Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL PENELITIAN

Produktivitas Kerja Perawat Ruang Rawat Inap

Chandra Tri Wahyudi1, Catur Septiawan G2


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
1
2
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
Email: chan.tw.1987@gmail.com, 2 uima.penjaminmutu@gmail.com
1

Abstrak
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung serta besarannya motivasi kerja,
beban kerja dan kepemimpinan kepala ruangan terhadap produktivitas kerja perawat ruang rawat inap di RS
Bhineka Bhakti Husada (BBH) Tangerang Selatan 2014. Penelitian ini berfokus pada faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja perawat di ruang rawat inap di rumah sakit. Metode penelitian ini
menggunakan desain cross sectional pada 80 orang perawat ruang rawat inap RS BBH yang diperoleh dengan
tehnik total sampling. Hasil uji koefisien parameter antara beban kerja terhadap produktivitas kerja menunjukkan
terdapat pengaruh langsung sebesar 15,57%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung sebesar 2,17%. Hasil
lainnya antara motivasi terhadap produktivitas kerja menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 26,77%.
Hasil uji koefisien parameter antara kepemimpinan terhadap produktivitas kerja menunjukkan terdapat pengaruh
langsung sebesar 27,90%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung sebesar 8,22%. Kesimpulan dalam
penelitian ini bahwa variabel produktivitas dipengaruhi oleh beban kerja, kepemimpinan, dan motivasi secara
stimultan sebesar 80,63%.
Kata Kunci : Beban , Motivasi, Kepemimpinan Kepala Ruangan, Produktivitas

Abstract

This study aims to analyze the direct and indirect effects and the magnitude of work motivation, workload and
leadership of the head of the room on the work productivity of inpatient nurses at the 2014 South Tangerang
Bhineka Bhakti Husada (BBH) Hospital. This study focuses on factors that affect work productivity nurse in the
inpatient room at the hospital. This research method used a cross sectional design on 80 nurses in the inpatient
ward of BBH Hospital which were obtained by total sampling technique. The results of the parameter coefficient
test between workload and work productivity show that there is a direct effect of 15.57%, while for indirect
effects is 2.17%. Other results between motivation and work productivity indicate that there is a direct effect of
26.77%. The result of the parameter coefficient test between leadership and work productivity shows that there
is a direct effect of 27.90%, while for the indirect effect is 8.22%. The conclusion in this study is that productivity
variables are influenced by workload, leadership, and motivation simultaneously by 80.63%.

Keywords : Load, Motivation, Room Leadership, Productivity

550
Vol. 9 No.1 Maret 2019 Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

Pendahuluan bulan Mei, 558 pasien bulan Juni, 489 pasien


bulan Juli, 542 pasien bulan Agustus, 531
Rumah Sakit merupakan institusi
pasien bulan September, 572 pasien bulan
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
Oktober, 553 pasien bulan November, dan 580
pelayanan kesehatan perorangan secara
pasien bulan Desember. Dari data tersebut dapat
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
dilihat adanya peningkatan dan penurunan
inap, rawat jalan, dan gawat darurat.1 Rumah
jumlah pasien rawat inap didapatkan selisih
Sakit yang berada di Indonesia baik yang
sebesar 111 pasien pada bulan Januari dengan
berkategorik Rumah Sakit Publik maupun yang
bulan Desember. Berdasarkan data yang
berkategorik Privat. Pelayanan keperawatan
didapatkan dari kepala bidang keperawatan
merupakan suatu bentuk pelayanan professional
yaitu hasil evaluasi kerja perawat dan jumlah
yang merupakan bagian integral dari pelayanan
pasien yang berkunjung di Rumah Sakit
kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
Bhineka Bakti Husada bahwa dengan adanya
perawat. Keperawatan ditujukan kepada
kurang optimalnya pendokumentasian asuhan
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat,
keperawatan dan juga dapat dilihat adanya
baik sehat maupun sakit. Praktik keperawatan
penurunan jumlah pasien yang berkunjung di
adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh
Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada, hal ini
perawat dalam bentuk asuhan keperawatan.2
dapat digambarkan sementara bahwa adanya
Kontribusi pelayanan keperawatan sangat penurunan produktivitas kerja perawat.
penting terhadap peningkatan mutu pelayanan
Motivasi perawat yang tidak baik
kesehatan dan salah satu ukuran keberhasilan
cenderung menghasilkan dokumentasi dengan
pelayanan keperawatan yang baik adalah
kualitas yang tidak baik. Pendokumentasian
seberapa besar produktifitas para perawat dalam
yang tidak dilakukan dengan lengkap dapat
memberikan asuhan keperawatan yang baik
menurunkan mutu pelayanan keperawatan
kepada pasien dan keluarganya. Dengan
karena tidak dapat mengidentifikasi sejauh
produktivitas kerja para perawat yang tinggi,
mana tingkat keberhasilan asuhan keperawatan
maka pelayanan dirumah sakit akan semakin
yang telah diberikan, dalam aspek legal perawat
baik, keuntungan dalam organisasi keperawatan
tidak mempunyai bukti tertulis jika klien
akan meningkat dan kepuasan klien sebagai
menuntut ketidakpuasan akan pelayanan
penerima jasa pelayanan keperawatan terpenuhi.
keperawatan. Motivasi kerja yang semakin
Produktivitas secara umum dapat didefinisikan
tinggi menjadikan perawat mempunyai
sebagai nilai output dalam hubungannya dengan
semangat yang tinggi untuk memberikan
satuan input tertentu.3 Produktivitas kerja
pelayanan yang terbaik. Hal tersebut didukung
perawat (individu) adalah bagaimana
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
individu/perawat melaksanakan pekerjaanya
Yanti dan Warsito,5 menyatakan bahwa terdapat
atau unjuk kerja (Job Performance).
hubungan antara motivasi dengan kualitas
Produktivitas perawat merupakan hasil dari
dokumentasi proses asuhan keperawatan.
salah satu sub-variabel kepuasan perawat,
Karena pendokumentasian asuhan keperawatan
kepuasan pasien, pendokumentasian asuhan
merupakan salah satu wujud dari produktivitas
keperawatan (pengkajian, diagnosa, intervensi,
kerja perawat.
implementasi dan evaluasi) dan komunikasi
perawat-pasien.4 Kualitas dan kemampuan fisik
karyawan dan itu dipengaruhi oleh pendidikan,
Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada
pengalaman, latihan kerja, prestasi, motivasi
menunjukan hasil evaluasi pendokumentasian
kerja, kemampuan fisik karyawan, upah kerja,
asuhan keperawatan disetiap ruang rawat inap
dan sarana pendukung.6 Hasil analisa dalam
nilai rata-rata hasil pendokumentasian
penelitiannya menunjukkan bahwa variabel
keperawatan hanya 80%, hal ini dapat
kemampuan kerja, prestasi kerja, dan upah kerja
disimpulkan sementara bahwa produktivitas
secara individu berpengaruh positif dan
kerja perawat diruang rawat inap masih belum
signifikan terhadap produktivitas kerja
optimal. Jumlah pasien rawat inap pada tahun
karyawan. Hasil penelitian Tawale, et al7,
2013 didapatkan sejumlah 691 pasien bulan
didapatkan korelasi antara motivasi kerja
Januari, 683 pasien bulan Februari, 573 pasien
perawat dengan kecenderungan mengalami
bulan Maret, 522 pasien bulan April, 557 pasien
burnout, jika motivasi kerja perawat rendah,
maka kecenderungan mengalami burnout pada
perawat akan tinggi. Begitu pula sebaliknya jika
551
Chandra Tri Wahyudi Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

motivasi kerja perawat tinggi, maka dapat menyebabkan penurunan kondisi fisik
kecenderungan mengalami burnout pada sehingga berpengaruh terhadap kesehatan.
perawat akan rendah. Burnout merupakan Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada memiliki 7
sindrom dimana seorang perawat merasa ruang rawat inap, antara lain Ruang Arafah
kecewa, lelah dan tidak tertarik lagi dengan berkapasitas 22 tempat tidur dengan 18 perawat,
pekerjaanya. Rendahnya motivasi kerja perawat Ruang Raudah berkapasitas 8 tempat tidur
dapat mengakibatkan adanya burnout sehingga dengan 9 perawat, Ruang Marwah berkapasitas
dapat mempengaruhi penurunan produktivitas 17 tempat tidur dengan 13 perawat, Ruang
kerja perawat. Adanya pengaruh positif antara Asyifa berkapasitas 21 tempat dengan 14
variabel upah, jam kerja dan pengalaman kerja perawat, Ruang Mustazam berkapasitas 21
terhadap produktivitas tenaga kerja dalam tempat tidur dengan 17 perawat, dan Ruang
bidang industry.8 Begitu juga penelitian lain, Musdalifah berkapasitas 8 tempat tidur dengan
menyatakan bahwa variabel upah yang diterima 9 perawat. Selain itu juga didapatkan data yang
pekerja berpengaruh signifikan terhadap diperoleh dari kepala bidang keperawatan
produktivitas pekerjaan struktur rangkap atap Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada terdapat
baja ringan di Perumahan Green Hills Malang beberapa perawat yang resign (mengundurkan
sebesar 42,4%.9 Kurangnya upah yang didapat diri) dari Rumah Sakit pada tahun 2013 ini
dapat menyebabkan tenaga kerja atau seseorang terdapat 8 orang yang mengundurkan diri.11
menurun motivasi kerjanya yang akhirnya dapat
Data tersebut menunjukkan
berdampak pada produktivitas kerjanya.
ketidakseimbangan antara kuantitas tempat tidur
Data dari bidang keperawatan Rumah Sakit dengan jumlah tenaga kerja yang dapat
Bhineka Bakti Husada terhadap perawat ruang meningkatkan beban tugas perawat dan juga
rawat inap terdapat 20% perawat kurang dapat menyebabkan perawat mengalami
melengkapi pendokumentasian asuhan ketidaknyamanan, ketidaksenangan dalam
keperawatan. Wawancara 10 perawat RS melakukan proses pelayanan keperawatan.
Bhineka Bakti Husada didapatkan data kurang Beban tugas yang diberikan kepada perawat
ada reward dari kepala ruangan terhadap menjadi fluktuatif, hal ini dikarenakan
perawat ruang rawat inap sehingga perawat tergantung seberapa banyak jumlah pasien yang
merasa kurang pengakuan terhadap hasil dirawat dan seberapa serius perawatan medis
pekerjaannya.Faktor Pendukung lain dalam pasien yang harus dilakukan.
meningkatkan produktivitas kerja adalah beban
Kepemimpinan dalam bidang keperawatan
kerja. Beban kerja fisik dan beban kerja mental
dapat dilihat melalui hubungan antara kepala
berpengaruh positif terhadap produktivitas. Jika
ruangan dan perawat pelaksana. Pemimpin
beban kerja fisik karyawan meningkat sebesar
dapat menentukan apakah asuhan keperawatan
satu satuan sementara beban kerja mental
yang diberikan sudah memenuhi standar atau
karyawan konstan, maka produktivitas
kepuasan dari klien maupun staf. Komunikasi
karyawan akan meningkat 0,087 satuan. Jika
yang dilakukan oleh kepala ruangan sangat
beban mental karyawan meningkat sebesar satu
diperlukan agar mampu menciptakan hubungan
satuan sementara beban kerja fisik karyawan
kerja yang baik dengan bawahan, sehingga
konstan maka produktivitas karyawan akan
tujuan bersama dapat tercapai. Komunikasi
meningkat 0,740 satuan.10
merupakan inti dari gaya kepemimpinan kepala
Distribusi penggunaan waktu pelaksanaan ruangan agar mampu meningkatkan motivasi
kegiatan perawat lebih banyak pada kategori kerja, karena dalam memotivasi perawat
kegiatan lain-lain yaitu selama 42518 detik atau pelaksana dibutuhkan pemimpin yang tidak
11 jam 48 menit 38 detik pada shift hanya menganggap bawahan sebagai pekerja,
malam.Salah satu aspek yang sering digunakan tetapi juga sebagai mitra kerja yang memiliki
untuk melihat kondisi suatu organisasi adalah peran dalam organisasi.
tingkat kepuasan kerja para anggotanya.
Terdapat pengaruh parsial secara positif
Kepuasan kerja rendah menimbulkan dampak
antara kepemimpinan terhadap produktivitas
negatif seperti produktivitas rendah, kesehatan
kerja karyawan pada Como Shambala Estate At
tubuh menurun. Kepuasan kerja yang rendah
Begawan Ubud Bali dengan nilai koefisien
dapat disebabkan oleh beban kerja yang dialami
regresi dengan sig. t = 0,018 (p< 0,05).12
oleh para perawat itu sendiri. Hampir sebagian
Pemimpin harus bisa memotivasi kelompok
besar akibat yang ditimbulkan oleh beban kerja
untuk melakukan kerja sama dengan sukarela
sangat merugikan. beban kerja yang meningkat
dan bekerja dengan semangat dan percaya diri
552
Vol. 9 No.1 Maret 2019 Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

dengan potensi yang maksimal. Data yang dinilai langsung oleh kepala bagian
diperoleh oleh bidang keperawatan Rumah keperawatan RS BBH.
Sakit Bhineka Bakti Husada tahun 2013
Uji validitas dan realibilitas dilakukan
terdapat jumlah total perawat yang
untuk mengetahui apakah instrument yang
mengundurkan diri sebanyak 8 perawat.
digunakan untuk penelitian telah dapat
Berdasarkan penjelasan diatas maka gaya mengukur apa yang harus diukur dan sejauh
kepemimpinan seorang kepala ruangan mana instrument yang digunakan dipercaya
sangatlah penting dalam menumbuhkan atau untuk penelitian. Uji validitas dan realibilitas
meningkatkan produktivitas kerja perawat. pada butir instrument penelitian menggunakan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk SPSS sebelum disebar untuk penelitian.
mengetahui pengaruh langsung dan tidak Sedangkan uji validitas dan realibilitas variabel
langsung serta besaran beban kerja, motivasi endogen dan eksogen menggunakan PLS.
kerja, dan kepemimpinan kepala ruangan Loading Faktor menurut beberapa ahli harus
terhadap produktivitas kerja perawat Ruang diatas 0,5. Sedangkan nilai composite realibility
Rawat Inap di Rumah Sakit Bhineka Bakti mengukur internal consistency dan nilainya
Husada Tanggerang Selatan 2015. harus diatas 0,7 dan nilai average variance
exctracted (AVE) harus diatas 0,5.15
Kuisioner dalam penelitian ini telah
Metode
diujikan terlebih dahulu pada perawat di ruang
Penelitian ini dilakukan dengan rancangan rawat inap Rumah Sakit Permata Pamulang
cross-sectional melalui pendekatan kuantitatif yang berjumlah 30 orang. Dengan jumlah
yang dilaksanakan di Rumah Sakit Bhineka sampel 30 orang, df=28 maka didapatkan r tabel
Bakti Husada yang dilaksanakan bulan 0,361. Jika r hitung lebih besar dari r tabel
Desember 2014 dan Januari 2015. Populasi dinyatakan valid, sedangkan realibilitas dapat
merupakan perawat yang bekerja diruang rawat dilihat pada kolom Cronbach’s Alpha if Item
inap sebanyak 80 dengan jumlah sampel 80 deleted, jika nilainya >0,7, maka dinyatakan
responden melalui total sampling yang memiliki realibel.
kriteria inklusi perawat yang bekerja diruang
Dalam penelitian ini analisis data
rawat inao Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada,
menggunakan pendekatan PLS dengan
bersedia menjadi subjek penelitian.13
menggunakan software smartPLS. PLS adalah
Skala pengukuran pada penelitian ini ada model persamaan menggunakan persamaan
dua yang mana untuk variabel kepemimpinan SEM (Structural Equation Models) atau model
kepala ruangan menggunakan skala semantic persamaan structural, yaitu sebuah model
differential yang dikembangkan oleh Osgood statistik yang memberikan perkiraan
yang memiliki 5 point pada skala ini jawaban perhitungan dari kekuatan hubungan hipotesis
“sangat positifnya” berada paling kanan garis antar variabel dalam sebuah model teoritis baik
bawah dan jawaban “sangat negatifnya” berada secara langsung atau melalui variabel antara
paling bawah kiri garis sedangkan untuk (intervening or mediating variabels).16 Model
variabel motivasi kerja dan beban kerja hubungan semua variabel laten dalam PLS
kemudian dikonversi kedalam nilai 1 sampai terdiri dari tiga ukuran,yaitu:15 (1) Inner model
dengan 5. Data yang diperoleh data interval. yang menspesifikasi hubungan antar variabel
Responden yang memilih angka 5 berarti laten (structural model) yang menggambarkan
nilainya sangat positif, sedangkan memilih hubungan antar variabel laten berdasarkan pada
angka 3 berarti nilainya netral, dan bila memilih substansive theory; (2) Outer model sering juga
angka 1 berarti nilainya sangat negative.14 disebut outer relation yang mendefinisikan
Data primer yang digunakan dalam bagaimana setiap blok indikator berhubungan
penelitian ini melalui alat bantu (instrument) dengan variabel latennya.
berarti angket/pertanyaan diperoleh melalui Data yang disajikan pada awal hasil analisa
penyebaran kuisioner yang berisi 3 variabel berupa gambaran mengenai sampel, dimana
dengan 9 indikator yang mana setiap indikator terdapat tabel yang disertai penjelasan untuk
memiliki 5 peryataan sehingga total peryataan membantu pembaca mengenal karakteristik
dalam kuisioner berjumlah 45. Sedangkan data responden. Hasil analisa SEM dari pengolahan
sekunder pada variabel dependen didapatkan data output yang menggunakan SmartPLS 2.0
dari evaluasi pendokumentasian perawat yang disajikan dalam bentuk tabel dan lain-lain.
553
Chandra Tri Wahyudi Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

Penyajian yang lebih lengkap akan dilampirkan. besar responden ada pada rentang lama kerja 1
Sedangkan oengujian hipotesis berdasarkan dari tahun yaitu sebanyak 34 (42,5%) responden.
keluaran hasil pengolahan data.
Hasil uji Chi-Square, variasi karakteristik
responden tidak ada yang berhubungan dengan
jawaban atas pernyataan dari beban kerja,
Hasil
motivasi kerja dan kepemimpinan kepala
Dalam penelitian ini mencakup 80 ruangan karena Pvalue > 0,05.
responden yaitu seluruh perawat ruang rawat
Model pengukuran atau outer model
inap di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada
dengan indikator refleksif dievaluasi dengan
tahun 2015. Variabel yang diukur dalam
convergent dan discriminant validity dari
penelitian ini adalah variabel motivasi kerja,
indikatornya, composite reliability untuk blok
beban kerja, kepemimpinan kepala ruangan dan
indikator, dan AVE, serta nilai composite
produktivitas kerja. Sebagian besar responden
reliability. Sedangkan outer model dengan
adalah berumur 20-23 tahun sebanyak 40 (50%)
formatif indikator dievaluasi berdasarkan
responden. Berdasarkan pendidikan responden
substantive content-nya, yaitu dengan
memperlihatkan bahwa sebagian besar
membandingkan besarnya relatif weight dan
responden adalah berpendidikan D3
melihat signifikansi dari ukuran weight tersebut.
Keperawatan, yaitu sebanyak 71 (88,8%)
Hasil faktor loading indikator terhadap masing-
responden. Sedangkan berdasarkan lama kerja
masing variabelnya dapat dilihat pada gambar di
responden memperlihatkan bahwa sebagian
bawah ini. Berikut output hasil run awal:

Gambar 1
Output PLS (Loading Factors)

indikator yang digunakan dalam penelitian


Tujuan cross loading adalah untuk
dapat dilakukan dengan mengevaluasi hasil
mengetahui apakah variabel mampu
cross loading semua indikator. Suatu indikator
memprediksi lebih tinggi faktor loading
dinyatakan valid jika mempunyai loading factor
indikatornya dibandingkan prediksi terhadap
tertinggi kepada konstruk yang dituju
indikator lainnya dengan melihat nilai cross
dibandingkan loading factor kepada konstruk
loading. Selain itu, untuk melihat validitas
lain, bahwa korelasi konstruk lebih besar dari
554
pada ukuran konstruk lainnya. Hal itu yang diperkuat dengan Cronbach alpha
menunjukkan bahwa konstruk laten didapatkan >0,8 dimana nilai yang diharapkan
memprediksi ukuran pada bloknya lebih baik >0,7 untuk semua konstruk. Sehingga dapat
dari pada ukuran pada blok lainnya. Suatu dikatakan. penelitian ini memiliki tingkat
indikator reflektif dinyatakan valid jika validitas dan realibilitas yang baik.
mempunyai loading factor di atas 0,5 terhadap
Hasil evaluasi signifikan outer model
konstruk yang dituju berdasarkan pada
diatur dalam output PLS di bawah ini dengan
substantive content-nya dengan melihat
mengevaluasi refleksi nilai T-statistic indikator
signifikansi dari weight (t = 1,96). Berdasarkan
terhadap variabelnya. Evaluasi signifikansi
gambar di atas menunjukkan bahwa semua
outer model dilakukan untuk menilai
konstruk memiliki nilai faktor loading lebih
signifikansi konstruk laten dengan konstruknya,
besar dari 0,5 sehingga kriteria uji terhadap
yaitu dengan membandingkan nilai t statistik
indikator ukur dinyatakan semua valid.Nilai
masing-masing konstruk laten dengan nilai α =
akar AVE telah lebih besar dari pada nilai
0,05 (1,96). Untuk mengukur nilai t statistik
korelasi antar variabel laten dengan nilai >0,8
dilakukan bootstrapping pada model dengan
dan nilai composite realibility >0,8 dimana
hasil sebagai berikut:
standar yang ditetapkan >0,7 serta uji reabilitas

Gambar 2
Output PLS (T-Statistic)

hasil pengukuran nilai t statistik dari setiap


Untuk melihat uji hipotesis terhadap
indikator ke variabel lebih besar dari 1,96
indikator dari variabel yang diteliti, dapat dilihat
dengan tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,05).
pada Gambar 2 yang menunjukan bahwa setelah
Hal itu berarti, semua indikator berpengaruh
dilakukan bootstrapping untuk mengukur nilai t
secara signifikan terhadap variabel yang diteliti.
statistik dari masing-masing konstruk laten
terhadap konstruknya, maka nilai t statistik Untuk uji hipotesis antar variabel, terlihat
dibandingkan dengan nilai α = 0,05 (1,96). bahwa beban kerja berpengaruh positif terhadap
Ketentuannya, apabila nilai t statistik lebih motivasi kerja. Hasil uji terhadap koefisien
besar dari nilai α = 0,05 (1,96), maka konstruk parameter antara beban kerja terhadap motivasi
laten tersebut signifikan terhadap konstruknya. kerja menunjukkan ada pengaruh positif

555
Chandra Tri Wahyudi Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

0,202399, sedangkan nilai T-Statistic sebesar besaran keragaman atau variasi data penelitian
2,153007 dan signifikan pada α=5%. Nilai T- terhadap fenomena yang sedang dikaji.
Statistic tersebut berada di atas nilai kritis Pengujian terhadap model struktural dilakukan
(1,96). Kemudian juga menyatakan bahwa dengan melihat nilai R-Square yang merupakan
beban kerja berpengaruh positif terhadap uji goodness-fit model. Uji yang kedua adalah
produktivitas kerja. Hasil uji terhadap koefisien melihat signifikansi pengaruh antar konstruk.
parameter antara beban kerja terhadap Berikut ini adalah hasil pengukuran nilai R-
produktivitas kerja menunjukkan ada pengaruh Square, yang juga merupakan nilai goodness of
positif 0,202929, sedangkan nilai T-Statistic fit model. Berikut hasil output-nya dalam bentuk
sebesar 2,090437 dan signifikan pada α=5%. tabel, yaitu:
Nilai T-Statistic tersebut berada di atas nilai Tabel 1. Nilai R Square
kritis (1,96). Selanjutnya juga menyatakan
Variabel R Square
bahwa kepemimpinan berpengaruh positif
terhadap motivasi kerja. Hasil uji terhadap Beban Kerja
koefisien parameter antara kepemimpinan Kepemimpinan
terhadap motivasi kerja menunjukkan ada Motivasi 0,776600
pengaruh positif 0,701514, sedangkan nilai T-
Statistic sebesar 8,225881 dan signifikan pada Produktivitas Kerja 0,702920
α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada jauh Sumber: SmartPLS 2.0 report, 2015
diatas nilai kritis (1,96). Kemudian juga
menyatakan bahwa kepemimpinan berpengaruh Berdasarkan tabel di atas, beban kerja dan
positif terhadap produktivitas kerja. Hasil uji kepemimpinan berkontribusi terhadap motivasi
terhadap koefisien parameter antara sebesar 0,776600, dan beban kerja,
kepemimpinan terhadap produktivitas kerja kepemimpinan, serta motivasi berkontribusi
menunjukkan ada pengaruh positif 0,343865, terhadap produktivitas kerja sebesar 0,702920.
sedangkan nilai T-Statistic sebesar 2,714944 Berdasarkan hasil pengukuran tersebut dapat
dan signifikan pada α=5%. Nilai T-Statistic disimpulkan bahwa variabilitas konstrak
tersebut berada di atas nilai kritis (1,96). motivasi mampu dijelaskan oleh variabilitas
Selanjutnya juga menyatakan bahwa motivasi beban kerja dan kepemimpinan sebesar 77,66%
kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas dan 22,34% dijelaskan oleh variabel lain yang
kerja. Hasil uji terhadap koefisien parameter tidak diteliti. Sedangkan variabilitas konstrak
antara motivasi kerja terhadap produktivitas produktivitas kerja mampu dijelaskan oleh
kerja menunjukkan ada pengaruh positif variabilitas beban kerja, kepemimpinan, serta
0,335423, sedangkan nilai T-Statistic sebesar motivasi sebesar 70,29% dan 29,71% dijelaskan
3,028739 dan signifikan pada α=5%. Nilai T- oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Statistic tersebut berada jauh diatas nilai kritis
(1,96). Setelah diketahui R-Square dan Path
Coeficient, selanjutnya dilakukan pengukuran
Inner model disebut juga dengan nilai R untuk mengetahui besaran pengaruh langsung
Square, uji hipotesis T-Statistik, pengaruh dan tidak langsung antar variabel dengan hasil
variabel langsung dan prediktif (nilai Q sebagai berikut:
Square). Nilai square berfungsi untuk menilai

Tabel 2. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung antar Variabel


LV Direct Inderect Direct Indirect Total
Sumber Total
Correlation Rho Rho % % %
Beban Kerja 0,767 0,203 0,034 0,237 15,570 2,174 17,744

Kepemimpinan 0,811 0,344 0,118 0,462 27,898 8,221 36,119

Motivasi 0,799 0,335 0 0,335 26,767 0 26,767

Total 70,235 10,394 80,629


Sumber: Smart PLS 2.0 report, 2015
556
Produktivitas Kerja = 0,203 x Beban Kerja +
Dari tabel di atas menyatakan bahwa
0,344 x Kepemimpinan +
beban kerja berpengaruh secara langsung dan
0,335 x Motivasi + 0,297
tidak langsung terhadap produktivitas kerja.
Hasil uji koefisien parameter antara beban kerja Kesimpulannya, Produktivitas kerja
terhadap produktivitas kerja menunjukkan perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
terdapat pengaruh langsung sebesar 15,57%, Bhineka Bakti Husada tahun 2015 dipengaruhi
sedangkan untuk pengaruh tidak langsung oleh beban kerja sebesar 0,203, dipengaruhi
antara beban kerja terhadap produktivitas kerja oleh kepemimpinan sebesar 0,344, dan
melalui motivasi didapat dengan mengalikan dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 0,297
koefisien jalur (beban kerja → motivasi) x LV artinya terdapat pengaruh yang positif dari
(beban kerja → motivasi) dengan koefisien jalur beban kerja, kepemimpinan, dan motivasi,
(motivasi → produktivitas kerja) x LV semakin rendah beban kerja, dan semakin baik
(motivasi → produktivitas kerja) sehingga kepemimpinan, serta semakin tinggi motivasi
mendapat nilai sebesar 2,17%. maka akan semakin meningkat pula
produktivitas kerja perawat di di Ruang Rawat
Dari tabel tersebut menyatakan bahwa
Inap Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada tahun
motivasi berpengaruh secara langsung terhadap
2015.
produktivitas kerja. Hasil uji koefisien
Sedangkan Predictive Relevance (Nilai Q
parameter antara motivasi terhadap
Square)
produktivitas kerja menunjukkan terdapat
pengaruh langsung sebesar 26,77%. Q2 = 1-(1-R1 2)(1-R2 2)
Kepemimpinan berpengaruh secara Q2 = 1-(1-0,777)(1-0,703)
langsung dan tidak langsung terhadap
Q2 = 0,933769 ⇒ 93,38%
produktivitas kerja. Hasil uji koefisien
parameter antara kepemimpinan terhadap Hal ini menunjukan bahwa model hasil analisis
produktivitas kerja menunjukkan terdapat dapat menjelaskan 93,38% keragaman data dan
pengaruh langsung sebesar 27,90%, sedangkan mampu mengkaji fenomena yang dipakah
untuk pengaruh tidak langsung antara dalam penelitian, sedangkan 6,62% dijelaskan
kepemimpinan terhadap produktivitas kerja oleh variabel lain yang tidak dikaji dalam
melalui motivasi didapat dengan mengalikan penelitian ini.
koefisien jalur (kepemimpinan → motivasi) x
LV (kepemimpinan → motivasi) dengan
koefisien jalur (motivasi → produktivitas kerja) Pembahasan
x LV (motivasi → produktivitas kerja) sehingga Pengaruh Antara Variabel Motivasi Kerja
mendapat nilai sebesar 8,22%. terhadap Produktivitas Kerja
Sehingga nilai dari masing-masing Hasil penelitian yang dilakukan di RS
pengaruh langsung variabel laten independen BBH Tangerang selatan, bahwa dari ketiga
tersebut apabila secara bersama-sama indikator ukur yang dimiliki variabel motivasi
menunjukkan kesesuaian dengan nilai R Square kerja semua indikator mampu menjelaskan
atau dengan kata lain hal ini menyatakan bahwa variabel motivasi kerja. Hasil uji hipotesis
variabel beban kerja, motivasi, dan terhadap koefisien parameter antara motivasi
kepemimpinan mampu menjelaskan variabel kerja terhadap produktivitas kerja menunjukkan
produktivitas kerja sebesar (15,570 + 27,898 + ada pengaruh positif 0,335423, sedangkan nilai
26,767) = 70,235. T-Statistic sebesar 3,028739 dan signifikan pada
Persamaan matematika yang sesuai α = 5%. Nilai T-Statistic tersebut berada jauh
dengan analisis diatas, yaitu: diatas nilai kritis (1,96).
η1 = γ1 . ξ1 + γ2. ξ2 + ζ1 Hasil penelitian ini didukung dengan
Teori Maslow, “Hirarki Kebutuhan” Maslow
Motivasi = 0,202 x Beban Kerja + 0,702 x
memandang kebutuhan manusia berdasarkan
Kepemimpinan +0,223
suatu hirarki kebutuhan dari kebutuhan yang
Y = γ3 . ξ1 + γ4 . ξ2 +β1 . η1 +ζ2 paling rendah hingga kebutuhan yang paling
tinggi.
557
Chandra Tri Wahyudi Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

Peran motivasi kerja terhadap persoalan keterlambatan pembayaran insentif


produktitas dapat meningkatkan semangat kerja mereka.
karyawan dimana karyawan akan bekerja secara
Pengaruh Antara Variabel Beban Kerja
maksimal dan menyukai lingkungan kerjanya
terhadap Produktivitas Kerja
dan keuntungan yang didapat dalam suatu
perusahaan adalah mendapatkan penghasilan Hasil penelitian yang dilakukan di RS BBH
yang meningkat dari tahun ke tahun apabila Tangerang selatan, bahwa dari ketiga indikator
motivasi ini terus dilakukan.16 ukur yang dimiliki variabel beban kerja semua
indikator mampu menjelaskan variabel beban
Hasil penelitian ini didukung juga oleh
kerja.dari hasil uji hipotesis menyatakan bahwa
penelitian Mudayana,17 bahwa ada hubungan
beban kerja berpengaruh positif terhadap
antara motivasi dengan kualitas dokumentasi
produktivitas kerja. Hasil uji terhadap koefisien
proses asuhan keperawatan dengan hasil uji
parameter antara beban kerja terhadap
statistik diperoleh P-value 0,036. Penelitian ini
produktivitas kerja menunjukkan ada pengaruh
sejalan dengan hasil uji hipotesis bahwa
positif 0,202929, sedangkan nilai T-Statistic
motivasi kerja berpengaruh positif terhadap
sebesar 2,090437 dan signifikan pada α=5%.
produktivitas kerja perawat. Motivasi yang
Nilai T-Statistic tersebut berada di atas nilai
sangat tinggi menjadikan perawat mempunyai
kritis (1,96).
semangat tinggi untuk memberikan pelayanan
terbaik sehingga dapat meningkatkan Penelitian ini menyatakan bahwa beban
produktivitas kerja perawat berupa asuhan kerja meningkat sehingga produktivitas kerja
keperawatan. juga meningkat. Hal ini dapat dilihat dari
lamanya perawat yang bekerja di RS BBH
Timbulnya motivasi untuk berperilaku
dominan banyak yang bekerja kurang dari 1
karena dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan
tahun sampai dengan 1 tahun sehingga dengan
yang ada dalam diri manusia (kebutuhan
banyaknya beban kerja yang diterima oleh
kekuasaan, kebutuhan afiliasi/kebutuhan
perawat maka keinginan perawat dalam
mencari atau mempertahankan relasi
berproduktif masih tinggi. Selain itu juga dapat
interpersonal, dan kebutuhan berprestasi.
dilihat dari usia perawat yang dominan berkisar
Menurut penelitian yang diungkapkan oleh
20 sampai 23, dimana usia seperti ini usia-usia
Brasit et al,bahwa variabel motivasi merupakan
yang berproduktif sehingga produktivitas kerja
variabel yang paling berpengaruh terhadap
perawat dapat meningkat walaupun beban kerja
produktivitas perawat disebabkan karena semua
yang diterima banyak.
masalah yang ada pada variabel motivasi
mencakup semua masalah - masalah yang Hal ini sesuai dengan apa yang
terdapat pada variabel yang berpengaruh pada disampaikan oleh Djiuta,8 bahwa variabel jam
penelitian ini (kemampuan, persepsi dan kerja/shift kerja yang merupakan indikator dari
pembelajaran individu) membentuk motivasi beban kerja yaitu berpengaruh positif terhadap
perawat menjadi motivasi negative sehingga produktivitas tenaga kerja dimana nilai T hitung
perawat memiliki motivasi yang kurang baik lebih besar dari nilai T tabel pada level α = 0,05.
untuk meningkatkan produktivitasnya Produktivitas kerja seseorang bisa berbeda
sebagaimana standar PPNI. Mulai dari masalah walaupun dengan jumlah jam kerja yang sama.
kondisi lingkungan dan system manajemen Hal ini dikarenakan skill dan tehnologi yang
rumah sakit yang buruk, banyak ditemukan digunakan dan pengaruh jam kerja terhadap
ketidak lengkapan pendokumentasian rekam produktivitas tenaga kerja bisa positif dan bisa
medis/dokumentasi keperawatan, jarangnya juga negatif. Akan tetapi untuk tenaga kerja
dilakukan personal hygine kepada pasien, masih perawat dalam penelitian ini berpengaruh positif
banyak perawat yang belum menerapkan terhadap produktivitas kerja perawat. 8
MPKP, kadang terjadi konflik antar sesama Selain itu juga menurut penelitian yang
perawat, hingga sampai ke permasalahan dilakukan Minarsih,18 bahwa Uji statistik Chi-
minimnya pembelajaran individu yang Square menunjukkan adanya hubungan yang
diperoleh perawat selama bekerja di rumah sakit bermakna antara beban kerja perawat dengan
tersebut sehingga berangkat dari persepsi yang produktivitas kerja perawat dengan nilai p =
buruk maka perawat kurang termotivasi untuk 0,000 (p < 0,005) dan dengan kata lain Ho
meningkatkan produktivitasnya terutama ditolak. Berdasarkan analisis hasil penelitian ini,
558
yang merasakan beban waktu bersifat berat dimiliki terhadap pekerjaan untuk menghasilkan
adalah responden 66 yang merasakan beban keluaran yang terbaik, maka Gaya
kerja di ruangan terlalu memberatkan, sering kepemimpinan sangat mempengaruhi
membutuhkan waktu ekstra diruangan untuk produktifitas kerja.
menyelesaikan tugas keperawatan dan perawat
Dari ketiga indikator ukur yang dimiliki
yang merasa sulit mengatur jadwal dinas bila
variabel kepemimpinan kepala ruangan semua
membutuhkan waktu libur. Mereka juga sering
indikator mampu menjelaskan variabel
diminta untuk masuk secara mendadak bila ada
kepemimpinan kepala ruangan. Dari hasil uji
perawat yang tidak masuk karena ada halangan,
hipotesis menyatakan bahwa kepemimpinan
biasanya yang sering terjadi juga adalah perawat
berpengaruh positif terhadap produktivitas
senior sering datang terlambat saat akan operan,
kerja. Hasil uji terhadap koefisien parameter
sehingga waktu kerja mereka menjadi
antara kepemimpinan terhadap produktivitas
bertambah.
kerja menunjukkan ada pengaruh positif
Beban waktu kerja lebih 0,343865, sedangkan nilai T-Statistic sebesar
mempertimbangkan pada aspek pengunaan 2,714944 dan signifikan pada α=5%. Nilai T-
waktu untuk bekerja, yaitu sebagai alokasi Statistic tersebut berada di atas nilai kritis
penggunaan waktu guna peningkatan pelayanan (1,96).
keperawatan terhadap pasien. Waktu kerja
Berdasarkan penelitian Wartana,12 bahwa
berkaitan dengan waktu yang digunakan untuk
kepemimpinan secara parsial memiliki pengaruh
mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam kerja
positif terhadap produktivitas kerja karyawan
yang berlangsung setiap hari.19 Beban kerja
dengan hasil koefisien regresi sig.t = 0,018
merupakan salah satu unsur yang harus
(p<0,05). Kepemimpinan merupakan hal yang
diperhatikan bagi seorang tenaga kerja untuk
penting perananya untuk meningkatkan
mendapatkan keserasian dan produktivitas kerja
produktivitas kerja karyawannya.
yang tinggi selain unsur beban tambahan akibat
lingkungan kerja dan kapasitas kerja. Selain itu Selain itu menurut penelitian Sumarni,20
Beban kerja juga berkaitan erat dengan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara
produktifitas tenaga kesehatan, dimana 53,2% efektivitas kepemimpinan dengan produktivitas
waktu yang benar-benar produktif yang kerja perawat. Kepala ruangan sebagai
digunakan pelayanan kesehatan langsung dan penanggung jawab ruang rawat inap
sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan mempunyai peranan yang sangat menentukan di
penunjang. dalam menciptakan pelayanan keperawatan
yang profesional, dengan mengarahkan,
Pengaruh Antara Variabel Kepemimpinan
menggerakkan, memberi kemudahan dan
terhadap Produktivitas Kerja
memberi teladan yang baik bagi perawat
Kepemimpinan merupakan masalah pelaksana agar mempunyai motivasi yang tinggi
yang sangat penting dalam manajemen dan untuk bekerja secara produktif, sehingga dapat
organisasi. Bahkan ada yang menyatakan bahwa meningkatkan produktivitas kerja perawat.
kepemimpinan merupakan jantung atau intinya
Pengaruh Antara Variabel Beban Kerja
manajemen dan organisasi. Tidak jarang
terhadap Motivasi Kerja
seorang pemimpin dibenci oleh karyawannya
sehingga hal ini bisa memicu ketidak Hasil penelitian yang dilakukan di RS
harmonisan, konflik internal, motivasi kerja BBH, bahwa dari ketiga indikator ukur yang
sampai pencapaian produktivitas kerja yang dimiliki variabel beban kerja semua indikator
menurun. mampu menjelaskan variabel beban kerja dari
hasil uji hipotesis menyatakan bahwa beban
Kepemimpinan dalam keperawatan
kerja berpengaruh positif terhadap motivasi
dapat ditumbuhkan lebih optimal dengan
kerja. Hasil uji terhadap koefisien parameter
menguasai keterampilan dalam menghadapi
antara beban kerja terhadap motivasi kerja
orang lain dengan efektif. Kepemimpinan
menunjukkan ada pengaruh positif 0,202399,
efektif merupakan gaya memimpin yang dapat
sedangkan nilai T-Statistic sebesar 2,153007
menghasilkan keluaran melalui pengaturan
dan signifikan pada α = 5%. Nilai T-Statistic
kinerja orang lain. Pemimpin harus memastikan
tersebut berada di atas nilai kritis (1,96).
bahwa bawahan melaksanakan pekerjaannya
berdasarkan keterampilan dan komitmen yang
559
Chandra Tri Wahyudi Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

Hasil penelitian ini mengatakan bahwa Hasil penelitian ini mengatakan bahwa
beban kerja meningkat dapat meningkatkan kepemimpinan yang baik dapat meningkatkan
motivasi kerja perawat, hal ini dapat dilihat dari motivasi kerja perawat. Hal ini dapat dilihat dari
seorang perawat yang lama bekerjanya kurang seorang pemimpin yang dapat mengarahkan,
dari 1 sampai dengan 1 tahun beban kerja yang mendukung dan mengawasi secara baik maka
meningkat tidak bermasalah bagi perawat seorang perawat dapat termotivasi dengan baik
mealinkan dengan banyaknya beban kerja yang untuk dapat meningkatkan skill dan
meningkat dapat membuat perawat tersebut pengetahuannya.
dapat mendapatkkan pengalaman yang banyak
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
dan dapat meningkatkan skill seorang perawat
oleh Hardiansa,22 bahwa adanya Hubungan
sehingga motivasi kerja perawat tersebut dapat
yang signifikan antara Gaya kepemimpinan
meningkat.
kepala ruang dengan motivasi kerja perawat di
Selain itu juga dapat dilihat dari usia RSUD Ambarawa dengan nilai p-valIue = 0,008
perawat yang dominan mempunyai usia 20 < α (0,05), dengan nilai τ = 0,506 arah korelasi
sampai dengan 23 dimana usia seperti ini usia positif. Dari nilai korelasi yang didapatkan arah
yang mencari pengalaman yang lebih untuk korelasi adalah positif yang dimana tingkat
mendapatkan ilmu dan pengalaman yang hubungan dari dua variabel independent dan
berlebih sehingga motivasi kerja perawat dapat variabel dependent sedang. Dengan tingkat
meningkat. hubungan yang sedang maka motivasi kerja
perawat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
Hasil penelitian tidak berbanding terbalik
lain.
oleh pendapat Crayon yaitu bila beban kerja
terlalu tinggi akan menyebabkan komunikasi Penelitian ini juga sejalan dengan
yang buruk antara perawat dan pasien, penelitian yang dilakukan oleh Palangdeng et
kegagalan kolaborasi perawat dan dokter, al,23 bahwa hasil analisis menggunakan uji
tingginya droup out perawat/turn over dan rasa statistik fisher’s exact test diperoleh nilai p =
ketidak puasan perawat sehingga motivasi kerja 0,003, atau probabilitas di bawah 0,05 (0,003 <
perawat rendah. 0,05) dari analisis tersebut menunjukkan
terdapat hubungan kepemimpinan kepala
Berdasarkan hasil penelitian yang
ruangan menurut persepsi perawat tentang
dilakukan oleh Widyastuti,21 tidak sejalan
motivasi kerja perawat pelaksana di ruang
dengan penelitian yang didapat bahwa hasil uji
Instalasi rawat Inap F BLU RSUP
hubungan beban kerja dan motivasi kerja
Prof.Dr.R.D.Kandou Manado.
perawat pelaksana didapatkan p value = 0.856
artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan Hal ini juga sependapat dengan penelitian
antara beban kerja dengan motivasi kerja yang dilakukan oleh Arta,24 bahwa hasil analisis
perawat pelaksana di Rumah Sakit Premier uji spearman rank (ρ) didapatkan nilai
Surabaya. significancy (p) adalah 0.015 berarti nilai p <
0,05, maka Ho ditolak yang berarti ada
Pengaruh Antara Variabel kepemimpinan
pengaruh yang bermakna antara gaya
terhadap Motivasi Kerja
kepemimpinan kepala ruangan terhadap
Hasil penelitian yang dilakukan di RS motivasi kerja perawat dalam melaksanakan
BBH, bahwa dari ketiga indikator ukur yang asuhan keperawatan di Irna C RSUP Sanglah.
dimiliki variabel kepemimpinan kepala ruangan Sedangkan nilai koefisien korelasi (ρ) yang
semua indikator mampu menjelaskan variabel didapat adalah 0.289, termasuk pada kategori
kepala ruangan dari hasil uji hipotesis lemah. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh
menyatakan bahwa kepemimpinan berpengaruh gaya kepemimpinan kepala ruangan terhadap
positif terhadap motivasi kerja. Hasil uji motivasi kerja perawat dalam melaksanakan
terhadap koefisien parameter antara asuhan keperawatan adalah lemah.
kepemimpinan terhadap motivasi kerja
Pemimpin yang baik adalah pemimpin
menunjukkan ada pengaruh positif 0,701514,
yang dapat membina hubungan antar manusia,
sedangkan nilai T-Statistic sebesar 8,225881
meliputi kemampuan untuk bekerja sama
dan signifikan pada α = 5%. Nilai T-Statistic
dengan orang lain, termasuk memotivasi dan
tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96).
menerapkan kepemimpinan yang efektif.
motivasi harus diberikan pimpinan terhadap
560
bawahannya karena sering kali ada bawahan 3. Purnama, Husna. Pengaruh Gaya
yang mampu mengerjakan pekerjaanya tetapi ia Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja
malas atau kurang bergairah untuk Karyawan Bagian Bengkel pada CV Mitra
mengerjakannya. Dalam hal ini kepala ruangan Denso di Bandar Lampung. Jurnal Organisasi
dan Manajemen 2 (1): 34-45; 2012
selaku pemimpin berperan penting dalam
4. Supratman. Produktifitas Perawat di RS. Dr.
mengidentifikasi, menumbuhkan dan Moewardi: Studi Komparasi Antara Metode
mengarahkan motivasi perawat agar mau dan Tim-Fungsional dan Fungsional. Jurnal
antusias dalam bekerja, karena kepala ruangan Kesehatan 2 (2): 157-168; 2009
yang mengalami kontak langsung dengan staf di 5. Yanti RI, dan Warsito BE. Hubungan
ruangan dan yang akan mengarahkan pekerjaan Karakteristik Perawat, Motivasi, dan Supervisi
sesuai tugas dan fungsi staf di ruangan. dengan Kualitas Dokumentasi Proses Asuhan
Keperawatan. Jurnal Managemen Keperawatan
1 (2): 107-114; 2013
Kesimpulan 6. Dharma, Surya. Manajemen Kinerja. Jakarta:
Pustaka Pelajar; 2005
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa 7. Tawale, dkk . Hubungan Antara Motivasi Kerja
fenomena yang terjadi mampu dikaji dalam Perawat dengan Kecendrungan Mengalami
penelitian ini yaitu bahwa variabel produktivitas Burnout Pada Perawat di RSUD Serui –
dipengaruhi oleh beban kerja, kepemimpinan, Papua. Insan 13 (2): 74 -84; 2011
dan motivasi secara stimultan sebesar 80,63%, 8. Djiuta, Puspa. Analisa Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja:
sedangkan 19,37% dipengaruhi oleh variabel
Studi Kasus Industri Songket di Kecamatan Ilir
lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Barat II dan Seberang Ulu II Kota Palembang.
Selain itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa Jurnal Ilmiah 3 (2); 2011
variabel produktivitas kerja perawat ruang rawat 9. Tanto D, Dewi SM, dan Budlo SP. Faktor-
inap di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Tangerang Selatan sebesar 27,9% lebih besar Pekerja pada Pengerjaan Atap Baja di
dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala ruangan Perumahan Green Hills Malang. Jurnal
dibandingkan variabel yang lain. Terdapat Rekayasa Sipil 6 (1): 69-82; 2012
hubungan kualitas dan kuantitas kepemimpinan 10. Irawati, Anindya. Pengaruh Beban Kerja
di dalam Rumah Sakit terhadap produktivitas Terhadap Produktivitas Karyawan Sentra
Kredit Konsumen (SKK). Bandung . Studi.
Kerja Perawat.
PT.Bank Negara Indonesia JPK; 2012
Saran 11. Bidang keperawatan.2014. Satuan Evaluasi
Asuhan Keperawatan. Tangerang: RS.Bhineka
Berdasarkan hasil penelitian peneliti Bakti Husada.
menyarankan agar Pimpinan memberikan 12. Wartana, I Made Hedy. Faktor-Faktor yang
arahan, dukungan serta pengawasan dengan Mempengaruhi Produktivitas Kerja Karyawan
baik agar perawat merasa diakui oleh pada Como Shambala Estate at Begawan Giri
pimpinannya sehingga dapat meningkatkan Ubud. Jurnal Perhotelan dan Pariwisata 1 (1):
motivasi kepada anggotanya yaitu perawat 14-34; 2011
pelaksana ruangan agar anggotanya dapat 13. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif,
kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta; 2011
menjalankan tugasnya dengan baik dan nyaman
14. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif.
sehingga akan dapat meningkatkan Bandung: Alfabeta; 2012
produktivitas kerja perawat tersebut. 15. Mustafa dan Wijaya. Panduan Tehnik Statistik
SEM & PLS dengan SPSS Amos. Yogyakarta:
Cahaya Atma Pusaka; 2012
Daftar Pustaka 16. Alimuddin,Ibriati. Pengaruh Motivasi
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada
Tahun 2009 Rumah Sakit. Lembaran Negara PT. Telkom Indonesia, Tbk Cabang
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153; 28 Makssar.Skripsi. Universitas Hasanuddin
Oktober 2009 Makassar; 2012.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 17. Mudayana, Ahmad A. Pengaruh Motivasi dan
Tahun 2014 Keperawatan. Lembaran Negara beban kerja terhadap kinerja karyawan
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 307, dirumah sakit nur hidayah Bantul.Jurnal
Tambahan Lembaran Negara Republik Kesehatan Masyarakat FKM UAD 2010.4(2):
Indonesia Tahun 2014 Nomor 5612; 17 84-9; 2010
Oktober 2014
561
Chandra Tri Wahyudi Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

18. Minarsih. Hubungan Beban Kerja Perawat 22. Hardiansah. Hubungan Daya Kepemimpinan
terhadap Kinerja Kayawan di Rumah Sakit Nur Kepala Ruangan Dengan Motivasi Kerja
Hidayah Bantul. Jurnal Kesehatan Masyarakat Perawat Di Rumah Sakit Umum Daerah
FKM UAD 2010.4(2): 84-9; 2011 Ambarawa. Skripsi. Stikes Hudi Waluya
19. Irwadi. Penilaian Beban Kerja Perawat Ungaran. Diunduh tanggal 19 Februari 2015;
http://http://www.scribd.com/doc/36043707/Pen 2014
ilaian-Beban-kerja diakses tanggal 17 Februari 23. Palangdeng. Hubungan Kepemimpinan Kepala
2015; 2007. Ruangan Menurut Persepsi Perawat Pelaksana
20. Sumarni, G. Hubungan antara efektifitas DiRuangan Instalasi Rawat Inap RSUP Prof.
Kepemimpinan Kepala Ruangan dan Motivasi Dr. R.D Kandow Manado. E journal
dengan Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana Keperawatan Vol. 1 no. 1 Agustus 2013.
di RSUP Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat,. Diunduh Tanggal 19 Februari 2015; 2013
Thesis, Program Magister Kesehatan Ilmu 24. Arta et. Al. Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Keperawatan FIK UI Jakarta. Diunduh tanggal Kepala Ruangan Terhadap Motivasi Kerja
9 Februari 2015; 2001 Perawat Dalam Melaksanakan Asuhan
21. Widyastuti. Analisa Faktor-Faktor yang Keperawatan Di RSUP Sanglah Denpasar;
Mempengaruhi Motivasi Kerja Perawat Skripsi PSIK FK Univ. Udayana; 2012.
Pelaksana Di Rumah Sakit Premier Surabaya.
Skripsi Stikes Hangtua Surabaya. Diunduh
tanggal 9 Februari 2015; 2014

562

Anda mungkin juga menyukai