Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang
terkait dengan kehamilan dan persalinan. 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih
dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan. Di
Indonesia, 2 orang ibu meninggal setiap jam karena kehamilan, persalinan dan nifas. Begitu
juga dengan kematian anak, di Indonesia setiap 20 menit anak usia di bawah 5 tahun
meninggal. Dengan kata lain 30.000 anak balita meninggal setiap hari dan 10,6 juta anak
balita meninggal setiap tahun. Sekitar 99 % dari kematian ibu dan balita terjadi di negara
miskin, terutama di Afrika dan Asia Selatan. Di dunia ini setiap menit seorang perempuan
meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. Dengan kata
lain, 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal
setiap tahun karena kehamilan dan persalinan. Sebagai perbandingan, angka kematian bayi di
negara maju seperti di Inggris saat ini sekitar 5 per 1.000 kelahiran hidup . Sebagian besar
kematian perempuan disebabkan komplikasi karena kehamilan dan persalinan, termasuk
perdarahan, infeksi, aborsi tidak aman, tekanan darah tinggi dan persalinan lama (Anonim,
2005).
Preeklampsia-eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang masih merupakan
penyebab utama kematian ibu dan penyebab kematian perinatal tertinggi di Indonesia.
Sehingga diagnosis dini preeklampsia yang merupakan pendahuluan eklampsia serta penata
laksanaannya harus diperhatikan dengan seksama. Disamping itu, pemeriksaan antenatal
yang teratur dan secara rutin untuk mencari tanda preeklampsia yaitu hipertensi dan
proteinuria sangat penting dalam usaha pencegahan, disamping pengendalian faktor-faktor
predisposisi lain (Sudinaya, 2003).
Insiden preeklampsia sangat dipengaruhi oleh paritas, berkaitan dengan ras dan etnis.
Disamping itu juga dipengaruhi oleh predisposisi genetik dan juga faktor lingkungan. Sebagai
contoh, dilaporkan bahwa tempat yang tinggi di Colorado meningkat kan insiden
preeklampsia. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita dengan sosio ekonominya
lebih maju jarang terkena preeklampsia.
Preeklampsia lebih sering terjadi pada primigravida di banding kan multi gravida.
Faktor risiko lain yang menjadi predisposisi terjadinya preeklampsia meliputi hipertensi
kronik, kelainan faktor pembekuan, diabetes, penyakit ginjal, penyakit autoimun seperti
Lupus, usia ibu yang terlalu muda atau yang terlalu tua dan riwayat preeklampsia dalam keluarga
(Cunningham, 2003). Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat berperan sebagai
pendidik, konselor dan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya. Olehkarena itu
pentingnya peran ibu untuk mengurangi / mencegah resiko terjadinya preeklampsia menjadi
eklampsia.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari pembuatan makalah asuhan keperawatan dengan preeklampsia berat
adalah supaya perawat dan mahasisiwa mampu memberikan asuhan keperawatan
dengan pasien preeklampsia berat.
2. Tujuan khusus
A. Perawat memahami apa itu preeklampsia.
B. Perawat mengetahui tanda dan gejala preeklampsia.
C. Perawat mampu memberikan pencegahan dan penatalaksanaanpreeklampsia.
D. Perawat mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien preeklampsia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa


menjadi penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan
masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi. Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah
apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan
kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.

Preeklamsi adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam
masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria dan edema yang kadang-kadang
disertai konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vascular
atau hipertensi sebelumnya (muchtar,1998) Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam
kehamilan terbagi atas pre-eklampsia ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta
superimposed hipertensi (ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi
dan hipertensi berlanjut selama kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi
serta tatalaksana yangdilakukan masing-masing penyakit di atas tidak sama.

Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandaidengan timbulnya


hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuriadan atau disertai udema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih (AsuhanPatologi Kebidanan : 2009).Preeklampsia dibagi
dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakitdigolongkan berat bila satu atau lebih tanda
gejala dibawah ini :

1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau
lebih.
2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan kualitatif;
Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium
5. Edema paru dan sianosis.
` (Ilmu Kebidanan : 2005)
B. Etiologi
Penyebab preeklamsi saat ini belum dapat diketahui secara pasti,
walaupun penelitian dilakukan terhadap penyakit ini sedemikian maju. Semuanya baru
didasarkan pada teori yang dihubung-hubungkan dengan kejadian.
Itulah sebabnya preklamsi disebut juga “
disease of theory ”, gangguan kesehatan yang diasumsikan pada teori. Adapun teori tersebut
antara lain :
1. Peran prostasiklin dan tromboksan
Pada preeklamsi dan eklamsi didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler,sehingga
terjadi penurunan prostasiklin yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi
pengumpalan dan fibionalisis, yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin.
Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin.
Aktivitas trombosit menyebabkan pelepasantromboksan (TXA2) dan serotinin,
sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
2. Peran faktor imunologis
Preeklamsi sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada
kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama
pembentukkan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang
semakin sempurna pada kehamila berikut nya. Fierlie FM (1992) mendapatkan
beberapa data yangmendukung adanya sistem imun pada penderita preeklamsi ;
beberapawanita dengan preeklamsi mempunyai komplek imun dalam
serum, beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen
pada preeklamsi diikuti proteiuri.
3. Faktor genetik yakni karna preeklamsi hanya terjadi pada manusia terdapatnya
kecendrungan meningkatnya frekuensi preeklamsi pada anak-anak dari ibu yang
menderita preeklamsi serta kecendrungan meningkatnya frekuensi preeklamsi pada
anak dan cucuibu hamil dengan riwayat preeklamsi dan bukan pada ipar mereka
dan Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron Sistem (RAAS)
4. Faktor penunjang terjadinya preeklampsia dan eklampsia.gizi buruk, kegemukan
dan gangguan aliran dara kerahim.
C. Patofisiologi

Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada
sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan
iskemia (Cunniangham,2003).Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami
peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (sepertiprostaglandin,tromboxan)
yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan
perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan
defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi
glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepato seluler menyebabkan nyeri
epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi
penurunan volume intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan
pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan
trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat bahkan kematian janin dalam rahim (Michael,2005).

Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengantimbulnya


hipertensi 160/110 mmHg atau lebih desertai proteinuria dan/atauedema pada kehamilan 20
minggu atau lebih. Gejala dan tanda preeklamsi berat:
a. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg, tekanan darah diastolik > 110mmHg
b. Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus
c. Trombosit <100.000/mm3
d. Oliguria < 400 ml/24 jam
e. Proteinuria > 3 gr/liter
f. Nyeri episgastrium
g. Skotoma dan gangguan visus lainnya atau nyeri frontal yang berat
h. Perdarahan retina
i. Odem pulmonum

Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada
sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan
iskemia (Cunniangham,2003).Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami
peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (sepertiprostaglandin,tromboxan)
yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan
perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan
defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi
glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepato seluler menyebabkan nyeri
epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi
penurunan volume intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan
pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan
trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat bahkan kematian janin dalam rahim (Michael,2005).

Pada preeklamsi berat juga terdapat penyulit lain, diantaranya : kerusakanorgan-organ


tubuh seperti jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati,gangguan pembekuan darah,
sindrome HELLP, bahkan dapat terjadikematian pada janin, ibu, atau keduanya bila
preeklamsi tak segera diatasi dengan baik dan benar.

D. Manifestasi Klinis

C. Jenis-jenis Pre-eklamsi

1.Preeklamsi ringan
Preeklamsi ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atauedema
setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan.Penyebab preeklamsi
ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini
dianggap sebagai “
maladaptation sundrome
” akibat vasospasme general
segala akibat. Gejala klinis preeklamsi ringan meliputi :
a.Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15 mmHgatau lebih dari
tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 mingguatau lebih dari sistol 140 mmHg
sampai kurang 160 mmHg, diastole 90mmHg sampai kurang 110 mmHg
b.Proteinuri: secara kuantitatif lebih dari 0,3 gr/liter dalam 24 jam atausecara kualitatif positi
2 (+2)
c.Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tanganPenangan
preeklamsi ringan dapat dilakukan dua cara, tergantung gejalayang timbul, yakni :
a.Penatalaksaan rawat jalan pasien preeklamsi ringan, dengan cara :
1) Ibu dianjurkan banyak istirahat (berbaring tidur/miring)
2) Diet: cukup protein, rendah lemak, rendah karbohidrat, dan rendahgaram
3) Pemberian sedative ringan
4) Kunjungan ulang setiap 1 minggu
5) Pemeriksaan laboratorium (Hb, Hemotokrit, trombosit, urinelengkap,asam urat darah,
fungsi hati, fungsi ginjal)
b. Penatalaksaan rawat tinggal pasien preeklamsi ringan berdasarkankriteria :
1) Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkanadanya perbaikan dari gejala-
gejala preeklamsi
2) Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu selama 2 kali berturut-turut
(2 minggu)
3) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsi beratPerawatan obstetri
pasien preeklamsi ringan:
a. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu) Bila desakan darah mencapai normotensif selama
perawatan, persalinan ditunggu sampai aterm. Namun bila desakan darah turun tetapi belum
mencapai normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur
kehamilan 37 minggu atau lebih
b. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih) Perslaian ditunnggu smapai terjadinya onset
persaliana atau di pertimbang kan untuk melakukan persaliana pada taksiran tanggal
persalinan
c. Cara persalinan Persalian dapat di lakukan secara spontan bila memperpendek kala II.

2.Preeklamsi berat
Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengantimbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih desertai proteinuria dan/atauedema pada kehamilan 20
minggu atau lebih. Gejala dan tanda preeklamsi berat:
a. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg, tekanan darah diastolik > 110mmHg
b. Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus
c. Trombosit <100.000/mm3
d. Oliguria < 400 ml/24 jam
e. Proteinuria > 3 gr/liter
f. Nyeri episgastrium
g. Skotoma dan gangguan visus lainnya atau nyeri frontal yang berat
h. Perdarahan retina
i. Odem pulmonum

Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada
sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan
iskemia (Cunniangham,2003).Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami
peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (sepertiprostaglandin,tromboxan)
yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan
perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan
defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi
glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepato seluler menyebabkan nyeri
epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi
penurunan volume intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan
pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan
trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat bahkan kematian janin dalam rahim (Michael,2005).

Pada preeklamsi berat juga terdapat penyulit lain, diantaranya : kerusakanorgan-organ


tubuh seperti jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati,gangguan pembekuan darah,
sindrome HELLP, bahkan dapat terjadikematian pada janin, ibu, atau keduanya bila
preeklamsi tak segera diatasi dengan baik dan benar.

D. Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini
preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganansemestinya. Kita perlu lebih
waspada akan timbulnya preeklampsia denganadanya faktor-faktor predisposisi seperti yang
telah diuraikan di atas.Walaupun timbulnya preeklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya,
namunfrekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya
danpelaksanaan pengawasannya yang baik pada wanita hamil. Penerangantentang manfaat istirahat dan
diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun
pekerjaan sehari-hari perludikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet
tinggiprotein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badanyang tidak
berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsiadan segera merawat penderita
tanpa memberikan diuretika dan obatantihipertensif, memang merupakan kemajuan yang
penting dari pemeriksaan antenatal yang baik.

E. Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat selama
perawatan maka perawatan dibagi menjadi :

a. Perawatan aktif, sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada


setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assessment yakni pemeriksaan nonstress test
(NST) dan USG, dengan indikasi (salah satu atau lebih) :

1) Ibu : usia khamilan 37 minggu atau lebih; adanya tanda- tanda atau gejala impending
eklamsi, ke gagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi
kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perwatan edicinal, ada gejala-gejala satus quo
(tidak ada perbaikan)
2) Janin : hasil fetal assesment jelek (NST dan USG): adanya tanda Intravena Uterine Growt
retardatin (IUGR)
3) Hasil laboratorium: adanya “HELP syndrome” (hematolisis dan
peningkatan fungsi hepar, trombositopenia)
b. Pengobatan medisinal pasien preeklamsi berat (dilakukan dirumah sakit dan atas instruksi
dokter) yaitu : segera masuk RS: tirah baring kesatu sisi. Tanda-tanda vital diperiksa setiap
30 menit, reflek patella setiap jam, infus RL dextrose 5% dimana setiap 1 liter disleingi infus
RL (60-125 cc/jam) 500CC, berikan antasida, diet cukup protein, rendah karbohidrat, rendah
lemak, dan rendah garam, pemberian obat anti kejang, MgSO4, diuretik tidak diberikan
kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka,
diberikan furosemid injeksi 40mg/IM
c. Antidepresa diberikan bila : tekanan darah sistolis lebih 180 mmHg. Diastolis lebih dari
110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasasaran pengobatan adalah tekanan
diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi
plasenta, dosisantihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnnya.
d. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikanobat-obat
antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu)
e. Bila tidak tersedia anti hipertensi parental dapat diberikan tablet antihipertensi secara
sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali.Bersama dengan awal pemberian
sublingual maka obat yang samamulai diberikan secara oral (Syakib Bakri, 1997)
f. Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda-tandamenjurus payah jantung,
diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid
g. Lain-lain : konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata.
Penanganan preeklamsi berat pada saat persalinan, dilakukan tindakan penderita
dirawat inap anatara lain :
a. Istirahat mutlak dan ditempatkan diruangan isolasi; berikan dietrendah garam,
lemak dan tinggi protein; berikan suntikan MgSO4 8 grIM, 4 gr bokong kanan, dan 4 gr
bokong kiri; suntikan dapat diulangdengan dosis 4 gr setiap jam; syarat pemberia MgSO4
adalah reflek patella positif, diuresis 100 cc dalam 4 jam terakhir, respirasi 16 x/menit dan
harus tersedia antidotnya yaitu calsium gluconas 10%dalam ampul sedia 10cc; infus dextrose
5% dan ringer laktat; berikanobat anti hipertensi; injeksi katapres 1 ampul 1 mg dan
selanjutnyadapat diberikan tablet katapres 3 X ½ tablet atau 2 X ½ tablet sehari;diuretika
tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema parudan kegagalan jantung kongestif.
Untuk itu dapat disuntikkan 1 ampulIV lasix; segera setelah pemberian MgSO4 kedua,
dilakukan induksi partus dengan atau tanpaamniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin10
satuan dalam infus tetes (dilakukan oleh bidan atas instruksidokter)
b. Kala II harus dipersingkat dalam 24 jam dengan ekstraksi wakum atau forceps, jadi
ibu dilarang mengedan (dilakukan oleh dokter ahli kandungan) jangan berikan methergin
postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan yang disebabkan antonia uteri, pemberian
MgSO4 kalau tidak ada kontra indikasi, kemudia diteruskan dengan dosis 4 gr setiap4 jam
dalam 24 jam post partum.
c. Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio sesarea, perhatikan bahwa tidak
terdapat koagulopati. anastesi yang aman atau terpilih adalah anastesi spinal berhubungan
dengan resiko (dilakukan oleh dokterkandungan)
d. Jika anastesi umum tidak tersedia atau janin mati, aterm terlau kecil, lakukan
persalinan per vaginam. Jika servuks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 2-5 IU dalam
500ml dextrose 10 tetes/mnit atau dengan prostaglandin (atas instruksi dokter boleh di
lakukan oleh bidan)

Protap Penanganan Preeklamsi Berat dan Eklamsi

PEB DAN EKLAMSIA


Pemeriksaan Dasar diagnosa klinis
1. Fisik ibu 1.Kenaikan berat badan
a. Tekanana darah 2.Kenaikan tekanan darah
b. Berat badan – edema 3.Proteinuria
c. Proteinuria 4.Oliguria
2. Janin 5.Kejang atau koma
a.gerakan janin 6. Nyeri kepala/epigastrium
b. jantung janin 7.Penglihatan kabur
c.air ketuban 8.Edema paru-paru
3.Konsultasi dokter 9.Gangguan kesadaran
a.Laboratprium
b.rujukan

Konservatif
1.Kamar isolasi Terapi aktif
2.Observasi 1.Indikasi vital
a.Kesembanagn cairan 2.Gagal pengobatan 2X 24 jam
b.Infus 2000/24 jam
3.Pengobatan 3.Medis teknis
a.Stroganol a.Induksi persalinan
b.Penthotal b.Pecahkan ketuban
c.Diazepam c.Kala II forsep
d.Litik koktil
e.Magnesium sulfat
4.Evaluasi pengobatan
a.Diuresis
b.Kesadaran membaik
c.Kejang berkurang Seksio sesarea
d. Nadi dan tekanandarah
menurun 1.Gagal induksi
e. Keluhan berkurang 2.Indikasi obstetri

Pengobatan konservatif
berhasil
1.Pengawasan hamil intensif
2.Kahamilan mencapai aterm
3.Persalinan pervaginam

F. Komplikasi
1. Stroke
2. Hipoxia janin
3. Gagal ginjal
4. Kebutaan
5. Gagal jangtung
6. Kejang
7. Hipertensi permanen
8 Distress fetal
9. Infark plasenta
10.Abruptio plasenta
11.Kematian janin

G. Pemeriksaan Penunjang Preeklampsia


1. Pemeriksaan spesimen urine mid-stream untuk menyingkirkankemungkinan infeksi urin.
2. Pemeriksaan darah, khususnya untuk mengetahui kadar ureum darah (untuk menilai
kerusakan pada ginjal) dan kadar hemoglobin
3. Pemeriksaan retina, untuk mendeteksi perubahan pada pembuluh darah retina.
4. Pemeriksaan kadar human laktogen plasenta (HPL) dan esteriol di dalam plasma serta urin
untuk menilai faal unit fetoplasenta (Helen Farier : 1999)
5. Elektro kardiogram dan foto dada menunjukkan pembesaran ventrikel dan kardiomegali.

BAB IIIPENUTUPA.

A. Kesimpulan
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanitahamil, bersalin dan nifas
yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuriatetapi tidak menjukkan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensisebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilanberumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).Preeklampsia adalah
penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema,dan proteinuria yang timbul karena kehamilan
(Ilmu Kebidanan : 2005).Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengantimbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan ataudisertai
udema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

B. Saran
Demikianlah yang dapat penulis paparkan mengenai materi yangmenjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan,karena terbatasnya
pengetahuan da kurangnyarujukan atau referensi yang ada. Penulis banyak berharap para
pembaca yangbudiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penulisdemi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna, bagi penuliskhususnya
dan juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai