Anda di halaman 1dari 8

025 UC Definisi Kebudayaan

menurut Ilmu Antropologi L


Hadipurnomo
Kebudayaan adalah mencakup seluruh pola kehidupan dari masyarakat yang
mana pun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu, untuk
seorang ahli ilmu sosial. kegiatan seperti main piano itu, hanya merupakan elemen-
elemen belaka dalam kebudayaan kita. Keseluruhan ini mencakup kegiatan duniawi
seperti mencuci piring atau menyetir mobil, dan untuk tujuan mempelajari
kebudayaan, hal ini sama derajatnya dengan "hal-hal yang lebih halus dalam
kehidupan".
Karena itu. bagi seorang ahli ilmu sosial tidak ada masyarakat atau perorangan
yang tidak berkebudayaan. Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan, bagaimana-
pun sederhananya kebudayaan itu ataupun dalam masyarakat perkotaan yang
bersifat kompleks dan setiap manusia adalah mahluk berbudaya, dalam arti
mengambil bagian dalam unsur kebudayaan"
Jadi, kebudayaan itu menunjuk kepada berbagai aspek kehidupan. Kata itu meliputi
semua perilaku, kepercayaan, cara bersikap dan juga hasil dari kegiatan manusia
yang khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu.
Kita masing-masing dilahirkan ke dalam suatu kebudayaan yang bersifat kompleks
dan kebudayaan itu kuat sekali pengaruhnya terhadap cara hidup serta cara ber-
perilaku yang akan kita ikuti selama hidup kita.

Hukum adat, aturan-aturan adat, tradisi atau juga dikenal dengan istilah konvensi
sosial merupakan sub-budaya yang berlaku dalam masyarakat tradisional. Semua
jenis turan-aturan adat ini ada dan berlaku karena ada masyarakat pendukungnya
dan segala akan tetap berlaku selama kesepakatan itu belum dirubah oleh
masyarakat yang bersangkutan.

Pada umumnya aturan-aturan adat yang tidak tertulis itu biasanya hanya berupa
kalimat verbal yang kadang-kadang dalam bahasa simbolis yang diturunkan melalui
pantun bertutur atau media non verbal yang ditulis pada daun lontar, seperti yang
berlaku di Bali, atau buku berbentuk wiru yang dinamakan Pustaha dan naskah
yang menggambarkan dewa Pane na Bolon di Batak Toba.
Kebudayaan itu Hasil Proses Belajar
Kebudayaan merupakan semua perilaku yang dipelajari: kebudayaan tidak
tergantung dari transmisi biologis atau pewarisan unsur genetik.

Misalnya, orang mencari makanan adalah kebutuhan dasar yang tidak termasuk
pengertian kebudayaan melainkan kebutuhan.
Tetapi bagaimana kebutuhan-kebutuhan itu dipenuhi - apa yang kita makan –
dan bagaimana cara kita makan – itu adalah bagian dari kebudayaan kita.

1
Contoh yang kita biasa melihat adalah cara makan dengan sumpit, sendok-garpu,
atau sederet sendok-garpu-pisau di kanan-kiri ataupun langsung dengan tangan.
Jadi, semua orang makan, tetapi kebudayaanlah yang membuat beda melakukan
kegiatan dasar itu dengan cara-cara yang sangat berbeda pula.

Kita makan karena kita harus makan: tetapi penggunaan alat-alat untuk makan
adalah kebiasaan yang dipelajari, termasuk sopan-santun, dengan demikian men-
jadi bagian dari kebudayaan kita.

Mamusia mempunyai masa kanak-kanak yang paling panjang dari semua mahluk
hidup. Mengenai jumlah dan rumitnya pola-pola kelakuan yang dipelajarinva dan
yang diteruskannya kepada anaknya, manusia itu unik. Dan ia mernpunvai cara
yang unik untuk meneruskan kebudavaan: yaitu melalui bahasa.
Bahasa
Suatu kenyataan yang tidak dapat luput dari perhatian setiap orang adalah
pengalamannya bahwa dalam masyarakat manusia yang bagaimanapun bentuknya.
selalu terdapat suatu bahasa yang cukup rumit susunannva.
Tidak berbeda dalam berbagai bahasa dalam kelompok makhluk hewan, antara
jeritan yang paling jelas dari hewan mengajak kawannya berkencan atau memberi
peringatan atau menunjukkan marahnya. seperti perkataan manusia yang paling tak
mengandung arti, terdapat .... tahapan evolusi yang luas. berhubung dengan bahasa
bersifat simbolis, artinya suatu perkataan mampu melambangkan arti apa pun,
walaupun yang terucap atau barang yang dilambangkan artinya oleh kata itu tidak
tampak.

Jika kita tidak mempunyai bahasa yang simbolis, ibu-bapa harus menunggu dahulu
sampai anaknya benar-benar melihat seekor ular dan melalui contoh-contoh,
barulah dapat ditunjukkannya bahwa mahluk semacam itu harus dijauhi. Tanpa
bahasa kita tidak dapat meneruskan atau menerima keterangan-keterangan secara
simbolis dan dengan demikian tidak dapat menjadi pewaris dari suatu kebudayaan
yang demikian kaya dan demikian aneka ragamnya.

Kebudayaan Dimiliki Bersama


Kalau hanya seorang yang memikirkan atau melakukan hat tertentu, maka hat itu
adalah kebiasaan pribadi, bukan suatu pola kebudayaan.

Agar dapat secara tepat tercakup dalam kebudayaan ia harus dimiliki bersama oleh
suatu bangsa atau oleh sekelompok orang-orang, yaitu “kesepakatan”.

Jadi, para antropolog barulah berpendapat bahwa suatu bangsa mempunyai


kebudayaan, jika para warganya memiliki bersama sejumlah pola-pola berpikir dan
berkelakuan yang didapat melalui proses belajar.
Pada bagian-bagian tertentu dari masyarakat kita yang mempunyai asal-usul etnis
atau daerah atau agama, atau mempunyai pekerjaan yang sama dengan kita, kita

2
miliki ciri-ciri bersama tertentu. Sebagai warga dari suatu suku-bangsa yang sama
kita miliki hal-hal tertentu yang serupa sifatnya. Dan malahan melampaui batas-
batas nasional kita, kita juga memiliki ciri-ciri tertentu yang sama sifatnya dengan
bangsa-bangsa di luar negeri khususnya bangsa-bangsa yang mempunvai
kepentingan yang sama dengan kita.
Bila kita berbicara tentang kebiasaan bersama dalam suatu masyarakat, dan
hal inilah yang menjadi pusat perhatian antropologi budaya, maka yang dimaksud
adalah kebudayaan. Bila kita berbicara tentang kebiasaan yang dimiliki bersama
oleh satu kelompok (sub group) dalam suatu masyarakat, dan hal inilah yang
merupakan pusat perhatian ilmu sosial, maka yang dimaksud adalah suatu bagian
khusus dari kebudayaan yang biasa disebut sebagai sub-culture.

dan kita tidak bisa begitu saja mengklaim bahwa kebudayaan itu adalah milik
Indonesia. Jargon semacam itu seringkali terlontar tanpa kita sadari bahwa adanya
lintas budaya yang terjadi selama berabad-abad di antara bangsa-bangsa dengan
segala latar belakang budaya atau bisa disebut sebagai “borderless transformations”

Sebagai contoh adalah produk kerajinan rakyat, kain batik, kain tenun ikat,
jumputan, perabot kayu berukir, mengolah logam, pertanian bahkan sekian banyak
seni tari – banyak sekali terpengaruh dari kebudayaan bangsa lain, terutama dari
Cina, India, Arab, Thailand, Burma dan Kamboja.

Suatu kebudayaan dapat dirumuskan sebagai seperangkat kepercayaan, nilai-nilai


dan cara berlaku (artinya kebiasaan) yang dipelajari yang pada umumnya dimiliki
bersama oleh para warga dari suatu masyarakat; yang dimaksudkan dalam ilmu
antropologi dengan masyarakat adalah sekelompok orang yang tinggal di suatu
wilayah dan yang memakai suatu bahasa umum yang biasanya tidak dimengerti
oleh penduduk tetangganya. Kemampuan dapat merumuskan kebudayaan secara
demikian telah teruji dan bermanfaat.
Ragam Kebudayaan
Menggambarkan suatu kebudayaan tertentu mula-mulanya tidak rumit; cukup saja
diperhatikan apa-apa yang dilakukan oleh para warga dari suatu kelompok
masyarakat dan perilaku mereka, lalu dicatat atau direkam dengan perangkat visual.
Siapa saja yang perlu diamati? Bagaimana memilih mereka itu? Dan kesimpulan
apalagi yang Anda akan ambil jika dari selusin penduduk asli yang mula-mula
dijumpai dan dipelajari, ternyata keduabelasnya berlainan sekali cara berlakunya
dalam keadaan yang sama.
Apakah kita dapat menjelaskan berapa cara orang bersalaman?

Kita akan heran melihat seorang anak berumur sekitar 10 tahun memegang kepala
seorang kakek yang uzur – inilah terjadi di masyarakat Batak Samosir untuk
menghormati si Kakek, ternyata dalam budaya Batak Samosir, seorang anak yang
punya posisi kekerabatan lebih tua memang begitu caranya sudah.
Atau salaman yang dilakukan masyarakat Dani di Papua Barat yang dengan akrab-

3
nya akan menyodorkan satu jari telunjuk dan kita harus segera menyambutnya
dengan menjepit jarinya. Lain lagi caranya masyarakat suku Maori di New Zealand
yang saling menggosok ujung hidung sebagai penghormatan.
Langkahnya yang pertama ialah menentukan urutan kejadian-kejadian yang
mana yang dianggap biasa. Akan dilihatnya bahwa pada umumnya yang lelaki mulai
mencari hubungan dengan perempuan pilihannya. Mula-mula ia berbicara dengan
perempuan tersebut, sesudah itu ia mengajaknya bepergian.
Jika mereka makin mengenal satu sama lain, maka mereka akan lebih sering
bepergian bersama dan hubungannya menjadi makin formal. Mereka akan saling
mengunjungi keluarga dan mungkin mereka memutuskan untuk "bertunangan"
secara resmi dan kemudian sesudah memenuhi syarat undang-undang dan setelah
menjalani berbagai upacara, maka keduanya kemudian dinyatakan sah
perkawinannya.

Ada lagi banyak contoh perilaku yang terjadi dalam masyarakat adat, antara
lain seperti yang pernah berlaku dalam masyarakat adat Trunyan, di Danau Batur,
Bali. Di tempat itu kita kenal istilah “Ngerorot” atau kawin lari.

Generalisasi Pola-pola Kebudayaan

Pembatasan-pembatasan Kebudayaan

Pola Budaya Ideal < > Pola Kelakuan Sebenarnya


. Pola-pola ideal yang lain mungkin belum pernah menjadi pola kelakuan yang diikuti
dan karena itu mungkin hanya menggambarkan apa yang digambarkan oleh warga
masyarakat.

Adanya jurang antara pola ideal dan pola-pola kelakuan yang sebenarnya
merupakan gejala yang umum dalam kebudayaan-kebudayaan manusia.
Masyarakat suku Baduy yang hidup di ujung Barat pulau Jawa dapat menjadi contoh

pola ideal dan pola-pola perilaku sebenarnya. Menurut mereka terutama yang
tergolong Baduy Dalam banyak sekali larangan atau pemali. Baduy Dalam hingga
hari ini menolak segala bentuk benda atau infrastruktur yang “modern” Sesuai
dengan budaya mereka maka terciptalah kelompok lain yang disebut Baduy Luar,
dan mereka inilah yang berperan sebagai “buffer-budaya kebudayaan Baduy Dalam.
Kelompok Baduy Luar sudah tidak ketat mengikuti aturan-aturan adat yang berlaku,
mereka tidak mengisolir diri dan menerima benda “modern” kecuali listrik atau infra-
struktur pedesaan.

Beberapa Anggapan Dasar Mengenai Kebudayaan dapal disesuaikan.


Kenyataan bahwa hanyak kebudayaan bertahan dan malah berkembang
menunjukkan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang dikembangkan oleh suatu
masyarakat, disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan tertentu dari lingkungannya.

4
Ini tidak mengherankan, karena kalau sifat-sifat budaya tidak disesuaikan kepada
beberapa keadaan tertentu. kemungkinan masyarakat untuk bertahan akan
berkurang.

Banyak perilaku yang wajar dalam hubungan tertentu yang bagi seorang pengamat
memberi kesan janggal, akan difahami jika dipandang dari sudut hubungan
masyarakat dengan lingkungannya. Misalnya, kita akan heran karena adanya
larangan pergaulan seksual bagi kaum ibu dalam masyarakat suku Dani di Lembah
Baliem, Papua Barat, yang akan menyusui anak sampai anaknya berumur 3-4 tahun
dan disapih.

Tetapi di daerah-daerah tropis, di mana sering berlaku pantangan seperti itu, itu
mungkin merupakan suatu cara menyesuaikan diri pada lingkungan fisik. Tanpa
larangan seperti itu, sang ibu mungkin lekas hamil lagi, dan tidak dapat lagi
menyusui anaknya. Tanpa susu ibu, si anak mungkin meninggal, karena dihinggapi
penyakit, suatu penyakit berat yang disebabkan oleh kekurangan protein yang
umum berjangkit di daerah tropis. Pantangan itu akan menolong anak itu untuk
hidup lebih lama.

Kebiasaan yang ada dalam masyarakat suku Korowai, yang hidup di sekitar sungai
Dairam dikenal sebagai Tree Dwellers di Papua Barat yang membangun tempat
hunian di atas pohon setinggi 10-40 meter dari permukaan tanah, bagi mereka yang
percaya bahwa tanah merupakan tempat roh jahat bersemayam. Itulah contoh
perilaku bagaimana masyarakat adat menyesuaian itu terhadap lingkungannya;
tetapi cara penyesuaian yang satu itu bukanlah mewakili semua cara penyesuaian
yang mungkin diadakan. Masyarakat yang berlainan mungkin saja memilih cara-
cara penyesuaian yang berbeda terhadap keadaan yang sama.
Kebudayaan Merupakan Suatu Integrasi
Bila pada kita diceritakan tentang suatu pola budaya yang tidak kita kenal, reaksi
yang lazim adalah untuk mencoba membayangkan apakah pola itu akan cocok
dalam masyarakat kita sendiri.

Misalnya kita mencoba membayangkan apa yang akan terjadi, seandainya kaum
perempuan dalam masyarakat kita menjalankan pantang hubungan seks sesudah
kelahiran misalnya pantang 3 tahun sesudah melahirkan anak. Pertanyaan seperti
itu adalah tidak wajar, karena kebiasaan suatu kebudayaan tidak dapat dengan
begitu saja dimasukkan ke dalam kebudayaan lain.

Bila dikatakan, bahwa suatu kebudayaan merupakan suatu integrasi, maka yang
dimaksud adalah bahwa unsur-unsur atau sifat-sifat yang terpadu menjadi suatu
kebudayaan bukanlah sekumpulan kebiasaan-kebiasaan yang terkumpul secara
acak-acakan saja.
Unsur-unsur budaya demikian umumnya terdapat secara berkaitan di antara suku-
suku yang hidupnya tergantung dari berburu dan pengumpulan makanan.

5
Asosiasi semacam ini menunjukkan bahwa kebudayaan-kebudayaan cenderung
untuk berintegrasi.
Dalam masyarakat modern juga banyak sekali kesepakatan yang menjadi baku,
misalnya sudah merupakan kebiasaan bahwa seorang pengendara mobil atau
motor akan berhenti jika lampu lalu lintas warna merah dan jalan terus pada waktu
lampu warna hijau menyala.

Kebudayaan Selalu Berubah


Walaupun unsur-unsur dari suatu kebudayaan tidak dapat dimasukkan ke dalam
kebudayaan lain tanpa mengakibatkan sejumlah perubahan pada kebudayaan itu,
kita harus mengingat, bahwa kebudayaan tidaklah bersifat statis ia selalu berubah.
Tanpa adanya gangguan yang disebabkan oleh masuknya unsur budaya asing
sekalipun suatu kebudayaan dalam masyarakat tertentu, pasti akan berubah dengan
berlalunya waktu.

Dalam setiap kebudayaan selalu ada suatu kebebasan tertentu pada para individu
dan kebebasan individu memperkenalkan variasi dalam cara-cara berlaku dan
variasi itu yang pada akhirnya dapat menjadi milik bersama, dan dengan demikian di
kemudian hari menjadi bagian dari kebudayaan.

PERSPEKTIF BUDAYA DALAM ENTREPRENEURSHIP


Bagaimana jika perspektif kebudayaan dapat diterapkan sebagai unsur daya-guna
sosial marketing dalam dunia entrepreneur atau di daya-gunakan sebagai dasar ide
kreatif dalam mencipta sesuatu untuk mengembangkan usaha. Jelas sangat mem-
butuhkan kajian budaya mendalam terutama tentang perilaku kelompok masyarakat
pengguna.
Perilaku Konsumen
Definisi perilaku konsumen pada prinsipnya ditentukan oleh beberapa unit, seperti
kelompok keluarga atau individual dalam menentukan sesuatu langkah membeli
atau ingin memperoleh layanan.
Pengertian perilaku konsumen berkembang sebagai suatu disiplin ilmiah adalah
mengacu pada berbagai macam tatanan sosial-budaya, teknologi dan juga pasar.
Kendala-kendala perubahan perilaku tersebut juga ditentukan oleh adanya
perubahan pandangan dari para konsumen. Misalnya, disebabkan oleh adanya
perkembangan teknis, kebijaksanaan publik, ataupun karena kepedulian lingkungan.
Atau karena munculnya produk-produk baru, pemasokan barang dari luar atau
perubahan segmen pasar yang ada.
Perubahan sikap Konsumen
Sikap para konsumen dengan segala perilakunya selalu berubah sesuai situasi dan
kondisi, beberapa tahun lalu bentuk satu keluarga terdapat sekian banyak
anggotanya, kemudian berubah (karena KB) menjadi 4 orang - bahkan ada keluarga

6
yang terdiri suami-istri tanpa anak.
Semua ini akan mengubah gaya hidup mereka dan juga mengubah sikap dan
perilakunya dalam menentukan pembelanjaan.
Di Negara Barat atau mungkin juga sudah merambah di Indonesia, bahwa
pemasaran kosmetik misalnya perlu menyesuaikan gaya-hidup saat ini, bahwa
pembeli utama kosmetik yang terbanyak adalah perempuan yang hidup bersama
laki-laki (tanpa anak) atau single parent dan para singles.
Kegiatan pemasarannya tentu harus menyesuaikan adanya pergeseran sikap dan
perlaku sosial-budaya yang sedang berlaku.
Penentuan untuk membeli sesuatu dalam keluarga pun berubah dari waktu ke
waktu, tergantung pada strata sosial dan latar belakang budaya masing keluarga
dan suku-bangsa asalnya.
Dan sikap itu selalu berubah sesuai dengan adanya pergeseran nilai sosial-budaya
yang berlaku.
Membeli sesuatu, juga ditentukan oleh strata sosial yang bersangkutan misalnya;
Masyarakat golongan bawah akan menentukan bersama
(suami/istri) untuk membelanjakan sesuatu.
Masyarakat golongan menengah-atas cendrung individualis.
Latar belakang suku-bangsa juga sangat besar artinya
dalam membuat suatu keputusan.
Kasus di Indonesia :
Iklan Susu Bayi Formula yang sangat agresif mendapat kritik dari YLKI dan BPK-ASI
juga Dep-Kes. Pabrik Susu memang mengurangi bentuk promosi langsung kepada
konsumen. Tetapi kita melihat saat ini target mereka lebih tertuju pada masyarakat
perkotaan yang tergolong strata menengah-atas - perusahaan susu itu berhasil
sebab para ibu golongan ini memang sibuk dan banyak yang bekerja sehingga tidak
ada waktu lagi untuk memberi ASI yang ideal itu.
Tetapi ternyata di kota kecil/desa banyak ditemukan susu bayi kaleng tersebut
sebagai pajangan di ruang tamu bukan untuk diberikan pada bayinya, melainkan
untuk pajangan sebagai simbol status. Mereka tetap memberi ASI, susu kaleng itu
bahkan tidak akan dibuka.

7
Social Marketing atau Market Survey sangat penting guna menentukan sasaran,
dan Perilaku Konsumen itulah yang menjadi acuan pada setiap penelitian.

Mengenai perilaku konsumen kita tidak dapat mengabaikan pada unsur-unsur latar
belakang sosial-budaya masyarakat tersebut yang sangat complex sifatnya.
1. Bahasa
2. Sistem Pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem Teknologi
5. Sistem mata pencarian hidup
6. Sistem Religi
7. Kesenian
Definisi tentang kebudayaan menurut AL Kroeber dan C.Kluckhohn terdapat 165
jenis definisi dan semua itu tidak dapat hanya dirumuskan, melainkan perlu peng-
amatan dan pemahaman.

.
Para konsumen sangat terpengaruh budaya asalnya – dan budaya asalnya meski
tidak mudah terlihat tetapi paling tidak manifestasi mereka dapat diamati.
Sebab Kebudayaan adalah suatu totalitas pola hidup masyarakat itu dan tidak dapat
di sama-ratakan. Dan polanya juga akan berubah menyesuaikan waktu.
Setiap perubahan nilai budaya yang terjadi akan sangat berpengaruh terhadap
perilakunya konsumen.
Semua ini akan merubah persepsi seseorang karena adanya perbedaan latar-
belakang sosial-budaya masyarakat konsumen.

Tahun 1970-an antropologi seringkali memakai cara FGD (focus group discussion)
untuk memperoleh data tentang masyarakat yang diteliti, namun kemudian ditinggal-
kan dan diganti dengan wawancara mendalam (depth interview) - berbeda dengan
para lembaga survey atau banyak agencies periklanan yang hingga saat ini masih
percaya pada hasil FGD.

L Antropologi memberi batasan terhadap pengertian “kebudayaan” dibanding


dengan berbagai ilmu lain, karena “kebudayaan” menurut antropologi adalah seluruh
sistem gagasan dan rasa, tindakan, termasuk karya yang dihasilkan manusia dalam
kehidupan bernasyarakat.
Adat-istiadat adalah sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Ideologi.

HD June 03-09

Anda mungkin juga menyukai