Anda di halaman 1dari 5

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal.

25-29 ISSN 0216-7395

HIDROLISA ENZIMATIK PATI TAPIOKA DENGAN KOMBINASI PEMANAS


MICROWAVE-WATER BATH PADA PEMBUATAN DEKSTRIN

Herry Santosa, Noer Abyor Handayani


Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Email : hersantos@undip.ac.id

Abstrak
Usaha untuk mengkonversi pati tapioka menjadi dekstrin cukup prospektif. Banyaknya
industri pengguna dekstrin, meningkatnya volume impor dekstrin, dipenuhinya
ketersedian bahan baku tapioka dan tingginya nilai ekonomi dekstrin, merupakan
pertimbangan awal untuk melakukan penelitian ini. Hidrolisa enzimatik dengan α
amylase (termamyl) sebagai biokatalis dikenakan terhadap pati tapioka untuk membuat
dekstrin. Penelitian dilakukan melalui 4 tahapan (1) Tahap persiapan yang meliputi
karakterisasi pati tapioka dan karakterisasi microwave, (2) Tahap gelatinisasi, (3)
Tahap likuifaksi, dan (4) Tahap uji hasil. Gelatinisasi dilakukan dalam microwave
pada power P10 – desfrose D2 dan tahap likuifaksi dilakukan dalam waterbath pada
suhu 93-95°C. Percobaan dilakukan pada kondisi terkendali (1) pH 6- 6,5, (2) kadar
Ca2+ 40 ppm, (3) Dosis enzim 0,5-0,6 kg tiap ton pati kering, sedangkan konsentrasi
pati dan waktu likuifaksi divariasi. Disetiap akhir percobaan dilakukan uji hasil
terhadap dextrose equivqlent (DE) dan viskositas. Dari hasil percobaan diperoleh data
bahwa dekstrin dengan DE dibawah 20 dihasilkan dari hidrolisa ini, pada kondisi
terkendali, DE produk dekstrin dari hasil hidrolisa konsentrasi pati rendah (pada
waktu yang sama) lebih tinggi dibanding DE konsentrasi pati tinggi, DE larutan
dekstrin menjadi semakin tinggi dengan bertambahnya waktu, Tingginya nilai DE
dapat diketahui dari turunnya viskositas produk hasil hidrolisa

Kata kunci: hidrolisa enzimatik, pati tapioka, dekstrin, microwave.

PENDAHULUAN
Di bidang industri pangan, pemanfaatan 2008). Dan pada tahun 2006 impor produk pati
tapioka (pati ubi kayu) di Indonesia masih termodifikasi meningkat hingga 283.046 ton
terbatas sebagai pemasok sumber karbohidrat (Deptan, 2005). Sementara, sebagai Negara
(Herawati, 2008). Sebagian besar tapioka agraris, Indonesia berpotensi besar sebagai
diekspor dalam bentuk pellet atau tepung penghasil tapioka yang merupakan bahan baku
tapioka ke Korea 54% dan China 30% dari total pembuatan dekstrin. Salah satunya adalah
ekspor sebanyak 221.404 ton (Deptan, 2005). Provinsi Jawa Tengah dengan kapasitas 1,1 juta
Sementara, tapioka dapat diolah dan dikonversi – 1,5 juta ton tapioka dari total produksi tapioka
atau dimodifikasi menjadi produk lain yang Indonesia sebanyak 15 – 16 juta ton
memiliki nilai manfaat dan nilai ekonomi lebih (Deptan,2005). Lebih jauh ubi kayu sebagai
tinggi. Salah satu dari sejumlah banyak produk sumber pati tapioka, bukan merupakan tanaman
hasil modifikasi tapioka adalah dekstrin. musiman. Masa panen (optimal) ubi kayu relatif
Dekstrin adalah produk multiguna, hasil singkat, kurang lebih 7 bulan.(Deptan, 2005).
modifikasi pati. Formula dekstrin sama dengan Dengan demikian, kontinuitas ketersediaan
pati, tetapi panjang rantai dekstrin lebih pendek bahan baku pati tapioka dapat terjamin.
dibanding panjang rantai pati. Berkurangnya Melihat banyaknya industri pengguna
panjang rantai dekstrin mengakibatkan sifat fisik dekstrin dan terjaminnya kontinuitas
dan sifat kimia dekstrin tidak sama dengan sifat ketersediaan bahan baku, maka usaha untuk
pati. Perbedaan sifat itulah menjadikan dekstrin mengkonversi tapioka menjadi dekstrin cukup
lebih banyak digunakan pada berbagai prospektif. Hal yang demikian didukung oleh
peruntukan, baik dibidang industri pangan, harga dekstrin yang lebih tinggi dibanding harga
kesehatan/farmasi, industri kertas, dan industri tepung tapioka dan tiap kilogram dekstrin hanya
tekstil.Kebutuhan dekstrin di Indonesia cukup membutuhkan 0,7-0,8 kilogram pati tapioka.
besar. Pada tahun 2002, Indonesia mengimpor (Trubus, 2009). Dekstrin dapat dibuat dengan
44.000 – 52.000 ton dekstrin dari total impor cara hidrolisis tidak sempurna terhadap pati
80.000 ton produk pati termodifikasi (Triyono, dengan katalis asam atau enzim. Reaksi

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 25


Hidrolisa Enzimatik Pati Tapioka Dengan ....... (Herry Santosa dan Noer Abyor H)

berlangsung dalam fasa cair, bersifat irreversible – endotermis. Semula, dekstrin lebih banyak
diproduksi dari hasil hidrolisa pati dengan asam. konsentrasi pati 250 gram/L, pH 7 dan suhu
Tetapi, dalam perkembangannya penggunaan 90°C (Kolusheva & Marinova, 2006).
proses enzimatik lebih banyak dijumpai karena Geovanni, dkk (2004) melakukan hidrolisa
beberapa pertimbangan berikut, diantaranya : enzimatik yang dikenakan terhadap pati tapioka
operasi dapat dilakukan pada pH dan temperatur dan pati jagung. Tahap gelatinisasi dilakukan
yang tidak ekstrim, pengendalian proses lebih dalam cooker machine dan tahap likuifaksi
mudah, konversi lebih tinggi (Prasanan, 2005). dalam waterbath. Percobaan dilakukan pada
Ditinjau dari aspek proses, digunakannya suhu gelatinisasi 60-90°C dan waktu likuifaksi
tapioka (pati ubi kayu) sebagai bahan baku 15-20 menit. Hasil penelitiannya menunjukkan
karena tapioka memiliki beberapa keunggulan bahwa derajat swlleng power paling tinggi
diantaranya: kandungan pati lebih dari 90% dihasilkan dari pati tapioka (23% pada suhu
(basis kering), kandungan protein dan mineral 95°C) dan viskositas maksimal juga dihasilkan
rendah, temperatur gelatinisasi lebih rendah dan dari pati tapioka karena kadar amilosanya lebih
kelarutan amilosa lebih tinggi. rendah dibandingkan amilosa dalam pati jagung
Sebagai penyedia panas pada hidrolisa pati, (Geovana dkk, 2004).
umumnya menggunakan steam atau pemanas Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
konvensional yang lain. Pemanasan secara pengaruh konsentrasi pati dan waktu likuifaksi
konvensional membutuhkan waktu start-up yang terhadap Dextrose Equivalent (DE) dan
lama, distribusi panas kurang merata meski mengkaji pengaruh DE terhadap viskositas
dibantu dengan pengadukan. Hal yang demikian
mendorong penggunaan microwave sebagai METODE PENELITIAN
alternatif pengganti pemanas Bahan
konvensional.Microwave adalah alat pemanas Bahan baku yang digunakan pada penelitian
yang menggunakan gelombang mikro pada ini adalah pati tapioka merk Gunung Agung,
cakupan frekuensi 300 – 300.000 MHz sebagai produksi PT. Sungai Budi, Lampung. Bahan
pemacu panas. Penggunaan pemanas microwave pembantu yang lain meliputi enzim α-amilase
pada proses hidrolisa enzimatik terhadap pati (EC. 3.2.1.1. Termamyl 120L) diperoleh dari
diyakini lebih baik dari pemanas konvensional. Laboratorium Teknologi Pangan. Larutan HCl
Proses pemanasan berlangsung lebih cepat, 37% (Merck), NaOH p.a. (merck), dan
waktu reaksi lebih singkat, yield dan selektivitas CaCl2.2H2O p.a (merck) dari Laboratorium
meningkat. Bahkan, pada konsentrasi pati Teknik Kimia Dasar I, Glukosa anhidrit p.a
rendah, laju reaksi 2,5 kali lebih besar. (Marcin (Merck), CuSO4.5H2O p.a. (Merck), dan
dkk, 2009) NaKC4H4O6.4H2O p.a (Merck).
Penelitian yang berkaitan dengan pembuatan
dekstrin, telah banyak dilakukan. Hidrolisis Hidrolisis Enzimatik Pati Tapioka
enzimatik dengan α-amilase sebagai biokatalis Hidrolisa enzimatik pati tapioka
dikenakan terhadap pati tapioka. Dua peneliti dimaksudkan untuk membuat desktrin dengan
berikut, menggunakan CSTR untuk melakukan DE antara 3 – 20. Percobaan dilakukan pada
hidrolisa. Produk dekstrin dengan DE 28,14 keadaan tetap: defroze - D2, power – P dan
dihasilkan dari konsentrasi pati tapioka 38,14 waktu gelatinisasi - tG (= hasil karakterisasi
gr/L dan rpm = 400 (Saethawat dkk, 1992) dan microwave), kadar CaCl2 40 ppm, dosis enzim
produk dekstrin lebih banyak dihasilkan dari 0,5-0,6 kg/tiap ton pati kering pH 6 – 6,5 dan
konsentrasi pati lebih tinggi (Yong-Cheng dkk, volume air total 300 ml. Sedangkan konsentrasi
1996).Jenis enzim ditengarai berpengaruh suspensi pati dan waktu likuifaksi tL
terhadap produk dekstrin. Dengan menggunakan divariasi.Larutan dekstrin yang dihasilkan,
enzim α-amilase dari Bacillus diukur volumenya (=B ml) dan dianalisis
sterothermophillus, percobaan dilakukan pada karakteristiknya meliputi (1) sifat fisik :
kisaran suhu 90-100°C dan waktu 10-90 menit. viskositas (2) sifat kimia : dextrose Equivalent,
Dari penelitiannya dihasilkan dekstrin dengan DE.
DE 18 dan BM 20.000 – 50.000 (Philip &
Brumm, 1997). Ketika enzim α-amilase dari
Bacillus substillis digunakan sebagai biokatalis,
produk dekstrin optimal diperoleh pada

26
Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal. 25-29 ISSN 0216-7395

HASIL DAN PEMBAHASAN (Palav & Saetharman, 2006). Produk dekstrin


Pengaruh Konsentrasi Pati dan Waktu hasil hidrolisa yang diperoleh tiap satuan waktu
Likuifaksi Terhadap Dextrose Equivalent relatif tetap. Dengan demikian nilai DE yang
(DE) dihasilkan dari hidrolisa pati dengan konsentrasi
DE adalah besaran yang menyatakan tinggi, lebih rendah.
prosentase gula pereduksi, dinyatakan sebagai Turunnya nilai DE dari hasil hidrolisa pati
dekstrose yang terdapat dalam produk hidrolisis dengan konsentrasi tinggi dapat juga ditinjau
karbohidrat (pati). DE erat kaitannya dengan dari suhu, jenis, aktivitas dan dosis enzim,
derajat polimerisasi (DP). DP menyatakan serta derajat keasaman pH. Aktivitas enzim
jumlah unit monomer dalam satu molekul. Unit dinyatakan sebagai jumlah mol substrat
monomer dalam pati adalah glukosa, sehingga (suspensi pati) yang dirubah menjadi produk
maltose memiliki DP=2 dan DE=50.Reaksi tiap satuan waktu tiap mol enzim (Marcin, dkk.,
pembentukan dekstrin dipengaruhi oleh 2006). Aktivitas enzim meningkat 50-100% tiap
beberapa faktor diantaranya adalah konsentrasi kenaikan suhu 10°C dan laju reaksi lebih besar
pati, suhu, jenis dan dosis enzim, pH, dan pada penggunaan dosis enzim lebih tinggi
waktu likuifaksi. (Palav &Saetharman, 2006). Derajat keasaman
Dalam hal reaksi hidrolisis, konsentrasi pH berpengaruh terhadap aktivitas enzim.
suspensi pati dalam air dapat dinyatakan sebagai Aktivitas enzim α-amilase dari Bacillus
perbandingan mol reaktan. Pada konsentrasi licheniformis meningkat dari aktivitas 0% (pH
rendah, perbandingan mol air terhadap mol pati 4) hingga 100% aktif pada pH 6 – 6,5
tinggi. Kecenderungan reaksi bergeser ke kanan (Kolusheva & Marinova, 2006). Ketika
lebih besar jika dibandingkan dengan reaksi hidrolisis dilakukan pada suhu, jenis enzim,
yang dilakukan pada konsentrasi tinggi. dosis enzim, dan pH yang sama, (pada berbagai
Dekstrin yang terbentuk lebih banyak, sehingga konsentrasi pati), laju pembentukan produk
DE dari larutan dekstrin yang diperoleh tiap relatif tetap. Akibatnya adalah, nilai DE hasil
satuan waktu, tiap satuan berat pati yang hidrolisa pati konsentrasi tinggi (tiap satuan
dihidrolisa, lebih besar dibanding DE yang berat pati yang terhidrolisa) semakin rendah
dihasilkan dari konsentrasi pati lebih tinggi, (Gambar 1).
seperti ditunjukkan dalam Gambar 1. Berkurangnya konsentrasi suspensi pati (=
bertambahnya konsentrasi produk hasil reaksi)
25.00 30 menit 60 menit merupakan fungsi waktu. Pati yang dikonversi
90 menit 120 menit membentuk dekstrin semakin banyak ketika
20.00 150 menit 180 menit hidrolisa (likuifaksi) dilakukan dalam waktu
lebih lama. Gambar 2 memperlihatkan bahwa
15.00 nilai DE dari produk dekstrin (tiap satuan berat
DE

pati yang dihidrolisa) semakin tinggi dengan


10.00
bertambahnya waktu likuifaksi.
5.00
25.00
10% pati 15% pati
0.00 20% pati 25% pati
0% 10% 20% 30% 40% 20.00
30% pati 35% pati
Konsentrasi pati 15.00
DE

10.00
Gambar 1. Hubungan DE dengan
5.00
konsentrasi pati pada berbagai waktu
likuifaksi.
0.00
Pada konsentrasi pati rendah, laju reaksi 0 50 100 150 200
pembentukan produk cukup tinggi, tetapi Waktu, menit
kenaikan laju reaksi semakin kecil dengan
naiknya konsentrasi pati, dan pada konsentrasi
pati tertentu, laju reaksinya cenderung konstan
Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 27
Hidrolisa Enzimatik Pati Tapioka Dengan ....... (Herry Santosa dan Noer Abyor H)

Gambar 2. Hubungan Antara DE dengan kisaran 4-19, tergantung pada konsentrasi


Waktu Likuifaksi pada Berbagai Konsentrasi suspensi pati dan waktu likuifaksi.
Pati. Viskositas produk hasil hidrolisa
mengindikasikan banyak sedikitnya ikatan α
Pengaruh Dextrose Equivalent (DE) 1,4 dalam senyawa amilase maupun
terhadap Viskositas pada Berbagai
amilopektin yang terputus membentuk
Konsentrasi Pati
Hidrolisa terjadi pada tahap likuifaksi. senyawa mono/disakarida, yang pada
Selama proses hidrolisa berlangsung, terjadi gilirannya akan menentukan nilai DE dari
pemutusan ikatan (degradasi) senyawa produk hasil hidrolisa tersebut.
karbohidrat kompleks / polisakarida dengan
rantai panjang dan berat molekul tinggi menjadi DAFTAR PUSTAKA
senyawa karbohidrat sederhana / mono- Palav, T., Saetharman, K., (2006), Mechanism
disakarida dengan rantai pendek dan berat of Starch Gelatinization and Polymer
molekul rendah. Meskipun likuifaksi dilakukan leaching During Microwave Heating,
pada suhu tetap 95°C, tetapi peristiwa degradasi Carbohydrate Polymers. Vol 65. Page
atau depolimerisasi mengakibatkan terjadinya 364-370.
penurunan viskositas (Ullmans, 2005). Dari Marcin, L., Magdalena, M., Anna, O., (2009),
hasil uji viskositas dengan metoda Leach (1957) Microwave-assited Enzymatic hydrolisis
maupun Thermohaake, diketahui bahwa of Starch, Department of Food
viskositas lebih rendah diperoleh dari produk Technology, University of Agricultural,
hasil hidrolisa dengan nilai DE lebih tinggi, Issue 1., 30 November
seperti ditunjukkan dalam Gambar 3. Ini Kolusheva, T. and Marinova, A., (2006), A
menunjukkan bahwa pada kondisi itu, lebih Study of The Optimal Conditions of
banyak senyawa polisakarida yang Starch Hydrolisis Through Thermostable
terdepolimerisasi menjadi mono atau disakarida. α-Amilase. Journal of The University
Pada power pengaduk yang sama, turunnya ofmical Technology and Metalurgy, Issue,
viskositas ditengarai dengan semakin tingginya 12 November
kecepatan putar. Ullmann, (2005). Ullman’s Encyclopedia of
Industrial Chemistry. Sixth Edition. Vol
33, hal 721-742. Wiley-VCH verlag
60 Gmbh and Co. KgaA. Weinhem.
10% pati Leach, H.W., Scoch, T.J., Kite, F.E., (1957),
50
15% pati Cereal Chem, Vol.36, p.6.
Viskositas, cp

40 20% pati Herawati, H., (2008), Peluang Pengembangan


30 25% pati Alternatif produk modified Starch dari
30% pati Tapioka, Seminar Nasional
20 Pengembangan Kacang-kacangan dan
35% pati
10 Umbi-umbian, Surakarta 7 Agustus.
Departemen Pertanian, (2005), Pengembangan
0 Usaha Tepung Tapioka, Direktorat
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 Pengolahan dan Pemasaran Hasil. ,
Jakarta.
DE
Triyono, A., (2008), Peluang Pengembangan
Alternatif produk Modified Starch dari
Gambar 3. Hubungan antara DE dengan Tapioka, Seminar Nasional
Viskositas pada Berbagai Konsentrasi Pati Pengembangan Kacang-kacangan dan
Umbi-umbian, Surakarta, 7 Agustus
KESIMPULAN Trubus majalah Pertanian Indonesia, (2009),
Kombinasi pemanas microwave dan Mocaf : Inovasi dan Peluang Baru.
water bath pada hidrolisa enzimatik http://www.trubus-online.co.id.
terhadap pati tapioka, dapat menghasilkan Prasanan, V.A., (2005), Amylase and Their
produk dekstrin dengan nilai DE pada Applications, African Journal of
Biotechnology Issu, 14 September
28
Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal. 25-29 ISSN 0216-7395

Saethawat, C.C., Sirichon, S., Yaowapha, W.,


(1992), Enzymatic Hydrolisis of Cassava
Starch in Stirred Tank Lysis Reactor.,
Department of Biology, Department of
Microbiology and Departement of Food
Science, Faculty of Science, Burapha
University, Chon Buri 20131
Yong-Cheng, S., Somerville., James, S.L.,
Millstom, James, J., Roger, .J.,
Bridgewater., (1996), Single Phase
Process for Preparing Enzyme-converted
Starches, United States Patent No
6,054,302
Philip, J., Brumm, Rockford., (1997), Starch
Conversion Products Having a Sharp
Differentiation in Moleculer Size, United
State patent No.5,6112,202.
Geovana, R.P.M., Luciana, R. (2004), Cassava
and Corn Starch in altodextrin Production
Quim Nova, vol 28, no 4, 596-600

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 29

Anda mungkin juga menyukai