Anda di halaman 1dari 7

Karakterisasi Kaolin Lokal Kalimantan Selatan

Hasil Kalsinasi

Sunardi1), Utami Irawati1) dan Totok Wianto2)

Abstrak: Kajian tentang karakteristik kaolin lokal asal Tatakan, Tapin, Kalimantan
Selatan setelah proses kalsinasi pada temperatur 800°C selama 3 jam telah dilakukan
untuk mengetahui perubahan struktur kaolin. Sampel kaolin sebelum dan setelah
proses kalsinasi dianalisis menggunakan spektroskopi infra merah (FTIR), difraksi
sinar X (XRD) dan scanning electron microscopy (SEM). Hasil analisis menggunakan
FTIR menunjukkan terjadinya kerusakan struktur dari kaolin akibat proses kalsinasi
yang ditandai dengan hilangnya puncak serapan khas dari kaolin. Berdasarkan data
XRD dan analisis morfologi menggunakan SEM, proses kalsinasi menyebabkan
perubahan struktur kaolin dari pseudoheksagonal berlapis menjadi fasa amorf.

Kata Kunci: kaolin, kalsinasi, amorf

PENDAHULUAN tetrahedral dan lembaran alumina


Kaolin sering digunakan untuk oktahedral. Masing-masing pasangan
menyebut mineral lempung putih yang dari lembaran tersebut bergabung
mempunyai komposisi terbesar berupa melalui atom oksigen secara selang-
kaolinit (Al2O3.2SiO2.2H2O). Partikel seling menjadi satu kesatuan melalui
kaolin biasanya berupa lembaran ikatan hidrogen antara oksigen dari
heksagonal dengan diameter sekitar silika dan oksigen hidroksil dari alumina
0,05-10 µm (rata-rata 0,5 µm). Mineral dengan ketebalan tiap lapisan sekitar
kaolin dapat terjadi melalui proses 0,72 nm (Gambar 1). Ikatan hidrogen
pelapukan dan proses hidrotermal tersebut cukup kuat sehingga kaolin
alterasi pada batuan beku felspartik tidak mengembang ketika terhidrat dan
dan mika. Kaolin biasanya berada kaolin hanya mempunyai luas
sebagai mineral kaolinit murni, atau permukaan luar. Kaolin merupakan
mineral yang berhubungan, misalnya, salah satu mineral lempung dengan
haloisit, nakrit dan dikrit yang nilai kapasitas tukar kation (KTK) yang
bergabung dengan mineral lain seperti relatif rendah (3-15 mek/100g) serta
smektit, mika, kuarsa, dan feldspar luas permukaan spesifik yang relatif
sebagai pengotor (Murray, 1999). kecil, yaitu tidak lebih dari 20 m2/g
Struktur kristal kaolin terdiri dari (Konta, 1995).
pasangan lapisan lembaran silika
1)
Staf Pengajar Program Studi Kimia FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
2)
Staf Pengajar Program Studi Fisika FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
59
60 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 8 No.1, Pebruari 2011 (59 – 65)

Kaolin banyak digunakan untuk sebagainya (4%) (45%) (Murray, 2002).


berbagai macam aplikasi dalam industri Untuk memperbaiki sifat kaolin,
berdasarkan sifat fisika dan sifat berbagai metode aktivasi telah
kimianya. Pemanfaatan kaolin dilakukan para peneliti misalnya
sebagian besar untuk industria kertas melalui metode aktivasi asam, aktivasi
(45%), refraktori dan keramik (31%), basa dan metode aktivasi termal
fiberglas (6%), semen (6%), karet dan melalui proses kalsinasi (Belver et. al.,
plastik (5%), cat (3%) dan lain 2002).

Gambar 1. Struktur Kaolin (Zhu et al. 2009)

METODOLOGI PENELITIAN selama 24 jam pada temperatur 90oC.


Alat dan Bahan Kaolin kering dihaluskan menggunakan
Alat-alat yang digunakan adalah penggerus porselin dan diayak hingga
spektrofotometer FTIR (Shimadzu FTIR lolos saringan 170 mesh. Selanjutnya
Prestige-21 dan FTIR – 4200 type A), dilakukan proses purifikasi dengan
XRD (Shimadzu XRD-6000), SEM metode sedimentasi dan sifoning
(Scanning Electron Microscopy) JEOL seperti pada artikel sebelumnya
JSM-6360, furnace, oven (memert), (Sunardi, 2009).
seperangkat alat gelas (pyrex), 2. Proses kalsinasi
pengayak berukuran 170 mesh Kaolin hasil preparasi
(Retsch), mortar, pengaduk magnet dimasukkan ke dalam cawan porselin.
dan hot plate stirrer. Selanjutnya dikalsinasi dengan furnace
pada temperatur 800°C selama 3 jam.
Prosedur Kerja Kaolin hasil kalsinasi didinginkan
1. Preparasi kaolin hingga temperatur ruangan dan
Sampel padatan kaolin dari dianalisis menggunakan FTIR, XRD
daerah Tatakan, Tapin, Kalimantan dan SEM.
Selatan dikeringkan dalam oven
Sunardi, Irawati, U. dan Wianto, T., Karakterisasi Kaolin Lokal .............. 61

HASIL DAN PEMBAHASAN yang memiliki perbedaan lingkungan


Berdasarkan serapan spektra yaitu –OH yang terikat pada atom Al
FTIR dari sampel kaolin sebelum oktahedral pada permukaan atau pada
proses kalsinasi pada Gambar 2, antar lapis silikat.
terlihat puncak serapan tajam pada Bilangan gelombang gugus
-1
daerah 400 cm yang merupakan fungsional tersebut hampir sama
serapan hasil vibrasi Si-O dan puncak dengan data spektra kaolin yang
serapan pada daerah 540,07 cm-1 yang dikemukakan oleh Belver et al., (2002)
merupakan serapan hasil vibrasi ulur yaitu pada bilangan gelombang 468
dari Si-O-AlVI (Al oktahedral). Pita dan 428 cm-1 (adanya vibrasi ulur Si-
serapan yang muncul pada bilangan O), 536 cm-1 (vibrasi Si-O-AlVI, Al
gelombang 1010,70 dan 1033,85 cm-1 oktahedral), 1633 cm-1 (vibrasi tekuk –
menunjukkan vibrasi ulur Si-O- yang OH), 3459 cm-1 (vibrasi ulur –OH) dan
merupakan serapan khas dari mineral 3696 cm-1 (vibrasi ulur –OH,
kaolinit. Selain itu, puncak serapan oktahedral). Hal ini menunjukkan
pada daerah 1620,21 dan 3448,72 cm-1 bahwa struktur kaolin asal desa
berturut-turut adalah vibrasi tekuk –OH Tatakan dapat digolongkan ke dalam
yang terperangkap dalam kisi kristal keluarga mineral silikat alumina yang
dan vibrasi ulur –OH. Sedangkan pada menyerap air yang mengarah pada
-1
puncak serapan daerah 3600 cm mineral kaolinit.
menunjukkan adanya vibrasi ulur –OH

Gambar 2. Spektra FTIR kaolin sebelum dan setelah proses kalsinasi


62 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 8 No.1, Pebruari 2011 (59 – 65)

Dari Gambar 2 juga dapat dilihat dari beberapa gugus fungsi yang
bahwa puncak-puncak khas dari kaolin hilang.
sebelum kalsinasi tidak ditemukan Identifikasi komponen penyusun
pada spektra kaolin setelah kalsinasi. mineral kaolin dilakukan dengan
Berdasarkan Gambar 2 terlihat membandingkan posisi puncak
perubahan yang signifikan terjadi pada intensitas difraksi (2θ) pada
puncak-puncak khas kaolin, dimana difraktogram sinar-X sampel dengan
beberapa puncak yang ada pada harga posisi puncak intensitas difraksi
spektra kaolin sebelum kalsinasi hilang (2θ) standar yang terdapat pada Joint
pada spektra kaolin setelah kalsinasi. Committee for Powder Diffraction
Hilangnya puncak serapan gugus –OH Standards (JCPDS). Harga posisi
-1
pada daerah 4000-3000 cm yang puncak intensitas difraksi dari kaolin
sebelum kalsinasi terlihat kuat namun alam Tatakan ditunjukkan pada gambar
pada spektra setelah kalsinasi tidak 3. Puncak-punvak serapan muncul
muncul kembali. Hilangnya gugus –OH pada 2θ (°) = 6,28°; 12,14°; 12,42°;
pada kaolin disebabkan oleh 12,45°; 18,90°; 20,00°; 20,40°; 20,88°;
dehidroksilasi akibat pemanasan saat 22,12°; 24,88°; 25,00° dan 26,66°.
proses metakaolinisasi yang Harga 2θ (°) untuk mineral kaolinit
melibatkan suhu tinggi. Puncak adalah 12,42°; 20,40°; 24,88°, mineral
serapan pada bilangan gelombang klorit adalah 6,28°; 12,45°; 18,90°;
-1
1111, 1033, 1010 dan 910 cm dari 25,00°, mineral kuarsa adalah 20,88°;
kaolin yang menunjukkan adanya 26,66°, kristobalit adalah 22,12°
ikatan antara Si-O dan Al-O tidak (Amman, 2003) dan mineral haloisit
terdapat pada spektra kaolin setelah adalah 12,14°; 20,00° (Tan, 1998).
kalsinasi. Hal ini disebabkan pada Gambar 3 menunjukkan bahwa
kaolin setelah kalsinasi telah terjadi difraktogram kaolin setelah kalsinasi
perubahan struktur akibat pemanasan tidak memberikan puncak-puncak yang
yang menyebabkan putusnya ikatan- khas selain puncak-puncak dari kuarsa
ikatan antara Si-O dan Al-O. Spektra akibat proses kalsinasi pada
FTIR kaolin sebelum dan setelah temperatur mencapai 800ºC. Kaolin
kalsinasi dapat menjelaskan bahwa memiliki bentuk yang berlapis-lapis,
proses tersebut dapat menghasilkan akibatnya interaksi ikatan antar
spesies Si dan Al yang reaktif dilihat lapisnya tidak terlalu kuat, sehingga
dengan pemanasan ikatan antar
Sunardi, Irawati, U. dan Wianto, T., Karakterisasi Kaolin Lokal .............. 63

lapisan kaolin akan mudah putus. Si-O dan Al-O pada mineral kaolin.
Puncak-puncak dari kaolin sebelum Mineral kuarsa tidak mengalami
kalsinasi hilang akibat hancur/rusaknya kerusakan karena berada pada struktur
struktur kaolin menjadi fasa amorf yang sangat stabil dan baru akan rusak
akibat proses kalsinasi yang pada temperatur yang lebih tinggi, yaitu
disebabkan tidak cukup kuatnya ikatan sekitar 1200ºC.

Gambar 3. Difraktogram sinar X kaolin sebelum dan setelah proses kalsinasi


(komposisi K = Kaolinit, H= Haloisit, K = Kuarsa, Cl= Clorit dan
Cr = Cristobalit)

Gambar 4. Foto SEM kaolin sebelum dan sesudah proses kalsinasi


64 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 8 No.1, Pebruari 2011 (59 – 65)

Analisis morfologi dari kaolin dan terjadi pembentukan metakaolin


sebelum dan setelah kalsinasi berupa dengan fasa amorf mengikuti reaksi
hasil foto menggunakan SEM disajikan berikut (Alkan, 2005) :
pada Gambar 4 yang menunjukkan Al2Si2O5(OH)4 (s)  Al2Si2O5(OH)xO2-x (s)
bahwa kandungan dominan dari + (2-x/2) H2O (l)

morfologi khas kaolin yang berupa


kelompok lembaran heksagonal KESIMPULAN

berlapis dengan ukuran yang Proses kalsinasi kaolin pada

heterogen. Struktur kaolin memiliki temperatur 800ºC selama 3 jam

ukuran 1-10 µm dengan jumlah menunjukkan terjadinya kerusakkan

lembaran tiap lapis sekitar 10-50 buah struktur dari kaolin menjadi fasa amorf

(Murray, 2000). Gambar foto SEM tanpa diikuti kerusakan dari fraksi

kaolin setelah proses kalsinasi kuarsa yang mempunyai stabilitas


menunjukkan perubahan morfologi dari termal lebih tinggi.

kaolin dengan penampakan berupa


telah hancurnya lembaran UCAPAN TERIMA KASIH

pseudoheksagonal dari kaolin awal. Penulis mengucapkan terima

Kalsinasi adalah pemanasan kasih kepada Sdri. Teti Wahyuningsih,

pada temperatur tertentu untuk Fitriani dan Hesti Yuliana yang telah

menghilangkan komposisi tertentu membantu pelaksanaan penelitian ini.

serta menghilangkan molekul air


(dehidroksilasi). Pada temperatur DAFTAR PUSTAKA

rendah < 100ºC terjadi penyerapan air Alkan, M., C. Hopa, Z, Yilmas, H dan
Guler., 2005. The effect alkali
pada pori di permukaan kaolin. Pada concentration and solid/liquid
temperatur ~100-400ºC terjadi ratio on the hydrothermal
synthesis of zeolite NaA from
penghilangan berat yang berkaitan natural kaolinite. Microporous
dengan proses predehidrasi, yang and Mesoporous Materials 86,
176-184.
merupakan hasil penataan ulang
Belver, C., Muoz, M,A B., and Vicente,
lapisan oktahedral, pertama-tama M.A. 2002. Chemical Activated
terjadi pada gugus OH dipermukaan Of A Kaolin Under Acid And
Alkaline Conditions. Chem.
dan pada temperatur ~400-800ºC Mater. 14: 2033-2043.
terjadi proses dehidroksilasi
(penghilangan gugus OH pada kaolin
Sunardi, Irawati, U. dan Wianto, T., Karakterisasi Kaolin Lokal .............. 65

Konta, J. 1995. Clay and Man: Clay Mursi, S dan Minta R. 1994. ‘Zeolit’.
Row Materials in The Service of Tinjauan Literatur Pusat
Man. Appl. Clay Sci. Dokumentasi dan Informasi
Murray, H. H. 1999. Traditional and Ilmiah LIPI, Jakarta
New Applications for Kaolin, Sunardi., Arryanto, Y., Sutarno. 2009.
Smectit, and Plygorskite: A Adsorption Gibberelic Acid Onto
General Overview. Appl. Clay Natural Kaolin From Tatakan,
Sci. South Kalimantan. Indo. J.
Chem., 2009,9(3), 373-379.
Murray, H. H,. 2000. Traditional and
New Applications for Kaolin, Tan, K.H., 1982. Dasar-dasar Kimia
Smectite, and Polygorskita: A Tanah. terjemahan oleh
general overview. Appl. Clay Goenadi, D.H., Edisi I, Gadjah
Sci. 34: 39-49. Mada University Press,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai