BAB 9
BIAYA
oleh
kelompok 8:
Nyoman Yoga Adi pratama 1633121166
I Wayan Wirawan 1633121338
Fidelia Antonio Bonito 1633121350
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
BIAYA
IAI (IASC) mendefinisi biaya dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002) sebagai berikut :
“Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu perioda akuntansi dalam bentuk arus
keluar atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal.”
Biaya mempunyai dua karakteristik utama yaitu :
1. Aliran keluar atau penurunan asset
2. Akibat kegiatan yang membentuk operasi utama yang menerus
Selain dua karakteristik utama di atas, terdapat karakteristik lain yang bersifat sebagai
konsekuensi, pendukung, atau penjelas.
Penurunan Aset
Untuk dapat mengatakan bahwa biaya timbul, harus terjadi transaksi atau kejadian yang
menurunkan asset atau menimbulkan aliran keluar asset atau sumber ekonomik. Pemakaian
bahan baku untuk pembuatan produk tidak dapat disebut sebagai biaya kalau produk tersebut
belum terjual (keluar dari kesatuan usaha) karena kalau produk belum terjual sebenarnya
belum terjadi penurunan asset. Yang terjadi hanyalah perubahan bentuk asset sebagai potensi
jasa.
Kenaikan Kewajiban
Semua badan autoritatif mendefinisi biaya tidak hanya dari sudut penurunan asset tetapi juga
dari kenaikan kewajiban. Alasannya adalah agar makna biaya cukup luas untuk mencukupi
pula pos-pos yang timbul dalam penyesuaian akhir tahun. Sebagai contoh adalah tarif
pengiriman barang oleh perusahaan ekspedisi yang belum dibayar perusahaan. Jasa
pengiriman telah dikonsumsi dan menimbulkan pendapatan sehingga biaya harus timbul
diikuti dengan kenaikan kewajiban.
Penurunan Ekuitas
Penurunan ekuitas lebih menegaskan pengertian biaya karena tidak setiap penurunan asset
mengakibatkan penurunan ekuitas. Misalnya pembagian deviden kas merupakan penurunan
asset tetapi tidak dapat disebut sebagai biaya. Jadi, penurunan ekuitas hanya merupakan
karakteristik pendukung makna biaya. Hal ini serupa dengan keteridentifikasian terbayar
sebagai karakteristik pendukung pengertian kewajiban.
Aliran Fisik atau Moneter ?
Biaya timbul dari penyerahan/produksi barang atau dari pelaksanaan jasa memberi isyarat
bahwa FASB memaknai biaya sebagai kejadian fisis. Bila asset diganti dengan barang dan
jasa (seperti yang disarankan Kam), aliran tersebut jelas menunjukkan aliran fisis. Secara
semantic, biaya seharusnya didefinisi sebagai perubahan atau penurunan nilai sehingga
timbulnya biaya harus merupakan kejadian moneter.
Rugi
Kata-kata kunci yang melekat pada pengertian rugi adalah: 1) Penurunan ekuitas (asset
bersih); 2) Transaksi peripheral atau incidental; 3) Selain apa yang didefinisi sebagai biaya
atau selain distribusi ke pemilik.
Seperti untung, empat sumber rugi yang di identifikasi FASB adalah (SFAC No.6, prg. 85):
a. Peripheral dan incidental
b. Transfer nontimbal-balik
c. Penahanan asset
d. Factor lingkungan
Pengakuan Biaya
Pengakuan menyangkut masalah kriteria pengakuan yaitu apa yang harus dipenuhi agar
penurunan nilai asset yang memenuhi definisi biaya atau rugi dapat diakui dan masalah saat
pengakuan yaitu peristiwa atau kejadian apa yang menandai bahwa criteria pengakuan telah
dipenuhi. Biaya dan rugi tidak mengalami masalah pembentukan dan realisasi. Oleh karena
itu, criteria pengakuan tidak dibedakan dengan kaidah pengakuan sehingga masalah
pengakuan biaya (rugi) adalah kapan penurunan nilai asset dapat dikatakan telah terjadi atau
kapan biaya (rugi) tealh timbul sehingga jumlah rupiah biaya (rugi) dapat diakui.
Kriteria Pengakuan
Biaya atau rugi pada umumnya diakui bilamana salah satu dari dua criteria berikut terpenuhi
(SFAC No. 5,prg. 85) :
a. Konsumsi manfaat
Biaya atau rugi diakui bilamana manfaat ekonomik yang dikuasai suatu entitas telah
dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam pengiriman atau pembuatan barang, penyerahan
atau pelaksanaan jasa, atau kegiatan lain yang merepresentasi operasi utama atu
sentral entitas tersebut.
Basis Asosiasi
Dalam rangka menghubungkan biaya dan biaya, perlu dipertimbangkan basis asosiasi yang
menggambarkan penandingan yang secara ekonomik layak. Berbagai basis asosiasi
diantaranya sebagai berikut.
Barang Rusak
Kelayakan ekonomik menuntut pertimbangan dengan memperhatikan kondisi yang
melingkupi suatu masalah. Bila kerusakan produk merupakan hal yang normal atau bahkan
merupakan prasyarat untuk menghasilkan barang dengan kualitas baik, kos barang yang rusak
dapat dianggap sebagai upaya menghasilkan pendapatan. Sebaliknya, kalau kerusakan atau
cacatnya produk merupakan hal yang tidak biasa terjadi (karena kelalaian atau musibah)
maka jumlah rupiah tersebut dapat diperlakukan sebagai rugi.
Biaya Antisipasian
Biaya antisipasian (anticipated expenses) adalah biaya yang dianggap menyebabkan
timbulnya pendapatan tetapi baru terjadi seteleh pendapatan diakui. Sebagai contoh adalah
kos yang berkaitan dengan kegiatan purna-jual seperti jaminan penjualan, jaminan reparasi
gratis, dan pengumpulan piutang. Bila penandingan sebab-akibat dipertahankan , kos
semacam itu harus diantisipasi dan diakui pada periode terjadinya penjualan meskipun kos
belum terjadi.
Kriteria Penangguhan
Kos non operasi yang berulang terjadinya cukup beralasan untuk langsung dibebankan
daripada ditunda atau disediakan untuk mencapai tepat-tanding.
Pendekatan Nonalokasi
Pendapat yang cukup kontroversal dan eksterm dikemukakan oleh Thomas (1987) tentang
alokasi dalam akuntansi. Thomas menyatakan bahwa alokasi hanya dapat dipertahankan bila
tiga karakteristik berikut dipenuhi:
1. Ketertambahan
2. Ketakraguan
3. Keterpertahankan
SEDIAAN
Masalah pengukuran dan penilaian sediaan pada akhir perioda dapat dinyatakan sebagai
berikut :
1. Penentuan besarnya kos barang yang terjual untuk ditandingkan dengan penjualan
sehingga dapat ditentukan besarnya laba perusahaan.
2. Penentuan nilai sediaan sebagai unsure asset lancer perusahaan. Penentuan nilai
sediaan sangat penting untuk menilai likuiditas operasi perusahaan.
Karena aliran kos tidak selalu mengikuti secara persis aliran fisis barang, diperlukan metoda
asosiasi yang paling menggambarkan kegiatan operasi sesungguhnya sehingga penandingan
yang tepat antara biaya (kos barang terjual) dan pendapatan dapat dicapai.
Metoda Asosiasi
Metoda asosiasi menjadi basis untuk menentukan unit fisik terjual dan kos yang melekat
dengan jumlah rupiah penjualan. Dengan demikian metoda asosiasi dapat pula diartikan
sebagai asumsi aliran kos dalam memgikuti aliran fisis barang.
Dasar pemilihan metoda sangat tergantung pada tujuan dan kondisi yang dihadapi
perusahaan. Beberapa perimbangan yang dapat dijadikan dasar pemilihan metoda dapat
disebutkan sbb :
1. Bila dimungkinkan. Kos harus diidentifikasi dengan unit fisis barang yang diukur.
2. Operasi perusahaan harus dipandang sebagai serangkaian kegiatan yang berturutan
dan kontinus bukannya serangkaian projek-projek yang terpisah-pisah.
3. Kalau tujuan ditekankan pada penilaian sediaan dengan haraga paling akhir, asosiasi
kos akan ditujukan pada sediaan barang dengan menggunakan kos yang paling akhir
dan kos barang terjual merupakan angka residual.
4. Kalau untung dan rugi akibat fluktuasi harga (holding gains and loses) akan
diidentifikasi dan dilaporkan secara terpisah dengan kos harga terjual, kos historis
jelas tidak akan dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Berbagai metoda asosiasi akan dibahas dalam kaitannya dengan beberapa pertimbangan di
atas.
Identifikasi Khusus
Untuk jenis barang mahal dan perputarannya rendah, metoda ini sangat cocok sekali untuk
tujuan pengendalian di samping tujuan penandingan yang tepat. Namun demikian metode ini
mengandung beberapa kelemahan antara lain :
a. Jarang sekali pendapatan khusus ditandingkan dengan kos khusus karena pendapatan
perusahaan merupakan hasil dari seluruh upaya perusahaan sebagai kesatuan.
b. Untuk jenis barang yang homogen dan harganya relative murah, metoda ini menjadi
terlalu mahal dan tidak sepadan dengan nilai tambahan informasi yang diperoleh
c. Kalau fluktuasi harga sangat mencolok, metoda ini dapat digunakan sebagai alat
manipulasi laba atau earnings management.
Rata-Rata Berbobot
Metoda ini menganggap bahwa dalam proses produksi terjadi peleburan factor produksi yang
sama selama satu perioda menjadi satu masa yang homogenus. Artinya, bahan baku tertentu
yang dibeli berkali-kali atau produk yang dihasilkan dari beberapa angkatan produk dalam
suatu periode dianggap sebagai satu kesatuan (massa).
Sediaan Normal
Metode ini sering disebut dengan metoda sediaan permanen (iron-stock method). Tujuannya
adalah penandingan pendapatan sekarang sekaligus meniadakan kebutuhan pelaporan untung
atau rugi menahan sediaan atau fluktuasi harga. Metoda ini menyajikan sediaan di neraca
dengan harga satuan yang cukup pasti.
FASILITAS FISIK
Dalam hal fasilitas fisik, kos yang terjadi pada saat pemerolehan pada umumnya diakui
sebagai asset dan baru kemudian kos tersebut diakui sebagai biaya sesuai dengan pola
penyerapan manfaat yang direpresentasi dengan kos.
Basis Pembebanan
Fasilitas fisis memberi kontriusi jasa ke opreasi berupa kapasitas atau daya. Oleh karena itu
kos daya atau kapasitas fasilitas fisis tersebut jelas harus diserap menjadi bagian kos produksi
dan akhirnya menjadi bahan pendapatan.
Jadi, pembebanan kos fasilitas fisis untuk suatu perioda tidak dapat ditentukan atas dasar
pengukuran fisis yang objektif tetapi lebih merupakan suatu hasil pertimbangan (judgement)
atas dasar taksiran factor-faktor penentu (yaitu umur ekonomik, kapasitas ekonomik, dan
nilai residual) yang sering tidak dapat diuji validitasnya secara objektif.
Makna Depresiasi
Dari segi akuntansi, depresiasi merupakan suatu proses alokasi kos secara sistematik dan
rasional dan jumlah rupiahnya diukur atas dasar bagian kos potensi jasa yang dianggap telah
dimanfaatkan dalam menciptakan pendapatan. Depresiasi sebagai biaya tidak berbeda dengan
jenis biaya operasi lainnya.
Jadi dapat dikatakan bahwa kos fasilitas fisis merupakan suatu bentuk ekstrem biaya dibayar
dimuka; akuntansi depresiasi merupakan sarana untuk membebankan biaya dibayar di muka
tersebut ke produksi atau perioda berjalan. Untuk tujuan pengembangan pelaporan keuangan,
depresiasi secara teoritis dapat dimaknai selain sebagai prosedur atau alokasi sistematik
dalam rangka penandingan biaya dan pendapatan yang tepat.
Metoda Alokasi
Metoda yang paling rasional adalah metoda yang mendasarkan diri pada aliran penyerapan
kapasitas jasa tersebut. Dengan kata lain, metoda yang paling tepat adalah metoda unit
produksi (production or output method). Kesulitan utama yang dihadapi metoda ini adalah
penentuan kapasitas total yang dapat dihasilkan selama umur ekonomik asset bersangkutan.
Jadi yang paling diperlukan adalah suatu kebijakan depresiasi yang sistematik dan logis
didasarkan atas berbagai kemungkinan dan factor yang melingkupi fasilitas fisis yang
bersangkutan.
TANAH
Oleh karenanya, dapat dianggap bahwa kos tanah tidak perlu didepresiasi atau diamortisasi
menjadi biaya depresiasi. Dengan kata lain, fungsi tanah untuk menyediakan jasa ditempati
tanpa batas waktu (selamanya) cukup menjadi alas an kebijakan untuk memperlakukan kos
tanah sebagai investasi permanen dalam fasilitas produksi.
Sumber Alam
Kos sumber alam tersebut (tidak termasuk sisa nilai tanah) harus diserap secara sistematik ke
produksi atas dasar pengambilan atau konsumsi. Kos yang diserap ini disebut deplesi. Seperti
juga depresiasi, deplesi sebagai kos atau upaya untuk menghasilkan pendapatan harus
ditentukan secara objektif dan rasional tanpa memperhatikan pengaruhnya terhadap laba
bersih.
Goodwill
Goodwill adalah selisih lebih jumlah rupiah tunai atau setaranya yang dibayarkan oleh
perusahaan pembeli di atas nilai pasar wajar atau nilai buku kekayaan fisis perusahaan yang
dibeli. Kos goodwill yang melekat pada harga beli suatu perusahaan yang sudah beroperasi
pada dasarnya merupakan nilai sekarang atau nilai diskunan (present or discounted value)
kelebihan laba yang dihasilkan. Dengan demikian, sangat masuk akal kalau kos yang
diperhitungkan sebagai goodwill harus diserap dan dibebankan ke pendapatan selama kurun
waktu yang dijadikan dasar dalam mempertimbangkan kos pemerolehan perusahaan sehingga
laba yang tampak dalam statement laba rugi menunjukkan laba bersih normal.
Oleh karena itu, goodwill sebenarnya dapat diakui dalam satu akun debit dan dimaknai
sebagai akun penilaian induk (master valuation account) terhadap semua asset sebagai satu
kesatuan.
Kos Organisasi
Kos organisasi diperlakukan sebagai asset tak berwujud karena kos tersebut tidak dapat
dikaitkan dengan asset tetap berwujud yang ada dalam perusahaan. Akan tetapi kos pendirian
tersebut harus mulai diserap atau dihapuskan bila terjadi penurunan laba dan
pengerutan kekayaan yang terus menerus akibat kegagalan usaha atau proses likuidasi.
Jadi kos organisasi tidak semestinya diamortisasi dalam hal perusahaan barjalan terus dan
berkembang tetapi tidak semestinya dipertahankan tetap utuh dalam hal perusahaan
mengalami kemunduran yang terus menerus. Untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang
usahaeksploitasi sumber daya alam, penyerapan secara sistematik kos organisasi selama umur
fasilitas fisis (pabrik) adalah perlakuan yang paling layak. Dengan dasar pikiran yang sama,
jumlah rupiah komisi atau berbagai pengeluaran yang lain yang berkaitan dengan penerbitan
surat-surat berharga harus diserap (dihapuskan) selama sisa umur surat berharga tersebut.