Pada akhir jaman klasik, timbul kejenuhan terhadap bentuk, konsep dan norma arsitektur
klasik, yang sudah merajai dunia arsitektur sejak tibuan tahun silam. Pada masa inilah timbul
dan berkembang bentuk arsitektur mengikuti pola pikir eklektik, menyebar keseluruh dunia
bersamaan dengan penjelajahan orang Eropa ke seluruh dunia dalam masa kolonial dan Pasca
Kolonial. Eklektik artinya memilih terbaik dari yang sudah ada sebelumnya. Arsitektur
eklektisme adalah aliran memilih, memadukan unsur-unsur atau gaya ke dalam bentuk
tersendiri. Berdasarkan arti katanya maka eklektisme dalam arsitektur sudah ada sejak lama
misalnya pada jaman Renaissance dimana elemen-elemen Romawi berupa kolom digabung
dan ditambah dengan unsur-unsur, kaidah dan bentuk baru. Dari segi sejarah dan ciri-ciri
pengulangan bentuk lama eklektisme dalam arsitektur sering disebut antara lain dengan Post-
Renaissance, Neo-Klasik,Kolonial, dan lain-lain. Pada masa itu belum terlalu banyak pilihan
dan pencampuran, masih terbatas dan terikat oleh kaidah klasik sehingga sering disebut
sebagai jaman Neo-Klasik, atau Neo-Klasik Internasional karena sudah berkembang
diseluruh dunia. Arsitektur modern mulai berkembang pada abad XIX di eropa dimulai
dengan Eklektisme, selain karena kejenuhan terhadap pola klasik lama juga karena semakin
banyak pilihan untuk digabungkan dan diulang tetapi dalam pola, konsep dan bentuk baru
terhadap gaya, kosntruksi dan bahan bangunan yang lebih bervariasi. Eklektisme dipakai
untuk menandai gejala pemilihan atau pencampuran gaya-gaya pada abad XIX masa
berakhirnya Klasikisme, masa awal Modernisme dan bukan pencampuran maupun
perkembangan pada masa sebelumnya. Eklektisme tidak selalu menggabungkan tetapi
kadanga-kadang hanya menerapkan salah satu gaya saja tetapi dalam bentuk, sistem
konstruksi, fungsi dan secara konsepsual berbeda dari klasik asli. Pencampuran bentuk
menghasilkan gaya tersendiri, memperlihatkan adanya pola pikir akademis, tetapi dalam
bentuk konservatif. Pada masa peralihan dari klasik ke modern ditandai dengan Eklektisme,
tuntutan kebutuhan lebih banyak dimana masa sebelumnya tidak ada seperti balai kota,
stasiun kereta api, gedung pengadilan, opera, pavilliun, gedung pameran, musium, dll.
Revolusi Industri sangat mempengaruhi arsitektur Eropa abad ke 19, karena pekerjaan dapat
dilakukan lebih cepat dengan penggunaan mesin/mekanis. Dengan adanya Revolusi industri
maka arus urbanisasi menjadi tinggi dan membuat kota menjadi padat , sehingga kota
memerlukan bangunan yang baru.
Selain itu, juga dengan ditemukannya hal lain yang baru, yakni Kereta Api (KA) (sekedar
diketahui penumpang pertama KA berada di Inggris, 1825. lalu menyebar di seluruh Eropa).
Sehingga dengan adanya perjalanan KA maka dibutuhkan bangunan baru, antara lain :
ƒ Stasiun kereta
ƒ Hotel stasiun
ƒ Jembatan (yang mampu menerima beban besar)
Besi sebenarnya telah lama dipakai sebagai bahan bangunan, tapi baru akhir abad ke-18
dipakai dalam kuantitas banyak dan murah.
► Perkembangan selanjutnya:
ƒ Besi tuang dan baja yang bisa digunakan untuk skala besar
ƒ Pembuatan kaca bisa lebih lebar/luas sehingga jendela dapat dibuat dengan skala lebih
besar. Hal ini berguna untuk kantor maupun bangunan2 komersial
► Pada periode ini (Abad19M) Arsitek memakai teknologi modern, tapi tetap menyalin
gaya2 lama
Desain eklektik kini dapat dimaknai sebagai penggabungan dari gaya modern dengan ciri
khas tradisional. Di Indonesia, gaya ini banyak digemari karena Indonesia memiliki kekayaan
budaya, seni dan tradisi, bisa dipadukan. Untuk menerapkan desain eklektik, Anda bisa
memakai kembali barang-barang warisan dari nenek-kakek Anda. Seperti gebyog dari Jawa
Tengah, dipan kayu dari Jepara dengan bantal bersulam atau bordir, lalu memakai ulos
sebagai pajangan dinding, kusen atau jati tua, atau lantai teraso.