Anda di halaman 1dari 2

Asst.

Helen

Pertemuan 1

1. Pengertian dan dasar Hukum

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan
nilai yang timbul karena adanya penyerahan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi
didalam daerah pabean.

Dasar Hukum:

 UU No. 8 Tahun 1983 berlaku mulai 1 April 1985


 UU No. 11 Tahun 1994 berlaku mulai 1 Januari 1995
 UU No. 18 Tahun 2000 berlaku mulai 1 Januari 2001
 UU No. 42 Tahun 2009 berlaku mulai 1 April 2010

2. Terminologi Istilah dalam PPN


 Dasar Pengenaan Pajak (DPP) adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai
Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai Lain yang dipakai sebagai dasar penghitungan pajak
terhutang.
 Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan
BKP/JKP didalam daerah Pabean.
 Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud yang menurut sifat atau
hukumnya dapat berupa barang bergerak maupun barang tidak bergerak, dan
barang tidak berwujud yang dapat dikenakan PPN.
 Jasa Kena Pajak (JKP) adalah setiap kegiatan pemberian jasa yang dikenai
pajak.
 Daerah Pabean adalah Wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat,
perairan, dan ruang udara diatasnya, serta tempat – tempat tertentu di zona
ekonomi dan landas kontinen yang didalamnya berlaku Undang-Undang yang
mengatur mengenai kepabeanan.
 Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk
ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam perundang-undangan yang
mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor BKP, tidak termasuk PPN
dan PPnBM yang dipungut.
 Pengkreditan adalah proses memperhitungkan selisih antara Pajak Masukan dan
Pajak Keluaran.
 Pajak Keluaran adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang
melakukan penyerahan BKP, JKP, Ekspor BKP, Ekspor BKP tidak berwujud, serta
Ekspor JKP.
 Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena
perolehan BKP, JKP, pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar daerah
Pabean, serta impor BKP.
 Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan
penyerahan BKP/JKP.

3. Karakteristik PPN
▫ Pajak Tidak Langsung adalah pemikul beban pajak dan penanggung jawab atas
pembayaran pajak ke kantor pelayanan pajak adalah subjek yang berbeda.
▫ Pajak Objektif adalah kewajiban pajak yang timbul ditentukan oleh objek
pajaknya.
▫ Multy Stage Levy adalah pajak yang dikenakan secara bertingkat pada setiap
jalur produksi sampai jalur distribusi. Konsumen akhir merupakan penanggung
pajak yang terakhir dan terbesar.
▫ Perhitungan PPN dengan metode pengurangan tidak langsung (Indirect
Substraction Method) adalah dengan cara memperhitungkan besaran pajak
masukan dan pajak keluaran.
▫ Pajak atas konsumsi dalam negeri adalah PPN yang dikenakan atas segala
bentuk penyerahan/konsumsi/pemanfaatan di dalam negeri baik BKP/JKP.
▫ Bersifat Netral adalah pajak yang dikenakan kepada pengguna BKP/JKP tanpa
memandang status penggunanya.
▫ Tarif Pajaknya Tunggal adalah tarif pajak yang ditetapkan PPN selalu sebesar
10% untuk konsumsi dalam negeri, sementara sebesar 0% untuk ekspor.
▫ Dipungut berdasarkan Faktur adalah pajaknya hanya dapat dipungut oleh PKP
dengan cara menerbitkan faktur pajak.

4. Mekanisme PPN

Secara Umum,

o Pada saat perolehan BKP/JKP akan dipungut PPN oleh PKP penjual yang
merupakan pembayaran pajak dimuka atau yang disebut pajak masukan (VAT-
IN) pembeli berhak menerima bukti pemungutan berupa faktur pajak.
o Pada saat melakukan penyerahan BKP/JKP, wajib memungut PPN dari PKP
pembeli yang kemudian disebut dengan Pajak Keluaran (VAT-OUT) PKP penjual
wajib membuat faktur pajak.
o Dalam suatu masa pajak apabila jumlah PK>PM maka PKP wajib menyetorkan
selisih kurang bayarnya ke kas negara. Namun apabila PK<PM maka PKP dapat
mengkompensasikan kelebihan pembayaran dimasa pajak berikutnya atau dapat
pula meminta restitusi.
o Pelaporan PPN menggunakan SPT PPN 1111 selambat-lambatnya akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.

Secara Khusus

Apabila yang membeli BKP dan/atau JKP berstatus sebagai pemungut PPN seperti
Bendaharawan Pemerintah dan Kantor Pelayanan Pembendaharaan Negara (KPPN), PPN
yang terhutang atas transaksi penyerahan tersebut tidak dipungut oleh PKP penjual
melainkan disetor langsung ke kas negara oleh pemungut PPN atas nama PKP penjual
tersebut. Dengan demikian pemungut PPN hanya membayar kepada PKP penjual hanya
sebesar harga jual, sedangkan untuk PPN sebesar 10% disetor langsung ke kas negara.

5. Sistem Pengkreditan Pajak dalam PPN


 Pajak Keluaran > Pajak Masukan = PPN Kurang Bayar, disetor ke kas negara
 Pajak Keluaran < Pajak Masukan = PPN Lebih Bayar dapat dikompensasikan
atau direstitusi
 Pajak Keluaran = Pajak Masukan = PPN Nihil.

Anda mungkin juga menyukai