Anda di halaman 1dari 78

UNIVERSITAS WARMADEWA

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN


STATUS GIZI PADA ANAK USIA 7-18 BULAN DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PUPUAN I

OLEH:
I GUSTI PUTU WAHYU EKA NUGRAHA
NIM: 1470121028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
2018
UNIVERSITAS WARMADEWA

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF


DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 7-18 BULAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUPUAN I

OLEH:
I GUSTI PUTU WAHYU EKA NUGRAHA
NIM: 1470121028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
2018
UNIVERSITAS WARMADEWA

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF


DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 7-18 BULAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUPUAN I

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran (S. Ked)

OLEH:
I GUSTI PUTU WAHYU EKA NUGRAHA
NIM: 1470121028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
2018
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : I Gusti Putu Wahyu Eka Nugraha


NIM : 1470121028

menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya dan bukan merupakan duplikasi
sebagian atau seluruhnya dari karya orang lain, kecuali bagian yang sumber informasinya
dicantumkan.
Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya secara sadar dan bertanggung jawab dan saya
bersedia menerima sanksi pembatalan skripsi apabila terbukti melakukan duplikasi terhadap
skripsi atau karya ilmiah lain yang sudah ada.

Denpasar, 17 Januari 2018

I Gusti Putu Wahyu Eka Nugraha


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk diseminarkan

Program Studi Kedokteran

Universitas Warmadewa

Denpasar, 17 Januari 2018

Pembimbing

Prof. dr. Putu Sutisna, DTM&H. Sp. Par.K


NIK. 230800243
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama : I Gusti Putu Wahyu Eka Nugraha


NIM : 1470121028
Judul skripsi : Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi pada
Anak Usia 7-18 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pupuan I
Tanggal ujian : 17 Januari 2018
Lulus ujian skripsi dan telah diperbaiki dan disetujui oleh tim penguji.

Menyetujui,
Ketua Tim Penguji

Prof. dr. Putu Sutisna, DTM&H. Sp. Par. K


NIK. 230800243
Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

dr. Sagung Putri Permana Lestari dr. Dewa Ayu Agung Alit Suka Astini, M. Si
Murdhana Putere, M. Biomed, Sp. KJ NIK. 2308000279
NIK. 230800389

Mengetahui,
Wakil Dekan I
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa

dr. I Wayan Darwata, MPH


NIK. 230800251

Skripsi ini telah diperiksa, diujikan, dan disetujui di hadapan Tim Penguji
Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Warmadewa
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKUKTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WARMADEWA

Skripsi, 17 Januari 2018

I Gusti Putu Wahyu Eka Nugraha

Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi pada Anak Usia 7-
18 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pupuan I

ABSTRAK

Permasalahan gizi kurang dan gizi buruk pada anak masih sulit untuk diatasi, bahkan
kematian pada anak sering disebabkan oleh gizi buruk. Prevalensi gizi kurang dan gizi
buruk pada balita di Bali masih tergolong tinggi (13%). Status gizi balita dipengaruhi
oleh beberapa faktor salah satunya adalah pemberian ASI eksklusif. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi
anak usia 7-18 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pupuan I, Bali. Penelitian ini
merupakan studi analitik dengan desain cross sectional. Variabel yang diteliti adalah
pemberian ASI eksklusif dan status gizi, dengan jumlah sampel 140 orang. Pengambilan
sampel menggunakan teknik simple random sampling dari total populasi terjangkau. Data
pemberian ASI eksklusif diperoleh secara langsung menggunakan kuesioner dan status
gizi diukur menggunakan data sekunder dari Kartu Menuju Sehat (KMS) yang
selanjutnya dikonversi ke tabel antropometri. Metode analisis data yang digunakan adalah
analisis bivariat dengan uji chi square (α=0,05) dan analisis multivariat dengan uji regresi
logistik dengan menyertakan variabel perancu dalam analisis. Hasil penelitian ini
menunjukkan proporsi anak usia 7-18 bulan yang mendapakan ASI eksklusif berjumlah
70 orang (50%), dan yang mengalami gizi kurang/buruk sebanyak 25 orang (17,9%),
sedangkan balita dengan gizi baik berjumlah 115 orang (82,1%). Pada analisis multivariat
didapatkan pemberian ASI eksklusif mempunyai hubungan yang signifikan dan pengaruh
paling kuat terhadap status gizi anak usia 7-18 bulan (p = 0,030; OR = 3,005)
dibandingkan dengan asupan kalori (p = 0,035; OR = 2,967) dan asupan protein (p =
0,039; OR = 2,896). Untuk mencegah kejadian gizi kurang/buruk pada balita disarankan
melakukan pemberian ASI eksklusif.

Kata Kunci: tatus gizi, ASI eksklusif, antropometri, KMS.

i
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKUKTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WARMADEWA

Skripsi, 17 Januari 2018

I Gusti Putu Wahyu Eka Nugraha

The Relationship between exclusive breastfeeding and nutritional status of children


aged 7-18 months in Puskesmas Pupuan I

ABSTRACT

Malnutrition in children is very difficult to overcome and some cases of malnutrition have
caused death in children. Malnutrition prevalence in children under five in Bali is still
high (13%). Nutrition condition in children is affected by several factors, one of which is
exclusive breastfeeding. The purpose of this study was to find out the relationship
between exclusive breastfeeding and nutritional status of children aged 7 - 18 months in
Puskesmas Pupuan I, Bali. This study used cross sectional analytic design, and the
variables studied were exclusive breastfeeding status and nutritional status, with a total
sample of 140 mothers, selected by simple random sampling technique. Data of exclusive
breastfeeding were acquired directly using a questionnaire and the nutrition status was
measured using secondary data from Kartu Menuju Sehat (KMS) which then was
converted into anthropometry table. Data were analyzed using bivariate analysis with chi
square test (α = 0,05) and multivariate analysis with logistic regression test, with
confounding variables included in the analysis. The study results showed that 50% of 7-
18 month-old children received exclusive breast feeding, 17,9% were malnutritioned, and
the 82,1% of children had good nutrition. The multivariate analysis showed, exclusive
breastfeeding had the strongest influence on the nutritional status of children aged 7-18
months (p = 0.030; OR = 3,005), compared with calories intake (p = 0,035; OR = 2,967)
and protein intake (p =0,035; OR = 2,896). It is recommended that mother should be
encouraged to give exclusive breastfeeding, to prevent malnutrition in children.

Key Words: nutrition status, exclusive breast feeding, anthropometry, KMS.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan ke hadapan Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, skripsi yang berjudul “Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif
dengan Status Gizi pada Anak Usia 7-18 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Pupuan I” dapat penulis selesaikan, guna memenuhi prasyarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Warmadewa. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan yang penulis miliki. Namun berkat dorongan dan bimbingan dari dosen-
dosen serta teman-teman maka skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini, tidak lupa penulis juga ingin menyampaikan terima kasih
atas bantuan dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada:
1. dr. I Gusti Ngurah Anom Murdhana, Sp.FK selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa
2. dr. I Wayan Darwata, MPH selaku Wakil Dekan I dan PJS Prodi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa
3. dr. Putu Asih Primatanti, Sp.KJ selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa
4. dr. Ketut Tangking Widarsa, MPH selaku Ketua Blok Studi Elektif tahap III
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa
5. dr. Sagung Putri Permana Lestari Murdhana Putere, M,Biomed,Sp.KJ selaku
Sekretaris Blok Studi Elektif tahap III Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Warmadewa
6. Prof. dr. Putu Sutisna, DTM&H. Sp. Par. K selaku dosen pembimbing yang turut
membantu memberikan masukan
7. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Warmadewa yang telah membantu penulis di dalam memenuhi segala
administrasi yang diperlukan
8. Pihak Puskesmas Pupuan I, Tabanan yang telah banyak membantu di dalam
memberikan informasi yang diperlukan oleh penulis
9. Kedua orang tua yaitu I Gusti Ketut Wirawan, S. Kep. dan Gusti Ayu Ratni Amd,
Keb yang tiada henti menberikan dukungan dan semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya

iii
10. Semua teman-teman Pojok Madesu dan sahabat Akasia 13 yang selalu
memberikan dukungan dan saran di dalam menyelesaikan skripsi ini.
Walaupun akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan pada waktunya, namun masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik serta saran perbaikan amat diharapkan. Akhir kata,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.

Denpasar, 17 Januari 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................................. i
ABSTRACT................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR/BAGAN ................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2
1.3.1 Tujuan umum ............................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan khusus .............................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 3
1.4.1 Manfaat teoritis ............................................................................................ 3
1.4.2 Manfaat praktis ............................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5
2.1 Air Susu Ibu (ASI) ............................................................................................... 5
2.1.1 Definisi ........................................................................................................ 5
2.1.2 Kandungan ASI ............................................................................................ 5
2.1.3 Manfaat ASI ................................................................................................. 7
2.2 Gizi ...................................................................................................................... 8
2.2.1 Definisi gizi .................................................................................................. 8
2.2.2 Definisi status gizi ........................................................................................ 8
2.2.3 Penilaian status gizi ...................................................................................... 9
2.2.4 Klasifikasi status gizi ................................................................................. 11
2.3 Hubungan pemberian ASI dengan Status Gizi ................................................... 12
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ............................................... 13
3.1 Kerangka Konsep ............................................................................................... 13
3.2 Hipotesis ............................................................................................................ 14
BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................................... 12
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................ 15

v
4.2 Desain Penelitian................................................................................................ 15
4.3 Populasi dan Sampel .......................................................................................... 16
4.3.1 Populasi target ............................................................................................ 16
4.3.2 Populasi terjangkau .................................................................................... 16
4.3.3 Sampel ....................................................................................................... 16
4.4 Variabel dan Definisi Operasional ..................................................................... 18
4.4.1 Variabel ...................................................................................................... 18
4.4.2 Definisi operasional ................................................................................... 18
4.5 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ............................................................. 20
4.5.1 Instrumen data ............................................................................................ 20
4.5.2 Cara pengumpulan data .............................................................................. 20
4.5.3 Cara pengolahan data ................................................................................. 22
4.6 Analisis Data ...................................................................................................... 22
4.6.1 Analisis univariat ....................................................................................... 20
4.6.2 Analisis bivariat ......................................................................................... 20
4.6.3 Analisis multivariat .................................................................................... 22
BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................................. 23
5.1 Karakteristik Ibu sebagai Responden dan Anak Balitanya ................................. 23
5.2 Hubungan antara pemberian ASI dengan status gizi anak .................................. 25
5.3 Hubungan antara asupan kalori dengan status gizi anak ..................................... 26
5.4 Hubungan antara asupan protein dengan status gizi anak ................................... 27
5.5 Hubungan antara kejadian sakit dengan status gizi anak .................................... 27
5.6 Hubungan antara Pemberian ASI, Asupan Kalori, Asupan Protein dan Kejadian
Sakit dengan Status Gizi pada Anak................................................................... 28
BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................................ 31
6.1 Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi pada Anak Usia
7-18 Bulan ......................................................................................................... 30
6.2 Hubungan antara Asupan Kalori dengan Status Gizi pada Anak Usia 7-18
Bulan .................................................................................................................. 31
6.2 Hubungan antara Asupan Protein dengan Status Gizi pada Anak Usia 7-18
Bulan .................................................................................................................. 32
6.2 Hubungan antara Kejadian Sakit dengan Status Gizi pada Anak Usia 7-18
Bulan .................................................................................................................. 33
6.2 Hubungan antara Pemberian ASI, Asupan Kalori, Asupan Protein dan Kejadian
Sakit dengan Status Gizi pada Anak Usia 7-18 Bulan ....................................... 34

vi
6.3 Keterbatasan Penelitian ...................................................................................... 35
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 36
7.1 Simpulan ............................................................................................................ 36
7.2 Saran .................................................................................................................. 36
7.2.1 Kepada petugas kesehatan .......................................................................... 36
7.2.2 Kepada masyarakat .................................................................................... 37
7.2.3 Kepada Peneliti .......................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 38
LAMPIRAN.............................................................................................................. 44

vii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 Klasifikasi Status Gizi Anak Usia 0-60 Bulan ................................................. 11
Tabel 2 Variabel dan Definisi Operasional .................................................................. 18
Tabel 3 Karakteristik Ibu Sebagai Responden Penelitian ............................................. 23
Tabel 4 Karakteristik Anak Usia 7-18 Bulan ............................................................... 24
Tabel 5 Hubungan antara Pemberian ASI dengan Status Gizi pada Anak..................... 26
Tabel 6 Hubungan antara Asupan Kalori dengan Status Gizi pada Anak ..................... 27
Tabel 7 Hubungan antara Asupan Protein dengan Status Gizi pada Anak ................... 27
Tabel 8 Hubungan antara Kejadian Sakit dengan Status Gizi pada Anak .................... 28
Tabel 9 Hubungan antara Pemberian ASI, Asupan Kalori, Asupan Protein dan Kejadian
Sakit dengan Status Gizi pada Anak ................................................................. 29

viii
DAFTAR BAGAN

Halaman
Bagan 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................................ 13

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
Arsip Surat ................................................................................................................... 45
Kuesioner Penelitian .................................................................................................... 49
Data SPSS .................................................................................................................... 55
Buku Log ..................................................................................................................... 62

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan pertama, utama dan terbaik secara alamiah bagi

bayi. ASI mengandung berbagai nutrisi seperti karbohidrat, protein, lemak dan vitamin

yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi (Jafar, 2011).

World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif,

yaitu pemberian ASI kepada bayi selama 6 bulan sejak dilahirkan tanpa cairan atau

makanan lain, kecuali suplemen vitamin, mineral, dan obat-obatan untuk keperluan

medis. ASI memiliki banyak manfaat bagi bayi. Pemberian ASI yang optimal penting

dalam pemeliharaan anak, yang sesungguhnya merupakan persiapan generasi penerus

masa depan yang berkualitas. Pertumbuhan dan perkembangan bayi dipengaruhi oleh

jumlah nutrisi yang dikonsumsi. Kebutuhan nutrisi ini sebagian besar dapat terpenuhi

dengan pemberian ASI yang cukup. ASI tidak hanya sebagai sumber energi utama tapi

juga sebagai sumber protein, vitamin dan mineral utama bagi bayi (Susanti, 2011).

Prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih tergolong rendah,

menurut data terbaru dari Riskesdas tahun 2013 menyebutkan cakupan pemberian ASI

eksklusif secara nasional baru mencapai 30,2 %. Data lain berupa hasil penelitian oleh

BKKBN tahun 2012 mendapatkan rata-rata lama pemberian ASI eksklusif di Provinsi

Bali hanya sampai bayi berusia 1 bulan, menunjukkan masih rendahnya pemberian

ASI eksklusif di Provinsi Bali (BKKBN, 2013). Ketidakpatuhan seorang ibu dalam

pemberian ASI eksklusif dapat menyebabkan penurunan status gizi pada anak karena

didalam ASI terdapat komponen penting untuk pertumbuhan anak (Susanti, 2011).

1
2

Penurunan status gizi merupakan salah satu faktor penyebab kematian pada

anak, maka dari itu status gizi sangatlah penting untuk diperhatikan. Indonesia

merupakan Negara yang masih memiliki angka kecukupan gizi kurang baik, hal

tersebut dilihat dari data Riskesdas pada tahun 2013 yaitu sebesar 5,3% (Riskesdas,

2013). Prevalensi gizi kurang dan buruk di Bali yaitu sebesar 13 % pada tahun 2013,

hal tersebut menandakan masalah status gizi di Bali masih menjadi hal yang perlu

diperhatikan (Riskesdas, 2013).

Anak-anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif saat masih berusia dibawah

6 bulan pertumbuhannya cenderung menjadi kurang optimal, karena asupan nutrisi

yang didapatkan tidak mencukupi, sehingga mempengaruhi status gizi anak

(Nilakusuma et al., 2015). Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti

lebih lanjut hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi pada anak

usia 7-18 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pupuan I.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi pada anak

usia 7-18 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pupuan I?

1.3. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi pada

anak yang berusia 7-18 bulan.


3

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui proporsi anak yang mendapatkan ASI eksklusif pada usia

7-18 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pupuan I.

2. Untuk mengetahui status gizi pada anak yang berusia 7-18 bulan di wilayah

kerja Puskesmas Pupuan I.

3. Untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status

gizi anak usia 7-18 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pupuan I.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini bermanfaat untuk penulis sebagai pengalaman proses belajar

khususnya dalam bidang metodologi penelitian.

2. Hasil dari penelitian ini dapat dimanfatkan sebagai bahan informasi

mengenai pemberian ASI eksklusif pada anak usia 7-18 bulan.

3. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi mengenai

status gizi pada anak yang berusia 7-18 bulan.

4. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk

penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pemberian ASI lengkap.

5. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk

penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan status gizi anak yang

berusia 7-18 bulan.

1.4.2 Manfaat praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah:


4

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi petugas

kesehatan untuk mengetahui adanya hubungan antara pemberian ASI

eksklusif dengan status gizi pada anak usia 7-18 bulan khususnya di wilayah

kerja Puskesmas Pupuan I.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat

mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif terhadap status gizi pada

anak usiaa 7-18 bulan, khususnya masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

Pupuan I.

3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi orang tua anak

untuk mengetahui adanya hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan

status gizi pada anak usia 7-18 bulan khususnya di wilayah kerja Puskesmas

Pupuan I.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Susu Ibu (ASI)

2.1.1 Definisi

ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat alami.

ASI mengandung berbagai nutrisi penting yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan

dan perkembangan bayi, selain itu ASI juga mengandung beberapa zat penting yang

dapat mengidarkan bayi dari penyakit (Jafar, 2011). Pemberian ASI ekslusif adalah

bayi yang hanya diberikan ASI saja, tanpa tambahan cairan dan makanan seperti susu

formula, madu, air teh, air putih, pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi,

kecuali suplemen vitamin, mineral dan obat-obatan untuk keperluan medis selama 6

bulan dari hari kelahiran (Puspitasari & Pujiastuti, 2015).

Pemberian ASI secara dini dan ekslusif sekurang-kurangnya 4-6 bulan akan

membantu mencegah berbagai penyakit anak, termasuk gangguan lambung dan

saluran nafas, terutama asma pada anak-anak. Hal ini disebabkan adanya antibody

penting yang ada dalam kolostrum ASI, antibody berfungsi untuk melindungi bayi

baru lahir dan mencegah timbulnya alergi. Untuk alasan tersebut, semua bayi baru lahir

harus mendapatkan kolostrum (Jafar, 2011).

2.1.2 Kandungan ASI

ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung protein

untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga

pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi (Lestari et al.,

2013). Kolostrum berwarna kekuningan dihasilkan pada hari pertama sampai hari

5
6

ketiga. Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI mengandung immunoglobulin,

protein, dan laktosa lebih sedikit dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori lebih

tinggi dengan warna susu lebih putih. Selain mengandung zat-zat makanan, ASI juga

mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak akan menganggu enzim

di usus. Susu formula tidak mengandung enzim sehingga penyerapan makanan

tergantung pada enzim yang terdapat di usus bayi (Kemenkes, 2014).

Selain mengandung kolostrum dan imunoglobulin ASI juga mengandung dua

jenis komponen nutrisi yaitu makro dan mikro nutrisi yang akan dijabarkan di bawah

ini:

1. Komponen makro

Komponen makro nutrisi yang terkandung dalam ASI merupakan zat gizi yang

banyak menyumbangkan energi bagi tubuh manusia yang terdiri dari:

a. Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu

sumber energi untuk otak. Karbohidrat dalam ASI merupakan nutrisi yang

penting untuk pertumbuhan sel saraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-

sel saraf. Selain itu karbohidrat memudahkan penyerapan kalsium,

mempertahankan faktor bifidus di dalam usus (faktor yang menghambat

pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat yang baik bagi

bakteri yang menguntungkan) dan mempercepat pengeluaran kolostrum

sebagai antibodi bayi (Jafar, 2011).

b. Protein

Protein pada ASI disebut protein casein dan whey. Protein yang terdapat dalam

ASI ini bersifat lebih mudah dicerna oleh tubuh bayi, dibandingkan dengan
7

protein yang berasal dari susu mamalia lainnya maupun susu formula (Yuliarti,

2010).

c. Lemak

Jenis lemak dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang dibutuhkan

oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung enzim

lipase. Lemak dalam ASI berbentuk Omega 3, Omega 6 dan DHA yang sangat

diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak (Purwanti, 2004).

2. Komponen mikro

Komponen mikro dinamakan demikian karena tubuh membutuhkannya dalam

jumlah yang lebih sedikit dari makronutrisi/ komponen makro. Komponen mikro

terdiri dari ( Muchina & Waithaka, 2010):

a. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah,

tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan

kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap

dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu.

b. Vitamin

ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi

sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum

mampu membentuk vitamin K. Kandungan vitamin yang ada dalam ASI antara

lain vitamin A, vitamin B, vitamin C dan vitamin D.

2.1.3 Manfaat ASI

Pemberian ASI eksklusif memberikan berbagai manfaat positif bagi bayi, adapun

beberapa manfaat dari ASI (Jafar, 2011) :

a. ASI meningkatkan daya tahan tubuh.


8

b. Menurunkan risiko mortalitas, risiko penyakit akut dan kronis.

c. Meningkatkan kecerdasan.

d. Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi

sampai usia enam bulan.

e. Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk untuk pertumbuhan otak sehingga

bayi yang diberi ASI Ekslusif lebih pandai.

f. Mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak dan

mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung.

2.2 Gizi

2.2.1 Definisi gizi

Gizi merupakan subtansi organik yang dibutuhkan organisme untuk memulihkan

fungsi normal tubuh seperti sistem tubuh, daya tahan tubuh yang dilemahkan oleh

virus maupun bakteri serta berperan dalam pertumbuhan. Gizi berasal dari bahasa arab

yaitu giza yang artinya zat makanan, dalam bahasa inggris gizi disebut juga dengan

nutrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi dan dapat diartikan sebagai ilmu

gizi (Giri et al., 2013).

Pengertian lain tentang gizi adalah sebagai proses organisme dalam

menggunakan makanan yang di makan atau di konsumsi secara normal melalui tahap

pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan dan metabolisme untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan berbagai fungsi normal dari organ

tubuh serta dapat digunakan untuk menghasilkan tenaga (Susanti, 2011).

2.2.2 Definisi status gizi

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang

diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak (Depkes, 2012). Status gizi juga
9

didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara

kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang

didasarkan pada salah satu data antropometri, klinis, biofisik atau biokimia

(Purwaningrum & Wardani, 2013).

Status gizi juga merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi, yang dibedakan antara gizi buruk, gizi kurang, gizi baik

dan gizi lebih (Almatsier, 2009).

2.2.3 Penilaian status gizi

Status gizi dapat dinilai dengan dua cara, yaitu penilaian status gizi secara langsung

dan penilaian status gizi secara tidak langsung.

1. Penilaian status gizi secara langsung.

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat metode, masing-

masing penilaian akan dibahas secara umum sebagai berikut (Supariasa, 2002):

a. Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut

pandang gizi maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam

pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan

tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat

pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot,

dan jumlah air dalam tubuh. Indikator antropometri yang umumnya digunakan

untuk mengukur status gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi

badan menurut umur (TT/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
10

b. Klinis

Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi dan

dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada

jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan

mukosa oral atau pada organorgan yang dekat dengan permukaan tubuh seperti

kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara

cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara

cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.

c. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji

secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.

Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja, dan juga

beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk

suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang

lebih parah lagi (WHO, 2014).

d. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi

dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat

perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi

tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness).

Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

2. Penilaian status gizi secara tidak langsung

Selain dengan cara langsung status gizi juga dapat dinilai secara tidak langsung,

penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu

survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Susilaningsih, 2013).
11

2.2.4 Klasifikasi status gizi

Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut

reference. Berdasarkan Semi Loka Antropometri, Ciloto, 1991 telah

direkomendasikan penggunaan baku rujukan World Health Organization – National

Centre for Health Service (WHO-NCHS). Indonesia sampai sekarang masih

menggunakan (WHO-NCHS) sebagai baku dalam klasifikasi status gizi. Berdasarkan

baku WHONCHS status gizi dibagi menjadi empat, yaitu (WHO, 2015) :

1. Gizi lebih (Over weight), termasuk kegemukan dan obesitas

2. Gizi baik (Well nourished)

3. Gizi kurang (Under weight)

4. Gizi buruk

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1995/MENKES/SK/XII/2010 kategori status gizi anak usia 0-60 bulan dapat diukur

dengan beberapa cara. Standar baku Nasional Indonesia yang disepakati seperti pada

Tabel 1.

Tabel 1 Klasifikasi Status Gizi Anak Usia 0-60 Bulan (Depkes, 2010).
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (z-score)
Berat Badan Menurut Gizi Lebih > +2 SD
Umur (BB/U) Gizi Baik -2 SD s/d +2 SD
Gizi Kurang -3 SD s/d -2 SD
Gizi Buruk < -3 SD
Panjang Bdan Menurut Tinggi > 2 SD
Umur(PB/U) atau Tinggi Normal -2 SD s/d 2 SD
Badan Menurut Pendek -3 SD s/d < -2 SD
Umur(TB/U) Sangat Pendek < -3 SD
Indek Massa Gemuk > 2 SD
Tubuh(IMT) Menurut Normal -2 SD s/d 2 SD
Umur(IMT/U) Kurus -3 SD s/d < -2 SD
Sangat Kurus < -3 SD
*) SD= Standar Deviasi
12

2.3 Hubungan Pemberian ASI dengan Status Gizi

Anak pada hakekatnya akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan, tumbuh

kembang anak dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah status gizi. Untuk

mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang maksimal maka status gizi juga harus

terjaga agar tetap seimbang. Untuk mencapai status gizi yang seimbang/baik pada anak

kebutuhan nutrisinya harus terpenuhi dan salah satu cara memenuhi kebutuhan nutrisi

pada anak adalah dengan cara pemberian ASI eksklusif (Yogi, 2013). ASI merupakan

pilihan optimal sebagai pemberian makan pada bayi karena mengandung nutrisi,

hormon, faktor kekebalan, faktor pertumbuhan, dan anti inflamasi (Diana, 2006).

ASI memiliki banyak sekali manfaat bagi bayi. Pemberian ASI yang optimal

merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus

yang berkualitas di masa depan. Status gizi bayi dipengaruhi oleh jumlah nutrisi yang

dikonsumsi. Kebutuhan nutrisi ini sebagian besar dapat terpenuhi dengan pemberian

ASI (Pujiyanti, 2008).

Pertumbuhan bayi yang mendapatkan ASI sebagian besar normal terutama

bayi yang mendapatkan ASI eksklusif (Nilakesuma, 2015). Hal tersebut disebabkan

karena kandungan nutrisi yang terdapat pada ASI sudah dapat memenuhi kebutuhan

bayi untuk mencapai pertumbuhan yang normal sampai berusia 6 bulan (Fitri et al.,

2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2009), menunjukkan adanya

hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita, nilai Odds Ratio

(OR) yang diperoleh adalah 0,49 yang berarti bayi yang diberikan ASI eksklusif

mempunyai risiko 0,49 kali menderita gizi kurang dibandingkan bayi yang tidak

mendapatkan ASI eksklusif yaitu hampir 2 kali lebih besar berisiko menderita gizi

kurang.
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif

dengan status gizi pada anak usia 7-18 bulan. Bagan 3.1 menunjukkan acuan peneliti

dalam melaksanakan penelitian ini.

Variabel bebas

Pemberian ASI Variabel tergantung


Eksklusif
Status Gizi

Variabel perancu

-MP ASI (Asupan


Kalori dan Asupan
Protein)
-Kejadian Sakit
P

Bagan 1 Kerangka konsep hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status

gizi anak usia 7-18 bulan di wilayah kerja puskesmas pupuan I.

Keterangan:

= Variabel yang diteliti (bebas dan tergantung).

= Variabel perancu yang tidak diteliti.

= Garis penghubung variabel yang diteliti.

= Garis penghubung variabel yang tidak diteliti.

Sesuai dengan tinjauan pustaka yang telah diuraikan dalam Bab II, terdapat

hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita. Selain ASI

eksklusif terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status gizi balita

13
14

diantaranya asupan kalori, asupan protein dan kejadian sakit. Berdasarkan hasil

penelitian kecukupan asupan kalori dan protein yang tekandung dalam MP ASI dapat

mempengaruhi status gizi balita (Sulistya & Sunarto, 2013). Penelitian yang dilakukan

oleh Sulistya & Sunarto (2013) mengatakan balita yang memiliki asupan kalori dan

protein kurang, berisiko 14,4 kali lebih besar untuk memiliki status gizi kurang

dibandingkan dengan balita yang mendapatkan asupan kalori dan protein cukup.

Kejadian sakit akibat penyakit infeksi juga dapat mempengaruhi status gizi anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Novitasari (2012), menemukan 95% balita mempunyai

penyakit infeksi yang merupakan proporsi terbesar dalam kelompok gizi buruk.

Dalam kerangka konsep, variabel asupan kalori, asupan protein dan kejadian

sakit ditetapkan sebagai variabel perancu yang tidak diteliti. Variabel-variabel perancu

tersebut akan dianalisis secara statistik (control by analysis) untuk mengetahui adanya

pengaruh terhadap status gizi balita dibandingkan dengan pemberian ASI eksklusif

sebagai variabel bebas.

3.2 Hipotesis

Terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi anak yang

berusia 7-18 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pupuan I.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pupuan I, dimana Puskesmas

Pupuan I ini mencangkupi enam desa yaitu Desa Pupuan, Desa Bantiran, Desa

Pajahan, Desa Munduk Temu, Desa Pujungan, Desa Sai dan Desa Belatungan.

Dilakukan random sampling terhadap keenam desa yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Pupuan I dan diperoleh Desa pujungan, Desa Pajahan, Desa Batungsel dan

Desa Pupuan sebagai tempat dilaksanakannya penelitian. Penelitian ini dilakukan pada

Bulan September-Bulan Desember 2017.

4.2 Desain Penelitian

Penelitian “hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi pada anak

usia 7-18 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pupuan I” ini dilakukan dengan

mengguanakan metode analitik dengan pendekatan cross-sectional, dimana

pengukuran dan observasi dilakukan pada saat yang bersamaan. Studi ini

menggunakan data primer dan sekunder, dimana data primer diperoleh langsung dari

hasil wawancara terhadap responden di wilayah Puskesmas Pupuan I dan data

sekundernya diperoleh dari data Kartu Menuju Sehat (KMS) anak usia 7-18 bulan yang

berada di wilayah kerja Puskesmas Pupuan I. Penelitian ini akan mendeskripsikan dan

menganalisis hubungan antara pemberian ASI eksklusif oleh ibu kepada bayinya

dengan status gizi anak usia 7-18 bulan di Puskesmas Pupuan I.

15
16

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi target

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh batita di wilayah kerja Puskesmas

Pupuan I.

4.3.2 Populasi terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini merupakan anak usia 7-18 bulan di wilayah

kerja Puskesmas Pupuan I.

4.3.3 Sampel

A. Sampel penelitian

Sampel dalam penelian ini adalah beberapa anak yang berusia 7-18 bulan

dan mengunjungi Puskesmas Pupuan 1 dengan kriteria inklusi dan ekslusi.

Kriteria Inklusi:

1. Anak usia 7-18 bulan dan mengunjungi Puskesmas Pupuan 1.

2. Anak usia 7-18 bulan yang ibunya bersedia untuk diwawancarai.

3. Anak usia 7-18 bulan yang memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS).

Kriteria Ekslusi:

1. Responden yang tidak bersedia diteliti.

2. Anak usia 7-18 bulan dengan KMS yang tidak terisi dengan lengkap.

3. Anak usia 7-18 bulan yang sedang sakit.

B. Jumlah sampel

Perhitungan jumlah sampel minimal menggunakan rumus penelitian cross-

sectional sebagai berikut:

𝑍𝛼 2 𝑃(1 − 𝑝)
𝑛=
𝑑2

1.962 x 0.113(1 − 0.113)


𝑛=
0.042
17

𝑛 = 240,655

n = 241

Keterangan:

n = besar sampel

Za = tingkat kepercayaan = 95% = 1,96

p = prevalensi gizi kurang dan buruk di Kabupaten Tabanan tahun

2013 =11,3% = 0,113 (Riskesdas, 2013)

d = presisi 4% = 0,04

Jumlah populasi terjangkau adalah 269 anak yang berusia 7-18

bulan, namun perlu dilakukan koreksi dikarenakan jumlah populasi

terjangkau di bawah 10.000 maka digunakan rumus untuk mengkoreksi

jumlah sampel sebagai berikut :


𝑛
𝑛′𝑘 = 1+𝑛
( )
𝑁

240,655
𝑛′𝑘 = 1+240,655
( )
269

n’k = 127,02 n’k = 127

Dari rumus tersebut didapatkan sampel berjumlah 127 orang. Untuk

menghindari lost of follow up maka sampel dikalikan 10% sehingga

mendapatkan jumlah sampel sebanyak 140 anak usia 7-18 bulan.

C. Teknik pemilihan sampel

Pemilihan sampel penelitian dilakukan secara simple random sampling,

dimana pemilihian sampel dilakukan dengan cara dipilih secara acak sesuai

data yang tersedia, sampel yang dipilih harus memenuhi kriteria inklusi.
18

4.4 Variabel dan Definisi Operasional

4.4.1 Variabel penelitian

Berdasarkan kerangka konsep, variabel penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas: Pemberian ASI eksklusif

2. Variabel perancu : Asupan kalori, asupan protein dan kejadian sakit

3. Variabel tergantung: Status gizi anak usia 7-18 bulan

4.4.2 Definsi operasional

Tabel. 2 Variabel dan Definisi Operasional


No Variabel Definisi Alat Ukur Skala Kategori
Operasional Ukur
Variabel
Bebas
1. Pemberian Proses pemberian Kuesioner Nominal 1. ASI
ASI eksklusif ASI (Air Susu Ibu) eksklusif
dari ibu kepada 2. Non-ASI
bayinya sejak lahir eksklusif
sampai berumur 6
bulan, tanpa
pemberian cairan
atau makanan
tambahan kecuali
vitamin, mineral
dan obat-obatan
medis.
Variabel
Tergantung
1. Status gizi Keadaan gizi balita Kartu Nominal 1.Baik
yang diukur Menuju 2.Kurang/
berdasarkan berat Sehat Buruk
badan menurut (KMS)
umur (BB/U), yang
dapat dikategorikan
menjadi :
- Status gizi baik
berada pada
rentangan (-2SD
s/d +2SD)
- Status gizi
kurang/buruk
berada pada
rentangan (-3SD
s/d -2SD)
19

Lanjutan Tabel 2.
No Variabel Definisi Alat Ukur Skala Kategori
Operasional Ukur
Variabel
Perancu
1. Asupan Jumlah kalori dan Kuesioner Nominal 1. Cukup
Kalori dan protein pada Food Recall 2. Kurang
Protein yang makanan 24 jam yang
terkandung pendamping ASI dihitung
dalam MP yang dikonsumsi dengan
ASI oleh balita usia 7-18 mengguna-
bulan berdasarkan kan
ingatan responden program
selama 24 jam Nutri
terakhir. Asupan Survey
kalori dan protein (Ratnanings
dikategorikan ih, 2011)
mejadi dua yaitu :
1. Cukup, jika
asupan kalori dan
protein yang
dikonsumsi ≥ 80%
sesuai Angka
Kecukupan Gizi
(AKG).
2.Kurang, jika
asupan kalori dan
protein yang
dikonsumsi < 80%
sesuai Angka
Kecukupan Gizi
(AKG)
(Ratnaningsih,
2011).
2. Kejadian Riwayat kejadian Kuesioner Nominal 1. Sakit
Sakit penyakit diare dan (sakit ≥ 2
ISPA yang dialami kali)
balita usia 7-18 2. Tidak
bulan dalam rentang Sakit
waktu 3 bulan (sakit < 2
terakhir (Nurcahyo kali)
& Briawan, 2010),
data yang diperoleh
berdasarkan
keterangan yang
diberikan oleh
responden.
20

4.5 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

4.5.1 Instrumen pengumpulan data

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kuesioner, berisikan beberapa pertanyaan yang sudah disusun dengan baik dimana

responden hanya memberikan jawaban, untuk menentukan pemberian ASI

eksklusif atau tidak.

b. Kartu Menuju Sehat (KMS), berisikan data untuk mengukur status gizi anak.

c. Kuesioner Food Recall 24 Jam, yang akan dianalisis menggunakan software Nutri

Survey untuk mengetahui asupan kalori dan protein yang dikonsumsi oleh anak usia

7-18 bulan.

d. Kuesioner Frekuensi Sakit, untuk mengetahui frekuensi sakit dalam 3 bulan

terakhir.

4.5.2 Cara pengumpulan data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapatkan

langsung melalui proses wawancara kepada responden berupa proporsi ibu yang

memberikan ASI eksklusif atau tidak kepada anaknya, MP-ASI yang dikonsumsi oleh

balita, kejadian sakit dan data sekunder dikumpulkan melalui KMS anak usia 7-18

bulan di Puskesmas Pupuan I untuk mengetahui status gizinya.

Dalam pengumpulan data penelitian ada beberapa tahapan yang harus

dilakukan antara lain:

a. Mempersiapkan panduan wawancara.

b. Panduan wawancara diuji coba dan disempurnakan.

c. Meminta persetujuan dari responden penelitian sesudah memberikan penjelasan

kepada responden bahwa wawancara dilakukan hanya untuk penelitian.


21

d. Apabila responden bersedia untuk diteliti, maka peneliti melanjutkan wawancara

dengan menggunakan panduan wawancara.

e. Apabila saat wawancara ditemukan responden yang tidak sesuai dengan kriteria

inklusi, maka responden tersebut akan diekslusi.

4.5.3 Cara pengolahan data

Data primer dan sekunder yang telah terkumpul diolah melalui beberapa tahapan

pengolahan yaitu sebagai berikut:

a. Editing

Proses ini bertujuan untuk memeriksa kelengkapan data yang diperoleh, pada tahap

ini peneliti harus memeriksa data mentah yang didapatkan dengan sangat teliti, jika

terdapat data yang kurang lengkap maka peneliti wajib melakukan pengumpulan

data ulang.

b. Coding

Pada tahap ini sajian data yang sudah lengkap akan diberi kode dan data yang

awalnya tersaji dalam bentuk kalimat selanjutnya dirubah ke dalam bentuk angka.

c. Tabulating

Pada tahap ketiga data dikelompokan dan dimasukan ke dalam tabel-tabel sesuai

dengan tujuan penelitian.

d. Entry Data

Tahap terakhir adalah memproses data yang sudah diperoleh menggunakan

komputerisasi.
22

4.6 Analisis Data

4.6.1 Analisis univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari

karakteristik ibu sebagai responden dan karakteristik anak usia 7-18 bulan seperti, usia

ibu, pendidikan terakhir ibu, pekerjaan ibu, usia anak, jenis kelamin, pemberian asi,

asupan kalori, asupan protein, kejadian sakit dan status gizi anak usia 7-18 bulan.

4.6.2 Analisis bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara masing-masing variabel

bebas (pemberian ASI eksklusif) dan variabel perancu (asupan kalori, asupan protein,

kejadian sakit) dengan variabel tergantung (status gizi anak usia 7-18 bulan). Analisis

data dilakukan dengan uji chi-square, kemudian dilihat kemaknaannya berdasarkan

nilai p. Hubungan antar variabel yang memiliki nilai kemaknaan kurang dari 0,25

selanjutnya dianalisis menggunakan analisis multivariat.

4.6.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan dengan uji regresi logistik menggunakan metode Enter

karena data pada penelitian ini berupa kategorikal. Tujuan analisis multivariat adalah

untuk mengetahui hubungan kemaknaan dan adanya pengaruh antara variabel bebas

(pemberian ASI eksklusif) dengan variabel tergantung (status gizi anak usia 7-18

bulan) setelah variabel perancu (asupan kalori, asupan protein, kejadian sakit) yang

memiliki diikutkan dalam analisis.


BAB V

HASIL PENELITIAN

Responden pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia 7-18 bulan di

wilayah kerja Puskemas Pupuan I, yang meliputi Desa Pujungan, Desa Pajahan, Desa

Betungsel dan Desa Pupuan. Jumlah responden adalah 140 orang. Pengambilan data

dari responden dilakukan dengan langsung berkunjung ke rumah responden yang

terpilih. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan cara univariat,

bivariat dan multivariat menurut kepentingan masing-masing.

5.1 Karakteristik Ibu sebagai Responden dan Anak Balitanya

Gambaran distribusi frekuensi variabel-variabel karakteristik ibu sebagai responden

dan anak balitanya yang berusia 7-18 bulan didapatkan melalui analisis univariat. Hasil

analisis univariat dicantumkan pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3 Karakteristik Ibu Sebagai Responden Penelitian (n=140)


Variabel Frekuensi Persentase (%)
Usia
16-20 tahun 23 16.4
21-25 tahun 54 38.6
26-30 tahun 36 25.7
31-35 tahun 16 11.4
36-40 tahun 11 7.9
Pendidikan Terakhir
SD 19 13.6
SMP 44 31.4
SMA 50 35.7
Perguruan Tinggi 27 19.3
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 36 25.7
Pegawai Swasta 63 45.0
Pegawai Negeri Sipil 24 17.1
Wiraswasta 17 12.1

23
24

Tabel 3 menunjukkan usia responden terbanyak berada pada kelompok usia

21-25 tahun yaitu 54 orang (38,6%) dan yang terendah berada pada kelompok usia 36-

40 tahun yaitu sebanyak 11 orang (7,9%). Pendidikan terakhir responden terbanyak

adalah jenjang SMA sebanyak 50 orang (35,7%) dan jumlah responden dengan jenjang

pendidikan SD adalah terendah yaitu sebanyak 19 orang (13,6%). Sebagian besar

responden yaitu 63 orang (45%) bekerja sebagai pegawai swasta, dan paling sedikit

yaitu 17 orang (12,1%) bekerja sebagai wiraswasta.

Tabel 4 Karakteristik Anak Usia 7-18 Bulan Berdasarkan Informasi dari Responden
(n=140)
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Usia
7-10 bulan 39 27.9
11-14 bulan 44 31.4
15-18 bulan 57 40.7
Jenis Kelamin
Laki-laki 72 51.4
Perempuan 68 48.6
Pemberian ASI
Non ASI Eksklusif 70 50.0
ASI Eksklusif 70 50.0
Asupan Kalori
Kurang 51 36.4
Cukup 89 63.6
Asupan Protein
Kurang 50 35.7
Cukup 90 64.3
Kejadian Sakit
Sakit 57 40.7
Tidak Sakit 83 59.3
Status Gizi
Gizi Kurang/Buruk 25 17.9
Gizi Baik 115 82.1

Tabel 4 menunjukkan dari 140 balita berusia 7-18 bulan, kelompok usia 15-18

bulan berjumlah paling banyak yaitu 57 orang (40,7%) dan kelompok usia 7-10 bulan

paling sedikit yaitu 39 orang (27,9%). Jumlah balita laki-laki lebih banyak yaitu 72
25

orang (51,4%), dibandingkan dengan perempuan yaitu 68 orang (48,6%). Balita yang

diberikan ASI eksklusif dan non ASI eksklusif berjumlah sama yaitu 70 orang (50%).

Jumlah balita yang mendapatkan asupan kalori kurang adalah 51 orang (36,4%),

sedangkan yang mendapatkan asupan kalori cukup berjumlah lebih banyak yaitu 89

orang (63,6%). Balita yang asupan proteinnya kurang berjumlah lebih sedikit yaitu 50

orang (35,7%), dibandingkan dengan yang mendapatkan asupan protein cukup yaitu

90 orang (64,3%). Balita yang pernah menderita sakit (diare dan ISPA) dalam 3 bulan

terakhir berjumlah 57 orang (40,7%), sedangkan yang tidak mengalami sakit

berjumlah 83 orang (59,3%). Dilihat dari status gizi, proporsi balita yang menderita

gizi kurang/buruk sebanyak 17,9%, sedangkan proporsi gizi baik sebanyak 82,1%.

5.2 Hubungan antara Pemberian ASI dengan Status Gizi pada Anak

Variabel pemberian ASI pada balita dibagi menjadi dua kelompok yaitu non ASI

eksklusif dan ASI eksklusif yang selanjutnya dihubungkan dengan status gizi balita.

Hasil analisis bivariat akan disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5 Hubungan antara Pemberian ASI dengan Status Gizi Anak


Status Gizi
Pemberian ASI Gizi Gizi Baik Total p
Kurang/Buruk
Non ASI Eksklusif 17 (24,3%) 53 (75,7%) 70
0,047
ASI Eksklusif 8 (11,4%) 62 (88,6%) 70
Total 25 (17,9%) 115 (82,1%) 140
OR = 2,50 (CI 95%)

Tabel 5 menunjukkan angka kejadian gizi kurang/buruk sebanyak 17 kasus

(24,3%) pada kelompok yang tidak mendapatkan ASI eksklusif (non ASI eksklusif),

sedangkan kejadian gizi kurang/buruk di kelompok yang mendapatkan ASI eksklusif

berjumlah 8 kasus (11,4%). Uji statistik dengan meggunakan chi-square menunjukkan


26

bahwa pemberian ASI eksklusif memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi

anak usia 7-18 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pupuan I pada tahun 2017 (p <

0,05). Nilai OR yang diperoleh sebesar 2,5 menunjukkan bahwa pemberian non ASI

eksklusif berisiko terhadap kejadian gizi kurang/buruk 2,5 kali lebih besar

dibandingkan dengan pemberian ASI eksklusif.

5.3 Hubungan antara Asupan Kalori dengan Status Gizi pada Anak

Asupan kalori pada balita dibagi menjadi dua kelompok yaitu asupan kalori kurang

dan asupan kalori cukup, yang selanjutnya dihubungkan dengan status gizi balita.

Hasil analisis bivariat disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Hubungan antara Asupan Kalori dengan Status Gizi pada Anak
Status Gizi
Asupan Kalori Gizi Total p
Gizi Baik
Kurang/Buruk
Kurang 16 (31,4%) 35 (68,6%) 51
Cukup 9 (10,1%) 80 (89,9%) 89 0,002
Total 25 (17,9%) 115 (82,1%) 140
OR = 4,06 (CI=95%)

Tabel 6 menunjukkan kejadian gizi kurang/buruk lebih banyak terjadi pada

kelompok balita yang memiliki asupan kalori kurang yaitu sebanyak 16 kasus (31,4%)

dibandingkan dengan kelompok yang asupan kalorinya cukup yaitu sebanyak 9 kasus

(10,1%). Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square menunjukkan bahwa

asupan kalori memiliki hubungan yang bermakna dengan status gizi anak usia 7-18

bulan di wilayah kerja Puskesmas Pupuan I pada tahun 2017 (p < 0,05). Nilai OR 4,06

yang menyatakan bahwa balita yang asupan kalorinya kurang berisiko 4,06 kali lebih

besar menderita gizi kurang/buruk dibandingkan balita yang asupan kalorinya cukup.
27

5.4 Hubungan antara Asupan Protein dengan Status Gizi pada Anak

Asupan protein pada balita yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok yaitu asupan

protein kurang dan cukup yang selanjutnya dihubungkan dengan status gizi balita.

Hasil analisis disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Hubungan antara Asupan Protein dengan Status Gizi pada Anak
Status Gizi
Asupan Protein Gizi Total P
Gizi Baik
Kurang/Buruk
Kurang 16 (32%) 34 (68%) 50
Cukup 9 (10%) 81 (90%) 90 0,001
Total 25 (17,9%) 115 (82,1%) 140
OR = 4,23 (CI = 95%)

Tabel 7 menunjukkan kejadian gizi kurang/buruk lebih banyak terjadi pada

kelompok yang memiliki asupan protein kurang yaitu sebanyak 16 kasus (32%)

dibandingkan dengan kelompok yang asupan proteinnya cukup yaitu sebanyak 9 kasus

(10%). Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square menunjukkan bahwa

asupan protein memiliki hubungan yang bermakna dengan status gizi anak usia 7-18

bulan di wilayah kerja Puskesmas Pupuan I pada tahun 2017 (p < 0,05). Nilai OR

sebesar 4,23 menunjukkan bahwa balita yang asupan proteinnya kurang berisiko 4,23

kali lebih besar menderita gizi kurang/buruk dibandingkan balita yang asupan

proteinnya cukup.

5.5 Hubungan antara Kejadian Sakit dengan Status Gizi pada Anak

Kejadian sakit (diare dan ISPA) pada balita digolongkan menjadi dua kelompok yaitu

sakit dan tidak sakit yang selanjutnya dihubungkan dengan status gizi balita. Hasil

analisis ditampilkan pada Tabel 8.


28

Tabel 8 Hubungan antara Kejadian Sakit dengan Status Gizi pada Anak
Kejadian Sakit Status Gizi
Gizi Gizi Baik Total P
Kurang/Buruk
Sakit 15 (26,3%) 42 (73,7%) 57
Tidak Sakit 10 (12%) 73 (88%) 83 0,030
Total 25 (17,9%) 115 (82,1%) 140
OR = 2,60 (CI = 95%)

Tabel 5.2.4 menunjukkan angka kejadian gizi kurang/buruk sebanyak 15 kasus

(26,3%) pada kelompok sakit , sedangkan angka kejadian di kelompok yang tidak sakit

berjumlah 10 kasus (12%). Uji statistik dengan chi-square menunjukkan bahwa

kejadian sakit berpengaruh secara bermakna terhadap status gizi anak usia 7-18 bulan

di wilayah kerja Puskesmas Pupuan I pada tahun 2017 (p < 0,05). Nilai OR sebesar

2,60 menunjukkan bahwa sakit berisiko 2,6 kali lebih besar terhadap kejadian gizi

kurang/buruk dibandingkan dengan kelompok balita yang tidak mengalami sakit.

5.6 Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif, Asupan Kalori, Asupan

Protein dan Kejadian Sakit dengan Status Gizi pada Anak

Untuk mengetahui pengaruh variabel perancu (asupan kalori, protein dan kejadian

sakit) terhadap hubungan antara variabel bebas (pemberian ASI eksklusif) dengan

variabel tergantung (status gizi anak usia 7-18 bulan) dilakukam analisis multivariat.

Uji statistik yang digunakan pada analisis multivariat adalah uji regresi logistik dengan

hasil berupa nilai p, OR (odd ratio) dan CI (confident interval). Uji regresi logistik

dipilih karena variabel yang diteliti merupakan variabel berjenis kategorikal, artinya

memiliki dua variasi yang berbeda.

Sebelum dilakukan analisis multivariat variabel diseleksi terlebih dahulu

menggunakan analisis bivariat. Variabel yang dianalisis multivariat adalah variabel

yang memiliki nilai p ≤ 0,25 pada analisis bivariat. Sedangkan yang memiliki nilai p
29

> 0,25 tidak diikutkan dalam analisis multivariat. Hasil analisis multivariat antara

hubungan variabel bebas (pemberian ASI ekslusif) dan perancu (asupan kalori, asupan

protein, kejadian sakit) dengan variabel terikat (status gizi anak usia 7-18 bulan) dapat

dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif, Asupan Kalori, Asupan Protein
dan Kejadian Sakit dengan Status Gizi pada Anak
95% C.I.for EXP(B)
Variabel P OR Lower Upper
Pemberian ASI 0,030* 3,005 1,113 8,116
Asupan Kalori 0,035* 2,967 1,082 8,140
Asupan Protein 0,039* 2,895 1,057 7,933
Kejadian Sakit 0,114 2,178 ,830 5,713
Ket *: p < 0,05

Tabel 9 menunjukkan tiga variabel yang memiliki nilai p < 0,05 yaitu

pemberian ASI, asupan kalori dan asupan protein. Sedangkan nilai p pada kejadian

sakit > 0,05, yang berarti kejadian sakit tidak berhubungan secara signifikan dengan

status gizi dibandingkan variabel lainnya. Dari hasil analisis multivariat dapat

disimpulkan ada tiga variabel yang berpengaruh terhadap status gizi yaitu pemberian

ASI, asupan kalori dan asupan protein (p < 0,05). Kekuatan hubungan antar variabel

dari yang terbesar ke yang terkecil adalah pemberian ASI (OR = 3.005; CI 95% =

1,113-8,116), asupan kalori (OR = 2,967; CI 95% = 1,082-8,140) dan asupan protein

(OR = 2,896; CI 95% = 1,057-7,933).


BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi pada

Anak Usia 7-18 Bulan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui pemberian ASI eksklusif mempunyai

hubungan yang signifikan dengan status gizi anak usia 7-18 bulan. Selain itu

pemberian ASI eksklusif mempunyai pengaruh terhadap status gizi balita, anak yang

tidak mendapatkan ASI eksklusif (non ASI eksklusif) berisiko 2,50 kali lebih besar

menderita gizi kurang/buruk dibandingkan anak yang mendapatkan ASI eksklusif (p

= 0,047; OR = 2,50).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti

(2009), yang memperoleh nilai OR (odd ratio) 0,49 yang berarti bayi yang diberikan

ASI eksklusif mempunyai risiko 0,49 kali menderita gizi kurang dibandingkan bayi

yang tidak mendapatkan ASI eksklusif yaitu hampir 2 kali lebih besar berisiko

menderita gizi kurang. Penelitian lain yang dilakukan oleh Giri et al. (2013), juga

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian ASI

eksklusif dengan status gizi balita (p = 0,000). Penelitian ini juga didukung oleh hasil

penelitian Fitri et al. (2014), bahwa pertumbuhan normal banyak ditemukan pada bayi

yang diberikan ASI eksklusif dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI

eksklusif (OR = 1,62). Disimpulkan pemberian ASI eksklusif mempengaruhi

pertumbuhan bayi, dimana bayi yang mendapatkan ASI eksklusif berpeluang

mengalami pertumbuhan normal 1,62 kali lebih besar dibandingkan bayi yang tidak

diberikan ASI eksklusif.

30
31

ASI merupakan makanan yang memenuhi semua unsur kebutuhan bayi

(Lestari et al., 2013). Nutrisi yang terkandung di dalam ASI mencakup zat gizi yang

lengkap, faktor kekebalan dan pertumbuhan, hormon, anti alergi dan anti inflamasi.

Pertumbuhan bayi yang mendapatkan ASI sebagian besar normal terutama bayi yang

mendapatkan ASI eksklusif (Nilakesuma, 2015). Hal tersebut disebabkan karena

kandungan nutrisi yang terdapat pada ASI sudah dapat memenuhi kebutuhan bayi

untuk mencapai pertumbuhan yang normal sampai berusia 6 bulan (Fitri et al., 2014).

6.2 Hubungan antara Asupan Kalori dengan Status Gizi pada Anak Usia 7-

18 Bulan

Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa asupan kalori memiliki hubungan yang

signifikan dengan status gizi pada anak usia 7-18 bulan. Hal ini sesuai dengan hasil

analisis bivariat yang menunjukkan bahwa anak yang asupan kalorinya kurang

memiliki risiko 4,06 kali lebih besar menderita gizi kurang/buruk dibandingkan anak

yang asupan kalorinya cukup (p = 0,002; OR = 4,06). Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Sulistya & Sunarto (2013), yang menyatakan bahwa balita dengan

asupan kalori yang kurang, berisiko 14,4 kali lebih besar untuk memiliki status gizi

kurang dibandingkan dengan balita dengan asupan kalori cukup. Penelitian ini juga

sejalan dengan penelitian Susanty et al. (2012), yang menyatakan konsumsi kalori

memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian gizi buruk dan merupakan salah

satu faktor risiko terjadinya kejadian gagal tumbuh dengan hasil OR = 21. Penelitian

ini juga sesuai dengan hasil penelitian oleh Rusminingsih (2010), yang menyatakan

bahwa anak dengan tingkat konsumsi energi rendah berisiko 4 kali lebih besar

mengalami gizi buruk dibandingkan dengan anak yang konsumsi energinya cukup.
32

Dampak gizi kurang/buruk yang timbul akibat kurangnya asupan kalori

dikarenakan asupan kalori memberikan pengaruh terhadap ketersediaan zat gizi

lainnya seperti protein, karbohidrat dan lemak yang merupakan sumber energi lain.

Pada balita yang mengalami penurunan ketersediaan zat gizi akan berdampak pada

status gizi dan gangguan pertumbuhan (Muchlis et al., 2011).

6.3 Hubungan antara Asupan Protein dengan Status Gizi pada Anak Usia 7-

18 Bulan

Hasil lain pada penelitian ini menunjukkan bahwa asupan protein memiliki hubungan

yang signifikan dengan status gizi anak usia 7-18 bulan (p = 0,001; OR = 4,23).

Ditinjau dari nilai OR pada analisis bivariat, anak yang asupan proteinnya kurang

memiliki risiko 4,23 kali lebih besar menderita gizi kurang/buruk dibandingkan anak

yang asupan proteinnya cukup. Temuan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Pratiwi dan Setyawati (2014), yang menyatakan bahwa anak dengan asupan

protein kurang berisiko 11,5 kali mengalami gizi kurang dan gangguan pertumbuhan

(p = 0,007). Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Fatimah et al. (2008), dari

total 18 orang anak yang memiliki status gizi kurang, terdapat 16 orang (88%)

memiliki asupan protein yang kurang.

Pada saat tubuh kehilangan kalori sebagai sumber energi maka tubuh akan

menggunakan protein untuk membentuk energi dan menurunkan fungsi utamanya

sebagai zat pembangun. Apabila asupan protein kurang maka cadangan energi tidak

tersedia saat tubuh kehilangan kalori, hal tersebut menyebabkan kerusakan jaringan

dan gangguan pertumbuhan. Salah satu penyebab gangguan pertumbuhan yang

dimaksud adalah status gizi kurang maupun buruk (Muchlis et al., 2011).
33

6.4 Hubungan antara Kejadian Sakit dengan Status Gizi pada Anak Usia 7-

18 Bulan

Berdasarkan hasil analisis bivariat, ditemukan bahwa kejadian sakit mempunyai

hubungan yang signifikan dengan status gizi anak (p = 0,030; OR = 2,60). Hasil

tersebut juga menunjukkan bahwa kejadian sakit mempunyai pengaruh terhadap status

gizi anak usia 7-18 bulan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hardjito et al. (2011), yang menyatakan kejadian sakit mempunyai hubungan yang

signifikan terhadap status gizi balita (p = 0,003). Penelitian lain yang sejalan dengan

penelitian ini dilakukan oleh Surioka et al. (2011) yang menyatakan balita dengan

status gizi normal sebagian besar (86,67%) tidak menderita sakit infeksi dalam kurun

waktu 3 bulan terakhir. Sedangkan balita dengan gangguan pertumbuhan (gizi

kurang/buruk) sebagian besar menderita sakit dalam 3 bulan terakhir yaitu sebanyak

73,3%(p = 0,000). Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan

Chandra & Tresna (2016) yang menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara

kejadian sakit dengan status gizi balita (p = 0,025; OR=5,41). Hal tersebut juga

menunjukkan bahwa balita yang memiliki riwayat sakit infeksi berisiko 5,41 kali lebih

besar menderita gizi buruk dibandingkan kelompok balita yang tidak memiliki riwayat

sakit.

Penyakit infeksi (diare dan ISPA) dapat menyebabkan penurunan nafsu makan,

sehingga pada balita yang mempunyai riwayat penyakit infeksi cenderung mengalami

defisiensi energi, protein, dan gizi lainnya yang berdampak pada penurunan status gizi

(Chandra & Tresna, 2016).


34

6.5 Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif, Asupan Kalori, Asupan

Protein dan Kejadian Sakit dengan Status Gizi pada Anak Usia 7-18 Bulan

Berdasarkan hasil analisis multivariat, terdapat tiga variabel yang memiliki nilai p <

0,05 yaitu pemberian ASI eksklusif, asupan kalori dan asupan protein. Pemberian ASI

eksklusif mempunyai hubungan paling signifikan dibandingkan variabel perancu

lainnya dengan status gizi anak usia 7-18 bulan (p = 0,030). Diketahui pemberian ASI

eksklusif juga mempunyai pengaruh paling besar (OR = 3,005; CI 95% = 1,113-8,116)

terhadap status gizi anak usia 7-18 bulan dibandingkan dengan asupan kalori (OR =

2,967; CI 95% = 1,082-8,140) dan asupan protein (OR = 2,895; CI 95% = 1,057-7,933)

sesuai yang ditunjukan pada hasil analisis multivariat (Tabel 9). Analisis multivariat

menunjukkan anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif (non ASI eksklusif)

berisiko 3,005 kali lebih besar menderita gizi kurang/buruk dibandingkan anak yang

mendapatkan ASI eksklusif. Hasil yang diperoleh sesuai dengan hipotesis yang

menyatakan bahwa pemberian ASI eksklusif memiliki hubungan yang bermakna

secara statistik dengan status gizi anak usia 7-18 bulan. Selain didapatkannya tiga

hubungan variabel yang bermakna, pada analisis mulivariat diperoleh variabel

kejadian sakit menunjukkan hubungan yang tidak bermakna dengan status gizi anak

(p > 0,05).

Penelitian ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Yogi (2013), yang

menyatakan bahwa pemberian ASI memiliki hubungan paling bermakna dan pengaruh

paling kuat (p = 0,000; OR = 8,09) dengan status gizi balita dibandingkan pola

pemberian MP-ASI, asupan kalori dan riwayat sakit. Hasil berbeda didapatkan pada

variabel kejadian sakit, dalam penelitian tersebut riwayat penyakit infeksi (diare dan

ISPA) dalam kurun waktu 3 bulan terakhir memiliki hubungan yang signifikan dengan
35

status gizi balita (p = 0,001). Menurut asumsi peneliti perbedaan hasil yang diperoleh

terjadi karena perbedaan teknik sampling dan usia balita.

6.6 Keterbatasan Penelitian

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui wawancara dengan

menggunakan kuesioner yang terbatas pada ingatan ibu sebagai responden, sehingga

peneliti tidak mengamati sampel secara langsung. Pengambilan data jenis-jenis

makanan yang dikonsumsi anak usia 7-18 bulan melalui food recall hanya sebatas

perkiraan porsi dari ibu sehingga jumlah asupan kalori dan protein yang didapatkan

kemungkinan kurang akurat, walaupun dalam pengambilan data sudah dilakukan

secermat mungkin.
BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian dalam pembahasan dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Proporsi anak usia 7-18 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pupuan I pada

tahun 2017 yang mendapakan ASI eksklusif berjumlah 70 orang (50%) dari

total anak yang berjumlah 140 orang.

2. Anak usia 7-18 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pupuan I yang mengalami

gizi kurang/buruk pada tahun 2017 sebanyak 25 orang (17,9%), sedangkan

balita dengan gizi baik berjumlah 115 orang (82,1%).

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan

status gizi pada anak usia 7-18 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pupuan I

(p = 0,030), serta anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif 3,005 kali

lebih berisiko menderita gizi kurang/buruk dibandingkan anak yang

mendapatkan ASI eksklusif.

7.2 Saran

7.2.1 Kepada petugas kesehatan

Dalam menghadapi kasus gizi kurang/buruk, dokter dan petugas kesehatan

lainnya di wilayah kerja Puskesmas diharapkan memperhatikan beberapa faktor risiko,

terutama proses pemberian ASI eksklusif. Kedepannya dapat dijadikan bahan edukasi

36
37

kepada masyarakat terutama ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan tentang pentingnya

pemberian ASI eksklusif untuk mencegah kejadian gizi kurang/buruk.

7.2.2 Kepada masyarakat

Masyarakat khususnya yang memiliki bayi diharapkan menerapkan proses

pemberian ASI eksklusif. ASI merupakan makanan yang penting bagi bayi usia 0-6

bulan, karena ASI mengandung komponen-komponen penting yang dapat memenuhi

nutrisinya sehingga dapat mencegah terjadinya kejadian gizi kurang/buruk.

7.2.3 Kepada peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian berikutnya

tentang faktor lain yang mempengaruhi status gizi pada anak. Penelitian selanjutnya

diharapkan menggunakan metode penelitian yang berbeda, jumlah sampel yang lebih

banyak, rentangan usia sampel yang berbeda dan jangka waktu yang lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsif dasar ilmu gizi. Jakarta. Gramedia Cetakan: 9; 34.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2013. Penelitian

dan pengembangan kesehatan Departemen Kesehatan RI. Badan Litbangkes RI 2012.

Viewed 25 oktober 2013, from: http://www.dinkes.jabarprov.go.id/

Chandra Dewi IAK, Tresna Adhi K. 2016. Pengaruh konsumsi protein dan seng serta

riwayat penyakit infeksi terhadap kejadian stunting pada anak balita umur 24-59 bulan

di wilayah kerja Puskesmas Nusa Penida III [skripsi]. Bali (Indonesia): Archive of

Community Health, Universitas Udayana.

Departemen Kesehatan (Depkes) RI. 2012. Pedoman umum pemberian makanan

pendamping air susu ibu (MP-ASI) lokal Tahun 2006. Viewed 6 Oktober 2013 from:

http://gizi.depkes.go.id/asi/Pedoman%20MPASI%

Diana FM. 2006. Hubungan pola asuh dengan status gizi anak batita di Kecamatan

Kuranji Kelurahan Pasar Ambacang Kota Padang Tahun 2004. Jurnal Kesehatan

Masyarakat Andalas; 1; 19-23.

Fatimah S, Nurhidayat I, Rakhmawati W. 2008. Faktor yang berkontribusi terhadap

status gizi pada Balita. Jurnal Penelitian Universitas Padjadjaran: 3(5); 1-40.

38
39

Fitri DI, Chundrayetti E, Semiarti R. 2014. Hubungan pemberian ASI dengan tumbuh

kembang bayi umur 6 bulan di Puskesmas Nanggalo. Jurnal Kesehatan Andalas: 3(2);

136-140.

Giri MKW, Muliarta IW, Dewi Sri Wahyuni NP. 2013. Hubungan pemberian ASI

eksklusif dengan status gizi balita usia 6-24 bulan di Kampung Kajanan, Buleleng. JST

(Jurnal Sains dan Teknologi): 2(1); 120-125.

Hardjito K., Wahjurini PH, Wahyu LW. 2011. Hubungan pemberian ASI eksklusif

dengan frekuensi kejadian sakit pada bayi usia 6-12 bulan di desa jugo keamatan mojo

kabupaten kediri [tesis]. Yogyakarta (Indonesia): Program Pasca Sarjana, Universitas

Gajah Mada.

Jafar N. 2011. Asi eksklusif [artikel ilmiah]. Makassar (Indonesia): Scientific Seminar

Studies Program Faculty of Public Health.

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Riskesdas 2013

: 209-217.

Lestari, Desfi, Reni Zuraida, Larasati TA. 2013. Hubungan tingkat pengetahuan ibu

tentang air susu ibu dan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di kelurahan

Fajar Bulan. Jurnal Majority: 2(4); 88-99.


40

Muchina E, Waithaka P. 2010. Relationship between breastfeeding practices and

nutritional status of children aged 0-24 months in Nairobi, Kenya. African Journal of

Food, Agriculture, Nutrition and Development: 10(4); 2358-2378.

Muchlis N, Hadju V, Jafar N. 2011. Hubungan asupan enrgi dan protein dengan status

gizi balita di Kelurahan Tamamaung. Jurnal Studi Ilmu Gizi Universitas Hasanuddin

Makassar: 6(1); 1-8.

Nilakesuma, Aisyah, Yusri Dianne Jurnalis, Selfi Renita Rusjdi. 2015. Hubungan

status gizi bayi dengan pemberian ASI ekslusif, tingkat pendidikan ibu dan status

ekonomi keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Pasir. Jurnal Kesehatan

Andalas: 4(1); 37-44.

Nurcahyo K, Briawan D. 2010. Konsumsi pangan, penyakit infeksi, dan status gizi

anak balita pasca perawatan gizi buruk. Jurnal Gizi dan Pangan: 5; 164-170.

Pratiwi HL, Setyawati VA. 2014. Hubungan asupan kalori dan protein dengan status

gizi anak usia 1-5 tahun di Kabupaten Jepara Tahun 2014. Jurnal Universitas

Semarang: 1(2); 1-11.

Pujiyanti S. 2008. Pengaruh pemberian air susu ibu (ASI), Konsumsi zat gizi, dan

kelengkapan kartu menuju sehat (KMS) terhadap status gizi bayi. Jurnal Gizi dan

Pangan: 3; 24-29.
41

Purwaningrum S, Wardani Y. 2013. Hubungan antara asupan makanan dan status

kesadaran gizi keluarga dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sewon

I, Bantul. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health): 6(3); 190-202.

Purwanti H S. 2004. Konsep penerapan ASI eksklusif [skripsi]. EGC. Makassar

(Indonesia): Universitas Hasanuddin.

Puspitasari S, Pujiastuti W. 2015. Hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap status

gizi pada bayi usia 7-8 bulan Di Wilayah Puskesmas Tlogomulyo, Kabupaten

Temanggung Tahun 2014. Jurnal Kebidanan: 4; 62-69.

Ratnaningsih E. 2011. Hubungan pemberian ASI eksklusif dan makanan pendamping

ASI terhadap status gizi bayi 6-12 bulan. Jurnal Kebidanan Pantiwilasa: 2(1); 1-7.

Rusminingsih. 2010. Perbedaan pola konsumsi (energi, protein, seng dan vitamin a)

dan frekuensi sakit pada anak balita dengan status gizi kurang dan normal di Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Klungkung I Kabupaten Klungkung [skripsi]. Denpasar

(Indonesia): Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas Udayana.

Sulistya H, Sunarto. 2013. Hubungan tingkat asupan energi dan protein dengan

kejadian gizi kurang anak usia 2-5 tahun. Jurnal Universitas Muhammadiyah

Semarang: 2(1); 25-30.

Supariasa I, Bakri B, Fajar I. 2001. Penilaian status gizi. Jakarta. Buku Kedokteran,

EGC: 17-82.
42

Surioka IP, Kusumajaya AA, Larasati N. 2011. Pengaruh energi, protein, vitamin dan

frekuensi sakit karena infeksi terhadap status gizi pada balita. Jurnal Ilmu Gizi

Indonesia: 1(2); 97-104.

Susanti N. 2011. Peran ibu menyusui yang bekerja dalam pemberian ASI eksklusif

bagi bayinya. EGALITA : 6(2); 165-176.

Susanty M, Kartika M, Hadju V, Alharin S. 2012. The correlation of patterns of

breastfeeding and complementary feeding with maltnutrition at children 6-24 months

in Makassar. Jurnal Media Gizi Indonesia: 1(2); 97-104.

Susilaningsih TI. 2013. Gambaran pemberian ASI eksklusif bayi 0-6 bulan di Wilayah

Puskesmas Samigaluh II Tahun 2013. Ejurnal Litbang: 4(2); 81-89.

WHO. 2014. Definition of health in the WHO Official Languades. Collaborating

Center, University of Pittsbrug : World Health Organization.

WHO. 2015. Nutrition status. Regional office for South-East Asia : World Health

Organization.

Widyastuti E. 2009. Hubungan riwayat pemberian asi dengan status gizi bayi usia 6-

24 bulan. Jurnal Kesehatan Andalas: 11; 120-131.


43

Yogi E. 2013. Pengaruh pola pemberian ASI dan pola makanan pendamping ASI

terhadap status gizi bayi usia 6-12 bulan. Jurnal Delima Harapan: 2(1); 14-18.

Yuliarti N. 2010. Keajaiban ASI sebagai makanan terbaik untuk kesehatan, kecerdasan

dan kelincahan si kecil [skripsi]. Malang: Universitas Brawijaya.


LAMPIRAN

44
49

YAYASAN KESEJAHTERAAN KORPRI PROVINSI BALI FAK. KEDOKTERAN & ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS
WARMADEWA
Bermutu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan
Web : http//www.kedokteran-warmadewa.ac.id, e-mail : pspd_warmadewa@yahoo.co.id
Sekretariat : Jl. Terompong No.24 Denpasar (80235) Telp: 240727, Fax.264555

INFORMED CONSENT

Saat ini saya, I Gusti Putu Wahyu Eka Nugraha mahasiswa semester V
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa sedang
melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Pemberian ASI Eksklusif
dengan Status Gizi Anak Usia 7-18 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pupuan
I”.
Untuk kepentingan pengumpulan data pada penelitian ini, saya mohon
kesediaan anda untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan dalam kuesioner ini
dengan benar dan sejujur – jujurnya. Seluruh data yang terdapat dalam kuesioner
ini bersifat rahasia dan hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian saja.
Setelah memahami penjelasan yang berkaitan dengan penelitian ini, maka
saya mohon anda untuk mengisi tanda tangan dibawah ini sebagai tanda
persetujuan menjadi responden. Saya mengharapkan anda dapat berpartisipasi
dalam penelitian ini, keikutsertaan anda dalam penelitian ini akan memberikan
sumbangan besar bagi ilmu pengetahuan. Demikian lembar persetujuan ini
dibuat untuk dipergunakan sebaik-baiknya. Akhir kata saya ucapkan
terimakasih atas kesediaan anda ikut serta dalam penelitian ini.

Denpasar,……………………………….2017
Peneliti Responden

(I Gusti Putu Wahyu Eka Nugraha) ( )


50

Kuesioner Pemberian ASI Eksklusif

Petunjuk pengisian :
1. Memberikan jawaban dengan mengisi tanda silang (x) sesuai dengan jawaban yang
diberikan oleh responden.
2. Mengisi kotak yang kosong sesuai informasi yang didapatkan dari responden.
3. Responden diharapkan memberikan jawaban dengan jujur sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
Kode sampel :
Tanggal :
Alamat :
Pewawancara : I Gusti Putu Wahyu Eka Nugraha

A. Identitas Ibu
1. Nama ibu :
2. Usia ibu :
3. Pendidikan terakhir ibu : a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. S1
f. Lain-lain…
4. Pekerjaan ibu :
5. Jumlah anak :
6. No. Telp :
B. Identitas Anak
1. Nama anak :
2. Tgl lahir/usia :
3. Berat badan (BB) :
4. Panjang badan(PB) :
5. Jenis kelamin :
(1) Laki-laki (2) Perempuan
6. Jumlah saudara kandung dalam keluarga :
(1) Tidak ada (2) Ada, sebutkan
51

NO PERTANYAAN
1. Apakah ibu hanya memberikan ASI kepada bayi ibu sejak
lahir sampai berusia 6 bulan ?
(1) Ya, diberikan selesai, tidak perlu dilanjutkan ke
pertanyaan berikutnya
(2) Tidak lanjut ke nomor 2-10
2. Apakah sebelum bayi ibu berusia 6 bulan pernah diberikan
susu formula ?
(1) Ya, pernah diberikan susu formula
(2) Tidak pernah
3. Apakah ibu memberikan makanan tambahan berupa pisang
kepada bayi ibu saat berusia 0-6 bulan ?
(1) Ya, diberikan
(2) Tidak diberikan

4. Apakah ibu memberikan makanan tambahan berupa bubur


yang ibu buat sendiri untuk bayi ibu saat berusia 0-6 bulan ?
(1) Ya, diberikan
(2) Tidak diberikan

5. Apakah ibu memberikan makanan tambahan berupa bubur


dalam kemasan kepada bayi ibu saat berusia 0-6 bulan ?
(1) Ya, diberikan
(2) Tidak diberikan

6. Apakah ibu memberikan makanan tambahan berupa pepaya


kepada bayi ibu saat berusia 0-6 bulan ?
(1) Ya, diberikan
(2) Tidak diberikan
7. Apakah ibu memberikan makanan tambahan berupa madu
kepada bayi ibu saat berusia 0-6 bulan ?
(1) Ya, diberikan
(2) Tidak diberikan
8. Apakah ibu memberikan makanan tambahan berupa air tajin
kepada bayi ibu saat berusia 0-6 bulan ?
(1) Ya, diberikan
(2) Tidak diberikan
9. Apakah ibu memberikan minuman tambahan berupa air gula
kepada bayi ibu saat berusia 0-6 bulan ?
(1) Ya, diberikan
(2) Tidak diberikan
10. Apakah ibu memberikan makanan atau minuman tambahan
selain yang disebutkan diatas kepada bayi ibu saat berusia 0-6
bulan ?
52

(1) Jika ya, tolong disebutkan


 ……………
 ……………
 ……………
(2) Tidak
ASI Eksklusif ( ) Non ASI Eksklusif ( )
53

FOOD RECALL 24 HOURS


Nama Anak :
Usia :

Waktu Nama Bahan Jumlah Kandungan


Makanan Makanan Konsumsi
URT Berat Kalori Protein
Pagi

Jam :

Siang

Malam

Selingan

Total
Asupan kalori & protein berlebih/cukup ( )
Asupan kalori & protein kurang ( )
54

Kuesioner Frekuensi Sakit

No Pertanyaan

1 Apakah anak ibu pernah mengalami sakit dalam kurun waktu 3 bulan terakhir ?
(1) Ya lanjut ke pertanyaan berikutnya
(2) Tidak selesai.

2 Berapa kali anak ibu mengalami sakit dalam 3 bulan terakhir ?


(1) Lebih atau sama dengan 2 kali
(2) Kurang dari 2 kali
3 Apakah anak ibu dalam 3 bulan terakhir pernah mengalami diare ?
(1) Ya, pernah
(2) Tidak
4 Apakah anak ibu pernah mengalami gejala seperti demam, pilek, batuk, muntah-
muntah dan hidung tersumbat dalam 3 bulan terakhir ?
(1) Ya, pernah
(2) Tidak

Sakit ( )
Tidak Sakit ( )
55

Frequency Table

Usia Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 16-20 tahun 23 16.4 16.4 16.4

21-25 tahun 54 38.6 38.6 55.0

26-30 tahun 36 25.7 25.7 80.7

31-35 tahun 16 11.4 11.4 92.1

36-40 tahun 11 7.9 7.9 100.0

Total 140 100.0 100.0

Pekerjaan Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ibu Rumah Tangga 36 25.7 25.7 25.7

Pegawai Negeri Sipil (PNS) 24 17.1 17.1 42.9

Pegawai Swasta 63 45.0 45.0 87.9

Wiraswasta 17 12.1 12.1 100.0

Total 140 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 19 13.6 13.6 13.6

SMP 44 31.4 31.4 45.0

SMA 50 35.7 35.7 80.7

Perguruan Tinggi 27 19.3 19.3 100.0

Total 140 100.0 100.0


56

Frequency Table

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 7-10 bulan 39 27.9 27.9 27.9

11-14 bulan 44 31.4 31.4 59.3

15-18 bulan 57 40.7 40.7 100.0

Total 140 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 72 51.4 51.4 51.4

Perempuan 68 48.6 48.6 100.0

Total 140 100.0 100.0

Pemberian ASI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Non ASI Eksklusif 70 50.0 50.0 50.0

ASI Eksklusif 70 50.0 50.0 100.0

Total 140 100.0 100.0

Asupan Kalori

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Asupan Kalori Kurang 51 36.4 36.4 36.4

Asupan Kalori Cukup/Lebih 89 63.6 63.6 100.0

Total 140 100.0 100.0


57

Asupan Protein

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Asupan Protein Kurang 50 35.7 35.7 35.7

Asupan Protein Cukup/Lebih 90 64.3 64.3 100.0

Total 140 100.0 100.0

Frekuensi Sakit

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Sakit 57 40.7 40.7 40.7

Tidak Sakit 83 59.3 59.3 100.0

Total 140 100.0 100.0

Status Gizi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Gizi Kurang/Buruk 25 17.9 17.9 17.9

Gizi Baik 115 82.1 82.1 100.0

Total 140 100.0 100.0

Pemberian ASI * Status Gizi


Crosstab

Status Gizi

Gizi
Kurang/Buruk Gizi Baik Total

Pemberian ASI Non ASI Eksklusif Count 17 53 70

% within Pemberian ASI 24.3% 75.7% 100.0%

ASI Eksklusif Count 8 62 70

% within Pemberian ASI 11.4% 88.6% 100.0%


Total Count 25 115 140

% within Pemberian ASI 17.9% 82.1% 100.0%

Chi-Square Tests
58

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 3.944a 1 .047


Continuity Correctionb 3.117 1 .078
Likelihood Ratio 4.019 1 .045
Fisher's Exact Test .076 .038
Linear-by-Linear Association 3.916 1 .048
N of Valid Cases 140

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Pemberian


ASI (Non ASI Eksklusif / ASI 2.486 .994 6.218
Eksklusif)
For cohort Status Gizi = Gizi
2.125 .982 4.600
Kurang/Buruk
For cohort Status Gizi = Gizi
.855 .731 1.000
Baik
N of Valid Cases 140

Asupan Kalori * Status Gizi


Asupan Kalori * Status Gizi Crosstabulation

Status Gizi

Gizi
Kurang/Buruk Gizi Baik Total

Asupan Kalori Asupan Kalori Kurang Count 16 35 51

% within Asupan Kalori 31.4% 68.6% 100.0%

Asupan Kalori Cukup/Lebih Count 9 80 89

% within Asupan Kalori 10.1% 89.9% 100.0%


Total Count 25 115 140

% within Asupan Kalori 17.9% 82.1% 100.0%


59

Crosstab

Total
Asupan Kalori Asupan Kalori Kurang Count 51

% within Asupan Kalori 100.0%

Asupan Kalori Cukup/Lebih Count 89

% within Asupan Kalori 100.0%


Total Count 140

% within Asupan Kalori 100.0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 9.990a 1 .002


Continuity Correctionb 8.594 1 .003
Likelihood Ratio 9.630 1 .002
Fisher's Exact Test .003 .002
Linear-by-Linear Association 9.919 1 .002
N of Valid Cases 140

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.11.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Asupan


Kalori (Asupan Kalori Kurang
4.063 1.639 10.076
/ Asupan Kalori
Cukup/Lebih)
For cohort Status Gizi = Gizi
3.102 1.479 6.506
Kurang/Buruk
For cohort Status Gizi = Gizi
.763 .626 .931
Baik
N of Valid Cases 140
60

Asupan Protein * Status Gizi

Asupan Protein * Status Gizi Crosstabulation

Status Gizi

Gizi
Gizi Kurang/Buruk Baik Total

Asupan Protein Asupan Protein Kurang Count 16 34 50

% within Asupan
32.0% 68.0% 100.0%
Protein

Asupan Protein Count 9 81 90


Cukup/Lebih % within Asupan
10.0% 90.0% 100.0%
Protein
Total Count 25 115 140

% within Asupan
17.9% 82.1% 100.0%
Protein
Crosstab

Total

Asupan Protein Asupan Protein Kurang Count 50

% within Asupan Protein 100.0%

Asupan Protein Count 90


Cukup/Lebih % within Asupan Protein 100.0%
Total Count 140

% within Asupan Protein 100.0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 10.606a 1 .001


Continuity Correctionb 9.159 1 .002
Likelihood Ratio 10.180 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear Association 10.530 1 .001
N of Valid Cases 140

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.93.
b. Computed only for a 2x2 table
61

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Asupan


Protein (Asupan Protein
4.235 1.706 10.517
Kurang / Asupan Protein
Cukup/Lebih)
For cohort Status Gizi = Gizi
3.200 1.527 6.706
Kurang/Buruk
For cohort Status Gizi = Gizi
.756 .617 .925
Baik
N of Valid Cases 140

Frekuensi Sakit * Status Gizi


Crosstab

Status Gizi

Gizi
Kurang/Buruk Gizi Baik Total

Frekuensi Sakit Sakit Count 15 42 57

% within Frekuensi Sakit 26.3% 73.7% 100.0%

Tidak Sakit Count 10 73 83

% within Frekuensi Sakit 12.0% 88.0% 100.0%


Total Count 25 115 140

% within Frekuensi Sakit 17.9% 82.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 4.690a 1 .030


Continuity Correctionb 3.767 1 .052
Likelihood Ratio 4.611 1 .032
Fisher's Exact Test .042 .027
Linear-by-Linear Association 4.656 1 .031
N of Valid Cases 140

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.18.
b. Computed only for a 2x2 table
62

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Frekuensi


2.607 1.075 6.321
Sakit (Sakit / Tidak Sakit)
For cohort Status Gizi = Gizi
2.184 1.057 4.513
Kurang/Buruk
For cohort Status Gizi = Gizi
.838 .704 .997
Baik
N of Valid Cases 140

Multivariate

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a PemberianASI 1.100 .507 4.712 1 .030 3.005 1.113 8.116

AsupanKalori 1.088 .515 4.462 1 .035 2.967 1.082 8.140

AsupanProtein 1.063 .514 4.273 1 .039 2.895 1.057 7.933

FrekuensiSakit .778 .492 2.502 1 .114 2.178 .830 5.713

Constant -4.538 1.397 10.549 1 .001 .011

a. Variable(s) entered on step 1: PemberianASI, AsupanKalori, AsupanProtein, FrekuensiSakit.

Anda mungkin juga menyukai