Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Dasar adalah lembaga pendidikan yang merupakan basis

yang sangat menentukan pembentukan sikap, kecerdasan, dan kepribadian

peserta didik.Oleh karena itu masalah pendidikan di Sekolah Dasar harus

mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari semua pihak.

Oleh karena itu, maka upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar

merupakan salah satu faktor penentu dalam meningkatkan tujuan pendidikan

nasional. Sebagaimana yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan :

Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta


didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (Depdiknas, 2003 : 6).

Pendidikan sekarang berkembang pesat sejalan dengan

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.Jadi, seorang guru harus

dituntut bagaimana usahanya untuk membentuk muridnya menjadi manusia

yang mempunyai SDM yang bagus sehingga mampu bersaing di era

sekarang ini.Mata pelajaran di Sekolah Dasar merupakan program untuk

menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan

menilai ilmiah kepada siswa. Dalam pembelajaran IPS kesemuanya itu

1
harus dimiliki oleh seorang siswa. Dalam pembelajaran IPS guru harus

bertindak sebagai model yang mampu merancang sedemikian rupa

lingkungan belajar siswa sehingga mampu memecahkan masalah melalui

kegiatan mental, memberi kesempatan sehingga siswa akan menemukan

sendiri konsep maupun prinsip. Sementara itu guru juga bertindak sebagai

fasilitator yang membantu anak dalam kegiatan penemuan.

Setiap bidang ilmu, demikian juga IPS memiliki nilai-nilai penting

yang membuat siswa dapat bangkit kesadarannya tentang bagaimana tiap

individu dapat membuat suatu keputusan atau mengemukakan

pendapatnya.Melalui pendidikan dan pembelajaran, siswa tidak hanya

sekedar memperoleh pengetahuan, tetapi juga menemukan sendiri

pengetahuan melalui daya nalar siswa dan alat indera mereka. Hal ini

merupakan suatu penghargaan bagi dirinya, sehingga dapat menimbulkan

kepercayaan diri yang akhirnya akan terbentuk konsep diri pada siswa.

Pengembangan variasi mengajar yang dilakukan oleh guru

merupakan kegiatan yang terencana dan membuat tujuan yang hendak

dicapai, yaitu untuk meningkatkan hasil belajar dan menjadikan proses

belajar mengajar lebih bermakna serta tidak membosankan.

Kenyataan di SDI Teamate Kabupaten Gowa berdasarkan hasil

observasi selama peneliti mengajar (honor) di sekolah tersebut melihat

bahwa guru kelas selalu mengajar dengan menggunakan pembelajaran

langsung. Guru hanya membagikan buku paket kepada siswa kemudian

disuruh mencatat materi pelajaran. Setelah catatan semua selesai, siswa

2
langsung diberikan soal-soal tanpa materi yang dicatat itu dijelaskan kepada

siswa.Kami melihat bahwa guru kelas mengajar terlalu santai dengan tidak

mementingkan hasil belajar siswa.Apalagi siswa tidak mempunyai motivasi

belajar hanya senang bermain. Hal ini dilakukan oleh guru karena melihat

siswanya akan tenang bila diberikan catatan. Namun karena hal seperti ini

sudah dilakukan dalam jangka waktu yang lama maka akhirnya siswa pun

merasa bosan yang mempengaruhi hasil belajar siswa.Kemudian pada saat

diberikan evaluasi, hasil belajar siswa belum mencapai prestasi maksimal

sesuai yang diinginkan. Dalam pembelajaran IPS, nilai siswa sangat rendah

dengan nilai rata-rata 5,5 dengan skor ideal 100 (skor tertinggi) padahal

ketuntasan belajar siswa minimal 6,5.

Melihat realitas yang ada, guru perlu sebuah metode yang dapat

diterapkan supaya hasil belajar siswa dapat meningkat. Berkaitan dengan

hal-hal tersebut diatas, pada pembelajaran IPS, khususnya Mengenal sumber

daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan

kabupaten / kota dan privinsi. Materi ini adalah materi semester II yang

penulis anggap materi yang jika diajarkan dengan model pembelajaran yang

tepat akan menjadi materi yang menyenangkan dan berkesan karena dalam

pengajarannya guru dapat membawa langsung peserta didiknya

kelingkungan sekitar sekolah. Selanjutnya, model pembelajaran ini

diharapkan dapat menemukan pola yang lebih efektif untuk mengetahui

berbagai kelebihan dan kekurangannya sehingga hasilnya dapat diterapkan

pada pembelajaran yang lain.

3
Hal inilah yang menarik perhatian peneliti untuk mengangkat judul

penelitian : “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial melalui

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe snowball throwing pada Murid

Kelas IV SDN 240 PINRANG”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang

diselidiki dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimana menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif

TipeSnowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan

Sosial Murid Kelas IV SDN 240 PINRANG?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu

Pengetahuan Sosialmelalui penerapan model pembelajaran kooperatif

tipeSnowball Throwing pada Murid Kelas Kelas IV SDI Teamate

Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoretis: bagi akademisi atau lembaga pendidikan, hasil

penelitian inidapat dijadikan sebagai salah satu landasan atau referensi

untuk pengembangan teori maupun praktek pembelajaran.

2. Manfaat praktis:

4
a. Bagi guru; sebagai variasi kegiatan belajar mengajar, serta

memperkaya inovasi pembelajaran.

b. Bagi murid; memperoleh kesempatan untuk terlibat secara langsung

dalam proses pembelajaran.

c. Hasil penelitian ini dapat mendorong untuk meningkatkan kinerja

guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi

pembelajaran.

d. Bagi SD; sebagai lembaga pendidikan memperoleh salah satu

pendekatan pembelajaran yang inovatif sebagai upaya meningkatkan

hasil belajar murid.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR

DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Belajar

Istilah belajar adalah istilah lumrah kita dengar dalam kehidupan

sehari-hari. Untuk mengetahui lebih jauh, akan dikemukakan beberapa

pendapat.Gagne dalam Riyanto, 2010: 4 mengemukakan bahwa belajar

merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat

dipertahankan selama proses pertumbuhan. Suprijono (2011: 5)

menyatakan bahwa belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Belajar merupakan kebutuhan dasar individu yang dilakukan

sejak lahir sampai seumur hidup manusia.Kenyataan menunjukkan bahwa

dalam belajar senantiasa ditemukan dua golongan yaitu orang yang

berhasil, sukses dan tidak mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan

dalam belajar dan golongan orang yang mengalami hambatan atau

kesulitan.

Selanjutnya Sardiman (1991 : 15) mengemukakan bahwa

“belajar adalah senantiasa merupakan tingkah laku atau penampilan

dengan serangkian kegiatan misalnya membaca, mengamati,

mendengarkan, dan sebagainya”.

6
Gallowing dalam Ekawarna (2010: 43) menyatakan bahwa belajar

merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi,

pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain.proses belajar disini

antara lain mencakup pengaturan stimulasi yang diterima dan penyesuaian

dengan struktur kognitif yang terbentuk dalam pikiran seseorang

berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Jadi belajar sebagai usaha penguasaan ilmu pengetahuan yang

membawa suatu perubaan.Dengan belajar orang yang tadinya tidak tahu

menjadi tahu. Hal ini juga sejalan dengan pengertian belajar yang

dikemukakan oleh Slameto(1994 : 10) bahwa “pengalaman individu itu

sendiri dlam interaksi dengan lingkungannya”.

Pengertian lain yang dikemukakan oleh Rusyan (1998: 20) bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui

interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku, hanya berbeda

cara pencapaiannya. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian

pengalaman belajar.

Belajar dipengaruhi oleh dua pandangan, pertamapandangan yang

didasari bahwa peserta didik atau murid adalahmanusia yang pasif hanya

melakukan respon terhadap stimulus. Peserta didik akan belajar apabila

dilakukan pembelajaran oleh pendidik atau guru secara sengaja, teratur

dan berkelanjutan. Tanpa pembelajaran yang disengaja dan berkelanjutan,

makapeserta didik tidak mungkin melakukan kegiatan belajar. Kedua,

pandangan yang berdasarkan asumsi bahwa peserta didik adalah manusia

7
aktif yang selalu berusaha untuk berpikir dan bertindak didalam dan

terhadap kehidupannya. Belajar akan terjadi apabila peserta didik

berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial, maupun

lingkungan alam Djamarah ( 2000: 93).

Segala perubahan yang terjadi ditunjukkan dalam bentuk

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang merupakan hasil

belajar.Sudjana (2004: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan yang dimiliki oleh seorang anak setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Belajar itu sendiri merupakan proses dari

seseorang yang hasil belajarnya dipengaruhi oleh intelegensi dan

penguasaan awal anak tentang materi yang akan dipelajari.

Dari pengertian belajar tersebut di atas ada beberapa hal yang

penting yang perlu diperhatikan yaitu : (1) belajar merupakan suatu

perubahan tingkah laku yang lebih baik, (2) belajar merupakan suatu

perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman, (3) belajar

merupakan suatu proses, artinya berlangsung dalam satu waktu yang

cukup lama.

Secara umum belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan

tingkah laku yang relatif menetap yang terjadi sebagai hasil pengalaman

atau latihan.Yang dimaksud dengan pengalaman adalah segala kejadian

yang dengan sengaja dilakukan secara berulang-ulang.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar

merupakan suatu proses yang mengakibatkan beberapa perubahan yang

8
relatif menetap dalam tingkah laku seseorang yaitu perubahan dalam cara

berpikirnya, perubahan dalam cara merasa, dan perubahan dalam

melakukan sesuatu.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Istilah hasil belajar terdiri atas dua kata yakni “hasil” dan

“belajar”. Menurut kamus Bahasa Indonesia “hasil” berrti sesuatu yang

diadakan (dibuat, dijadikan, dan sebagainya) oleh suatu usaha

sedangkan “belajar” mempunyai banyak pengertian diantaranya adalah

belajar merupakan perubahan suatu proses.

Abdurrahman (1999 : 37) menyatakan bahwa “hasil belajar

adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan

belajar”. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang

yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan yang

menetap. Anak dikatakan berhasil dalam belajar apabila berhasil

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

Dalam pembelajaran tingkat penguasaan materi belajar murid

dapat dilihat dari skor ketuntasan belajar mengajar yang diperoleh,

dimana ketuntasan belajar merupakan besarnya tingkat penguasaan

materi oleh murid setela diberikan suatu tes dan setelah melalui proses

belajar mengajar. Tingkat keberhasilan murid dalam menguasai materi

pelajaran dapat diketahui dengan menggunakan lat ukur yang berupa

tes hasil belajar.

9
Berdasarkan urian di atas, dapat disimpulkan bahwa

ketuntasan belajar adalah suatu pola belajar yang mengharuskan

pencapaian murid secara tuntas terhadap apa yang telah dipelajarinya

dan berdasarkan skor penguasaan minimal yang telah ditetapkan

(standar ketuntasan).

Hasil belajar adalah prestasi yang dicapai siswa dalam bidang

studi tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat

pengukuran keberhasilan belajar seseorang. Djamarah (1996 : 163)

menyatakan bahwa hasil belajar merupakan prestasi dan kesan-kesan

yang diperoleh dan mengakibatkan perubaan dlam diri individu

sebagai hasil aktivitas dalam belajar. Berdasarkan pendapat tentang

hasil belajar di atas maka kegiatan belajar mengajar dapat digunakan

sebagai ukuran tingkat penguasaan pengetahuan dan keterampilan

siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam bidang tertentu.

b. Fungsi Hasil Belajar

1) Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas

2) Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar

3) Meningkatkan motivasi belajar murid

4) Evaluasi diri terhadap kinerja murid

c. Tujuan Hasil Belajar

1) Tujuan umum hasil belajar yaitu :

10
a) Menilai pencapaian kompetensi peserta didik

b) Memperbaiki proses pembelajaran

c) Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar murid

2) Tujuan khusus hasil belajar yaitu :

a) Mengetahui kemajuan dan hasil belajar murid

b) Mendiagnosis kesulitan belajar

c) Memberi umpan balik atau perbaikan proses belajar

mengajar

d) Penentuan kenaikan kelas

3. Pembelajaran IPS

Istilah ilmu pengetahuan sosial (IPS).Berbagai pengertian ataupun

pengalaman yang muncul dalam pikiran pada saat mendengar istilah EPS.

Di samping istilah yang ada, sering ditemui dua istilah lain yang kadang-

kadang digunakan oranguntuk menyebut bidang studi IPS ini, kedua istilah

tersebut adalah social education dan social learning.Kedua istilah tersebut

lebih menitikberatkan kepada berbagai pengalaman di sekolah yang

dipandang dapat membantu anak didik untuk lebih mampu bergaul

ditengah-tengah masyarakat. Tetapi menurut beberapa pihak kedua istilah

tersebut dirasakan terlalu luas di banding dengan istilah sosial studies atau

IPS.

Ruang lingkup IPS hampir tidak ada batasnya.Dikatakan bahwa

ruang lingkupnya adalah seluas dunia dan sepanjang sejarah manusia

(aswide as the world arid as long as the history of man). Kenyataan ini

11
barangkali mengandung data sejarah masa lampau serta kenyataan dimasa

depan yang diproyeksikan dari keadaan masa sekarang.

Kendatipun demikian, sebenarnya IPS dapat dibatasi ruang

lingkupnya dengan hanya menggunakan satu kata, yaitu manusia.Manusia

tinggal dan hidup suatu tempat tertentu disebut geografi.Manusia hidup di

dunia dengan upaya mencari nafkah atau saling tukar menukar kebutuhan

hidupnya disebut ekonomi.Manusia hidup dalam kelompok-kelompok

yang bervariasi seperti keluarga, kelompok kesukuan, kelompok

pergaulan, masyarakat, maupun kelompok kepentingan disebut sosiologi

atau anthropologi.Manusia mengatur dirinya sendiri atau diorganisir dalam

berbagai unit politik disebut ilmu politik atau pemerintahan, Semua aspek

penting dalam rangka mempelajari hakikat manusia tersebut memerlukan

program IPS yang efektif, sekalipun pada tingkat sekolah dasar.

a. Perkembangan Pendidikan IPS

Pertama kali Social Studies dimasukkan secara resmi ke dalam

kurikulum sekolah adalah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau

sekitar setengah abad setelah Revolusi Industri (abad 18), yang

ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi

tenaga mesin. Alasan dimasukannya social studies (IPS) ke dalam

kurikulum sekolah karena berbagai ekses akibat industrialisasi di

berbagai negara di belahan dunia juga terjadi, di antaranya perubahan

perilaku manusia akibat berbagai kemajuan dan ketercukupan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendorong

12
industrialisasi telah menjadikan bangsa semakin maju dan modern,

tetapi juga menimbulkan dampak perilaku sosial yang kompleks.Para

ahli ilmu sosial dan pendidikan mengantisipasi berbagai kemungkinan

ekses negatif yang mungkin timbul di masyarakat akibat dampak

kemajuan tersebut.Sehingga untuk mengatasi berbagai masalah sosial

di lingkungan masyarakat tidak hanya dibutuhkan kemajuan ilmu dan

pengetahuan secara disipliner, tetapi juga dapat dilakukan melalui

pendekatan program pendidikan formal di tingkat sekolah.

Latar belakang perlu dimasukkannya Social studies dalam

kurikulum sekolah di beberapa negara lain juga memiliki sejarah dan

alasan yang berbeda-beda. Amerika Serikat berbeda dengan di Inggris

karena situasi dan kondisi yang menyebabkannya juga berbeda.

Penduduk Amerika Serikat terdiri dari berbagai macam ras di

antaranya ras Indian yang merupakan penduduk asli, ras kulit putih

yang datang dari Eropa dan ras Negro yang didatangkan dari Afrika

untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan negara tersebut. Pada

awalnya penduduk Amerika Serikat yang multi ras itu tidak

menimbulkan masalah. Baru setelah berlangsung perang saudara

antara utara dan selatan atau yang dikenal dengan Perang Budak yang

berlangsung tahun l861-1865 di mana pada saat itu Amerika Serikat

siap untuk menjadi kekuatan dunia, mulai terasa adanya kesulitan,

karena penduduk yang multi ras tersebut merasa sulit untuk menjadi

satu bangsa.

13
Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam

kurikulum sekolah di Indonesia juga hampir sama dengan di beberapa

negara lain, di antaranya situasi kacau dan pertentangan politik bangsa,

kondisi keragaman budaya bangsa (multikultur) yang sangat rentan

terjadinya konflik. Sehingga, sebagai akibat konflik dan situasi

nasional bangsa yang tidak stabil, terlebih adanya pemberontakan

G30S/PKI dan berbagai masalah nasional lainnya di pandang perlu

memasukan program pendidikan sebagai propaganda dan penanaman

nilai-nilai sosial budaya masyarakat, berbangsa dan bernegara ke

dalam kurikulum sekolah.

Pertimbangan lain dimasukkannya social studies ke dalam

kurikulum sekolah adalah karena kebutuhan murid sekolah, di mana

kemampuan murid sangat menentukan dalam pemilihan program

pendidikan lanjut dan pengorganisasian materi social studies. Agar

materi pelajaran social studies lebih menarik dan lebih mudah dicerna

oleh murid sekolah dasar dan menengah, bahan-bahannya diambil dari

kehidupan nyata di lingkungan masyarakat.Bahan atau materi yang

diambil dari pengalaman pribadi, teman-teman sebaya, serta

lingkungan alam, dan masyarakat sekitarnya. Hal ini akan lebih mudah

dipahami karena mempunyai makna lebih besar bagi para murid dari

pada bahan pengajaran yang abstrak dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial.

Rumusan tentang pengertian IPS telah banyak dikemukakan

oleh para ahli IPS atau social studies.Di sekolah-sekolah Amerika

14
pengajaran IPS dikenal dengan social studies.Jadi, istilah IPS

merupakan terjemahan social studies.Dengan demikian IPS dapat

diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang masyarakat”.Dalam

mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari berbagai

perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi,

ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek

psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih luas tentang IPS,

dibawah ini akan diuraikan beberapa pengertian yang dikemukakan

oleh beberapa tokoh pendidikan terkenal, baik tokoh-tokoh dari

Amerika Serikat maupun Tokoh-tokoh IPS dari Indonesia.

1. Edgar B Wesley menyatakan bahwa social studies are the social

sciences simplified for paedagogieal purposes in school. The social

studies consist of geografy history, economic, sociology, civics and

various combination of these subjects. (Ilmu kemasyarakatan

adalah ilmu pengetahuan sosial disederhanakan untuk penggunaan

paedagogieal di sekolah. Ilmu kemasyarakatan terdiri dari riwayat

geografy, ekonomi, sosiologi, kewarganegaraan dan berbagai

kombinasi dari subyek ini).

2. John Jarolimek mengemukakan bahwa The social studies as a part

of elementary chool curriculum draw subject-matter content from

the social science, history, sociology, olitical science, social

15
psychology, philosophy, antropology, and economic. (Ilmu

kemasyarakatan sebagai satu bagian dari gambar kurikulum

sekolah dasar konten pokok pembahasan dari sosial pengetahuan,

riwayat, sosiologi, ilmu pengetahuan politik, psikologi sosial,

filsafat, antropology, dan ekonomi).

3. Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah

perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial.

Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni

sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geokrafi,

ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan

untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang

disederhanakan agar mudah dipelajari.

4. S. Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan

fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa

IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan

dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai

subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan

psikologi sosial.

b. Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Mata pelajaran di Sekolah Dasar merupakan program untuk

menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap

dan menilai ilmiah kepada murid. Dengan pelajaran IPS diharapkan

murid dapat memahami konsep-konsep IPS dan memilki keterampilan

16
proses untuk mengembangkan pengetahuan dan ide tentang kehidupan

bermasyarakat.

Pada dasarnya Pendidikan IPS merupakan penyederhanaan

dari materi ilmu-ilmu sosial untuk keperluan pembelajaran di

sekolah.Dengan penyederhaan materi tersebut, maka para murid

dengan mudah dapat melihat, menganalisis dan mamahami gejala-

gejala yang ada dalam masyarakat lingkungannya. Konsep utama

Pendidikan IPS adalah interaksi individu dengan lingkungannya.

Sedangkan pembelajaran Pendidikan IPS mempergunakan pendekatan

integratif.

Tujuan Pendidikan IPS dapat dikelompokkan menjadi empat

kategori berikut ini. Knowledge, yang merupakan tujuan utama

Pendidikan IPS, yaitu membantu para murid belajar tentang diri mereka

sendiri dan lingkungannya.Hal-hal yang dipelajari sehubungan dengan

ini adalah geografi, sejarah, politik, ekonomi, antropologi dan

sosiopsikologi.Keterampilan, yang berhubungan dengan tujuan

Pendidikan IPS, dalam hal ini mencakup keterampilan berpikir

(thinking skills).Attitudes, dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok

sikap yang diperlukan untuk tingkah laku berpikir (intelectual

behaviour) dan tingkah laku sosial (social behaviour). Value, dalam

hubungan ini, adalah nilai yang terkandung dalam masyarakat yang

didapatkan dari lingkungan masyarakat sekitar maupun lembaga

pemerintahan (falsafah bangsa).Termasuk didalamnya adalah nilai-nilai

17
kepercayaan, nilai ekonomi, pergaulan antarmanusia, ketaatan pada

pemerintah, hukum, dan lain-lain.

Sedangkan tujuan utama Pendidikan IPS adalah untuk

melatih murid dapat bertanggungjawab sebagai warga negara yang

baik. Di samping itu juga untuk menolong anak dan pemula untuk dapat

aktif berpengetahuan, menjadi manusia yang mampu beradaptasi,

mampu berfungsi dan berperan dalam menghadapi seluruh

kehidupannya dan mampu menyesuaikan dengan kondisi

lingkungannya lewat kegiatan pembelajaran Pendidikan IPS di SD.

Joycedalam Suprijono (2010:46).

Terdapat beberapa orientasi Pendidikan IPS, yang sebenarnya

dari waktu ke waktu akan berubah sesuai dengan kebutuhan

masyarakat, yaitu pertama, menanamkan etika sosial, dengan

mengupayakan peserta didik agar berperilaku sesusai dengan norma-

norma dan nilai-nilai yang berlaku, seperti berkelakuan baik, berani

membela kebenaran dan keadilan, bekerja sama, suka menolong, dan

sebagainya. Kedua, orientasi nilai disiplin ilmu yang dapat memperkuat

orientasi pertama tadi.Dalam orientasi ini, ilmu-ilmu variabel-

variabelnya, dengan hukum-hukumnya, sehingga terjadi peristiwa sosial

tertentu.

Ketiga, orientasi keterampilan teknik dan partisipasi sosial

dalam kehidupan sosial di tempat mereka berada.Dari praktek

kehidupan nyata itulah murid belajar lebih jauh, sehingga akhirnya

18
mereka lebih adaptif terhadap kehidupan yang senantiasa

berubah.Keempat, orientasi kemampuan memecahkan masalah dan

berinovasi, yang diperlukan setelah murid mampu berpartisipasi

aktif.Mereka mampu berinovasi dalam memperbaiki kualitas hidupnya,

bahkan juga masyarakatnya ke arah yang lebih baik.

Adapun fungsi Pendidikan IPS di SD ialah mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial

yang dihadapi murid dalam kehidupan sehari-hari.Sedangkan

pengajaran sejarah berfungsi menumbuhkan rasa kebangsaan dan

kebanggaan terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa

lalu hingga masa kini.Pendidikan IPS di SD bertujuan agar murid

mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang

berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari.Pengajaran sejarah

bertujuan untuk mengembangkan pemahaman tentang perkembangan

masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga kini agar murid memiliki

kebanggaan sebagai Bangsa Indonesia dan cinta tanah air.

4. Model Pembelajaran KooperatifTipe snowball throwing

a. Pengertian Model Pembelajaran

Kiswoyo dalam Ekawati(2010: 62) menyatakan bahwa

“model” dalam konteks pembelajaran diartikan sebagai suatu pola

kegiatan Guru-Siswauntuk menghasilkan perubahan-perubahan yang

19
terjadi pada diri siswa sebagai akibat perbuatan mengajar dan belajar.

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang

berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan

implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran

dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan

kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di

kelas.

Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.

Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang

akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran,

tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran,

dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan

sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar.

Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model adalah “each model

guides us as we design instruction to help students achieve various

objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta

didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan

mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai

20
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam

merencanakan aktivitas belajar mengajar.

b. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas

meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang

lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.Secara umum

pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana

guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan

bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membentu peserta

didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya

menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar

dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang

membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-

asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan

benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model

pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran

efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan : (1) “memudahkan siswa

belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti, fakta, keterampilan, nilai,

konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan,

nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.

Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua

belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk

21
mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran

kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah :

1) Positive interdependence (saling ketergantungan positif)

Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif

yaitu :

a) Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya

terintegrasi dalam kelompok

pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok

mencapai tujuan. Peserta didik harus bekerja sama untuk dapat

mencapai tujuan. Tanpa kebersamaan, tujuan mereka tidak

akan tercapai.

b) Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan

penghargaan yang sama

Hal ini dilakukan agar setiap kelompok merasa bahwa hasil

dari kerja kelompoknya merupakan pekerjaan yang

kedepannya harus ditingkatkan lebih baik lagi jika kelompok

mereka berhasil mencapai tujuan.

c) Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam

kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas

kelompok.

Artinya, mereka belum dapat menyelesaikan tugas, sebelum

mereka menyatukan perolehan tugas mereka menjadi satu.

22
d) Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang

saling mendukung

Maksudnya setiap pekerjaan peserta didik harus saling

berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat dengan

peserta didik lain dalam kelompok.

2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)

Beberapa cara menumbuhkan tanggung jawab

perseorangan adalah :

a) Kelompok belajar jangan terlalu besar

Hal ini dilakukan agar dalam menyelesaikan tugas peserta didik

mudah dikontrol oleh guru serta diharapkan dalam proses

pembelajaran dapat berjalan lancar.

b) Melakukan assesmen terhadap setiap siswa

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa perlu diadakan

pengukuran terhadap keberhasilan belajar dengan tujuan

membentuk anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat.

c) Memberi tugas kepada siswa

Pemberian tugas ini dipilih secara random untuk

mempresentasikan hasil kelompoknya kepada guru maupun

kepada seluruh peserta didik di depan kelas hal ini dilakukan

23
untuk melatih tanggung jawab dan keberanian siswa tampil di

depan teman-temannya

d) Mengamati setiap kelompok

Hal yang dilakukan oleh seorang guru yaitu mencatat frekuensi

individu dalam membantu kelompok untuk mencapai

ketuntasan materi yang disajikan

e) Menugasi seorang peserta didik untuk berperan sebagai

pemeriksa di kelompoknya

artinya seorang peserta didik diberi kepercayaan untuk

memperhatikan semua pekerjaan temannya hal ini dilakukan

untuk menumbuhkan kejujuran dalam kelompok.

f) Menugasi peserta didik mengajar temannya

Sejumlah peneliti menunjukkaan bahwa dalam setting

kelas,siswa lebih banyak belajar dari satu teman keteman

lainnya di antara sesama siswa bila dibandingkan dengan

belajar dari gurunya.

3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif)

Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling

ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah :

a) Saling membantu secara efektif dan efisien

24
Artinya bahwa untuk mencapai sesuatu tidak dapat dicapai

secara sendiri melainkan harus dikerjakan secara bersama-sama

agar tujuan yang ingin dicapai dapat berjalan dengan lancar

b) Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan.

Maksudnya Siswa yang berkemampuan tinggi dapat menjadi

tutor bagi siswa yang berkemampuan rendah. Dalam proses ini

siswa berkemampuan lebih tinggi secara akademis mendapat

keuntungan, karena pengetahuanya dapat lebih mendalam.

c) Saling mengingatkan

Maksudnya apabila dalam suatu kelompok terjadi kesalah

pahaman maka anggota kelompok mesti menasehati teman

kelompoknya dengan menggunakan pesan yang mudah

dipahami dan tidak menyinggung perasaan teman

kelompoknya.

d) Salin percaya

Dalam pembelajaran kelompok saling percaya sangat

diperlukan karena dengan adanya saling percaya peserta didik

dapat belajar dengan santai tapi serius dengan teman

kelompoknya tanpa ada beban yang dihadapi

e) Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

Maksudnya motivasi tidak hanya penting untuk menjadikan

seseorang peserta didik terlibat dalam kagiatan belajar. Tetapi

25
juga penting dalam menentukan seberapa jauh peserta didik

tersebut akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau

seberapa jauh peserta didik tersebut memperoleh pengetahuan

dalam suatu pelajaran

4) Interpersonal skiil (komunikasi antaranggota)

Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah

keterampilan sosial. Untuk mengoordinasikan kegiatan peserta

didik dalam pencapaian tujuan peserta didik harus :

a) Saling mengenal dan memercayai

Kerjasama antar anggota kelompok yang landasi dengan saling

mengenal dan saling memercayai dapat mempermudah

kerjasama dengan orang lain hal ini seorang peserta didik

dengan mudah mengenali dan membedakan perasaan serta apa

yang dialami teman dan orang lain

b) Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius

Maksudnya setiap anggota kelompok mampu berkomunikasi

dengan anggota kelompoknya untuk merencanakan

danmenyusun pekerjaan sehingga dapat diselesaikan secara

efektif dan efisien tanpa didasari dengan sikap ambisius

c) Saling menerima dan saling mendukung

Maksudnya hubungan kerjasama dapat dibangun dengan

mengembangkan sikap saling menerima kekurangan/ kelebihan

teman kelompoknya dan saling mendukung satu sama lain

26
d) Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif

Denganadanya saling kerjasama dengan anggota

kelompoknya,seorang peserta didik bukan hanya dituntut

mampu menyelesaikan tugasnya secara teori tapi mampu

menyelesaikan konflik secara konstruktif.

5) Group processing ( pemrosesan kelompok)

Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui

pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan

kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di

antara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang

tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah

meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi

terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.

Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara

keseluruhan.

c. Metode Snowball Throwing

1) Pengertian Snowball Throwing (Lemparan Bola Salju)

Pembelajaran model Snowball Throwing adalah salah satu

teknik pembelajaran berkelompok yang direkomendasikan oleh

27
Departemen Pendidikan Nasional untuk diterapkan di sekolah.

Teknik ini diawali dengan penyampaian materi dan tujuan

pembelajaran, kemudian para siswa dikelompokkan untuk

membahas materi dan menuliskan pertanyaan yang berkaitan

dengan materi. Setelah itu, mereka membuat gulungan kertas-

kertas kerja yang membentuk bola dan dilemparkan dari murid

yang satu ke murid lainnya. Setelah selesai,dalam kelompoknya

masing-masing untuk dikumpul dan dikoreksi oleh guru.

Model Snowball Throwing menerapkan model

pembelajaran kooperatif dengan menggunakan permainan bola

kertas. Hal ini sangat cocok untuk murid ditingkat dasar yang akan

lebih mudah memahami dan menemukan konsep-konsep dasar

yang sulit apabila mereka saling berdiskusi dengan teman

sekelasnya.

Teori yang lain mengatakan bahwa pembelajaran IPS

dengan menggunakan teknik bermain dan berkelompok lebih

efektif untuk meningkatkan dorongan berprestasi murid.

Pembelajaran secara berkelompok akan juga menambah

kemampuan siswa dalam interaksi sosial di kelasnya. murid belajar

bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mereka akan saling

membantu satu sama lain.

Dalam teknik ini, kelas disusun dalam kelompok kecil yang

terdiri dari 3 atau 4 murid dengan kemampuan yang heterogen. Hal

28
ini bermanfaat untuk melatih murid untuk menerima perbedaan

pendapat dan bekerjasama dengan teman yang berbeda latar

belakang dan kompetensinya. Pada pembelajaran IPS,ketua

kelompok harus yakin bahwa seluruh anggota kelompoknya sudah

memahami materi dan mampu membuat soal yang lain. Anggota

kelompok diminta menjelaskan kembali dan menuliskan satu

pertanyaan tentang materi di kertas kerja yang telah dibagikan.

Apabila seluruh anggota kelompok mampu menjawab pertanyaan

teman-teman kelompok mereka, maka kertas yang berisi

pertanyaan tersebut digulung menjadi seperti bola dan dilempar

dari satu kelompok ke kelompok lainnya.

Setelah masing-masing siswa mendapatkan satu bola / satu

pertanyaan, mereka diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan

yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara

bergantian.

Pertanyaan dalam kertas kemudian diganti dengan

pertanyaan lain yang harus dibuat oleh murid yang menerima bola

kertas tersebut. Di akhir pembelajaran, murid dapat mengumpulkan

kertas kerja yang telah dibuat dan secara berkelompok diberikan

kepada guru.

2) Langkah-langkah model pembelajaran snowball throwing

Langkah-langkah penerapan model pembelajran snowball

throwing dapat dilakukan sebagai berikut :

29
a) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
b) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil
masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan
tentang materi
c) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya
masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang
disampaikan oleh guru kepada temannya.
d) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas
kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang
menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
e) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti
bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ±
15 menit.
f) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan
kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
g) Evaluasi
h) Penutup

3) Kelebihan model pembelajaran snowball throwing

a) Melatih siswa dalam memimpin sebuah kelompok


Tugas setiap ketua kelompok yaitu memberikan penjelaskan
tentang materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
dan diharapkan apa yang dijelaskan oleh ketua kelompok dapat
dipahami oleh anggotanya
b) Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga
pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
Kegiatan yang dilakukan yaitu masing-masing siswa diberikan
satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa
saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut

30
dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang
lain selama ± 15 menit.Setelah siswa dapat satu bola/satu
pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola
tersebut secara bergantian.

4) Kelemahan model pembelajaran Snowball Throwing

a) Kemungkinan anggota kelompok kurang memahami penjelasan


ketua kelompoknya
Terkadang peserta didik kurang memahami pejelasan ketua
kelompoknya disebabkan karena setiap peserta didik mempunyai
watak yang berbeda-beda.
b) Memancing keributan dalam kelas
dimana masing-masing siswa mencari gulungan kertas yang
dilepar oleh temanya dan terkadang ada siswa yang tidak
mendapatkan gulungan kertas tersebut.

B. Profil Sekolah

I. PROFIL SEKOLAH

Nama sekolah : SDN 240 PINRANG

Nomor induk sekolah : 1001604065

Nomor statistic sekolah : 10119404065

Alamat

a) Jalan : Serigala

b) Desa / Kelurahan : Benteng Sawitto

c) Kecamatan : Paleteang

31
d) Kabupaten / Kota : Pinrang

e) Provinsi : Sulawesi Selatan

f) Kode Pos : 91213

g) No. Telepon : (0421) –

Mulai Operasional : Tahun 1981

Luas Tanah : 2200 𝑚2

Status Tanah : Milik Sendiri

Status Bangunan : Milik Sendiri

Terakreditasi :B

II. KEPALA SEKOLAH

Nama : SITTI HALIYANI, S.Pd, MM

NIP : 19641231 198411 2 009

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Pinrang, 31 Desember 1964

Pangkat / Golongan : Pembina Tk. I,IV/b

Pendidikan terakhir : STRATA SATU (S1)

Alamat Rumah : JL. Kelinci Pimrang

32
Adapun nama-nama guru yang menjabat disekolah SDN 240 PINRANG

itu diantaranya sbb :

NO NIP NAMA GURU MAPEL/GURU KELAS

1. 196412311984112009 Sitti Haliyani,S.Pd,MM Kepala sekolah

2. 196401011985112002 Hj.St. Rabaniah,S.Pd Wali kelas 2A

3. 196809171991072001 Hj.Syamsiar,S.Pd Wali kelas 6

4. 196805081988122001 Hj.Rasnawati,S.Pd Wali kelas 5A

5. 195612311988032002 Hj.St.Fatimah,S.Pd Guru PAI

6. 196305091988032005 Hj.Pahita,S.Pd Wali kelas 1

7. 197708312002122005 Hj.Hadariah,S.Pd Wali kelas 5B

8. 196712311966032008 Normah,S.Pd Wali kelas 3

9. 196604251989032009 Hermawati,S.Pd Wali kelas 4A

10. Hasni,S.Pd Guru Bahasa Daerah

11. Mahdiah,S.Pd Wali kelas 4B

33
12. Muh.Said,S.Pd Penjaskes

13. Harnita Damisa,A.Ma Wali kelas 2B

14. Nurida,A.Ma Guru Bahasa Inggris

15. Lisa,S.Pd Operator Sekolah

16. Nasruddin Kebersihan

Selain nama-nama guru telah dicamtumkan diatas dimana jumlah gurunya

sebanyak 19 guru yang semua gurunya sudah menempuh kenjenjang strata 1

(S1),Ruangan kelas di SDN 240 PINRANG memiliki ruangan kelas sebanyak 9

dimulai dari kelas 1 sampai kelas 6 sebagian kelas terbagi menjadi 2 ruangan yaitu

(A dan B) diantaranya kelas 2,4,dan 5 karena ruangannya belum cukup memadai

dan masih banyak digunakan oleh siswa sampai sekarang. Disekolah ini juga

memiliki ruangan perpustakaan dan Komputer, dimana perpustakaan ini berfungsi

sebagai ruang bacaan bagi setiap siswanya, dan apabila ada seorang siswa ingin

meminjam sebuah buku maka perpustakaan inilah tempatnya untuk memenuhi

sarana siswa di sekolah tersebut. Ruangan komputer ini memiliki sebanyak 1

ruangan dimana ruangan ini berfungsi untuk melatih para siswa agar lebih

mengetahui bagaimana memperoleh informasi yang cepat,dan akurat serta siswa

juga dilatih untuk mengetahui apa saja isi dari seperangkat komputer tersebut

dalam proses pembelajaran. Adapun sarana sekolah yang menunjang proses

belajar mengajar sebanyak 423 sarana yang terdiri dari meja guru ,kursi guru yang

letaknya di ruangan guru, papan tulis, kursi dan meja belajar siswa di kelas dan

34
meja baca yang leaknya di ruangan perpustakaan serta kursi,meja,meja tamu dan

lemari pimpinan yang letaknya diruangan kepala sekolah. Selain ruangan dan

nama-nama guru sekolah ini juga memilki konsep mata pelajaran yang akan

diajarkan oleh siswanya,dalam hal ini mata pelajaran yang diajarkan pun terdiri

dari :

a) Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) f.) Bahasa Daerah

b) Bahasa Inggris g.) Matematika

c) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) h.) Bahasa Indonesia

d) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) i.) Penjaskes

e) Pendidikan Agama Islam (PAI) j.) Komputer

Di sekolah SDN 240 PINRANG ini mempunyai beberapa Unit Kegiatan

Siswa (UKS) yang diantaranya bacaan shalat,yasinan,unit kesehatan sekolah,hari

kebersihan,SKJ,menari,gerak jalan.kegiatan bacaan shalat ini dilaksanakan setiap

rabu sekali dalam seminggu dimana siswa harus selalu taat dan beriman kepada

allah swt dan tidak lupa melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim.

kegiatan olahraga (sepak bola, bola volley, takraw,dan badminton) yang setiap

hari senin s/d kamis dilakukan ini dimana seorang siswa juga dilatih untuk

bagaimana siswa melakukan serangkaian kegiatan olahraga yang baik dan benar.

kegiatan kesehatan sekolah yang setiap harinya dilakukan yang apabila ada salah

seorang siswa yang lagi dalam kondisi kurang sehat maka kegiatan kesehatan

sekolah inilah yang sangat berperan penting dalam membantu siswa tersebut

dalam memulihkan kondisinya kembali.kegiatan hari kebersihan dilaksanakan

setiap hari sabtu agar setiap siswa selalu menjaga kebersihan disekitarnya baik

35
dilingkungan sekolah maupun dilingkungan rumahnya.kegiatan SKJ dilaksanakan

pada hari selasa,kamis,dan sabtu unntuk membantu siswa dalam melakukan

oertumbuhan badannya agar selalu tetap sehat dan bugar. Kegiatan menari ini

dilaksanakn setiap ad perlombaan di hari 17 agustus dimana menari ini dilatih

siswa terutama putrinya dalammelemaskan otot-otot kelenturan badannya. Dan

yang terakhir adalah kegiatan geraka jalan dimana dilaksanakan seperti halnya

dengan menari.

Dari pemaparan kegiatan diatas,kegiatan tersebut sering diperlombakan

setiap tahunnya pada hari kemerdekaan RI dan hari-hari lainnya. kegiatan siswa di

SDN 240 PINRANG ini selalu mendapatkan kemenangan. Karena tidak kita

sadari bahwa siswa-siswi dari sekolah mengukir banyak prestasi yang sangat

membanggakan berkat keberhasilan siswanya tersebut sekolah ini sekarang

banyak dikenal oleh para masyarakat.

C. Kerangka Pikir

Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dan

siswa. Interaksi guru dan siswa sebagai makna utama proses pembelajaran

memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

efektif. Kedudukan siswa dalam proses belajar mengajar adalah sebagai

subjek dan sekaligus sebagai objek dalam pembelajaran, sehingga proses atau

kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai

suatu tujuan pembelajaran.

36
Namun banyak hal yang mempengaruhi untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diinginkan, salah satu diantaranya adalah diperlukan

ketepatan metode atau strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Karena dengan menggunakan model atau pendekatan yang tepat maka akan

menimbulkan motivasi dan kemandirian belajar bagi siswa. Pendekatan

Snowball Throwing sebagai salah satu model pembelajaran yang baik untuk

diterapkan khususnya pada bisang studi IPS karena dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa dan kemandirian belajar siswa sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Yang terpenting dalam penerapan teknik

Snowball Throwing adalah siswa tidak merasa bahwa belajar itu adalah suatu

beban, akan tetapi merasa bahwa belajar itu adalah suatu hal yang

menyenangkan

37
Gambar 2.1 Kerangka Pikir

- Hasil belajar IPS masih


sangat rendah niai KKM 65
Kondisi Awal %.
- Guru masih menggunakan
model pembelajaran secara
konvensional.

Tindakan yang Penerapan model


harus Pembelajaran snowball
dilakukan throwing

Kondisi Akhir Hasil belajar IPS Meningkat


70 – 80 %

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis sebagai dugaan sementara dalam penelitian ini adalah

“jika model pembelajaran Snowball Throwing diterapkan maka hasil

belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Murid Kelas IV SDN 240 PINRANG

dapat meningkat”.

38
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Elliot dalam sanjaya (2009: 25) menyatakan bahwa penelitian

tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk

meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan, dan mempelajari pengaruh yang ditimbilkannya.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang mengkaji

peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada murid kelas IV SDN

240 PINRANG

. Bentuk penelitian tindakan kelas yaitu berdaur ulang, meliputi :

perencanaan, pelaksanan tindakan, observasi, dan refleksi.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada model pembelajaransnowball throwing

yang menyelidiki faktor-faktor sebagai berikut:

1. Faktor proses, yaitu penerapan model pembelajaran snowball throwing

dalam proses pembelajaran agar murid lebih meningkatkan hasil

belajarnya.

2. Faktor hasil, yaitu untuk melihat hasil belajar murid dalam mata pelajaran

IPS baik sebelum maupun sesudah penerapan model

pembelajaransnowball throwing.

39
C. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam 2 siklus kegiatan.

Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan

refleksi. tindakan pada tiap siklus mencakup tahap-tahap sebagai berikut :

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Sumber : Suharmisi (2008 : 16)

Siklus I

a. Perencanaan

Tahap perencanaan dengan kegiatan utama sebagai berikut :

1) Menelaah kurikulum kelas IV mata pelajaran IPS.

2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

3) Membuat lembar observasi.

40
4) Membuat alat evaluasi.

5) Format penilaian

6) Media pembelajaran

b. Tindakan

Tahap tindakan terdiri :

Dalam proses pembelajaran Kegiatan tatap muka dilaksanakan 4 kali

pertemuan,dimana persentasi pembelajaran dilaksanakan 3 kali yaitu

dengan Mengembangkan metode Snowball throwing, yakni Guru

menyampaikan materi yang akan disajikan, guru membentuk

kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok

untuk memberikan penjelasan tentang materi,masing-masing ketua

kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian

menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada

temannya,kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas

kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut

materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok,kemudian kertas

yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari

satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit,Setelah siswa dapat

satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk

menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola

tersebut secara bergantian dan1 kali pertemuan untuk pemberian tes.

Ada baiknya guru memberikan penguatan agar siswa semakin

termotivasi untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru

41
tersebut. Ada baiknya pula bila guru menggunakan dua metode yaitu

penerapan model Snowball Throwing digabungkan dengan model

pembelajaran penemuan (discovery-inquiry) yang merupakan

pembelajaran siswa aktif, dimana siswa belajar dan berlatih untuk

memiliki dan menguasai konsep-konsep dasar sains secara tuntas

(mastery learning).

c. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan secara kontinu setiap kali

pembelajaran berlangsung dalam pelaksanaan tindakan dengan

mengamati kegiatan guru dan aktifitas murid. Observasi dilakukan

untuk mengumpulkan informasi yang berkenaan dengan model

snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar murid kelas IV

SDN 240 PINRANG

d. Refleksi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis data

yang diperoleh tahap observasi. Baik aktivitas yang dilakukan oleh guru

dan aktivitas yang dilakukan oleh murid. Berdasarkan hasil analisis data

dilakukan refleksi guna melihat kekurangan dan kelebihan yang terjadi

pada saat pembelajaran. Kelebihan dan kekurangan ini dijadikan acuan

untuk merencanakan siklus berikutnya.

Siklus II

Pada siklus ini,perencanaan,tindakan,observasi maupun refleksi


dilakukan hampir sama dengan siklus I adapun kekurangan-

42
kekurangan dari hasil refleksi pada siklus I akan diperbaiki pada siklus
II
D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian, yaitu

1. Observasi

Kegiatan observasi dimaksudkan untuk mengamati proses

pelaksanaan proses pembelajaran IPS oleh guru di kelas mulai dari

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Demikian pula

terhadap partisipasi murid dalam proses belajar IPS melalui model

Snowball throwing.

2. Tes

Teknik tes dalam penelitian ini digunakan untuk memproses

hasilbelajar murid setelah diajar dengan modelsnowball throwing. Tes

diberikan kepada murid sebanyak 2 kali yaitu pada akhir siklus pertama

dan kedua. Tes penelitian terdiri atas 10 soal.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian, yaitu :

1. Data tentang proses pembelajaran dan aktivitas belajar siswa dikumpulkan

dengan menggunakan lembar observasi, yaitu berkaitan dengan kegiatan

guru dalam mengajar dan aktivitas belajar siswa melalui penerapan model

Snowball Throwing. Sedangkan data hasil belajar murid kelas IV SDI

teamate Kabupaten Gowa melalui tes.

2. Data dokumentasi diperoleh melalui papan potensi dan kumpulan RPP

kelas IV mata pelajaran IPS.

43
F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Aktivitas siswa dengan teknik presentase.


2. Analisis hasil belajar siswa
a. Penentuan Distribusi nilai statistic
 Nilai Tertinggi
 Nilai Terendah
 Nilai Rata-Rata
 Nilai Modus
 Nilai Standar Deviasi
b. Penentuan Distribusi Kategori Belajar
No Interval Nilai Kategori Frekuensi Pers(%)
1 Sangat rendah
2 Rendah
3 Sedang
4 Tinggi
5 Sangat Tinggi

Table 2.2
Distribusi Frekuensi dan presentase kategori hasil belajar tiap
siklus

c. penentuan distribusi Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM)


No Nilai Ketuntasan Ketuntasan Frekuensi Pers(%)
1 < 65 Tidak Tuntas
2 > 65 Tuntas

G.Tolok Ukur Keberhasilan


Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Secara individu bila siswa sudah dapat mencapai 6,5 atau lebih, berarti sudah
menyerap materi yang diajarkan sebesar 65% atau lebih dikatakan tuntas
belajar.

44
b. Jumlah siswa dalam kelas dapat menyerap materi 75% dari jumlah siswa
keseluruhan dengan nilai rata-rata kelas mencapai ≥ 70.

45
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.

Arikunto. Suharmisi. 2008. Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas, 2003.Penelitian Tindakan Kelas. Bahan Ajar Pembekalan Guru


Bantu.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Ekawati. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: GP Press.

Hisnu,Tantya.2008. Ilmu Pengetahuan Sosial.Jakarta; pusat Perbukuan


DEPDIKNAS.

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group

Rusyan, A. 1998.Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV.


Remaja Karya...

Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Prenata Medi Group.

Sardiman. 1991. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali


Press.

Slameto. 1994. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta : Bina


Aksara.

Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning (Teori Aplikasi Paikem).


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sutisna Sanjaya. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Role Playing


Terhadap Aktifitas Guru Dan Hasil Belajar Dalam Mata Pelajaran
Pendidikan IPS Di Sekolah Dasar.http://Sutisna.com. Dikutip pada
20Februari 2012 jam 14.24 WITA

46

Anda mungkin juga menyukai