Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PRAKTIKUM UNIT COST

“Tarif dan Analisis Penetapan Tarif”

oleh

NAILA AMALIA RIZQI


G4116160945/B

PROGRAM STUDI D-IV REKAM MEDIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2019
1. Jelaskan perbedaan biaya dan tarif!
a. Biaya adalah besarnya dana yang harus dikeluarkan untuk menyelenggarakan dan
atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan,
keluarga, kelompok, dan masyarakat (Azrul A, 1996). Pengertian tersebut
merujuk pada dua sudut pandang berikut:
1) Penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider) yaitu besarnya dana
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang berupa dana investasi serta
dana operasional.
2) Pemakai jasa pelayanan (health consumer) yaitu besarnya dana yang
dikeluarkan untuk dapat memanfaatkan suatu upaya kesehatan.
b. Tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan dengan ukuran sejumlah
uang berdasarkan pertimbangan bahwa dengan nilai uang tersebut sebuah rumah
sakit bersedia memberikan jasa kepada pasien (Laksono Trisnantoro, 2006).
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan nilai awal
yang harus dikeluarkan dalam menyediakan jasa pelayanan kesehatan, sedangkan tarif
adalah nilai akhir yang telah ditetapkan berdasarkan berbagai pertimbangan yang
harus dikeluarkan oleh pasien dalam menerima jasa pelayanan. Dalam hal ini biaya
lebih dibebankan kepada provider atau pelayanan kesehatan sedangkan tarif lebih
dibebankan kepada kostumer atau pasien.

2. Sebutkan dan jelaskan pendekatan dalam menetapkan tarif di pelayanan kesehatan!


a. Penetapan Tarif Rumah Sakit dengan Menggunakan Pendekatan Perusahaan
Teknik-teknik penetapan tarif pada perusahaan sebagian besar berlandaskan
informasi biaya produksi dan keadaan pasar, baik monopoli, oligopoli, maupun
persaingan sempurna. Teknik-teknik tersebut antara lain:
1) Full Costing
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana secara teoritis, tetapi
membutuhkan informasi mengenai biaya produksi. Dasar cara ini dilakukan
dengan menetapkan tarif sesuai dengan unit cost ditambah dengan
keuntungan.
2) Kontrak dan Cost-Plus
Tarif rumah sakit dapat ditetapkan berdasarkan kontrak misalnya kepada
perusahaan asuransi, ataupun konsumen yang tergabung dalam satu organisasi.
Dalam kontrak tersebut penghitungan tarif juga berbasis pada biaya dengan
tambahan surplus sebagai keuntungan bagi rumah sakit.
3) Target Rate of Return Pricing
Cara ini merupakan modifikasi dari metode full-cost di atas. Misalnya, tarif
ditentukan oleh direksi harus mempunyai 10% keuntungan. Dengan demikian,
apabila biaya produksi suatu pemeriksaan darah Rp5.000,00, maka tarifnya
harus sebesar Rp5.500,00 agar memberi keuntungan 10%.
4) Acceptance Pricing
Teknik ini digunakan apabila pada pasar terdapat satu rumah sakit yang
dianggap sebagai panutan (pemimpin) harga. Rumah sakit lain akan mengikuti
pola pentarifan yang digunakan oleh rumah sakit tersebut.
b. Penetapan Tarif dengan Melihat Pesaing
Dalam metode ini, biaya yang menyesuaikan dengan tarif. Terdapat dua tipe
metode ini yaitu: (1) penetapan tarif di atas pesaing, dan (2) penetapan tarif di
bawah pesaing. Dengan melihat berbagai macam teknik penetapan tarif di
perusahaan swasta, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain, tujuan
penetapan tarif harus diyakini secara jelas, dan tarif harus ditetapkan dengan
berbasis pada tujuan; struktur pasar dan demand harus dianalisis; informasi
kualitatif perlu dicari untuk membantu penetapan tarif; pendapatan total dan biaya
total harus dievaluasi dalam berbagai tingkat harga dengan asumsi-asumsi yang
perlu dan penetapan tarif harus melibatkan partisipasi dari bagian akuntansi,
pemasaran, dan unit-unit pelaksana fungsional.
c. Penetapan Tarif pada Organisasi Pemerintah
Pada berbagai sektor termasuk kesehatan, pemerintah masih mempunyai
kewajiban mengatur tarif. Kewajiban ini ditujukan untuk menjamin terjadinya
pemerataan pelayanan rumah sakit. Untuk itu, pemerintah merasa perlu
menegaskan bahwa berbagai komponen biaya penyelenggaraan rumah sakit tetap
disubsidi, antara lain gaji, investasi, dan penelitian pengembangan. Dengan
demikian, rumah sakit pemerintah mendapat pengaruh langsung dari
peraturanperaturan atau norma-norma pemerintah. Dengan latar belakang ini, jika
dipandang dari sudut ekonomi manajerial, maka rumah sakit pemerintah berbeda
dengan swasta dalam beberapa hal.
3. Sebutkan dan jelaskan strategi penetapan tarif!
Salah satu strategi penetapan harga (pricing strategy) dengan memberikan
potongan harga pada customer (pasien). Cara ini merupakan wujud nyata dari strategi
pemasaran yang berfungsi untuk menarik minat dan mempertahankan kesetiaan
customer (Simaremare, 2002).
Menurut Thabrany strategi penetapan tarif terdiri dari :
a. Basis biaya
Penentuan biaya satuan ini umumnya berdasarkan perhitungan biaya retrospektif,
atau biaya yang telah dikeluarkan pada periode sebelumnya. Hal ini masih
memerlukan asumsi tertentu karena biaya yang telah dikeluarkan pada periode
sebelumnya mungkin sudah tidak memadai lagi pada masa kini. Demikian juga
tarif tersebut kemudian diberlakukan secara retrospektif. Artinya, biaya ditagih
setelah pelayanan dilaksanakan. Sudah barang tentu, metoda ini tidak mendorong
staf melakukan efisiensi dan direksi juga tidak perduli dengan efisiensi, sejauh
pasien mampu membayar. Akan tetapi kebiasaan ini menjadi kurang baik, pada
waktu terjadi persaingan ekonomi yang ketat.
b. Negosiasi
Tidak jarang, tarif akhir yang digunakan adalah tarif negosiasi dengan pihak
ketiga, misalnya perusahaan asuransi atau perusahaan besar yang melakukan
kontrak langsung dengan rumah sakit. Dalam hal ini, perhitungan rata-rata biaya
satuan hanya merupakan patokan untuk mengetahui sejauh mana RS untung atau
merugi.
Pertimbangan yang biasanya mendasari tarif negosiasi adalah:
1) Volume penjualan.
Seperti halnya perdagangan grosir dan perdagangan eceran, rumah sakit
bersedia memberikan tarif lebih murah atau tarif diskon kepada pihak ketiga
jika volume penjualan cukup besar. Akan tetapi volume saja tidak merupakan
satu-satunya pertimbangan. Rumah sakit harus secara cermat menganalisa
apakah tarif negosiasi memadai dan berharga untuk disetujui atau terpaksa
harus ditolak.
2) Faktor kedua adalah ketepatan atau frekuensi pembayaran.
Pembayaran yang tepat waktu akan sangat membantu rumah sakit mengatur
alur kas yang baik. Alur kas yang baik merupakan faktor esensial di dalam
manajemen rumah sakit. Pembayaran dimuka (prepaid) juga merupakan faktor
penting yang dipertimbangkan rumah sakit. Baik pembayaran dimuka
berdasarkan resiko tertentu atau tanpa resiko tertentu, keduanya mempunyai
keunggulan tersendiri.
3) Dalam menentukan tarif negosiasi, sebuah rumah sakit harus
memperhitungkan berapa besar tingkat hutang bermasalah atau hutang tak
lancar. Demikian juga dengan pelayanan cuma-cuma yang diberikan selama
ini. Hal ini perlu dipertimbangkan apakah rumah sakit dapat melakukan cost
shifting, bila dimungkin oleh peraturan pemerintah.
4) Terakhir adalah tingkat okupansi rumah sakit itu sendiri. Rumah sakit dengan
tingkat okupansi rendah, dengan penerimaan dibawah titik impas akan
cenderung lebih berani menerima tarif negisiasi pada tingkat di sekitar biaya
marjinal. Sebaliknya rumah sakit yang mempunyai tingkat okupansi yang
tinggi tidak mudah menerima negosiasi.
c. Harga pasar
Asumsi utama penetapan tarif berdasarkan harga pasar ini adalah bahwa pengguna
jasa, konsumen bersikap sensitif terhadap perubahan tarif atau harga. Konsumen
akan melakukan survey pasar (shoping) untuk mengetahui tarif yang lebih murah.
Akan tetapi di dalam pelayanan kesehatan, sensitifitas pasar terbatas pada sifat
pelayanana kesehatan sendiri yang asimetris. Oleh karenanya pengaruh sensitifitas
konsumen terhadap tarif di negara yang penduduknya kurang terdidik tidak begitu
besar. Konsumen umumnya tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk
melihat perbedaan tarif tersebut. Tumbuhnya pihak asuransi atau pihak ketiga
yang lebih terdidik dan mampu menganalisis tarif merupakan tantang terbesar
bagi rumah sakit di dalam menetapkan tarifnya berdasarkan mekanisme pasar.
Penetapan tarif metoda pasar ini juga dipengaruhi oleh tingkat persaingan di suatu
wilayah. Rumah sakit di wilayah dengan hanya sedikit rumah sakit lebih lebih
bisa melakukan kolusi dan karenanya bisa berbuat sebagai pelaku pasar
monopolistik dan menjadi price leader. Rumah sakit yang mempunyai pangsa
pasar besar (monopolistik) dengan mudah dapat menjadi price leader. Sementara
rumah sakit di tingkat persaingan ketat atau dengan dominasi pihak ketiga yang
kuat terpaksa harus menjadi price taker. Namun demikian, dalam perakteknya
sangat jarang terjadi kondisi persaingan sempurna atau penuh pada bidang
pelayanan kesehatan. Hal ini terjadi karena adanya barir entri dan karena prilaku
provider itu sendiri.
d. Ketentuan Pemerintah
Di Indonesia, tarif perawatan di kelas III ditentukan oleh Kanwil Kesehatan
setempat. Tujuannya adalah terjadinya subsidi silang di rumah sakit swasta atau
rumah sakit swadana. Di rumah sakit pemerintah, tarif tersebut tentu saja disubsidi
oleh anggaran pemerintah, baik pusat maupun daerah. Hal ini dimaksudkan untuk
menjamin bahwa masyarakat kelas bawah dapat terlayani dengan biaya yang
terjangkau. Namun dalam perakteknya, seringkali justeru yang lebih mampu yang
menikmati tarif subsidi ini. Sebagai contoh misalnya, banyak perusahaan yang
mengganti biaya perawatan karyawannya hanya padam perawatan kelas III.
Perusahaan tentu saja tidak boleh dianggap sebagai masyarakat tidak mampu, oleh
karenanya mereka seharusnya memberikan penggantian pada kelas diatasnya yang
tidak mendapat subsidi dari pasien yang mampu maupun dari pemerintah.

4. Cari jurnal, kemudian jelaskan bagaimana penetapan tarif di rumah sakit dilakukan!
Judul : Penerapan Metode Activity Based Costing System dalam
Menentukan Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus pada Rumah
Sakit Umum RA. Kartini Kabupaten Jepara)
Nama Peneliti : Nasikhatun Najah, Kharis Raharjo, dan Rita Andini
Penetapan Tarif :
Dalam melakukan penetapan tarif rawat inap di Rumah Sakit Umum RA.
Kartini Jepara peneliti menggunakan metode Activity Based Costing. Activity Based
Costing merupakan metode costing yang mendasarkan pada aktivitas yang di desain
untuk memberikan informasi biaya kepada para manajer untuk pembuatan keputusan
stratejik dan keputusan lain yang mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap (Amin
Wijaya Tunggal, 2009). Adapun langkah-langkah penetapan tarif dengan metode
Activity Based Costing pada penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktivitas.
b. Mengklasifikasikan aktivitas biaya ke dalam berbagai aktivitas, pada langkah ini
biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori: unit level
activities, batch level activities, product/service sustaining activities, facility
sustaining activities.
c. Mengidentifikasikan cost driver yang dimaksudkan untuk memudahkan dalam
penentuan tarif/unit cost driver.
d. Menentukan tarif/unit cost driver yang artinya biaya per unit cost driver yang
dihitung untuk suatu aktivitas. Tarif/unit cos driver dapat dihitung dengan rumus
sbb:

e. Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas ke masing-masing produk yang


menggunakan cost driver. Pembebanan biaya overhead dari setiap aktivitas
dihitung dengan rumus sbb:

5. Jelaskan masalah-masalah yang dihadapi dalam menentukan tarif!


Dalam menetapkan tarif terdapat masalah-masalah praktis yang perlu diperhatikan,
antara lain:
a. Penetapan Tarif dan Struktur Pasar Tenaga Kerja
Yang dimaksud pasar tenaga kerja di sini adalah tenaga kerja dokter.
Berdasarkan jumlah yang masih terbatas maka kekuatan tawar posisi pemberi
tenaga spesialis terhadap rumah sakit cukup besar. Dalam keadaan ini maka tarif
pelayanan rumah sakit ditentukan oleh spesialis, termasuk berbagai input,
misalnya obat-obatan, jenis tindakan, bahkan peralatan medik misal penbagi
dokter bedah tulang. Dokter sebagai pemberi jasa bagi rumah sakit dapat
menentukan harga (price-maker). Dalam keadaan ini sulit bagi rumah sakit (yang
dalam pasar tenaga kerja berposisi sebagai konsumen tenaga spesialis) untuk
menetapkan tarif yang rendah bagi pasien.
b. Transfer Price
Pada berbagai rumah sakit pemerintah, tarif kamar bangsal VIP sebesar
Rp200.000,00 per hari. Tarif ini termasuk makan yang berasal dari instalasi gizi
rumah sakit. Menjadi pertanyaan di sini; apakah satu porsi makanan yang
dihasilkan oleh instalasi gizi yang didisitribusikan ke bangsal VIP mempunyai
harga tertentu? Hal ini penting untuk ditekankan karena bangsal VIP
diharuskan tidak mengandung unsur subsidi. Dengan demikian, porsi makanan
yang disajikan untuk bagian VIP harus diberi harga di atas biaya produksi
instalasi gizi. Pada keadaan inilah diperlukan "transfer price"untuk
makanan yang disajikan. Instalasi gizi menjadi satu pusat pendapatan, bukan
pusat pengeluaran. Hal ini perlu dilakukan pula untuk Instalasi
Laboratorium dan Instalasi Farmasi yang dapat menetapkan transfer price.
Penetapan tarif transfer tergantung pada berbagai faktor, antara lain: ada-
tidaknya harga pasar untuk produk yang dihasilkan oleh bagian di rumah sakit.
struktur pasar rumah sakit bekerja, dan apakah bagian-bagian dalam rumah sakit
benar-benar independen atau saling tergantung. Dengan memperhatikan faktor-
faktor tersebut maka transfer price dapat ditetapkan dengan cara: berbasis pada
harga pasar, tawar-menawar, atau menggunakan beberapa konsep biaya, marginal
atau full-cost.
c. Penetapan Tarif untuk Produk Baru
Masalah praktis lain yang timbul adalah penetapan tarif untuk produk baru.
Akan tetapi, muncul pertanyaan, apa definisi “baru”? Sebuah produk dapat disebut
“baru” karena merupakan produk baru bagi rumah sakit tersebut, tetapi tidak baru
bagi pasar. Contohnya, rencana RS Harapan Bersama membuka bangsal VIP di
daerah yang telah banyak rumah sakit yang mempunyai bangsal VIP. Bangsal VIP
ini produk baru bagi RS Harapan Bersama, tetapi bukan hal baru untuk
masyarakat. Pada kasus ini tarif dapat ditetapkan oleh RS Harapan Bersama
dengan maksud untuk melakukan penetrasi pasar, yaitu menetapkan tarif lebih
rendah daripada produkserupa yang sudah berada di pasar.
Pengertian kedua mengenai “baru” adalah suatu produk yang baru bagi rumah
sakit yang ada dan baru bagi pasar. Contohnya, saat RS Permata Hidup membuka
bangsal super VIP di daerah pelayanan yang tidak ada bangsal super VIP
sebelumnya. Bangsal super VIP merupakan produk baru bagi RS Permata Hidup
dan pasar rumah sakit. Dalam menetapkan tarif produk baru, RS Permata Hidup
dapat membuat tarif dengan cara menetapkan harga setinggi-tingginya untuk
meraih keuntungan sebesar-besarnya. Apabila tidak terdapat saingan maka RS
Permata Hidup dapat mencapai apa yang disebut keuntungan monopolistik

Anda mungkin juga menyukai