Anda di halaman 1dari 5

ANESTETIKA UMUM

Anestetika umum adalah obat yang dapat menimbulkan anesthesia atau narkosa (Yun. an =
tanpa, aesthesis = perasaan), yakni suatu keadaan depresi umum yang bersifat refersibel dari
pelbagai sifat di SSP, di mana seluruh perasaan dan kesadaran di tiadakan, sehingga agak
mirip keadaan pingsan.

Anestetika di gunakan pada pembedahan dengan maksud mencapai keadaan pingsan ,


merintangi perasaan nyeri (analgesia), memblokir reaksi reflex terhadap manipulasi
pembedahan , serta menimbulkan pelemasan otot ( relaksasi).

Taraf – taraf narkosa


Anestetika umum dapat menekan SSP secara bertingkat dan berturut-turut menghentikan
aktifitas bagiannya. Ada 4 taraf narkosa, yakni:
a. Analgesia: kesadaran berkurang, rasa nyeri hilang, dan terjadinya euforia (rasa nyaman)
yang disertai impian yang mirip halusinasi. Eter dan nitrogenmonoksida memberikan
analgesia baik pada taraf ini, sedangkan halotan dan thiopental baru tahap berikut.

b. Eksitasi: kesadaran hilang dan timul kegelisahan. Kedua taraf ini juga disebut taraf induksi.

c. Anesthesia: pernafasan menjadi dangkal, cepat dan teratur, seperti keadaan tidur
(pernafasan perut), gerakan mata dan reflex mata hilang, sedangkan otot menjadi lemas.

d. Kelumpuhan sum-sum tulang: kegiatan jantung dan pernafasan terhenti. Pada taraf ini
sedapat mungkin sebaiknya di hindarkan.
Pada hakikatnya, kembalinua kessadaran atau siuman (recovery) berlangsung dalam uruttan
terbalik, dari c ke a

Kriteria analgetika yang baik


a. Mulai bekerjanya cepat.
b. Tanpa efek samping, seperti kegelisahan.
c. Tidak merangsang mukosa.
d. Pemulihannya harus cepat tanpa efek-sisa. Seperti perasaan kacau, mual dan muntah.
e. Tidak boleh meningkatkan perdarahan kapiler selama pembedahan.

Penggolongan
Berdasarkan cara penggunaannya, anestetika umuum dibagi dalam dua kelompok, yakni:
1) Anestetika inhalasi : gas tertawa, halotan, enfluran, isofluran, dan sevofluran.

Obat-obat ini diberikan sebagai uap melelui saluran pernafasan.


Keuntungannya adalah :
a. resorbsi yang cepat melalui paru-paru, seperti juga ekskresinya melalui gelembung paru
(alveoli) dan biasanya dalam keadaan utuh.
b. Pemberiannya mudah dipantau dan bila perlu pada setiap waktu dapat di hentikan.
c. Obat ini terutama digunakan untuk memelihara anestesi.

2) Anestetika intravena: toipental, diazepam dan midazolam, ketamin, dan propofol.

Obat-obat ini juga dapat di berikan dalam sediaan supositoria secara rectal, tetapi resorbsinya
kurang teratur. Obat-obat ini terutama di gunakan untuk mendahului (induksi) anestesi total,
atau memeliharanya, juga sebagai anestesi pada pembedahan singkat.

Keuntungan anestetika-inhalasi di bandingkan dengan anestesika-intravena adalah


kemungkinan untuk dapat lebih cepat mengubah kedalaman anestesi dengan mengurangi
konsentrasi dari gas/uap yang diinhalasi.

Efek samping
Hampir semua anestetika inhalasi menghasilkan sejumlah efek samping dan yang terpenting
adalah:
 Menekan pernafasan
Yang pada anestesi dalam terutama ditimbulkan oleh halotan, enfluran, dan isofluran.
 Menekan system kardiovaskular
Terutama oleh halotan, enfluran, dan isofluran.
 Merusak hati dan ginjal
Terutama senyawa klor, misalnya kloroform
 Oliguri (reversiblel)
Karena berkurangnya pengaliran darah di ginjal, sehingga pasien perlu di hidratasi
secukupnya.
 Menekan system regulasi suhu
Sehingga timbul perasaan kedinginan(menggigil) pasca bedah.

ZAT-ZAT TERSENDIRI

1) Eter (E.I): diethylether, ether ad narcosin.


Cairan dengan bau yang khas yang sangat mudah menguap dan menyala, juga eksplosif
(1842). Khasiat analghesia dan anestesinya kuat dengan relaksasi otot baik.
Eter digunakan pada pelbagai jenis pembedahan, terutama bila di perlukan relaksasi otot
sebagian besar eter yang diinhhalasi, dikeluarkan melalui paru-paru dan sebagian kecil
dimetabolisasikan di hati. Batas keamanannya (indeks terapi) lebar, karena Eter mudah
melewati plasenta.

Efek samping:
a. Mudah menyala.
b. Merangsang mukosa ssaluran pernafasan, hingga perlu di berikan premedikasi berupa
morfin-atropin 10-0,25 mg.
c. Induksi berjalan lambat dan sering disertai dengan ketegangan.
d. Meningkatnya sekresi ludah dan sekret bronchi.

2) Trikloretilen: Trilene, Cl2C=CHCl.

Cairan dengan baud an rasa seperti kloroform (CHCl3), tidak berwarna atau berwarna biru
muda (diberi zat warna guna identifikasi), juga tidak dapat menyala ddan tidak
ekspklosif(1911). Khasiat anestesinya lemah dan lebih ringan dari pada kloroform, tetapi
kerjanya lebih lambat, sifat analgetisnya lebih kuat dan toksisitasnya lebih ringan. Serkarang
obat ini tidak banyak digunakakn lagi, kecuali sebagai anestetikum banttuan pada
pembedahan singkat di kedokteran gigi dan kebidanan.

3) Nitrogenoksida: gas tertawa

N2O adalah gas tak berwarna dengan bau yang khas, rasanya kemanis-manisan dan ca 1,5
kali lebih berat dari udara. Tidak bersifat merangsang dan tidak dapat menyala(1844
).
Khasiat analgetisnya kuat, tetapi khasiat anestetisnya lemah dan tidak memiliki sifat
merelaksasi otot.

Efek sampingnya:
a. Dapat menimbulkan hipoksia
b. Setelah penggunaan lama dapat timbul anemia megaloblaster, akibat oksidasi dari atom
kobalt dalam vitamin B12.

Dosis : tracheal 50-66 v % bersama oksigen,

4) Halotan: flouthane

Cairan dengan sifatt-sifat fisika, seperti kloroform, lebih kurang sama berat jenis , bau, dan
rasanya, juga tidak dapat menyala dan tidak eksplosif (1956).khasiat anestetisnya sangat kuat
(2 kali kloroform dan 4 kali eter), tetapi khasiat analgetisnya rendah dan daya relaksasi
ototnya ringan, yang baru adekuat pada anestesi dalam. Sebaiknya halotan di gunakan dalam
dosis rendah dan dikombinasi dengan suatu relaksans otot, seperti galamin atau
suksametonium.

Kelarutannya dalam darah relative rendah, maka induksinya lambat, mudah di gunakan, dan
tidak merangsang mukosa saluran pernafasan, bahkan bersifat menekan reflex dari pharynk
dan larynk, melebarkan bronchioli, dan mengurangi sekresi ludah dan sekresi bronchi.
Pemulihannya juga lancar , sehingga banyak di gunakan seebagai anestetikum-pokok atau
anestetikum-pembantu pada narkosa dengan obat-obat berdaya kerja lemah seperti N2O.

Efek sampingnya:
a. Menekan pernafasan dan kegiatan jantung (aritmia).
b. Hipotensi
c. Pada penggunaan berulang dapat menyebabkan kerusakan hati.

Dosis: tracheal 0,5-3 v %.

5) Enfluran: Enthrane, Alyrane.


Senyawa-klor-pentafluor ini(1972) adalah anestetikum-inhalasi kuat, yang di gunakan pada
pelbagai jenis pembedahan, juga sebagai analgetikum pada persalinan. Berdasarkan struktur
eternya, senyawa ini memiliki daya relaksasi otot dan analgetis yang baik, disamping
menidurkan. Dibandingkan dengan halotan, zat ini tidak begitu menekan SSP.

Efek sampingnya berupa hipotensi, menekan pernafasan, aritmi dan merangsang SSP. Pasca
bedah timbul hipotermi (menggigil) serta mual dan muntah. Berdasarkan daya kerjanya yang
melemaskan otot uterus, zat ini dapat meningkatkan pendarahan pada saat persalinan, sectio
caesarea, dan abortus.

Dosis: tracheal 0,5-4 v %

• Isofluran : Forane, Aerrane.


Isomer (1971) dari enfluran ini baunya tidak enak dan juga merupakan anestetikum inhalasi
kuat dengan sifat analgetis dan relaksasi otot baik.
Kebanyakan digunakan dalam kombinasi dengan anestetika-intravena untuk mengiunduksi
anestesi.
Deya kerjanya dan penekanannya terhadap SSP sama dengan enfluran. Tidak menyala dan
tidak eksplosif. Walaupun molekulnya mengandung 5 atom fluor, kadar florida dalam ginjal
sangat rendah, sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap fungsi ginjal

Efek sampingnya:
a. Hipotensi
b. Aritmi
c. Menggigil
d. Konstriksi bronchi
e. Meningkatnya jumlah leukosit
f. Pasca bedah dapat timbul muntah, mual dan keadaan tegang pada lebih kurang 10% pasien
Dosis : tracheal 0,5-3v% dalam oksigen, atau bersama oksigen dan N2O.

DAFTAR PUSTAKA
1. Informatorium Medicamentorum 1998, 2-11. KNMP, Den Haag.
2. Farmacotherapeuetisch Kompas, 1997, 151-2 CMPC Ziekenfonds-raad.

Anda mungkin juga menyukai