Anda di halaman 1dari 3

A.

Preeklampsia dan Eklampsia

Preeklampsia adalah penyakit kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah sebesar 140/90
Mmhg atau lebih pada dua kali pemeriksaan setelah usia kehamilan 20 minggu pada ibu yang
sebelumnya normotensif. Preeklampsia ini di sertai dengan proteinuria yang signifikan.

1. Tanda dan gejala yang berkaitan dengan Preeklampsia Berat/preeklampsia fulminan :


a. Peningkatan tajam tekanan darah
b. Penurunan haluaran urine : karena vasospasme akut
c. Peningkatan proteinuria
d. Sakit kepala : biasanya berat, persisten, dan lokasinya frontal
e. Mengantuk atau konfusi : karena edema serebral
f. Gangguan visual : karena edema retina, dan edema wajah dan perifer.
g. Nyeri epigestrik : karena edema hati dan infark yang menyebabkan gangguan fungsi
h. Hiper-refleksia, serta adanya klonus dan mual dan muntah
i. Hambatan pertumbuhan intrauterin, oligohidramion, dan penurunan gerakan janin.

2. Asuhan kebidanan yang berhubungan dengan preeklampsia berat :


a. Pantau dan catat tekanan darah, tanda-tanda vital, dan tingkat kesadaran setiap 15 menit
b. Pantau dan catat asupan intravena, haluaran urine, kadar proteinuria, dan CVP
c. Berikan higiene oral ketika ibu biasanya puasa, serta Berikan obat yang diresepkan dan
sesuaikan dosis berdasarkan respons tekanan darah
d. Pantau hasil darah biokimia harian untuk mendeteksi perubahan yang merefleksikan
perburukan ( hitung darah lengkap, elektrolit, asam urat, enzim hati, fibrinogen, trombosit,
pemeriksaan pembekuan, dan nitrogen urea darah).
e. Pantau kesejahteraan janin secara elektronik dan berikan sterold yang diresepkan untuk
mempercepat maturitas paru janin
f. Observasi tanda awitan persalinan/ kaji kemajuan persalinan, serta pertahankan lingkungan
yang tenang dan damai
g. Kaji gejala perburukan kondisi, dan berikan perawatan psikologis untuk ibu dan keluarganya
h. Beritahu setiap perubahan kondisi ibu yang signifikan kepada dokter obstetri dan / atau
dokter anestesi.

3. Perawatan dan terapi segera pada ibu eklampsia :


a. Hubungi dokter obstetri dan dokter anestesi
b. Lindungi ibu dari cedera selama fase tonoklonik
c. Pertahankan jalan nafas ibu dengan menggunakan alat pengisap, jika perlu
d. Berikan oksigen serta cegah hipoksia berat, ubah posisi ibu miring dengan kepalanya
kebawah (posisi permulihan)
e. Pasang akses intravena dan pantau keseimbangan cairan
f. Berikan sedatif untuk mencegah hiperstimulasi, serta pantau dan catat tanda-tanda vital
g. Kaji risiko kesejahteraan janin/gawat janin akibat hipoksia/abrupsi
h. Stabilkan kondisi ibu dan rencanakan cara pelahiran bayi, serta implementasikan rencana
tanpa penundaan lebih lanjut.
4. Krisis pada pre-eklampsia (Redman, 1994 ; Nelson-Piercy, 2002)
a. Eklamsia
b. Hemoragi serebri (penyebab kematian terbesar
c. Ablasio retina
d. Kebutaan kortikal
e. Edema paru dan sindrom gawat napas akut
f. Edema laring
g. Hemoragi retro plasenta/solusio plasenta
h. Gagal ginjal

B. Perdarahan Antepartum

Perdarahan yang berlebihan dari saluran genital pada suatu waktu setelah kelahiran bayi
yang berlangsung sampai 6 minggu setelah kelahiran didefinisikan sebagai hemoragi pascapartum.
Jika hemoragi pascapartum terjadi selama kala tiga persalinan atau dalam 24 jam pertama kelahiran,
hemoragi ini dikelompokkan sebagai hemoragi pascapartum primer. Jika hemoragi pasca partum
terjadi setelah 24 jam pertama dan berlanjut sampai 6 minggu pascapartum perdarahan ini
didefinisikan sebagai hemoragi pascapartum sekunder.

1. Rencana tindakan untuk menangani Hemoragi berat :


a. Atur pemindahan darurat kerumah sakit (jika dirumah)/ pindahkan ke ICU/HDU di unit
maternitas
b. Hubungi bantuan kedaruratan yang tepat (para medis/dokter obstetri senior, dokter
anastesi)
c. Atur posisi ibu untuk menghindari hipotensi saat terlentang, kemudian lakukan pungsi vena
untuk hitung darah lengkap, pemertiksaan pembekuan darah, dan cocok silang
d. Beritahu bank darah dan konsultasikan kepada ahli hematologi : pemeriksaan cocok silang
minimal 6 unit dengan segera
e. Pasang akses intravena dan mulai lakukan penggantian cairan, serta berikan oksigen melalui
masker/nasal prong, kemudian observasi kehilangan darah
f. Pantau kesejahteraan janin (jika tepat) transfusi darah dengan segera : jika tidak dilakukan
pemeriksaan cocok silang, transfusi ini harus golongan darah yang sama seperti ibu, atau
pada kasus yang eksterm, golongan darah O resus negatif
g. Mungkin memerlukan plasma beku segar, trombosit, (konsultasikan dengan ahli hematologi)
h. Pertahankan dan catat keseimbangan cairan yang akurat dengan menggunakan katetr urine
dan siang CVP, serta uji fungsi ginjal dan uji fungsi hati
i. Hilangkan penyebab : lahirkan bayi dan plasenta (histerektomi pada kasus yang eksterm)
kemudian observasi tanda-tanda hemoragi pascapartum.

a) Solusio Plasenta
Solusio palsenta adalah pelepasan plasenta yang terletak normal dari dinding uterus.
Pelepasan mencapai tepi plasenta, terus ke serviks, dan dimanifestasikan kedalam
perdarahan pervagina. Kasus yang lain menunjukan nyeri uterus tanpa perdarahan yang
nyata (tersembunyi).ibu berisiko mengalami syok hipovolemik, gangguan pembekuan darah,
dan akibatnya terjadi kerusakan organ yang lebih meluas, sedangkan janin berisiko
mengalami hipoksia akibat pemisahan plasenta dan kelahiran prematur.

Penatalaksanaan bidan bergantung pada pengenalan masalah, mengetahui bahwa


kehilangan darah sebenarnya mungkin jauh lebih besar daripada kehilangan darah yang terlihat,
dan mengimplementasikan rencana tindakan dengan segera untuk hemoragi berat.

b) Plasenta Previa
Plasenta Previa adalah plasenta yang sebagian atau seluruhnya, tertanam di segmen
bawah uterus pada dinding anterior atau posterior. Ketika segmen bawah tumbuh dan
meregang plasenta previa dapat memisah yang menyebabkan perdarahan terjadi pada lebih
dari satu kejadian.
Kelahiran pervagina mungkin dilakukan pada tingkat plasenta previa yang lebih
rendah asalkan kondisi ibu dan janin memuaskan dan setiap kehilangan darah tidak
mengancam jiwa. Akan tetapi pada tingkat plasenta previa, mayor, seksio sesaria biasa
dilakukan oleh dokter obstetri senior pada sekitar gestasi 37-38 minggu sebnelum serviks
mulai membuka
Risiko pada janin sebagian besar adalah prematuritas karena seksio sesario
dilakukan lebih dini. Ada juga hipoksia berat pada janin karena pelepasan plasenta dan juga
syok maternal akibat hemoragi berat.

Perbandingan hemoragi akibat solusio plasenta dengan hemoragi yang terjadi akibat plasenta
previa :

1. Solusio plasenta
a. Nyeri
b. Ibu mengalami distres
c. Abdomen tegang dan nyeri tekan
d. Letak dan presentasi normal
e. Kemungkinan kardiotokograf (CTG)
f. Abnormal
g. Mungkin berkaitan dengan preeklampsia
h. Defek koagulasi dapat terjadi lebih dini
2. Plasenta previa
a. Tidak nyeri
b. Ibu tidak distres
c. Abdomen lunak
d. Letak dan presentasi abnormal
e. CTG biasanya normal
f. Tidak ada hubungan khusus dengan preeklampsia
g. Tidak efek koagulasi pada awalnya

Anda mungkin juga menyukai