Istilah injeksi berarti adalah mendorong sejumlah cairan obat ke dalam tubuh
menggunakan jarum suntik.Cara injeksi yang biasa digunakan oleh dokter,perawat atau pun
bidan adalah IM(otot atau intramuscullar), IV(pembuluh darah atau intravena) dan juga
SC(jaringan lemak dibawah kulit atau subcutan), ID(lapisan diantara kulit atau intradermal).
*kapas alkohol
*Disposable syiringe yang sesuai(1cc, 3cc, 5cc,atau 10cc)
*Sarung tangan karet disposable
*Manset turniquit(sabuk untuk mempermudah menemukan vena)
*Plaster jika diperlukan
A.Intramuscullar atau IM
Adalah memasukkan cairan obat kedalam otot menggunakan jarum suntik, dalam hal ini
obat yang biasa digunakan adalah dalam jumlah kecil antara 0,5-10cc.Dalam pelaksanaanya
pasien diperbolehkan duduk atau berdiri(DAERAH DELTOID), diperbolehkan
berbaring(DAERAH GLUTEA), atau bisa juga berbaring atau duduk(DAERAH PAHA).
Obat-obatan yang sering dipakai dalam metode ini adalah: Suntik kb, macam2 vaksin, codein
dan metoclopramide.
B.Intravena atau Iv
Adalah memasukkan cairan obat kedalam pembuluh darah dengan menggunakan jarum
suntik.Kelebihan metode intravena dapat memasukkan jumlah obat dalam dosis yang
banyak.Dan dapat dengan cepat diserap oleh tubuh.Injeksi IV ada 2:sentral dan juga perifer.IV
Perifer bibagi lagi menjadi 2 yaitu kontinu dan intermitten.
Pelaksanaan injeksi intravena
Prosedur penyuntikan id
adalah memasukkan sejumlah cairan obat ke bawah kulit dengan jarum suntik.Dan cairan
yang dimasukkan biasanya dalam ukuran kecil/jumlah yang kecil.
Prosedur pemberian suntik sc
Memilih serta menetapkan dosis bayi dan anak memang tidaklah mudah, banyak
faktor yang harus diperhatikan. Diantaranya adalah keadaan pasien, kasus sakit, jenis
obat, toleransi tubuh dan lainnya. Respon tubuh bayi dan anak terhadap obat tentulah
tidak sama dengan respon orang dewasa. Berbagai mekanisme metabolik yang terdapat
pada bayi, terutama bayi prematur dan bayi baru lahir memang belum dikembangkan
dengan sempurna. Hal ini juga menyebabkan biotransformasi terhadap obat menjadi
terganggu, sehingga obat akan berakumulasi ke arah konsentrasi letalnya dalam darah,
keadaan ini jarang terjadi pada orang dewasa. Respon tubuh bayi terhadap obat dalam
usia beberapa minggu yang pertama dalam kehidupannya akan jauh berbeda dibandingkan
respon tubuh anak yang berumur 1 tahun. Begitu pula respon tubuh anak berumur 1 tahun
akan berbeda dengan orang dewasa.
Ada kalanya dosis obat dinyatakan dalam mg/kg BB, pernyataan dosis seperti ini
sebetulnya lebih baik, karena dosis akan berlaku untuk semua pasien, mulai bayi, anak
hingga orang dewasa.
Namun pada kenyataannya, dosis obat yang tercantum umumnya hanya untuk
orang dewasa, sehingga jika dikenendaki dosis bayi dan anak dihitung berdasarkan dosis
dewasanya. Perhitungan dosis bayi dan anak terhadap dosis dewasa dapat dilakukan
berdasasrkan usia, bobot badan, atau luas permukaan badan. Saat ini perhitungan dosis
bayi dan anak berdasarkan usia orang dewasa sudah jarang dilakukan. Yang saat ini
banyak dipakai adalah perhitungan dosis anak terhadap orang dewasa berdasarkan pada
luas permukaan badan seberarnya, perhitungan inilah yang dianggap paling baik saat ini,
karena perhitungan luas permukaan telah memperthitungkan bobot badan dan tinggi
tubuh.
Berikut adalah daftar perkiraan dosis bayi dan anak terhadap dosis dewasa yang
dihitung berdasarkan bobot badan.
Dosis bayi-anak
Umur Bobot Badan (kg)
Terhadap orang dewasa
1,13 2,5-5%
Bayi prematur 1,81 4-8%
2,27 5-10%
Bayi baru lahir 3,18 12,5%
2 bulan 4,54 15%
4 bulan 6,35 25%
12 bulan 9,98 29%
3 tahun 14,97 33%
7 tahun 22,68 50%
10 tahun 29,94 60%
12 tahun 35,52 75%
14 tahun 45,36 80%
16 tahun 54,43 90%
rumus Fried yang menitik beratkan pada umur anak. Berikut rumus menghitung dosis obat oleh
Fried
a. Clark : Da = (Ba/Bd) x Dd
b. Augsberger :
Da = ((1,5B + 10)/100) x Dd
.: Dosis :.
• Dewasa : 1 gram setiap 12 jam. Pada infeksi berat : 2 kali 2 gram/hari biasanya cukup. Jika
diperlukan dosis yang lebih besar, interval pemberian obat dapat diperpendek menjadi setiap 6
- 8 jam.
• Untuk terapi gonore non-komplikata pada orang dewasa, dosis tunggal Cefotaxime 1 gram
diberikan intramuskular. Pada bakteri yang kurang sensitif mungkin diperlukan peningkatan
dosis. Pasien harus diperiksa terhadap kemungkinan infeksi sifilis sebelum terapi dimulai.
• Dosis pada gangguan fungsi ginjal. Bila klirens kreatinin < 5 mL/menit, dosis pemeliharaan
perlu dikurangi sampai separuh dosis normal. Dosis awal tergantung dari sensitivitas patogen
dan kegawatan infeksi. Rekomendasi dosis adalah berdasarkan pengalaman pada orang
dewasa.
Cara pemakaian
Cara pemberian obat sebaiknya melalui intravena (langsung pada vena atau bagian dari katup
selang infus), walaupun pemberian dapat pula dilakukan secara intramuskular. Pada pemberian
intramuskular injeksi harus disuntikkan dalam-dalam pada otot gluteal. Disarankan injeksi
intramuskular pada satu sisi yang sama tidak melebihi 4 mL (sekitar 1gram Cefotaxime).