Kasus Dekubitus PDF
Kasus Dekubitus PDF
Abstrak
Dekubitus merupakan masalah yang dapat terjadi pada pasien dengan penyakit
kronis, kondisi lemah dan lumpuh dalam waktu yang lama. Kasur anti dekubitus
dapat untuk mencegah timbulnya lecet atau luka pada area kulit tubuh. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan kasur anti dekubitus
terhadap derajad dekubitus pada pasien tirah baring di Rumah Sakit Brayat
Minulya Surakarta.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pra-eksperimen dengan one
group pretest – posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien tirah baring
yang dirawat di Rumah Sakit Brayat Minulya Surakarta dengan jumlah populasi
bulan Juni 19 pasien, didapatkan 9 responden dengan teknik purposive sampling.
Variable penelitian ini adalah penggunaan kasur anti dekubitus dan derajad luka
dekubitus. Analisis data dengan wilcoxon signed ranks test.
Hasil penelitian menunjukkan sebelum diberikan kasur anti dekubitus
didapatkan dekubitus derajad 1 ada 5 responden ( 55,6% ), derajad 2 ada 4
responden ( 44,4% ). Sesudah diberikan kasur anti anti dekubitus 9 responden
( 100% ) menunjukkan derajad 1 dengan kondisi peningkatan perkembangan kulit
dan gejala yang semakin berkurang, p value sebesar 0,046 kurang dari 0,05.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh penggunaan kasur anti
dekubitus terhadap derajad dekubitus pada pasien tirah baring di Rumah Sakit
Brayat Minulya Surakarta.
Kepustakaan : 27 ( 2001 – 2015 )
Kata kunci : Kasur anti dekubitus, derajad dekubitus, tirah baring
THE IMPACT OF ANTI-DECUBITUS MATTRESSES ON THE
DECUBITUS DEGREE FOR BED-REST PATIENTS
Abstract
Decubitus is a problem that can occur in patients with chronic disease, the
weak condition and paralyzed for a long time. Anti-decubitus mattress can to
prevent blisters or sores on the skin area of the body. The aim of this research is to
know the impact of anti-decubitus mattresses on the decubitus degree for bedrest
patiens on Brayat Minulya Surakarta hospital.
This reserach uses the pre-experimental research with one group pre-test -
post test. The reserach population are bed-rest patients who were hospitalized in
Brayat Minulya Surakarta with a population of 19 patients in June. There was 9
respondents were obtained by purposive sampling technique. Variable of this
reserach is the use of anti-decubitus mattresses and degree of decubitus sores. The
data were analyzed using the Wilcoxon signed rank test.
The research findings show that before being given anti-decubitus
mattresses obtained decubitus degree 1 there were 5 respondents (55.6%), degree
2 there were 4 respondents (44.4%). After anti-decubitus mattress given there
were 9 respondents (100%) showed grade 1 with the increasing of skin growth
and the decreasing of symptoms, p value of 0.046 is less than 0.05.
The conclusions of this reserach is there an effect of the use of anti-
decubitus mattresses on the decubitus degree for bed-rest patiens in Brayat
Minulya Surakarta hospital.
References : 27 ( 2001 – 2015 )
Keywords : anti-decubitus mattresses, degree of decubitus, bedrest
PENDAHULUAN lapisan jaringan ( Perry & Potter,
2005 ).
Pergerakan yang terbatas
Faktor intrinsik yang menentukan
merupakan perubahan yang berkaitan
kerusakan jaringan mencakup
dengan mobilisasi pada lansia.
malnutrisi, anemia, kehilangan
Seiring penuaan, serat otot akan
sensasi, kerusakan mobilitas, usia
mengecil, kekuatan otot berkurang
lanjut, penurunan status mental,
seiring berkurangnya massa otot dan
inkontinensia, dan infeksi. Faktor
massa tulang. Lansia yang tidak
ekstrinsik dan intrinsik berinteraksi
berolahraga dengan teratur akan
untuk membentuk iskemia dan
mengalami kehilangan yang sama
nekrosis jaringan lunak pada
dengan lansia yang tidak aktif
individu yang rentan. 80 % luka
( Ramlah, 2011 ).
dekubitus yang sudah sembuh terjadi
Gaya gesek yaitu tekanan yang
lagi karena ketidak berhasilan
diberikan pada kulit terhadap
mempertahankan regimen
permukaan tubuh. Gaya ini terjadi
pencegahan ulkus ( Perry & Potter,
saat pasien bergerak atau
2005 ).
memperbaiki posisi tubuhnya di atas
Salah satu aspek utama
tempat tidur dengan cara didorong
pendidikan profesi perawat dalam
atau digeser ke bawah saat berada
pemberian asuhan keperawatan
pada posisi fowler, jika terdapat gaya
adalah mempertahankan integritas
gesek maka kulit dan lapisan
kulit. Intervensi perawatan kulit yang
subkutan menempel pada permukaan
terencana dan konsisten merupakan
tempat tidur, dan lapisan otot serta
intervensi penting untuk menjamin
tulang bergeser sesuai dengan arah
perawatan yang berkualitas.
gerakan tubuh. Kapiler jaringan yang
Gangguan integritas kulit terjadi
berada dibawah tertekan dan
akibat tekanan yang lama, iritasi
terbebani oleh gaya tersebut.
kulit, atau immobilisasi sehingga
Akibatnya terjadi penekanan pada
menyebabkan dekubitus. Dekubitus
kulit setelah itu akan terjadi
merupakan masalah yang dihadapi
pendarahan dan nekrosis pada
oleh pasien – pasien dengan penyakit
kronis, pasien yang sangat lemah, keadaan secara keseluruhan dari
dan pasien yang lumpuh dalam pasien. Agar komplikasi tidak terjadi
waktu lama, bahkan saat ini maka perawatan pasien di tempat
merupakan suatu penderitaan tidur harus dilakukan dengan penuh
sekunder yang banyak dialami oleh perhatian dan ketekunan. Apabila
pasien – pasien yang dirawat di pasien tirah baring tidak
Rumah Sakit ( Morison. 2003 ) mendapatkan perawatan yang baik
Menurut penelitian Setyajati maka dapat menimbulkan gangguan
( 2002 ) faktor – faktor yang peredaran darah misalnya, dekubitus,
mempengaruhi kejadian dekubitus trombosis dan emboli, gangguan
pada pasien tirah baring di bangsal pernapasan, gangguan pada organ
Anggrek Rumah Sakit Moewardi dan eliminasi serta gangguan fungsi
Surakarta pada bulan Oktober 2002 otot dan kulit ( Stevens, 2008 )
menemukan kejadian dekubitus Penanganan yang dilakukan
sebesar 38, 1 %, dengan desain perawat untuk mencegah terjadinya
penelitian deskriptive explorative dan dekubitus antara lain memberikan
model rancangan prospektif. kasur anti dekubitus, bantal kecil
Menurut Purwaningsih ( 2001 ) sebagai penyangga, melakukan alih
analisis dekubitus pada pasien tirah baring setiap 2 jam, pada malam hari
baring di ruang rawat inap Rumah periode diperpanjang setiap 4 jam,
Sakit Dr.Sardjito Yogyakarta dengan sehingga pasien dapat tidur tidak
desain penelitian deskriptive terganggu. Tidur dapat mendukung
explorative dan model rancangan proses anabolik, sehingga
cross sectional hasil prevalensi penyembuhan luka dapat
dekubitus menunjukkan 40 % difasilitasi ( Morison, 2004 )
dominan pada kelompok usia 61- 80 Pencegahan luka tekan
tahun. Pada kondisi tirah baring merupakan peran perawat dalam
munculnya komplikasi bergantung upaya memberikan pelayanan
pada kekurangan – kekurangan, keperawatan pada pasien. Upaya
gangguan fungsi karena penyakit – pencegahan terjadinya luka tekan
penyakit yang baru sembuh dan dilakukan sedini mungkin sejak
pasien teridentifikasi beresiko lebih halus, dan ada perbaikan luka
mengalami luka tekan. Pencegahan yang ditandai dengan granulasi,
luka tekan sebaiknya lebih berfokus proliferasi dan luka semakin
pada upaya mencegah tekanan yang mengecil. Dekubitus adalah
berlebihan dan terus menerus kerusakan / kematian kulit sampai
disamping memperbaiki faktor – jaringan di bawah kulit, bahkan
faktor resiko lainnya ( Virani et al, menembus otot sampai mengenai
2011 ) tulang akibat adanya penekanan pada
Kasur anti dekubitus adalah kasur suatu area secara terus menerus
medis yang digunakan untuk sehingga mengakibatkan gangguan
mencegah timbulnya lecet atau luka sirkulasi darah setempat. Dekubitus
pada area kulit tubuh dimana pasien suatu luka akibat posisi penderita
tidak dapat menggerakkan tubuh yang tidak berubah dalam jangka
akibat kondisi penyakit tertentu. waktu lebih dari 6 jam ( Brandon,
Desain lubang kasur anti dekubitus 2006 )
berfungsi untuk mengurangi tekanan Dekubitus adalah suatu area yang
antara tubuh dan kasur, membantu terlokalisir dengan jaringan yang
penyebaran panas dan keringat, mengalami nekrosis dan biasanya
membantu menjaga postur tubuh terjadi pada permukaan tulang yang
yang benar, dan memberikan menonjol, sebagai akibat dari
kenyamanan ( Anonim, 2015 ) tekanan dalam jangka waktu yang
Menurut penelitian Irawan lama menyebabkan peningkatan
Derajad Dewandono ( 2014 ) tekanan kapiler ( Suriadi, 2004 )
pemberian teknik massage dengan Dekubitus merupakan masalah
virgin coconut oil dalam yang dihadapi oleh pasien – pasien
penyembuhan luka dekubitus derajad dengan penyakit kronis, pasien yang
II pada lansia, memberikan sangat lemah, dan pasien yang
perkembangan luka yang cukup lumpuh dalam waktu lama, bahkan
signifikan, dengan hasil luka saat ini merupakan suatu penderita
mengering, warna luka menjadi sekunder yang banyak dialami oleh
kecoklatan, struktur luka menjadi pasien – pasien yang dirawat di
rumah sakit ( Morison, 2003 ) superfisial, abrasi, melepuh
Menurut NPUAP ( National atau membentuk lubang yang
Pressure Ulcer Advisory Panel ), dangkal.
2009 luka tekan dibagi menjadi 4 3. Stadium Tiga
stadium yaitu : Hilangnya lapisan kulit secara
1. Stadium Satu lengkap, meliputi kerusakan
Adanya perubahan dari kulit atau nekrosis dari jaringan
yang dapat diobservasi. subkutan atau lebih dalam,
Apabila dibandingkan dengan tapi tidak sampai pada fascia.
kulit yang normal, maka akan Luka terlihat seperti lubang
tanpak salah satu tanda yang dalam.
sebagai berikut : perubahan 4. Stadium Empat
temperatur kulit ( lebih Hilangnya lapisan kulit secara
dingin atau lebih hangat ), lengkap dengan kerusakan
perubahan konsistensi yang luas, nekrosis jaringan,
jaringan ( lebih keras atau kerusakan pada otot, tulang
lunak ), perubahan sensasi atau tendon. Adanya lubang
( gatal atau nyeri ). Pada yang dalam serta saluran sinus
orang yang berkulit putih, juga termasuk dalam stadium
luka mungkin kelihatan IV dan luka tekan.
sebagai kemerahan yang
menetap. Sedangkan pada
yang berkulit gelap, luka
akan kelihatan sebagai warna
merah yang menetap, biru
atau ungu.
2. Stadium Dua GradeI GradeII GradeIII Grade IV
Hilangnya sebagian lapisan
Gambar 1.
kulit yaitu epidermis atau Derajad luka dekubitus
menurut NPUAP
dermis, atau keduanya.
( courtesy of Prof.Hiromi
Cirinya adalah lukanya Sanada, Japan, 2009 )
METODE anti dekubitus terhadap derajad
Lokasi penelitian akan dekubitus pada pasien tirah baring di
dilaksanakan di Rumah Sakit Rumah Sakit Brayat Minulya
Brayat Minulya Surakarta. Surakarta. Data yang diperoleh
Pengambilan data akan selama penelitian yang dilakukan
dilaksanakan pada tanggal 15 selama 30 hari yaitu dari tanggal 15
September – 15 Oktober 2015. September 2015 sampai 15 Oktober
Populasi adalah subyek yang 2015, pasien tirah baring dengan
memenuhi kriteria yang telah dekubitus derajad 1 dan 2 yang
ditetapkan (Nursalam, 2008). memenuhi kriteria inklusi adalah 9
Populasi dalam penelitian ini responden. Dari 9 responden
adalah seluruh pasien tirah diberikan kasur anti dekubitus
baring yang dirawat di Rumah selama 10 hari dengan penilaian
Sakit Brayat Minulya Surakarta. pretest dan posttest.
Pada bulan Juni 2015 jumlah Dari hasil penelitian diperoleh
populasi pasien tirah baring di berdasarkan distribusi frekuensi
Rumah Sakit Brayat Minulya menurut usia dan jenis kelamin yang
adalah 19 pasien. mengalami dekubitus derajad 1 dan
2. Dapat diketahui responden yang
Sampel mengalami dekubitus derajad 1 dan 2
Besarnya ukuran sampel untuk setelah dilakukan pretest yaitu laki –
penelitian eksperimen adalah 10 – 20 laki sejumlah 4 orang ( 44,4% ),
(Sugiyono, 2007). Pengambilan perempuan 5 orang ( 55,6% ),
sampel menggunakan teknik dengan total reponden 9 orang (
purposive sampling, yaitu peneliti 100% ). Distribusi frekuensi menurut
mempunyai pertimbangan sendiri usia yang mengalami dekubitus
berdasarkan ciri atau sifat – sifat derajad 1 dan 2 yaitu usia 56 – 66
populasi ( Notoatmodjo, 2009 ). tahun sebanyak 3 responden ( 33, 3
Responden dalam penelitian ini Pada % ), usia 67 – 77 tahun sebanyak 2
bab ini diuraikan hasil penelitian responden ( 22,2 % ) dan usia 78 –
tentang pengaruh penggunaan kasur 88 tahun sebanyak 4 responden
( 44,4 % ). Intervensi pemberian responden pada pasien tirah baring
kasur anti dekubitus dilakukan usia 56 – 66 tahun sebanyak 3
selama 10 hari berturut – turut dan responden ( 33, 3 % ), usia
kemudian hasil dibandingkan. responden 67 – 77 tahun sebanyak 2
Pengumpulan data dan pelaksanaan responden ( 22,2 % ) dan usia
penggunaan kasur anti dekubitus responden 78 – 88 tahun sebanyak 4
dilakukan langsung oleh peneliti dan responden ( 44,4 %)
asisten peneliti. Table 4.2
Data yang diperoleh dianalisis Distribusi frekuensi menurut jenis
kelamin pada pasien tirah baring
dan disajikan berdasarkan analisis
di RSBM Surakarta Tahun 2015
univariat dan bivariat. Analisis data ( n=9 )
ditampilkan sebagai berikut:
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase ( % )
HASIL PENELITIAN DAN
1 Laki - laki 4 44,4
PEMBAHASAN 2 Perempuan 5 55,6
Total 9 100
Analisa Univariat
Hasil karakteristik responden pada Berdasarkan Table 4.2 dapat
penelitian ini menggambarkan digambarkan bahwa distribusi jenis
distribusi responden berdasarkan usia kelamin responden pada pasien tirah
dan jenis kelamin. Hasil penelitian baring memiliki jumlah responden
terhadap 9 responden didapatkan laki – laki sebanyak 4 responden
hasil sebagai berikut : ( 44,4 % ) dan responden perempuan
Table 4.1 sebanyak 5 responden ( 55,6 % )
Distribusi frekuensi menurut usia
pada pasien tirah baring Table 4.3
di RSBM Surakarta Tahun 2015 Distribusi frekuensi menurut derajad
( n=9 ) dekubitus pretest
di RSBM Surakarta Tahun 2015
No Usia Frekuensi Persentase ( % )
( n=9 )
1 56 - 66 tahun 3 33,4
2 67 - 77 tahun 2 22,2 No Derajad Frekuensi Persentase ( % )
3 78 - 88 tahun 4 44,4 dekubitus
Total 9 100 1 1 5 55,6
2 2 4 44,4
Berdasarkan Table 4.1 dapat
Total 9 100
digambarkan bahwa distribusi usia
Berdasarkan Table 4.3 dapat responden menunjukkan bahwa
digambarkan bahwa distribusi setelah diberikan perlakuan dengan
menurut derajad dekubitus pretest menggunakan kasur anti dekubitus
jumlah responden derajad 1 selama 10 hari didapatkan pengaruh
sebanyak sebanyak 5 responden yang signifikan dengan probability
( 55,6% ) dan derajad 2 sebanyak 4 ( p ) 0,046 yaitu kurang dari 0,05.
responden ( 44,4 % )
Table 4.5