PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
B. PERUMUSAN MASALAH
1
6. Bagaimana proses pembentukan kepribadian Pancasila ?
7. Bagaimana sosialisasi dan pembudayaan Pancasila ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kaitannya dengan penjabaran nilai-nilai pancasila dalam praktis penyelenggaraan
negara dan peratuaran perundang-undangan di Indonesia.
Implementasi penjabaran pancasila yang bersifat objektif adalah merupakan
perwujudan nilai-nilai pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar negara
Republik Indonesia, yang realisasi kongkritnya merupakan sumber dari segala
suber hukum ( sumber tertib hukum ) Indonesia. Implementasi Pancasila yang
objektif ini berkaitan dengan norma-norma hukum dan moral, secara lebih luas
dengan norma-norma kenegaraan.
Realisasi dan pengamalan Pancasila secara objektif berkaitan dengan
pemenuhan wajib hukum yang memiliki norma-norma yang tertuang dalam suatu
sistem hukum positif. Hal ni dimaksudkan agar memiliki daya imperatif secara
yuridis. Walaupun aktualisasi objektif tertuang dalam suatu sistemperaturan
perundang-undangan namun dalam implementasi pelaksanaan Pancasila secara
optimal justru realisasi subjektif yang memiliki kekuatan daya imperatifmoral
merupakan suatu prasyarat bagi keberhasilan pelaksanaan Pancasila secara objektif.
Dengan kata lain aktualisasi subjektif lebih menentukan keberhasilan aktualisasi
Pancasila yang objektif, dan tidak sebaliknya. Dapat juga dikatakan bahwa
aktualisasi secara objektif itu akan berhasil secara optimal bilamana didukung oleh
aktualisasi atau pelaksanaan Pancasila secara subjektif.
4
2. Pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 dalam undang-undang harus
mengingat dasar-dasar pokok pikiran yang tercantum dalam filsafat
negara Indonesia.
3. Tanpa mengurangi sifat-sifat Undang-Undang yang tidak dapat
diganggu gugat, interpretasi pelaksanaannya harus mengingat unsur-
unsur yang terkandung dalam filsafat negara.
4. Pelaksanaan Undang-Undang harus lengkap dan menyeluruh, meliputi
seluruh perundang-undangan di bawah Undang-Undang dan keputusan-
keputusan administrasi dari semua tingkat penguasa negara.
5. Pokok kaidah negara serta pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
pembukaan UUD1945 dan UUD 1945 juga didasarkan atas kerohanian
Pancasila. Bahkan yang terlebih penting lagi adalah dalam realiasi
pelaksanaan kongkritnya yaitu dalam setiap penentuan kebijaksanaan di
bidang kenegaraan antara lain :
Bentuk dan Kedaulatan dalam Negara
Hukum, perundang-undangan dan peradilan
Sistem Demokrasi
Pmerintah dan Pusat sampai Daerah
Politik dalam dan luar negeri
Keselamatan, keamanan dan pertahanan
Kesejahteraan
Kebudayaan
Pendidikan dan lain sebagainya
Tujuan Negara
Reformasi dan segala pelaksanaannya
Pembangunan Nasional dan lain pelaksanaan kenegaraan
5
penguasa setiap orang Indonesia. Dalam inilah pelaksanaan Pancasila yang subjektif
yang mewujudkan suatu bentuk kehidupan dimana kesadaran wajib hukum, telah
terpadu menjadi kesadaran wajib moral. Dalam hal ini milai yang berkaitan pada diri
seseorang adalah sikap dan tingkah laku dalam realisasi Pancasila secara subjektif
yang disebut moral Pancasila. Jadi aktualisasi Pancasila yang bersifat subjektif ini
lebih berkaitan dengan kondisi objektif, yaitu berkaitan dengan norma-norma moral.
Dalam pengamalan Pancasila perlu diusahakan adanya suatu kondisi individu
akan adanya kesadaran untuk merealisasikan Pancasila. Kesadaran adalah hasil
perbuatan akal, yaitu pengalaman tentang keadaan-keadaan yang ada pada diri
manusia sendiri. Jadi keadaan-keadaan inilah yang menjadikan objek dari kesadaran
dan berupa segala sesuatu yang dapat menjadi sumber pengalaman manusia.
Aktualisasi serta pengalaman itu bersifat jasmaniah maupun rohaniah, dari kehendak
manusia.
6
4. Kemampuan kehendak, yaitu yang cukup kuat sebagai pendorong untuk
melakukan perbuatan berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
5. Watak dan hati nurani, yaitu agar seseorang selalu mawas diri dan dapat
menilai diri sendiri dengan baik. Dengan demikian akan memiliki suatu
ketahanan ideologi yang berdasarkan keyakinan atas kebenaran
Pancasila, sehingga dirinya akan merupakan sumber kemampuan untuk
memelihara, mengembangkan, mengamalkan, mewariskan,
merealisasikan Pancasila dalam segala aspek kehidupan.
Pada dasarnya ada dua bentuk realisasinya yaitu bersifat statis dan yang bersifat
dinamis. Statis dalam pengertian intinya atau esensinya (yaitu nilai-nilai yang
bersifat rohaniah dan universal). Sedangkan bersifat dinamis dalam arti bahwa
aktualisasinya senantiasa bersifat inovatif, sesuai dengan dinamika masyarakat,
perubahan, serta konteks lingkungannya.
Strategi dan metode proses internalisasi harus diikuti dengan strategi serta
metode yang relevan dan memadai. Oleh karena itu dalam proses internalisasi dan
aktualisasi harus diterapkan strategi yang relevan serta metode yang efektif.
7
4. Kemudian ditingkatkan menjadi mentalitas, yaitu selalu
terselenggaranya kesatuan lahir batin, kesatuan akal, rasa, kehendak
sikap dan perbuatan. Mentalitas ini melalui suatu proses pengulangan dan
kestabilan dan berkembang menjadi watak.
5. Kemudian mengadakan penilaian sendiri setelah melakukan sesuatu
perbuatan yang bersangsi.
6. Bilamana kondisi peresapan dan aktualisasi Pancasila sampai pada
tingkat yang optimal, maka orang akan memiliki kepribadian Pancasila.
8
benda-benda budaya atau budaya fisik ini senantiasa bersumber pada
kebudayaan Pancasila yang berupa sistem nilai, yang merupakan
pedoman dan pandangan hidup suatu masyarakat.
Proses pembudayaan pada domain values (nilai). Proses
pembudayaan nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan berbagai
metode, namun yang terpenting sesuai dengan tingkat pengetahuan
kelompok masyarakat yang menjadi objek pembudayaan.
Pembudayaan nilai-nilai Pancasila dapat juga berupa wujud
kebudayaan fisik yang dihasilkan oleh manusia. Wujud budaya ini
sering disebut sebagai benda-benda budaya. Benda-benda budaya
tersebut baik berupa sarana atau alat-alat dalam kehiduapna
bermasyarakat, maupun sebagai hasil ekspresi dan kreasi manusia.
Benda-benda budaya ini baik berupa benda bergerak seperti mesin,
kendaraan, serta hasil teknologi lainnya, maupun benda tidak bergerak
misalnya, tempat ibadah, pakaian, candi, gapura, dan lain-lain.
9
BAB III
KESIMPULAN
1. Realisasi Pancasila terbagi menjadi dua, yaitu realisasi secara objektif dan
realisasi secara subjektif. Aktualisasi objektif yaitu aktualisasi Pancasila
dalam berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan
negara antara lain legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Sedangkan
aktualisasi subjektif adalah aktualisasi Pancasila pada setiap individu
terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan
masyarakat.
2. Realisasi nilai-nilai Pancasila dasar filsafat negara Indonesia, perlu
dilakukan secara berangsur-angsur dengan jalan pendidikan baik di sekolah,
masyarakat, maupun di dalam keluarga. Agar realisasi dapat dilaksanakan
sebaik mungkin oleh seluruh lapisan masyarakat, sebelum merealisasikan
Pancasila dibutuhkan proses pembentukan kepribadian Pancasila. Dan juga,
realisasi Pancasila akan berjalan dengan baik jika adanya sosialisasi dan
pembudayaan Pancasila.
10
DAFTAR PUSTAKA
11