran keluar sebagai biaya). Proses penandingan adalah proses penentuan laba
dengan dengan cara mengukur atau menakar dahulu pendapatan untuk suatu perioda dan
barulah kemudian menentukan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Konsep
atau prinsip penandingan adalah dasar pemikiran untuk menghubungkan pendapatan dan
biaya sehingga laba yang dihasilkan bermakna. Prinsip penandingan menjadi suatu kebutuhan
dalam akuntansi karena alasan berikut:
1. Pengakuan pendapatan tidak langsung dikaitkan dengan pengakuan biaya karena
teknik pembukuan tidak memungkinkan hal tersebut.
2. Transaksi terjadinya pendapatan pada umumnya tidak berkaitan langsung dengan
transaksi terjadinya biaya.
Atas dasar konsep upaya dan capaian, konsep penandingan menyatakan bahwa untuk
mendapatkan laba periodic yang yang bermakna maka pendapatan yang diakui untuk suatu
perioda harus ditandingkan (diasosiasi) dengan biaya yang dianggap telah menciptakan
pendapatan tersebut.

Menandingkan Bukan Mengkompensasi


Aliran pendapatan dan kos berbeda dan keduanya mencerminkan dua factor yang berbeda
(upaya dan hasil) sehingga tipa factor harus ditunjukkan secara utuh sesuai dengan fungsinya.
Pos yang satu tidak selayaknya dikompensasi dengan pos yang lain.

Basis Asosiasi
Dalam rangka menghubungkan biaya dan biaya, perlu dipertimbangkan basis asosiasi yang
menggambarkan penandingan yang secara ekonomik layak. Berbagai basis asosiasi
diantaranya sebagai berikut.

Asosiasi Sebab dan Akibat


Konsep upaya dan capaian menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka
mendapatkan capaian berupa pendapatan. Ini berati ada hubungan sebab-akibat antara biaya
dan pendapatan. Oleh Karena itu, basis penandinagn yang paling masuk akal adalah sebab-
akibat walaupun basis ini lebih merupakan asumsi daripada kenyataan karena dalam banyak
hal sulit untuk dibuktikan secara menyakinkan bahwa biaya menyebabkan pendapatan
Paton dan Littleton (1970) menyatakan dasar ini adalah yang paling ideal karena paling
merepresentasi konsep upaya dan hasil. Namun penandingan langsung menghadapi beberapa
masalah teknis diantaranya :
Identifikasi Kos Produk
Karena produk terjual merupakan takaran penandingan, kos produk akan dipecah menjadi
dua komponen yaitu kos produk yang telah terjual dan kos produk yang belum terjualdan
masih menjadi asset perusahaan. Kos yang melekat pada produk terjual akan langsung
dibebenkan sebagai biaya. Kos sediaan baru dibebankan sebagai biaya kalau produk telah
terjual.

Produk Usang atau Musiman


Masalah lain yang berkaitan dengan penandingan atas dasar sebab akibat adalah adanya
produk musiman yang tidak laku dijual. Persoalannya adalah apakah kos produk musiman
yang tidak terjual merupakan sebab (sebagai biaya) atau bukan (sebagai rugi) . Sediaan akhir
yang tidak terjual sebenarnya merupakan upaya (biaya) atau sebab untuk mendatangkan
penjualan yang dicapai musim tertentu. Jadi tidak selayaknyalah kos sediaan yang tidak
terjual diperlakukan sebagai rugi.

Barang Rusak
Kelayakan ekonomik menuntut pertimbangan dengan memperhatikan kondisi yang
melingkupi suatu masalah. Bila kerusakan produk merupakan hal yang normal atau bahkan
merupakan prasyarat untuk menghasilkan barang dengan kualitas baik, kos barang yang rusak
dapat dianggap sebagai upaya menghasilkan pendapatan. Sebaliknya, kalau kerusakan atau
cacatnya produk merupakan hal yang tidak biasa terjadi (karena kelalaian atau musibah)
maka jumlah rupiah tersebut dapat diperlakukan sebagai rugi.

Identifikasi Kos Nonproduk


Dalam kaitannya dengan penandingan sebab-akibat ,kos nonproduksi tidak harus ditunda
pembebanannya untuk dikeitkan dengan pendapatan masa datang kalau tidak ada kepastian
tentang pendapatan masa datang yang dapat dikaitkan dengan kos nonproduksi. Ini berarti
asosiasi produk diganti dengan asosiasi perioda.

Biaya Antisipasian
Biaya antisipasian (anticipated expenses) adalah biaya yang dianggap menyebabkan
timbulnya pendapatan tetapi baru terjadi seteleh pendapatan diakui. Sebagai contoh adalah
kos yang berkaitan dengan kegiatan purna-jual seperti jaminan penjualan, jaminan reparasi
gratis, dan pengumpulan piutang. Bila penandingan sebab-akibat dipertahankan , kos
semacam itu harus diantisipasi dan diakui pada periode terjadinya penjualan meskipun kos
belum terjadi.

Alokasi Sistematik dan Rasional


Alokasi sistematik dan rasional merupakan proses penandingan dengan perioda sebagai
penakar pendapatan dan biaya. Proses ini sering disebut penandingan perioda. Dalam
pengakuan biaya, diasumsi bahwa yang menerima manfaat dari potensi jasa adalah perioda
bukan produk. Keberatan terhadap penandingan ini adalah bahwa proses alokasi
menimbulkan banyak metoda alokasi. Sebenarnya , adanya berbagai metoda alokasi
menunjukkan bahwa akuntansi berusaha untuk menyelaraskan pola penyerapan kos yang
kira-kira mendekati pola pemanfaatan potensi jasa sehingga konsep penandingan yang tepat
dapat dicapai. Depresiasi asset tetap merupakan contoh masalah ini. Alasan lain yang
mendukung dasar penandingan ini adalah:
1. Banyak jenis biaya perioda yang berkaitan secara tidak langsung dengan pendapatan
perioda berjalan sehingga tidaklah terlalu menyimpang dari asosiasi sebab-akibat
meskipun kos potensi jasa diakui dan dilaporkan sebagai biaya pada saat potensi jasa
tersebut dikonsumsi.
2. Dalam banyak hal, memang sulit untuk mencari kaitan langsung antara biaya-biaya
tertentu dengan pendapatan. Meskipun demikian, kalau biaya-biaya tersebut memang
diperlukan untuk operasi perusahaan secara keseluruhan maka meretia harus
dibebankan pada periode berjalan.
3. Bila biaya tidak dapat diasosiasi dengan cukup pasti dengan pendapatan masa datang
atau manfaat ekonomik tidak dapat dikaitkan dengan perioda-perioda masa datang.
4. Kalau kegiatan atau kejadian sifatnya normal dan berulang serta jumlahnya relatif
konstan, pembebanan langsung tidak mempengaruhi laba secara material meskipun
hal tersebut tidak menggambarkan penandingan yang sempurna atau bahkan salah
tanding.
5. Alokasi sistemik dan rasional memmeng merupakan kebutuhan.

Kriteria Penangguhan
Kos non operasi yang berulang terjadinya cukup beralasan untuk langsung dibebankan
daripada ditunda atau disediakan untuk mencapai tepat-tanding.

Alokasi Kos Bergabung atau Bersama


Alokasi kos bergabung atau bersama bersifat internal dalam suatu perioda sehingga hasilnya
tidak mempengaruhi kos operasi total untuk perioda tersebut meskipun dasar alokasi agak
arbitrer. Alokasi semacam ini hendaknya tidak diterapkan untuk alokasi kos faktor jasa
antarperioda. Hendriksen menyatakan bahwa alokasi secara arbitrer antarperioda akan lebih
menyesatkan hasilnya daripada tidak dilakukan alokasi karena alokasi memberi kesan adanya
ketepatan yang dalam kondisi tertentu mungkin tidak dapat dipenuhi.

Alokasi Bukan Sarana Pemerataan Laba


Fungsi akuntansi adalah untuk mengungkapkan kondisi perusahaan dengan jelas bukan
malahan menutupinya dengan pemerataan laba. Kemajuan dan reputasi suatu perusahaan
harus ditunjukkan dengan kinerja yang sebenarnya bukan semata-mata dengan permainan
angka. Untuk mengatasi fluktuasi laba tahunan, cara terbaik adalah menerbitkan serangkaian
statemen laba-rugi tahunan seperti apa adanya bukan serangakaian statemen laba yang
diratakan.

Pendekatan Nonalokasi
Pendapat yang cukup kontroversal dan eksterm dikemukakan oleh Thomas (1987) tentang
alokasi dalam akuntansi. Thomas menyatakan bahwa alokasi hanya dapat dipertahankan bila
tiga karakteristik berikut dipenuhi:
1. Ketertambahan
2. Ketakraguan
3. Keterpertahankan

PENANDINGAN DAN PENYAJIAN POS-POS BIAYA


Idealnya tiap unit produk menyerap semua jenis kos operasi (produksi, penjualan,
administrasi dan pengumpulan piutang). Akan tetapi, karena tidak mudahnya untuk
menghubungkan secara layak kos kegiatan non produksi ke produk, penakar yang umum
dipakai adalah perioda. Penakaran berbasis perioda menjadikan alokasi sistematik dan
rasional suatu hal tidak dapat dihindari.
Masalah pembebanan kos dan basis asosiasi di atas berlaku untuk semua jenis potensi jasa.
Masalah khusus terjadi dalam hal sediaan dan asset tetap, khususnya fasilitas fisis yaitu
gedung/pabrik dan perlengkapan (plant and equipments). Uraian berikut membahas masalah
teoritis yang menyangkut pos-pos tersebut.

SEDIAAN
Masalah pengukuran dan penilaian sediaan pada akhir perioda dapat dinyatakan sebagai
berikut :
1. Penentuan besarnya kos barang yang terjual untuk ditandingkan dengan penjualan
sehingga dapat ditentukan besarnya laba perusahaan.
2. Penentuan nilai sediaan sebagai unsure asset lancer perusahaan. Penentuan nilai
sediaan sangat penting untuk menilai likuiditas operasi perusahaan.
Karena aliran kos tidak selalu mengikuti secara persis aliran fisis barang, diperlukan metoda
asosiasi yang paling menggambarkan kegiatan operasi sesungguhnya sehingga penandingan
yang tepat antara biaya (kos barang terjual) dan pendapatan dapat dicapai.

Metoda Asosiasi
Metoda asosiasi menjadi basis untuk menentukan unit fisik terjual dan kos yang melekat
dengan jumlah rupiah penjualan. Dengan demikian metoda asosiasi dapat pula diartikan
sebagai asumsi aliran kos dalam memgikuti aliran fisis barang.
Dasar pemilihan metoda sangat tergantung pada tujuan dan kondisi yang dihadapi
perusahaan. Beberapa perimbangan yang dapat dijadikan dasar pemilihan metoda dapat
disebutkan sbb :
1. Bila dimungkinkan. Kos harus diidentifikasi dengan unit fisis barang yang diukur.
2. Operasi perusahaan harus dipandang sebagai serangkaian kegiatan yang berturutan
dan kontinus bukannya serangkaian projek-projek yang terpisah-pisah.
3. Kalau tujuan ditekankan pada penilaian sediaan dengan haraga paling akhir, asosiasi
kos akan ditujukan pada sediaan barang dengan menggunakan kos yang paling akhir
dan kos barang terjual merupakan angka residual.
4. Kalau untung dan rugi akibat fluktuasi harga (holding gains and loses) akan
diidentifikasi dan dilaporkan secara terpisah dengan kos harga terjual, kos historis
jelas tidak akan dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Berbagai metoda asosiasi akan dibahas dalam kaitannya dengan beberapa pertimbangan di
atas.

Identifikasi Khusus
Untuk jenis barang mahal dan perputarannya rendah, metoda ini sangat cocok sekali untuk
tujuan pengendalian di samping tujuan penandingan yang tepat. Namun demikian metode ini
mengandung beberapa kelemahan antara lain :
a. Jarang sekali pendapatan khusus ditandingkan dengan kos khusus karena pendapatan
perusahaan merupakan hasil dari seluruh upaya perusahaan sebagai kesatuan.
b. Untuk jenis barang yang homogen dan harganya relative murah, metoda ini menjadi
terlalu mahal dan tidak sepadan dengan nilai tambahan informasi yang diperoleh
c. Kalau fluktuasi harga sangat mencolok, metoda ini dapat digunakan sebagai alat
manipulasi laba atau earnings management.

Metoda Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)


Metoda ini sangat logis dalam merefleksi asosiasi sebab-akibat karena sangat sederhana dan
jelas untuk memecah kos ke dalam dua komponen (sediaan dan barang terjual) atas dasar kos
yang benar-benar melekat dalam kedua komponen tersebut.
Jadi, kalau penandingan secara tepat biaya dan pendapatan menjadi tujuan metoda ini paling
didukung atas dasar argument berikut :
a. Metoda ini mendekati metoda identifikasi khusus yang menjadi standar pemecahan
kos.
b. Untung atau rugi karena fluktuasi harga dengan sendirinya terealisasi dan diakui
bersamaan dengan terjualnya barang walaupun tidak disajikan secara terpisah dan
melekat dalam angka laba.
c. Penyajian sediaan akhir dalam neraca akan menggambarkan kos yang mendekati kos
sekarang atau kos pengganti.

Rata-Rata Berbobot
Metoda ini menganggap bahwa dalam proses produksi terjadi peleburan factor produksi yang
sama selama satu perioda menjadi satu masa yang homogenus. Artinya, bahan baku tertentu
yang dibeli berkali-kali atau produk yang dihasilkan dari beberapa angkatan produk dalam
suatu periode dianggap sebagai satu kesatuan (massa).

Sediaan Normal
Metode ini sering disebut dengan metoda sediaan permanen (iron-stock method). Tujuannya
adalah penandingan pendapatan sekarang sekaligus meniadakan kebutuhan pelaporan untung
atau rugi menahan sediaan atau fluktuasi harga. Metoda ini menyajikan sediaan di neraca
dengan harga satuan yang cukup pasti.

Masuk Terakhir Keluar Pertama


Metoda ini sangat popular di Amerika karena metoda tersebut dapat digunakan dalam
penilaian sediaan untuk kepentingan pengisian surat pemberitahuan pajak (tax-return)
walaupun di satu sisi MTKP mempunyai beberapa keunggulan untuk pelaporan keuangan,
beberapa kritik diajukan terhadap metoda ini yaitu antar lain :
a. Penilaian sediaan untuk tujuan penyajian di neraca tidak menggambarkan potensi jasa
yang sesungguhnya dan kemungkinan tidak mempunyai arti ekonomik lagi karena kos
yang digunakan adalah kos yang sudah using.
b. Metoda MTKP bukan merupakan metoda untuk mengatasi perubahan tingkat harga
umum (daya beli) yang sering dijadikan alasan untuk penggunaan metoda ini.
c. Metoda ini bertentangan dengan aliran fisis yang sesungguhnya sehinga tidak
menggambarkan laba operasi perusahaan atas dasar kegiatan yang kronologis.

Implikasi Metoda Asosiasi Terhadap Laba


Seandainya metoda yang layak telah ditetapkan, keterandalan kos sediaan akhirnya sangat
bergantung pada system penelusuran factor produksi yang membentuk produk atau barang.
Jadi, dalam kondisi operasi perusahaan modern yang kompleks, apa yang dapat dicapai dalam
penentuan laba periodic sebenarnya tidak dapat diharapkan lebih daripada pengukuran yang
mendekati ideal.

FASILITAS FISIK
Dalam hal fasilitas fisik, kos yang terjadi pada saat pemerolehan pada umumnya diakui
sebagai asset dan baru kemudian kos tersebut diakui sebagai biaya sesuai dengan pola
penyerapan manfaat yang direpresentasi dengan kos.

Karakteristik dan Tujuan Pelaporan


Semua asset mempunyai karakteristik umum yaitu merupakan potensi jasa yang dapat
dimanfaatkan oleh perusahaan dalam kegiatan operasinya. Fasilitas fisis mempunyai
karakteristik sbb :
a. Berwujud fisis dan dikuasai oleh perusahaan untuk mengolah dan memperlancar
kegiatan operasi perusahaan.
b. Pada umumnya berumur panjang walaupun terbatas sehingga perlu penggantian.
c. Bernilai bagi perusahaan lantaran kekuasaan atau hak perusahaan untuk
menggunakannya bukan lantaran hak miliknya.
d. Pada umunya erupakan asset nonmoneter dan manfaat yang dapat diberikan berupa
potensi jasa (service potentials) bukan daya beli atau ketertukarannya
(exchangeability).
Karateristik yang demikian menyebabkan tujuan pelaporan dan pengukuran fasilitas fisis ini
adalah untuk menentukan penggunaan jasa dalam suatu perioda yang diperkirakan telah
menghasilkan pendapatan.

Basis Pembebanan
Fasilitas fisis memberi kontriusi jasa ke opreasi berupa kapasitas atau daya. Oleh karena itu
kos daya atau kapasitas fasilitas fisis tersebut jelas harus diserap menjadi bagian kos produksi
dan akhirnya menjadi bahan pendapatan.
Jadi, pembebanan kos fasilitas fisis untuk suatu perioda tidak dapat ditentukan atas dasar
pengukuran fisis yang objektif tetapi lebih merupakan suatu hasil pertimbangan (judgement)
atas dasar taksiran factor-faktor penentu (yaitu umur ekonomik, kapasitas ekonomik, dan
nilai residual) yang sering tidak dapat diuji validitasnya secara objektif.

Makna Depresiasi
Dari segi akuntansi, depresiasi merupakan suatu proses alokasi kos secara sistematik dan
rasional dan jumlah rupiahnya diukur atas dasar bagian kos potensi jasa yang dianggap telah
dimanfaatkan dalam menciptakan pendapatan. Depresiasi sebagai biaya tidak berbeda dengan
jenis biaya operasi lainnya.
Jadi dapat dikatakan bahwa kos fasilitas fisis merupakan suatu bentuk ekstrem biaya dibayar
dimuka; akuntansi depresiasi merupakan sarana untuk membebankan biaya dibayar di muka
tersebut ke produksi atau perioda berjalan. Untuk tujuan pengembangan pelaporan keuangan,
depresiasi secara teoritis dapat dimaknai selain sebagai prosedur atau alokasi sistematik
dalam rangka penandingan biaya dan pendapatan yang tepat.

Depresiasi Sebagai Proses Akumulasi Dana


Pengertian ini didasari oleh gagasan bahwa untuk dapat mempertahankan kelangsungan
hidup, perusahaan harus dapat mengganti fasilitas fisik yang habis umurnya. Akibatnya,
perusahaan harus menyisihkan dana dari pendapatan yang diperoleh. Pengakuan biaya
depresiasi tidak mempunyai kaitan langsung dengan masalah penggantian.

Depresiasi Sebagai Pemulihan Investasi


Secara konseptual sama dengan pandangan di atas tetapi dianggap bahwa fasilitas fisis
didanai dengan utang. Agar perusahaan mampu membayar kembali investasinya maka harus
dilakukan penyisihan dana dengan cara mengurangi pendapatan perusahaan sebesar
depresiasi.

Depresiasi sebagai Proses Penilaian


Salah satu pendefinisian secara semantic adalah depresiasi dipandang sebagai penurunan
potensi jasa (decline in serve potential) selama periode operasi akibat keausan fisis, konsumsi
manfaat atau keusangan teknologis. Dengan demikian penurunan potensi jasa selama perioda
dapat dipandang sebagai selisih penilaian antara potensi jasa awal dan potensi jasa akhir baik
secara fisis maupun moneter.

Nilai Setara Tunai (current cash equivalents)


Dengan basis ini penurunan nilai fasilitas fisis ditentukan dengan cara menghitung selisih
nilai setara tunai pada awal dan akhir perioda. Nilai ini adalah harga pasar asset yang sama
dalam kondisi yang sama sebagai barang bekas. Di sini dianggap bahwa daya beli uang stabil.

Kontribusi pendapatan Neto Diskunan (discounted net revenue contribution)


Dengan penilaian ini, depresiasi ditentukan dengan cara menghitung selisih nilai diskunan
aliran kontribusi pendapatan neto pada awal dan akhir perioda. Kontribusi pendapatan neto
adalah tambahan aliran kas masuk (pendapatan) karena adanya investasi fasilitas fisis
bersangkutan. Penilaian ini memerlukan informasi tariff diskun yang biasanya didasarkan
atas tingkat kembalian (rate of return) investasi bebas resiko atau tingkat bunga umum yang
berlaku.

Depresiasi sebagai Sarana Penandingan Kos dengan Kontribusi Pendapatan Neto


Pendapatan neto disini adalah pendapatan yang dihasilkan oleh fasilitas fisis dikurangi biaya
pengoprasian fasilitas fisis. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa variasi pendapatan
merefleksi variasi penyerapan jasa fasilitas fisik.

Metoda Alokasi
Metoda yang paling rasional adalah metoda yang mendasarkan diri pada aliran penyerapan
kapasitas jasa tersebut. Dengan kata lain, metoda yang paling tepat adalah metoda unit
produksi (production or output method). Kesulitan utama yang dihadapi metoda ini adalah
penentuan kapasitas total yang dapat dihasilkan selama umur ekonomik asset bersangkutan.
Jadi yang paling diperlukan adalah suatu kebijakan depresiasi yang sistematik dan logis
didasarkan atas berbagai kemungkinan dan factor yang melingkupi fasilitas fisis yang
bersangkutan.

Hubungan Depresiasi dan Laba


Ini berarti besarnya biaya depresiasi bergantung pada besarnya pendapatan dalam perioda
tertentu. Implikasinya adalah dalam hal pendapatan cukup kecil, akan terjadi semacam
penundaan biaya depresiasi atau “tahun gemuk menutup tahun kurus”. Jadi meskipun tetap
dituntut untuk menaksir depresiasi tahunan secara seksama, rasional dan objektif, hendaknya
tidak ada pikiran sama sekali untuk mempengaruhi besarnya laba.

Koreksi Terhadap Kesalahan Taksiran


Program depresiasi harus direvisi bilamana kenyataan jelas menunjukkan bahawa revisi
tersebut diperlukan. Yang penting adalah semua penyesuaian yang berlaku surut harus
dilaporkan melalui statement laba rugi.
Jadi, kalau pemberhentian dari penggunaan sudah pasti terjadi maka kos yang melekat pada
fasilitas tersebut juga harus dihentikan, artinya tidak dapat lagi dibebankan ke produksi
setelah pemberhentian. Mengkapitalisasi rugi pemberhentian sama saja dengan menyangkal
adanya rugi tersebut. Kos yang harus dibebankan ke operasi selama umur fasilitas fisis yang
baru adalah terbatas pada kos unit baru tersebut. Sisa kapasitas fasilitas fisis lama tidak
menambah daya atau kapasitas fasilitas fisis baru.

TANAH
Oleh karenanya, dapat dianggap bahwa kos tanah tidak perlu didepresiasi atau diamortisasi
menjadi biaya depresiasi. Dengan kata lain, fungsi tanah untuk menyediakan jasa ditempati
tanpa batas waktu (selamanya) cukup menjadi alas an kebijakan untuk memperlakukan kos
tanah sebagai investasi permanen dalam fasilitas produksi.

Tanah Bukan Hak Milik Permanen


Dalam keadaan seperti ini, akuntansi yang sehat menghendaki pemisahan kos tanah menjadi
bagian yang dimasukkan sebagai kos sisa tanah (kalau ada) dan bagian yang menunjukkan
kos elemen tanah yang dapat habis jasanya (potensi jasa tanah untuk ditanami), kemudian
ditentukan alokasi kos semantic yang tepat untuk bagian kedua tersebut. Jadi, dengan
akuntansi seperti di atas, pengeluaran-pengeluaran untuk mengembalikan kesuburan tanah
akan menjadi bagian kos tanah yang pada akhirnya harus didepresiasi.

Sumber Alam
Kos sumber alam tersebut (tidak termasuk sisa nilai tanah) harus diserap secara sistematik ke
produksi atas dasar pengambilan atau konsumsi. Kos yang diserap ini disebut deplesi. Seperti
juga depresiasi, deplesi sebagai kos atau upaya untuk menghasilkan pendapatan harus
ditentukan secara objektif dan rasional tanpa memperhatikan pengaruhnya terhadap laba
bersih.

ASET TAK BERWUJUD


Penghapusan langsung seluruh kos sebagai rugi harus segera dilakukan kalau kondisi
menunjukkan bahwa asset tak berwujud tersebut tidak lagi mempunyai arti ekonomik yang
penting. Karena banyak masalah teoritis yang timbul, dua jenis asset tak berwujud yaitu
goodwill dan kos organisasi dibahas di bawah ini.

Goodwill
Goodwill adalah selisih lebih jumlah rupiah tunai atau setaranya yang dibayarkan oleh
perusahaan pembeli di atas nilai pasar wajar atau nilai buku kekayaan fisis perusahaan yang
dibeli. Kos goodwill yang melekat pada harga beli suatu perusahaan yang sudah beroperasi
pada dasarnya merupakan nilai sekarang atau nilai diskunan (present or discounted value)
kelebihan laba yang dihasilkan. Dengan demikian, sangat masuk akal kalau kos yang
diperhitungkan sebagai goodwill harus diserap dan dibebankan ke pendapatan selama kurun
waktu yang dijadikan dasar dalam mempertimbangkan kos pemerolehan perusahaan sehingga
laba yang tampak dalam statement laba rugi menunjukkan laba bersih normal.
Oleh karena itu, goodwill sebenarnya dapat diakui dalam satu akun debit dan dimaknai
sebagai akun penilaian induk (master valuation account) terhadap semua asset sebagai satu
kesatuan.

Kos Organisasi
Kos organisasi diperlakukan sebagai asset tak berwujud karena kos tersebut tidak dapat
dikaitkan dengan asset tetap berwujud yang ada dalam perusahaan. Akan tetapi kos pendirian
tersebut harus mulai diserap atau dihapuskan bila terjadi penurunan laba dan
pengerutan kekayaan yang terus menerus akibat kegagalan usaha atau proses likuidasi.
Jadi kos organisasi tidak semestinya diamortisasi dalam hal perusahaan barjalan terus dan
berkembang tetapi tidak semestinya dipertahankan tetap utuh dalam hal perusahaan
mengalami kemunduran yang terus menerus. Untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang
usahaeksploitasi sumber daya alam, penyerapan secara sistematik kos organisasi selama umur
fasilitas fisis (pabrik) adalah perlakuan yang paling layak. Dengan dasar pikiran yang sama,
jumlah rupiah komisi atau berbagai pengeluaran yang lain yang berkaitan dengan penerbitan
surat-surat berharga harus diserap (dihapuskan) selama sisa umur surat berharga tersebut.

Anda mungkin juga menyukai