Anda di halaman 1dari 18

Anggota :

Asep Gumelar
Rizky Rahmat Firdaus
Saeful Anwar
Sanditio Widad
Siti Alawiyah

POLITEKNIK TEDC BANDUNG


2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang "Islam Dan Budaya" ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam
yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi


tugas pendidikan agama dengan judul "Islam Dan Budaya". Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat
dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa
diperbaiki.

Cimahi, 17 September 2016

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 6
2.1. Pengertian Islam dan Budaya ................................................................................ 6
2.2. Prinsip-prinsip Pengembangan Budayaan dalam Islam ..................................... 8
2.3. Hubungan Islam Dengan Budaya........................................................................ 11
2.4. Budaya Dalam Pandangan Islam ........................................................................ 13
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 16
3.1. KESIMPULAN ..................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Manusia memiliki kecenderungan untuk berbudaya. Manusia mempunyai


akal-pikiran dan mempunyai sistem pengetahuan yang digunakan untuk menafsirkan
berbagai gejala serta simbol-simbol agama. Pemahaman manusia sangat terbatas dan
tidak mampu mencapai hakekat dari ayat-ayat dalam kitab suci agama. Mereka hanya
dapat menafsirkan ayat-ayat suci tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada.

Manusia diberikan kemampuan dan kebebasan untuk berkarya, berpikir dan


menciptakan suatu kebudayaan. Budaya merupakan hasil karya manusia. Sedang
agama adalah pemberian Allah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri. Yaitu suatu
pemberian Allah kepada manusia untuk mengarahkan dan membimbing karya-karya
manusia agar bermanfaat, berkemajuan, mempunyai nilai positif dan mengangkat
harkat manusia. Manusia dituntut menggunakan pikiran untuk mengolah alam dunia
ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia.

Agama dan budaya memiliki keeratan satu sama lain, sering kali banyak di
salah artikan oleh orang–orang yang belum memahami bagaimana menempatkan
posisi Agam dan posisi Budaya pada suatu kehidupan.

Kita masih sering menyaksikan adanya segelintir masyarakat yang


mencampur adukkan nilai – nilai agama dengan nilai – nilai budaya yang padahal
kedua hal tersebut tentu saja tidak dapat seratus persen disamakan, bahkan mungkin
berlawanan. Demi terjaganya nilai – nilai agama dan memberi pengertian serta

4
menjelaskan hubungan antara Islam dan Kebudayaan, disini penulis hendak mengulas
mengenai agama (khususnya Islam) dan Kebudayaan , yang tersusun berbentuk
makalah dengan judul “Islam dan Kebudayaan”. Kami berharap apa yang diulas,
nanti dapat menjadi panduan pembaca dalam mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari hari yang berkaitan dengan Islam dan Kebsudayaan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Islam dan Budaya

Pengertian Islam bisa kita bedah dari dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan
aspek peristilahan. Dari segi kebahasaan, Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari
kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima
selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam
kedamaian.[1] Oleh sebab itu orang yang berserah diri, patuh, dan taat kepada Allah
swt. disebut sebagai orang Muslim.

Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kata Islam dari segi
kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan berserah diri kepada Allah swt.
dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Hal
itu dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau berpura-
pura, melainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak
dalam kandungan telah menyatakan patuh dan tunduk kepada Allah.

Adapun pengertian Islam menurut istilah (Islam sebagai agama) adalah agama
yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi
Muhammad saw. sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran
dalam semua aspek kehidupan.

Berdasarkan keterangan tersebut, Islam menurut istilah mengacu kepada


agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT, bukan berasal dari
manusia/Nabi Muhammad saw. Posisi Nabi dalam agama Islam diakui sebagai orang
yang ditugasi Allah untuk menyebarkan ajaran Islam tersebut kepada umat manusia.
Dalam proses penyebaran agama Islam, nabi terlibat dalam memberi keterangan,
penjelasan, uraian, dan tata cara ibadahnya. Keterlibatan nabi ini pun berada dalam
bimbingan wahyu Allah swt.

6
Sedangkan kebudayaan ditinjau dari sudut Bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari
bahasa Sansakerta “Buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi
atau akal.

Pendapat lain megatakan juga bahwa kata budaya adalah sebagai suatu
perkembangan dari kata majemuk budidaya, yang mempunyai arti “daya” dan “budi”.
Karena itu mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan. Sedangkan budaya
sendiri adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa, rasa dan kebudayaan adalah
hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut

Definisi yang lainnya dikemukakan oleh Koentjoreningrat, bahwa kebudayaan


adalah keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata
kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam
kehidupan masyarakat

Endang Saifuddin Anshari, merumuskan bahwa ‘kebudayaan (kultur) adalah


hasil karya cipta (pengolahan, pengerahan, dan pengarahan terhadap alam oleh)
manusia dengan kekuatan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan,dll) dan raganya, yang
menyatakan diri dalam berbagai kehidupan dan penghidupan manusia,sebagai
jawaban atas segala tantangan, tuntutan dan dorongan dari intra diri manusia dan
ekstra diri manusia, menuju ke arah terwujudnya kebahagian dan kesejahteraan
(spiritual dan material) manusia, baik individu maupun masyarakat, ataupun individu
dan masyarakat

Memahami penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa Islam merupakan suatu agama
yang bersumber dari Allah SWT yang ajaran-ajarannya diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW , sedangkan Budaya merupakan keseluruhan dari kelakuan dan
hasil kelakuan manusia yang di hasilkan dari cipta, rasa dan karsa manusia

7
2.2. Prinsip-prinsip Pengembangan Budayaan dalam Islam

Ajaran Islam mendorong umatnya untuk mengerahkan segala daya dan upaya
bagi kebaikan dan kesejahteraan umat manusia, termasuk dalam pengembangan
kebudayaan. Upaya-upaya tersebut kemudian telah menghasilkan suatu prestasi
peradaban baru yang tinggi yang dikenal dengan “peradaban Islam” yang dalam
sejarahnya telah memberikan andil yang cukup besar bagi kemajuan peradaban dunia.

Namun Islam tidak menerima begitu saja segala wujud kebudayaan yang ada.
Karena jika demikian Islam seolah-olah dipahami tidak memiliki nilai-nilai dasar
bagi pengembangan kebudayaan. Ada sejumlah prinsip dasar yang terkandung di
dalam Alquran dan hadits, sehingga umat Islam dapat mengembangkan Budaya
secara maksimal. Prinsip-prinsip tersebut antara lain :

1. Penghargaan Terhadap Akal Fikiran

Islam menempatkan akal fikiran dalam posisi yang tinggi, sebagaimana firman-
Nya dalam Surat Ali Imran:190, 191:

‫ق فِي ِإن‬ ِ ‫ت خ َْل‬ ِ ‫ض الس َم َوا‬ ِ ‫ف َو ْاْل َ ْر‬ ِ ‫ب ِْلُو ِلي ََليَات َوالن َه‬
ْ ‫ار الل ْي ِل َو‬
ِ ‫اختِ ََل‬ ِ ‫(اْل َ ْلبَا‬190)
ْ َ‫َوقُعُودًا قِيَا ًما ّللاَ يَ ْذ ُك ُرونَ الذِين‬
‫ق فِي َو َيتَفَك ُرونَ ُجنُو ِب ِه ْم َو َعلَى‬ ِ ‫ت خ َْل‬
ِ ‫ض الس َم َوا‬ ِ ‫اط ًَل َهذَا لَ ْقتَ ََخ َما َربنَا َو ْاْل َ ْر‬ َ َ‫ار َعذ‬
ُ ‫اب فَ ِقنَا‬
ِ َ‫س ْب َحانَكَ ب‬ ِ ‫(الن‬191)

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih


bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.(Q.S.3:190,191).

8
2. Anjuran Menuntut Ilmu

Anjuran atau dorongan Islam agar umat Islam menguasai ilmu pengetahuan
ini antara lain dijelaskan dalam surah al-Mujadalah: 11 berbunyi:

‫سحِ ُحوا ََفَا ْفس ا ْل َم َجا ِل ِس ِفي تَفَس ُحوا َل ُك ْم ِقي َل ِإذَا َءا َمنُوا الذِينَ َياأَ ُّي َها‬
َ ‫ش ُزوا ِقي َل َو ِإذَا لَ ُك ْم ّللاُ يَ ْف‬
ُ ‫ش ُزوا ا ْن‬
ُ ‫ّللا ُ َي ْرفَعِ فَا ْن‬
َ‫( َخ ِبير ْع َملُونَ ََت ِب َما َوّللاُ دَ َر َجات ْال ِع ْل َم أُوتُوا َوالذِينَ ِم ْن ُك ْم َءا َمنُوا الذِين‬11)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:


"Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S.58:11).”

Hadis nabi berbunyi: ”Menuntut Ilmu itu wajib atas tiap-tiap orang Islam,
laki-laki maupun perempuan”.Dalam hadist lain juga dinyatakan: “Tutututlah ilmu
dari buaian sampai ke liang lahat”.

3. Larangan Untuk Taklid

Kecaman Allah terhadap orang yang taklid antara lain dijelaskan Alquran
sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Isra: 36 berbunyi:

ُ ‫ْس َما تَ ْق‬


‫ف َو َل‬ َ َ‫ول َع ْنهُ َكانَ أُولَئِكَ َُ ُكل َو ْالفُ َؤادَ َو ْالب‬
َ ‫ص َر الس ْم َع إِن ِع ْلم بِ ِه لَكَ لَي‬ ً ُ ‫( َم ْسئ‬36)

Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.(Q.S.17: 36).

9
4. Anjuran Islam Untuk Berinisiatif dan Inovatif

Penghargaan Islam akan nilai suatu kreasi dijelaskan lewat keterangan hadis
nabi: “Barangsiapa memulai satu cara (keduniaan) yang baik, dia akan mendapat
ganjaran orang-orang yang mengerjakan cara yang baik itu sampai hari kiamat”.

5.Penekanan pentingnya kehidupan dunia

Dorongan agar manusia berhasil di dalam kehidupan dunia dijelaskan oleh


Alquran surat Al-Qashas:77 yang berbunyi:

َ ‫س َو َل ْاَل ِخ َرة َ الد‬


ِ‫ار ّللاُ َءاتَاكَ ِفي َما َوا ْبتَغ‬ ِ ‫سنَ َك َما َوأَحْ س ِْن ْن َيا َُالد ِمنَ ن‬
َ ‫َصي َبكَ ت َ ْن‬ َ َ‫ِفي ْالف‬
َ ْ‫سادَ بْغِ ََت َو َل ِإ َليْكَ ّللاُ أَح‬
‫ض‬ ْ
ِ ‫(ال ُم ْف ِسدِينَ ي ُِحبُّ َل ّللاَ ِإن ْاْل َ ْر‬77)

Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(Q.S.28:
77).

Hadist: “Bekerjalan untuk keduniaanmu, seolah-olah engkau akan hidup selama-


lamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati besok hari”

Allah telah memberikan kepada manusia sebuah kemampuan dan kebebasan


untuk berkarya, berpikir dan menciptakan suatu kebudayaan. Di sini, Islam mengakui
bahwa budaya merupakan hasil karya manusia. Sedang agama adalah pemberian
Allah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri. Yaitu suatu pemberian Allah kepada
manusia untuk mengarahkan dan membimbing karya-karya manusia agar bermanfaat,
berkemajuan, mempunyai nilai positif dan mengangkat harkat manusia. Islam
mengajarkan kepada umatnya untuk selalu beramal dan berkarya, untuk selalu
menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk mengolah alam dunia ini menjadi
sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Dengan demikian, Islam telah
berperan sebagai pendorong manusia untuk “ berbudaya “.

10
2.3. Hubungan Islam Dengan Budaya

Sebagian ahli kebudayaan memandang bahwa kecenderungan untuk


berbudaya merupakan dinamik ilahi. Bahkan menurut Hegel, keseluruhan karya sadar
insani yang berupa ilmu, tata hukum, tatanegara, kesenian, dan filsafat tak lain
daripada proses realisasidiri dari roh ilahi. Sebaliknya sebagian ahli, seperti Pater Jan
Bakker, dalam bukunya “Filsafat Kebudayaan” menyatakan bahwa tidak ada
hubungannya antara agama dan budaya, karena menurutnya, bahwa agama
merupakan keyakinan hidup rohaninya pemeluknya, sebagai jawaban atas panggilan
ilahi. Keyakinan ini disebut Iman, dan Iman merupakan pemberian dari Tuhan,
sedang kebudayaan merupakan karya manusia. Sehingga keduanya tidak bisa
ditemukan. Adapun menurut para ahli Antropologi, sebagaimana yang diungkapkan
oleh Drs. Heddy S. A. Putra, MA bahwa agama merupakan salah satu unsur
kebudayaan. Hal itu, karena para ahli Antropologi mengatakan bahwa manusia
mempunyai akal-pikiran dan mempunyai sistem pengetahuan yang digunakan untuk
menafsirkan berbagai gejala serta simbol-simbol agama. Pemahaman manusia sangat
terbatas dan tidak mampu mencapai hakekat dari ayat-ayat dalam kitab suci masing-
masing agama. Mereka hanya dapat menafsirkan ayat-ayat suci tersebut sesuai
dengan kemampuan yang ada

Para ahli kebudayaan mempunyai pendapat yang berbeda di dalam


memandang hubungan antara agama dan kebudayaan :

a) Kelompok pertama menganggap bahwa Agama merupakan sumber kebudayaaan


atau dengan kata lain bahwa kebudayaan merupakan bentuk nyata dari agama itu
sendiri. Pendapat ini diwakili oleh Hegel.

b) Kelompok kedua, yang di wakili oleh Pater Jan Bakker, menganggap bahwa
kebudayaan tidak ada hubungannya sama sekali dengan agama.

c) kelompok ketiga, yeng menganggap bahwa agama merupakan bagian dari


kebudayaan itu sendiri.

Seperti yang dijelaskan diatas bahwa ajaran Islam pun juga mendorong
manusia untuk berbudaya. Akan tetapi sebelum Islam datang, sudah ada kebudayaan
yang telah berkembang sebelumnya. Dan tentunya kebudayaan tersebut ada yang
mengandung kebaikan dan ada yang mengandung keburukan atau kebatilan.
Mengapa dikatakan begitu? Karena pada dasarnya akal manusia mampu untuk
mengenali atau mengidentifikasi mana hal yang baik dan mana hal yang buruk.

11
Adat istiadat dan tradisi ada kalanya yang dapat mewujudkan kebaikan bagi
umat manusia pada salah satu sisi kehidupan manusia, yang tidak ada nash
agamanya, kecuali pengarahan terhadap tujuan yang umum. Ketika itulah peran akal
melakukan ijtihat untuk mencari kehendak ilahi, dalam segala hal yang berkaitan
dengan kehidupan manusia. Mungkin bisa dikatakan bahwa adat istiadat atau
kebudayaan ataupun tradisi yang kebaikannya Nampak (mengandung kebaikan)
adalah kehendak Ilahi.;ia dapat dianggap sebagai hukum agama yang disandingkan
dengan tatanan agama secara menyeluruh, meliputi berbagai bidang kehidupan. Pada
saat itulah kenyataan hidup berperan dalam memahami agama berdasarkan tradisi
yang baik. Ia dianggap sebagai bagian agama ketika tidak ada nash yang berkaitan
dengannya, dan ketika tidak bertentangan dengan nash yang ada

Islam dan kebudayaan memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang
lain. Ajaran islam memberikan aturan-aturan yang sesuai dengan kehendak Allah
SWT, sedangkan kebudayaan adalah realitas keberagamaan umat Islam tersebut.
Sehingga dapat dikatakan bahwa wujud nyata dari pengamalan ajaran agama islam itu
mampu dilihat dari kebudayaan dan kehidupan nyata para pemeluk agama Islam
tersebut

Kebudayaan dapat pula digunakan untuk memahami agama yang terdapat


pada tataran agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat.
Pengamalan agama yang terdapat di masyarakat tersebut adalah hasil penalaran para
penganut agama dari sumber agama yaitu wahyu. Salah satu contohnya yaitu ketika
kita membaca kitab fiqih, kitab fiqih tersebut merupakan pelaksanaan dari nash Al-
quran maupun hadist yang melibatkan penalaran dan kemampuan manusia.
Pelaksanaan fiqih dalam kehidupan sehari-hari itu berkaitan dengan kebudayaan yang
berkembang di masyarakat tempat agama tersebut berkembang. Dengan pemahaman
terhadap kebudayaan tersebut seseorang akan dapat mangamalkan ajaran agama
tersebut.

Misalnya dalam kebudayaan berpakaian, bergaul, bermasyarakat dan


sebagainya. Unsur agama ikut berinteraksi dalam kebudayaan tersebut. Pakaian
model jilbab, kebaya dapat dijimpai dalam pengamalan agama. Sebaliknya tanpa
adanya unsur budaya, maka agama akan sulit dilihat sosoknya secara jelas

12
2.4. Budaya Dalam Pandangan Islam

Islam datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju kepada


kehidupan yang baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah datang untuk
menghancurkan budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu
yang bersamaan Islam menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari
hal-hal yang yang tidak bermanfaat dan membawa madlarat di dalam kehidupannya,
sehingga Islam perlu meluruskan dan membimbing kebudayaan yang berkembang di
masyarakat menuju kebudayaan yang beradab dan berkemajuan serta mempertinggi
derajat kemanusiaan.

Ada Tiga Jenis Budaya Dalam Pandangan Islam :

1. Kebudayaan Yang Tidak Bertentangan Dengan Islam.

Dalam kaidah fiqh disebutkan “ al adatu muhkamatun “ artinya “adat kebiasaan


dapat dijadikan sebagai hukum” bahwa adat istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat,
yang merupakan bagian dari budaya manusia, mempunyai pengaruh di dalam
penentuan hukum. Tetapi yang perlu dicatat, bahwa kaidah tersebut hanya berlaku
pada hal-hal yang belum ada ketentuannya dalam syareat.

Salah satu contoh kebudayaan yang tidak bertentangan dengan islam seperti kadar
besar kecilnya mahar dalam pernikahan, di dalam masyarakat Aceh, umpamanya,
keluarga wanita biasanya, menentukan jumlah mas kawin sekitar 50-100 gr emas.
Dalam Islam budaya itu syah-syah saja, karena islam tidak menentukan besar
kecilnya mahar. Menentukan bentuk bangunan Masjid, dibolehkan memakai
arsitektur Persia, ataupun Jawa yang berbentuk Joglo.

Untuk hal-hal yang sudah ditetapkan ketentuan dan kreterianya di dalam Islam, maka
adat istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat tidak boleh dijadikan standar hukum.
Sebagai contoh adalah menikah antar agama adalah dibolehkan dalam Islam karena
nikah antar agama sudah menjadi budaya suatu masyarakat, maka dibolehkan dengan
dasar kaidah di atas. Pernyataan seperti itu tidak benar, karena Islam telah
menetapkan bahwa seorang wanita muslimah tidak diperkenankan menikah dengan
seorang kafir.

13
2. Kebudayaan Yang Sebagian Unsurnya Bertentangan Dengan Islam dan
di Rekonstruksi Sehingga Menjadi Islami.

Contohnya, kebudayaan masyarakat yang melaksanakan upacara tujuh hari


orang meninggal ataupun empat puluh hari orang meninggal. Upacara semacam itu
tidak ada tuntunannya dalam Islam, tetapi Islam mencoba merekonstruksi upacara-
upacara tersebut agar menjadi lebih Islami, yaitu dengan pembacaan kitab suci
Alquran pada saat pelaksanaan upacara-upacara tersebut. Islam datang untuk
merekonstruksi budaya tersebut menjadi bentuk “ibadah” yang telah ditetapkan
aturan-aturannya.

“Dari Abu Hurairah r.a. katanya: Abu Bakar Siddik ditugaskan oleh
Rasulullah SAW sebelum haji wada untuk memimpin satu kaum pada hari Nahar
melakukan haji, kemudian memberitahukan kepada orang banyak, suatu
pemberitahuan: Ketahuilah! Sesudah tahun ini orang-orang Musyrik tidak boleh lagi
haji dan tidak boleh thawaf di Ka'bah dalam keadaan telanjang. Sebelum Islam,
orang-orang musyrik Arab telah melakukan juga pekerjaan haji menurut cara mereka
sendiri. Antara lain ialah thawaf di Ka'bah dalam keadaan telanjang bulat sambil
bertepuk tangan.” (Hadits Shahih Bukhari no. 843). Sebelum Islam datang tawaf
dilakukan oleh orang-orang kafir secara telanjang, namun setelah kedatangan Islam
hal tersebut di rekonstruksi menjadi lebih islami.

3. Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam.

Seperti, budaya “ ngaben “ yang dilakukan oleh masyarakat Bali. Yaitu


upacara pembakaran mayat yang diselenggarakan dalam suasana yang meriah dan
gegap gempita, dan secara besar-besaran. Ini dilakukan sebagai bentuk
penyempurnaan bagi orang yang meninggal supaya kembali kepada penciptanya.
Upacara semacam ini membutuhkan biaya yang sangat besar. Hal yang sama juga
dilakukan oleh masyarakat Kalimantan Tengah dengan budaya “tiwah“ , sebuah
upacara pembakaran mayat. Bedanya, dalam “ tiwah” ini dilakukan pemakaman
jenazah yang berbentuk perahu lesung lebih dahulu. Kemudian kalau sudah tiba
masanya, jenazah tersebut akan digali lagi untuk dibakar. Upacara ini berlangsung
sampai seminggu atau lebih. Pihak penyelenggara harus menyediakan makanan dan
minuman dalam jumlah yang besar , karena disaksikan oleh para penduduk dari desa-
desa dalam daerah yang luas. Di daerah Toraja, untuk memakamkan orang yan
meninggal, juga memerlukan biaya yang besar. Biaya tersebut digunakan untuk untuk
mengadakan hewan kurban yang berupa kerbau. Lain lagi yang dilakukan oleh
masyarakat Cilacap, Jawa tengah. Mereka mempunyai budaya “ Tumpeng Rosulan “,

14
yaitu berupa makanan yang dipersembahkan kepada Rosul Allah dan tumpeng lain
yang dipersembahkan kepada Nyai Roro Kidul yang menurut masyarakat setempat
merupakan penguasa Lautan selatan (Samudra Hindia).

Hal-hal di atas merupakan sebagian contoh kebudayaan yang bertentangan


dengan ajaran Islam, sehingga umat Islam tidak dibolehkan mengikutinya. Islam
melarangnya, karena kebudayaan seperti itu merupakan kebudayaan yang tidak
mengarah kepada kemajuan adab, dan persatuan, serta tidak mempertinggi derajat
kemanusiaan.

15
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Dari uraian tentang “Islam dan Budaya” yang telah dipaparkan diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa Islam adalah mutlak ciptaan Allah SWT yang hakiki oleh
karena itu Islam dijamin akan kefitrahannya, kemurniannya, kebenarannya,
kekekalannya, dan konstanta atau tidak dapat dirubah oleh manusia sampai kapanpun.
Sedangkan kebudayaan adalah hasil cipta, karya, rasa, karsa dan akal buah budi
manusia untuk mencapai kesempurnaan hidupnya, dimana kebudayaan itu sendiri
akan mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan jaman.

Kaitannya dengan kebudayaan, islam memiliki Dasar-Dasar dalam Pengembangan


Budaya, yaitu:

• Penghargaan terhadap akal fikiran

• Anjuran menuntut ilmu

• Larangan untuk taklid

• Anjuran Islam untuk berinisiatif dan inovatif

• Penekanan pentingnya kehidupan dunia

Antara kebudayaan dan agama Islam saling terkait antara yang satu dengan yang lain.
Agama sebagai petunjuk kehendak ilahi sedangkan kebudayaan adalah wujud dari
pengamalan ajaran agama yang di tafsirkan oleh manusia melalui penalaran. Ada 3
jenis kebudayaan menurut islam, Yaitu:

• Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan islam.

• Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam, kemudian di


rekonstruksi sehingga menjadi Islami.

• Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam.

Oleh karena itu, kita menekankan kepada pembaca bahwa antara Islam dan
kebudayaan memiliki hubungan namun tidak semua dapat diadobsi. Demikian

16
makalah ini disususun, semoga dapat menjadi satu dari sarana dalam menerangkan
antara Islam dan Kebudayaan.

Hubungan islam dengan budaya tidak saling merusak, keduanya justru saling
mendukung dan menguntungkan, islam dan budaya sebenarnya tidak pernah
bertentangn, karena kebudayaan bukanlah sesuatu yang mati, tapi berkembang terus
mengikuti perkembangan jaman. Demikian agama, selalu bisa berkembang di
berbagai kebudayaan dan peradaban dunia.

17
DAFTAR PUSTAKA

Al-majid, Pemahaman Islam antara rakyu dan wahyu,PT Remaja


Rosdakarya,Bandung,1997

Muhaimin, Dimensi-Dimensi Studi Islam, Cet.I, Surabaya: Karya Abditama,1994

Nata Abdullah, Metodologi Studi Islam,Jakarta,PT Raja Grafindo Persadaa,2004

Tri Prasetya Joko, Ilmu Budaya Dasar,Cet 3,Jakarta: PT.Rineka Cipta,2009

Wismulyani Endar, Jejak Islam di Nusantara, Cet 1,Klaten: Cempaka Putih,2008

http://ukpkstain.multiply.com/journal/item/50?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal
%2Fitem

18

Anda mungkin juga menyukai