Anda di halaman 1dari 15

A.

Definisi
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrient dikarenakan
adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian
tekanan pengisian ventrikel kiri (Braundwald).
B. Etiologi
 Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang
mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup
ateroslerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif
atau inflamasi
 Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium
karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi
hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium
degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi
yang secara langsung merusak serabut jantung menyebabkan
kontraktilitas menurun.
 Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load)
meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
 Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
 Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung
yang sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung.
Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah
yang masuk jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan
jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium,
perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak
after load
 Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju
metabolisme (missal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi
juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis
respiratorik atau metabolic dan abnormalita elektronik dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.
Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi
dalam 4 kelainan fungsional :
I. Timbul sesak pada aktifitas fisik berat
II. Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang
III. Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan
IV.Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan / istirahat
C. Patofisiologi
Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan menggunakan mekanisme
kompensasi yang bervariasi untuk mempertahankan kardiak output,
yaitu meliputi :
a. Respon system saraf simpatis terhadap barroreseptor atau
kemoreseptor
b. Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan
terhadap peningkatan volume
c. Vaskontriksi arterirenal dan aktivasi system rennin angiotensin
d. Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorbsi
terhadap cairan
Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya
volume darah sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan
resistensi vaskuler oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung
memperpendek waktu pengisian ventrikel dari arteri coronaria.
Menurunnya COP dan menyebabkan oksigenasi yang tidak adekuat
ke miokardium. Peningkatan dinding akibat dilatasi menyebabkan
peningkatan tuntutan oksigen dan pembesaran jantung (hipertrophi)
terutama pada jantung iskemik atau kerusakan yang menyebabkan
kegagalan mekanisme pemompaan.
D. Manifestasi klinis
Tanda dominan :
Meningkatnya volume intravaskuler
Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat
penurunan curah jantung. Manifestasi kongesti berbeda tergantung
pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
Gagal Jantung Kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri
tak mampu memompa darah yang dating dari paru. Manifestasi klinis
yang terjadi yaitu :
 Dispnea, Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan
mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnoe. Beberapa
pasien dapat mengalami ortopnoe pada malam hari yang
dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND)
 Batuk
 Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang
menghambat jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi
karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan
insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk
 Kegelisahan atau kecemasan, Terjadi karena akibat gangguan
oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan
pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik
Gagal jantung Kanan :
 Kongestif jaringan perifer dan visceral
 Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya
oedema pitting, penambahan BB.
 Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
terjadi akibat pembesaran vena hepar
 Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis
vena dalam rongga abdomen
 Nokturia
 Kelemahan
E. Evaluasi diagnostik
Meliputi evaluasi manifestasi klinis dan pemantauan hemodinamik.
Pengukuran tekanan preload, afterload dan curah jantung dapat
diperoleh melalui lubang-lubang yang terletak pada berbagai interfal
sepanjang kateter. Pengukuran CVP (N 15 – 20 mmHg) dapat
menghasilkan pengukuran preload yang akurat. PAWP atau
Pulmonary Aretry Wedge Pressure adalah tekanan penyempitan aretri
pulmonal dimana yang diukur adalah tekanan akhir diastolic ventrikel
kiri. Curah jantung diukur dengan suatu lumen termodelusi yang
dihubungkan dengan komputer.
F. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah :
 Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
 Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokardium
dengan preparat farmakologi
 Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara
memberikan terapi antidiuretik, diit dan istirahat
Terapi Farmakologis :
-. Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan
memperlambat frekuensi jantung.
Efek yang dihasillkan : peningkatan curah jantung, penurunan
tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diurisi dan
mengurangi oedema.
- Terapi diuretic, diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air
melalui ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping
hiponatremia dan hipokalemia
- Terapi vasodilator, obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi
impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat
ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas
vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.
Dukungan diit : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol
atau menghilangkan oedema.

G. Proses keperawatan
1. Pengkajian
 Pengkajian Primer
 Airway :
batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot
pernafasan, oksigen, dll
 Breathing :
Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal
 Circulation :
Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub
jantung, anemia, syok dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi
jantung, irama jantung, nadi apical, bunyi jantung S3,
gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam denyutan
nadi juguralis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku pucat
atau sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi nafas krakles
atau ronchi, oedema
 Pengkajian Sekunder
 Aktifitas/istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah,
dispnea saat istirahat atau aktifitas, perubahan status
mental, tanda vital berubah saat beraktifitas.
 Integritas ego : Ansietas, stress, marah, takut
dan mudah tersinggung
 Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih
pada malam hari, diare / konstipasi
 Makanana/cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB
signifikan. Pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi
garam penggunaan diuretic distensi abdomen, oedema
umum, dll
 Hygiene : Keletihan selama aktifitas perawatan diri,
penampilan kurang.
 Neurosensori
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah
tersinggung.
 Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot,
gelisah
 Interaksi social : penurunan aktifitas yang biasa dilakukan
Pemeriksaan Diagnostik
 Foto torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung,
oedema atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF
 EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik
jantung dan iskemi (jika disebabkan AMI), Ekokardiogram
 Pemeriksaan Lab meliputi : Elektrolit serum yang
mengungkapkan kadar natrium yang rendah sehingga hasil
hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air, K, Na, Cl,
Ureum, gula darah
2. Diagnosa Keperawatan
 Penurunan perfusi jaringan b.d menurunnya curah jantung,
hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau
emboli, kemungkinan dibuktikan oleh :
- Daerah perifer dingin, Nyeri dada
- EKG elevasi segmen ST dan Q patologis pada lead tertentu.
- RR lebih dari 24 kali per menit, Nadi  100 X/menit
- Kapiler refill lebih dari 3 detik
- Gambaran foto toraks terdapat pembesaran jantung dan
kongestif paru
- HR lebih dari 100X/menit, TD  120/80 mmHg, AGD
dengan : pa O2  80 mmHg, pa CO2  45 mmHg dan
saturasi  80 mmHg.
- Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL
Tujuan :
Gangguan perfusi jaringan berkurang atau tidak meluas selama
dilakukan tindakan perawatan
Kriteria :
Daerah perifer hangat, tidak sianosis,gambaran EKG tak
menunjukkan perluasan infark, RR 16-24 X/mnt, clubbing
finger (-), kapiler refill 3-5 detik, nadi 60-100X/mnt, TD 120/80
mmHg.
Rencana Tindakan :
- Monitor frekuensi dan irama jantung
- Observasi perubahan status mental
- Observasi warna dan suhu kulit/membran mukosa
- Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya
- Kolaborasi : berikan cairan IV sesuai indikasi
- Pantau pemeriksaan diagnostik dan lab. Missal EKG,
elektrolit, GDA (pa O2, pa CO2 dan saturasi O2), dan
pemeriksaan oksigen

 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret


Tujuan :
Jalan nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama di RS.
Kriteria hasil :
Tidak sesak nafas, RR normal (16-24 X/menit) , tidak ada
secret, suara nafas normal
Intervensi :
- Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot
Bantu pernafasan.
- Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan/tidak adanya
bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan missal krakles,
ronchi, dll
- Lakukan tindakan untuk memperbaiki/mempertahankan
jalan nafas misal batuk, penghisapan lendir, dll
- Tinggikan kepala / mpat tidur sesuai kebutuhan / toleransi
pasien
- Kaji toleransi aktifitas misal keluhan kelemahan/kelelahan
selama kerja

 Kemungkinan terhadap kelebihan volume cairan ekstravaskuler


b.d penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air,
peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein
plasma ( menyerap cairan dalam area interstisial / jaringan
Tujuan :
Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama
dilakukan tindakan keperawatan selama di rawat di RS
Kriteria :
Mempertahankan keseimbangan cairan seperti dibuktikan oleh
tekanan darah dalam batas normal, tidak ada distensi vena
perifer/vena dan oedema dependen, paru bersih dan BB ideal
(BB ideal = TB – 100  10%)
Intervensi :
- Ukur masukan/haluaran, catat penurunan, pengeluaran,
sifat konsentrasi, hitung keseimbangan cairan
- Observasi adanya oedema dependen
- Timbang BB tiap hari
- Pertahankan masukan cairan 2000 ml/24 jam dalam
toleransi kardiovaskuler
- Kolaborasi : pemberian diit rendah natrium, berikan diuretic
- Kaji JVP setelah terapi diuretic
- Pantau CVP dan tekanan darah
 Pola nafas tidak efektif b.d penurunan volume paru,
hepatomegali, splenomegali, kemungkinan dibuktikan oleh :
perubahan kedalaman dan kecepatan pernafasan, gangguan
pengembangan dada, GDA tidak normal.
Tujuan :
Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatab
selama di RS, RR normal, tidak ada bunyi nafas tambahan dan
penggunaan otot Bantu pernafasan dan GDA normal.
Intervensi :
- Monitor kedalaman pernafasan, frekuensi dan kespansi dada
- Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot Bantu
nafas
- Auskultasi bunyi nafas dan catat bila ada bunyi nafas
tambahan
- Tinggikan kepala dan Bantu untuk mencapai posisi yang
senyaman mungkin.
- Kolaborasi pemberian oksigen dan pemeriksaan GDA.
 Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antar suplai oksigen
miokard dan kebutuhan, adanya iskemik / nekrotik jaringan
miokard, kemungkinan dibuktikan oleh : gangguan frekuensi
jantung, tekanan darah dalam katifitas, terjadinya disritmia
dan kelemahan umum.
Tujuan :
Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan
tindakan keperawatan.
Kriteria :
Frekuensi jantung 60-100 X/mnt, TD 120/80 mmHg
Intervensi :
- Catat frekuensi jantung, irama dan perubahan TD selama
dan sesudah aktifitas
- Tingkatkan istirahat (ditempat tidur)
- Batasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori
yang tidak berat
- Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktifitas,
contoh bangun dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dan
istirahat selama 1 jam setelah makan
ASUHAN KEPERAWATAN CHF PADA Tn. Y DI RUANG A5 RUMAH SAKIT DR.
KARIADI SEMARANG
A. BIODATA
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. Y
Umur : 50 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petugas Pemadam Kebakaran
Agama : Katholik
Suku : Jawa
Status : Menikah
Alamat : Pedalangan –Banyumanik - Semarang
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Umur : 43 tahun
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dg pasien : Isteri
3. Catatan Masuk
Tanggal Masuk : 7 Juni 2004
Jam : 04 . 15 WIB
Cara : Sendiri
Dx. Medis : CHF NYHA III-IV
Register : 7397413
Tanggal Pengkajian : 7 Juni 2004
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama : Sesak nafas pada malam hari
2. Riwayat Kesehatan Sekarang :
 1 minggu pasien mengeluh sesak nafas, sesak nafas dirasakan terutama malam
hari baik pada saat istirahat/tidur. Tidur dengan menggunakan minimal 2 bantal.
Kemudian batuk disertai muntah bila mandi. Ulu hati terasa nyeri
3. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Pasien pernah dirawat di RSDK  2 bulan yang lalu dengan keluhan yang sama
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti pasien, tidak ada anggota keluarga
yang mempunyai penyakit menular / penyakit keturunan
C. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Pasien bekerja sebagai petugas pemadam kebakaran, pasien tinggal bersama
isteri dan kedua anaknya . Kesan sosial ekonomi : cukup
D. PENGKAJIAN FISIK & POLA FUNGSI
1. Kardio Respiratori
a. Tanda-Tanda Vital
- Suhu : 36,5 º C - Nadi : 88 X / menit
- TD : 140 / 90 mmHg - Pernafasan : 28 X / menit
b. Respirasi : Dada simetris, tidak terdapat wheezing, ronchi basah halus (+)
c. Sirkulasi : Nyeri dada (-), oedema (-), ascites (+), JVP R  2 cm
d. Kesadaran : komposmentis
2. Faktor pencetus : bila istirahat / tidur
3. Faktor resiko : bila pasien mandi
4. Tingkat pengetahuan : keluarga mengetahui kalau pasien menderita penyakit
jantung, pasien sudah dirawat dengan penyakit yang sama  30 kali
5. Makan-Minum / Nutrisi : pasien tidak nafsu makan, makanan yang disediakan dari
RS tidak dimakan, rasanya mual dan ingin muntah, minum sedikit , minum  1-2
gelas sehari, pasien suka minum air dingin (es) bila minum air dingin, sehari bisa 
2 – 3 liter.
6. Eliminasi : pasien tidak bisa BAB, dan BAK
7. Integritas kulit : Kulit lembab, tidak terdap at ikterik, turgor baik
8. Melakukan mobilisasi / Skeletal : keadaan tulang : kontinyuitas, tangan yang
dominan : kanan, bahu simetris, pasien dalam ADL dengan bantuan maksimal
9. Istirahat & Tidur pasien, tidur  3 – 4 jam sehari, bila istirahat / tidur nafas terasa
sesak.
10. Kebersihan Diri : selama sakit mandi dengan diseka pagi dan sore, gosok
gigi 2 x sehari
11. Sensorik : Pasien mengalami tidak mengalami gangguan sensorik :
penglihatan, pendengaran, maupun penciuman
12. Lingkungan / Sosial : pasien tidak mempunyai kebiasaan merokok maupun
minum alkohol.
13. Ekonomi : pasien tinggal bersama isteri dan kedua anaknya , isteri bekerja
wiraswasta di rumah, sumber air minum : sumur,
14. HARAPAN YANG INGIN DIPEROLEH DARI PERAWAT : Pasien ingin segera
sembuh, sehingga dapat berkumpul dengan keluarga dirumah
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG / Laboratorium : tanggal 7 Juni 2004
- Hematologi :
WBC : 9,78 NEU ; 7,41
CYM : 1,35 Mono : 850
Eos : 0,90 Baso : 0,72
RBC ; 4,803 HGB : 13,6
HCT : 42,3 MCV : 87,5 fl
MCHC : 32,2 g/dl RDW : 25 %
- Kimia Klinik
Glukosa : 144 mg/dl BUN : 106 mg/dl
Creatinin : 2.47 mg/dl CA : 2.27 mg/dl
F. THERAPI
- Infus Martos 10 – 12 tetes / menit
- Injeksi Furosemid 1 X 1 amp
- Captopril 1 X 12,5 mg
- Spironolaksan 1X 25 mg
- Digoxin 1 X 1 tab
- Dulcolax (malam) 1 X 2 tab
- Aspilet 1 X 80 gr
- Diit 1900 Kal

ANALISA DATA
Initial Klien ; Tn. Y Register : 7399413
Umur : 50 tahun Ruang : A5
No. Data Fokus Masalah TTD
1. DS : pasien mengeluh sesak nafas, Gangguan pertukaran gas
sesak terutama pada malam hari b.d kegagalan difusi pada
waktu istirahat alveoli
DO : RR = 28X/mnt, ronchi basah
halus (+), gelisah
2. DS : pasien mengatakan tidak nafsu Gangguan nutrisi :
makan, perut terasa mual dan ingin kurang dari kebutuhan
muntah tubuh b.d stimulasi pusat
DO : makanan yang disediakan dari muntah karena kongesti
vaskuler pada saluran
RS tidak dimakan
pencernaan.
3. DS : pasien mengatakan tidak bisa Gangguan keseimbangan
BAK cairan : kelebihan volume
DO : blast penuh (-), oedema (-), cairan b.d menurunnya
perfusi ginjal
ascites (+)
4. DS : Pasien mengatakan bila untuk Gangguan aktifitas
beraktifitas semakin sesak, tubuh sehari-hari b.d
terasa lemah, lelah (+) ketidakseimbangan antar
DO : Pasien terlihat terengah-engah, suplai oksigen ke miokard
dan kebutuhan
KU : lemah
5. DS : pasien mengatakan saat ini Resiko serangan ulang
adalah kali ke – 30 pasien dirawat di b.d kurang pengetahuan
RS dengan masalah yang sama tentang penyebab
DO : Pada saat ditanya pasien tidak sakitnya
mengetahui penyebab penyakit
pasien kambuh lagi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Initial Klien ; Tn. Y Register : 7399413
Umur : 50 tahun Ruang : A5
No. DX. Tujuan Intervensi TT
Keperawatan D
1 Gangguan Setelah dilakukan - Berikan posisi fowler
pertukaran gas tindakan
- Observasi frekuensi &
b.d kegagalan keperawatan selama
kedalaman pernafasan
difusi pada 6 X 24 jam sesak
alveoli berkurang, dengan - Auskultasi paru untuk
kriteria hasil : pasien mengetahui bunyi nafas
tidak sesak, RR 20 - Kolaborasi pemberian O2
x/mnt, ronchi (-)
- Observasi TTV
-
2. Gangguan Setelah dilakukan - Anjurkan makan sedikit tapi
nutrisi : kurang tindakan sering
dari kebutuhan keperawatan selama
- Berikan diit sesuai advis
tubuh b.d 6 X 24 jam
stimulasi pusat kebutuhan nutrisi - Berikan penjelasan tentang
muntah terpenuhi dg criteria pentingnya nutrisi untuk
karena hasil : nafsu makan kesembuhan
kongesti meningkat, makan -
vaskuler pada habis 1 porsi, mual &
saluran muntah (-)
pencernaan
3. Gangguan Setelah dilakukan - Ukur masukan / haluaran,
keseimbangan tindakan catat pengeluaran, sifat
cairan : keperawatan selama konsentrasi, hitung
kelebihan 6 X 24 jam keseimbangan cairan
volume cairan kebutuhan cairan
- Observasi adanya oedema
b.d seimbang dg criteria
menurunnya hasil : ascites (-), - Timbang BB
perfusi ginjal pasien dapat BAK, - Batasi cairan
BB ideal
-
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Initial Klien ; Tn. Y Register : 7399413
Umur : 50 tahun Ruang : A5

No. DX. Keperawatan Tujuan Intervensi TT


D
4 Gangguan aktifitas Setelah dilakukan - Bantu pasien dalam
sehari-hari b.d tindakan memenuhi kebutuhan
ketidakseimbanga keperawatan - Libatkan keluarga dalam
n antar suplai selama 6 X 24 jam
pemenuhan kebutujan klien
oksigen ke sesak berkurang,
miokard dan dengan kriteria hasil - Anjurkan untuk membatasi
kebutuhan : pasien dapat aktifitas
memenuhi - Pertahankan tirah baring
kebutuhannya
sendiri - Monitor TTV setelah
melakukan aktifitas
-
5. Resiko serangan Setelah dilakukan - Berikan pendidikan
ulang b.d kurang tindakan kesehatan
pengetahuan keperawatan - Motivasi pasien untuk
tentang penyebab selama 2 kali
mematuhi diit dan minum
sakitnya pertemuan pasien
obat
dapat mengenal
penyakitnya dan - Motivasi pasien untuk bisa
serangan ulang CHF menjaga kesehatannya
dapat dihindarkan sendiri
-

IMPLEMENttTASI
Initial Klien ; Tn. Y Register : 7399413
Umur : 50 tahun Ruang : A5

No. DP Hari/Tg Implementasi Evaluasi TTD


l
1. Senin, - Memberikan posisi - S : Sesak (+_
fowler
9 Juni - O byektif :
- mengobservasi
2004 * TTV : S = 36 º C,
frekuensi & kedalaman Nadi = 84 x/menit, TD
pernafasan = 130/90 mmHg, RR
- Mendengarkan paru = 20 x/menit.
untuk mengetahui  O2 : 3 lt/mnt
bunyi nafas
 Ronch basah (+)
- Kolaborasi pemberian
O2 A : masalah belum
teratasi
- Mengobservasi TTV
P : Lanjutkan intervensi

2. Senin, - Menga njurkan makan S : Pasien mengatakan


sedikit tapi sering tidak nafsu makan, perut
9 Juni
- Memberikan diit sesuai mual
2004
advis (1900 K) O : Pasien hanya makan 2
sendok
- Memberikan
penjelasan tentang A : Masalah belum
pentingnya nutrisi teratasi
untuk kesembuhan P : Lanjutkan intervensi

IMPLEMENttTASI
Initial Klien ; Tn. Y Register : 7399413
Umur : 50 tahun Ruang : A5
No. DP Hari/Tg Implementasi Evaluasi TTD
l
3. Senin, - Mengukur masukan / S : pasien mengatakan
haluaran, catat sudah bisa BAK
9 Juni
pengeluaran, sifat
O : oedema (-), ascites
2004 konsentrasi, hitung(+), BB : 56 Kg, intake
keseimbangan cairan minum : 400 CC, output
- Mengobservasi adanya urine : 150 CC
oedema A : Masalah belum
- Timbang BB teratasi
- Membatasi cairan P : Lanjutkan intervensi

- Menganjurkan untuk
minum sedikit tapi
sering

- Memberikan injeksi
lasix 2 ampul
4. Senin, - Menga njurkan makan S : Pasien mengatakan
sedikit tapi sering tidak nafsu makan, perut
9 Juni
mual
- Memberikan diit sesuai
2004
advis (1900 K) O : Pasien hanya makan 2
sendok
- Memberikan
penjelasan tentang A : Masalah belum
pentingnya nutrisi teratasi
untuk kesembuhan P : Lanjutkan intervensi

5 Senin, - memberikan S : pasien mengerti


pendidikan kesehatan penyakitnya
9 Juni
- Memotivasi pasien O : pasien dapat
2004
untuk mematuhi diit menjelaskan kembali,
dan minum obat pasien masih tidak nafsu
makan dengan tidak
- Memotivasi pasien
menghabiskan makanan
untuk bisa menjaga
yang disediakan, pasien
kesehatannya sendiri
tidak mau minum obat
A ; Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
IMPLEMENttTASI
Initial Klien ; Tn. Y Register : 7399413
Umur : 50 tahun Ruang : A5

No. DP Hari/Tg Implementasi Evaluasi TTD


l
1. Jum’at, - Memberikan posisi - S : Sesak (-)
fowler
10 Juni - O byektif : TTV : S =
- mengobservasi 36 ,3º C, Nadi = 80
2004
frekuensi & kedalaman x/menit, TD = 130/90
pernafasan mmHg, RR = 20
x/menit., Ronch basah
- Mendengarkan paru
(+)
untuk mengetahui
bunyi nafas A : masalah teratasi
sebagian
- Mengobservasi TTV
P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai