Hasil Kalsinasi
Abstrak: Kajian tentang karakteristik kaolin lokal asal Tatakan, Tapin, Kalimantan
Selatan setelah proses kalsinasi pada temperatur 800°C selama 3 jam telah dilakukan
untuk mengetahui perubahan struktur kaolin. Sampel kaolin sebelum dan setelah
proses kalsinasi dianalisis menggunakan spektroskopi infra merah (FTIR), difraksi
sinar X (XRD) dan scanning electron microscopy (SEM). Hasil analisis menggunakan
FTIR menunjukkan terjadinya kerusakan struktur dari kaolin akibat proses kalsinasi
yang ditandai dengan hilangnya puncak serapan khas dari kaolin. Berdasarkan data
XRD dan analisis morfologi menggunakan SEM, proses kalsinasi menyebabkan
perubahan struktur kaolin dari pseudoheksagonal berlapis menjadi fasa amorf.
Dari Gambar 2 juga dapat dilihat dari beberapa gugus fungsi yang
bahwa puncak-puncak khas dari kaolin hilang.
sebelum kalsinasi tidak ditemukan Identifikasi komponen penyusun
pada spektra kaolin setelah kalsinasi. mineral kaolin dilakukan dengan
Berdasarkan Gambar 2 terlihat membandingkan posisi puncak
perubahan yang signifikan terjadi pada intensitas difraksi (2θ) pada
puncak-puncak khas kaolin, dimana difraktogram sinar-X sampel dengan
beberapa puncak yang ada pada harga posisi puncak intensitas difraksi
spektra kaolin sebelum kalsinasi hilang (2θ) standar yang terdapat pada Joint
pada spektra kaolin setelah kalsinasi. Committee for Powder Diffraction
Hilangnya puncak serapan gugus –OH Standards (JCPDS). Harga posisi
-1
pada daerah 4000-3000 cm yang puncak intensitas difraksi dari kaolin
sebelum kalsinasi terlihat kuat namun alam Tatakan ditunjukkan pada gambar
pada spektra setelah kalsinasi tidak 3. Puncak-punvak serapan muncul
muncul kembali. Hilangnya gugus –OH pada 2θ (°) = 6,28°; 12,14°; 12,42°;
pada kaolin disebabkan oleh 12,45°; 18,90°; 20,00°; 20,40°; 20,88°;
dehidroksilasi akibat pemanasan saat 22,12°; 24,88°; 25,00° dan 26,66°.
proses metakaolinisasi yang Harga 2θ (°) untuk mineral kaolinit
melibatkan suhu tinggi. Puncak adalah 12,42°; 20,40°; 24,88°, mineral
serapan pada bilangan gelombang klorit adalah 6,28°; 12,45°; 18,90°;
-1
1111, 1033, 1010 dan 910 cm dari 25,00°, mineral kuarsa adalah 20,88°;
kaolin yang menunjukkan adanya 26,66°, kristobalit adalah 22,12°
ikatan antara Si-O dan Al-O tidak (Amman, 2003) dan mineral haloisit
terdapat pada spektra kaolin setelah adalah 12,14°; 20,00° (Tan, 1998).
kalsinasi. Hal ini disebabkan pada Gambar 3 menunjukkan bahwa
kaolin setelah kalsinasi telah terjadi difraktogram kaolin setelah kalsinasi
perubahan struktur akibat pemanasan tidak memberikan puncak-puncak yang
yang menyebabkan putusnya ikatan- khas selain puncak-puncak dari kuarsa
ikatan antara Si-O dan Al-O. Spektra akibat proses kalsinasi pada
FTIR kaolin sebelum dan setelah temperatur mencapai 800ºC. Kaolin
kalsinasi dapat menjelaskan bahwa memiliki bentuk yang berlapis-lapis,
proses tersebut dapat menghasilkan akibatnya interaksi ikatan antar
spesies Si dan Al yang reaktif dilihat lapisnya tidak terlalu kuat, sehingga
dengan pemanasan ikatan antar
Sunardi, Irawati, U. dan Wianto, T., Karakterisasi Kaolin Lokal .............. 63
lapisan kaolin akan mudah putus. Si-O dan Al-O pada mineral kaolin.
Puncak-puncak dari kaolin sebelum Mineral kuarsa tidak mengalami
kalsinasi hilang akibat hancur/rusaknya kerusakan karena berada pada struktur
struktur kaolin menjadi fasa amorf yang sangat stabil dan baru akan rusak
akibat proses kalsinasi yang pada temperatur yang lebih tinggi, yaitu
disebabkan tidak cukup kuatnya ikatan sekitar 1200ºC.
lembaran tiap lapis sekitar 10-50 buah struktur dari kaolin menjadi fasa amorf
(Murray, 2000). Gambar foto SEM tanpa diikuti kerusakan dari fraksi
pada temperatur tertentu untuk Fitriani dan Hesti Yuliana yang telah
rendah < 100ºC terjadi penyerapan air Alkan, M., C. Hopa, Z, Yilmas, H dan
Guler., 2005. The effect alkali
pada pori di permukaan kaolin. Pada concentration and solid/liquid
temperatur ~100-400ºC terjadi ratio on the hydrothermal
synthesis of zeolite NaA from
penghilangan berat yang berkaitan natural kaolinite. Microporous
dengan proses predehidrasi, yang and Mesoporous Materials 86,
176-184.
merupakan hasil penataan ulang
Belver, C., Muoz, M,A B., and Vicente,
lapisan oktahedral, pertama-tama M.A. 2002. Chemical Activated
terjadi pada gugus OH dipermukaan Of A Kaolin Under Acid And
Alkaline Conditions. Chem.
dan pada temperatur ~400-800ºC Mater. 14: 2033-2043.
terjadi proses dehidroksilasi
(penghilangan gugus OH pada kaolin
Sunardi, Irawati, U. dan Wianto, T., Karakterisasi Kaolin Lokal .............. 65
Konta, J. 1995. Clay and Man: Clay Mursi, S dan Minta R. 1994. ‘Zeolit’.
Row Materials in The Service of Tinjauan Literatur Pusat
Man. Appl. Clay Sci. Dokumentasi dan Informasi
Murray, H. H. 1999. Traditional and Ilmiah LIPI, Jakarta
New Applications for Kaolin, Sunardi., Arryanto, Y., Sutarno. 2009.
Smectit, and Plygorskite: A Adsorption Gibberelic Acid Onto
General Overview. Appl. Clay Natural Kaolin From Tatakan,
Sci. South Kalimantan. Indo. J.
Chem., 2009,9(3), 373-379.
Murray, H. H,. 2000. Traditional and
New Applications for Kaolin, Tan, K.H., 1982. Dasar-dasar Kimia
Smectite, and Polygorskita: A Tanah. terjemahan oleh
general overview. Appl. Clay Goenadi, D.H., Edisi I, Gadjah
Sci. 34: 39-49. Mada University Press,
Yogyakarta.