Anda di halaman 1dari 12

KONSELING DIPERLUAS

“BROKEN HOME”

DISUSUN OLEH:
FAINNISA HANUM SALSABIELLA (1117500047)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan hidayah Nya sehingga
Penulis dapat menyelesaikan makalah “ Konseling Diperluas” ini sesuai dengan apa yang
diinginkan.

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas konseling diperluas , sesuai dengan ketentuan yang
telah diberikan oleh Hastin Budisiwi. sebagai dosen pengampu. Dengan adanya makalah ini,
mahasiswa diharapkan untuh lebih mengerti secara detail apa sih konseling itu, tujuan
diadakannya konseling itu apa dan lain sebagainya. Selain itu mahasiswa dapat juga mengetahui
apa saja pengertian, tujuan, manfaat dan lain-lain dari konseling tersebut. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi Penulis dan para pembacanya, mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam
penyusunan makalah ini.

Wassalamualaikum wr.wb.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………………………..i

Daftar Isi ………………………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………1

1. Latar Belakang …………………………………………………....………………………2


2. Rumusan Masalah……..………………………………...………………….....................3
3. Tujuan penulisan…………………………..................................………………………..4

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………..6

1. Pengertian Brokenhome......................................................................................................6
2. Ciri-ciri anak brokenhome...................................................................................................7
3. Faktor Penyebab dari Broken home ....................................................................................8
4. Dampak broken home terhadap perkembangan jiwa anak................................................11
5. Peran orangtua terhadap perkembangan jiwa anak...........................................................12
6. Analisis Kasus...................................................................................................................12
7. Contoh Kasus.....................................................................................................................13
8. Pendekatan yang digunakan...............................................................................................13

BAB IV PENUTUP ………………………………….................................................................15

1. Kesimpulan...........................................................................................................................16
2. Saran.....................................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang terikat
dalam perkawinan yang sah. Dalam kehidupan bermasyarakat, keluarga adalah unit satuan terkecil
yang didalamnya terdiri dari ayah, ibu dan anak. Di dalam keluarga, ayah, ibu, dan anak juga memiliki
hak, kewajiban serta tugas yang berbeda-beda. Ayah dan ibu memiliki peranan yang sangat penting
bagi perkembangan anak. Ayah dan ibu memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan
anak.

Karena keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi tumbuh kembang anak sejak
lahir sampai dewasa, oleh karena itu fungsi keluarga menjadi sangat penting untuk diketahui setiap
orangtua. Maka dari itu sebaiknya para orang tua jangan sampai lalai untuk mengawasi anak-anaknya
baik itu masih kecil maupun sudah dewasa, karena kita sebagai orang tua tidak tahu kegiatan anak-
anak kita di luar sana.

Anak-anak yang orang tuanya brokenhome bukanlahh anyaanak yang berasal dari ayah dan
ibunya bercerai, namun anak yang berasal dari keluarga yang tidak utuh yang kemungkinan dapat
terjadi disebabkan oleh perekonomian maupun permasalahan yang terjadi di keluarga tersebut. Namun
orangtua seringkali tidak menyadari kebutuhan psikologis anak yang sama pentingnya dengan
memenuhi kebutuhan hidup. Anak membutuhkan kasih saying berupa perhatian, sentuhan, teguran
dan arahan dari ayah dan ibunya, bukan hanya dari pengasuhnya atau pun dari nenek kakeknya. Akan
tetapi ada banyak anak-anak diluar sana yang menjadi korban brokenhome itu ingin selalu keluar
dirumah kemungkinan dengan alasan sudah tidak betah dengan suasana di dalam rumah yang sudah
berbeda dengan dulu sebelum keluarga mereka masih utuh tetapi ada juga anak-anak yang tetap
memilih tinggal bersama ibunya maupun bapanya walaupun keadaan sudah berbeda dan ada juga
anak-anak yang keluar rumah hanya sekedar mencari perhatian dari orang lain.

Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan brokenhome?
2.Apa saja ciri-ciri anak broken home?
3.Apa saja faktor penyebab dari broken home?
4.Apa saja dampak dari brokenhome terhadap perkembangan jiwa anak?
5.Bagaimana peran orangtua terhadap perkembangan jiwa anak?
Tujuan
1.Untuk mengetahui dan bisa lebih memahami pengertian dari broken home
2.Agar dapat mengetahui ciri-ciri anak dari keluarga broken home
3.Agar bisa memahami faktor-faktor penyebab dari broken home
4.Agar mampu mengetahui dampak dari brokenhome terhadap perkembangan jiwa anak
5.Untuk mengetahui bagaimana peran orang tua terhadap perkembangan jiwa anak
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Broken home

Brokenhome adalah suatu kondisi yang dimana sebuah keluarga terpecah ataupun
keluarga yang kurang harmonis yang disebabkan oleh masalah perekonomian maupun oleh masalah
yang lainnya yang kemungkinannya tidak bisa dipersatukan kembali layaknya sebelum ada
permasalahan yang mengakibatkan kedua orang tua lebih memilih untuk bercerai karena sudah tidak
ada suatu kecocokan lagi di dalam sebuah keluarga. Brokenhome memiliki dampak yang begitu besar
terhadap perkembangan kejiwaan anak. Apalagi brokenhome yang disertai dengan KDRT (Kekerasan
Dalam Rumah Tangga) tidak sedikit peristiwa anak-anak yang menjadi korban dari KDRT ini, dalam
broken home orang tua yang sering bertengkar sering kali melampiaskan kemarahan pada anak.

2. Ciri-ciri Anak Broken home

1. Pendiam
Banyak orangtua beranggapan karena anaknya masih kecil sehingga tidak akan memahami apa
yang terjadi pada kedua orangtuanya. Padahal tak jarang justru si anak sudah mengerti apa yang terjadi
pada kedua orangtuanya dan akhirnya mengalami depresi. Sebagai jalan keluarnya, ia pun menjadi
pendiam karena tidak mau masalah keluarganya semakin rumit lagi.

2. Menjadi anak yang Unggul


Meskipun jarang terjadi, tapi sebenarnya ada ciri-ciri anak broken home yang positif. Anak
tersebut bisa tumbuh dengan baik hingga dewasa dan bahkan menjadi seseorang yang unggul. Biasanya
anak yang seperti ini akan memiliki kepekaan yang tinggi dan kecerdasan melebihi orang lain. Tak
jarang ia jadi memandang masalah yang dihadapinya secara dewasa.

3. Bijaksana
Seseorang yang bijaksana akan mengetahui batasan sampai mana ia membicarakan tentang masalah
pribadinya. Sama halnya anak broken home, ia akan tumbuh menjadi seseorang anak yang bijak dan tidak
sembarangan membicarakan masalahnya.

4. Memiliki Emosional yang Tinggi


Ciri-ciri anak broken home yang lainnya adalah memiliki sifat temperamental atau emosi yang tinggi.
Terutama karena perasaan mereka biasanya lebih peka dibandingkan anak-anak seumuran mereka.
Hal tersebut bukannya tanpa sebab. Anak yang mengalami broken home biasanya harus mengatur emosi
karena masalah yang terjadi di rumahnya. Sehingga anak yang emosinya masih labil tersebut dipaksa harus
menerima rasa sedih,marah, kecewa, dan lain-lain.
3. Faktor Penyebab keluarga Broken home

Faktor penyebab dari keluarga Broken home:


Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya broken home yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
Faktor Internal:

Orang tua yang terlalu sibuk dengan dunianya sendiri

Keadaan dimana orang tua baik itu ayah atau ibu sama-sama bekerja, sama-sama sibuk dengan
pekerjaan setiap harinya dapat memicu terjadi broken home apabila tidak diimbangi dengan
komunikasi antar anggota keluarga.

Orang tua tidak dewasa dalam berpikir

Selalu mengedepankan ego masing-masing dan selalu menganggap pendapatnyalah yang paling
benar. Hal ini akan menjadi penyebab suami istri sering bertengkar dalam rumah tangga.

Rumah tangga dengan landasan keimanan yang tidak kuat

Permasalahan yang muncul dalam rumah tangga sejatinya adalah cobaan dalam hidup. Tidak
sedikit orang yang depresi lalu melakukan hal-hal diluar dugaan karena tidak punya iman yang
kuat.

Wawasan pikiran yang kurang luas

Bisa disebabkan juga karena faktor pendidikan yang kurang. Wawasan yang kurang luas bisa
mempengaruhi cara berpikir dan mengambil sikap terhadap masalah yang sedang dihadapi.

Masalah keuangan dalam keluarga

Tidak bisa kita pungkiri keuangan dalam rumah tangga menjadi hal yang sangat vital. Satu
keluarga bisa bercerai berai hanya karena system keuangan yang buruk, misal suami bekerja
keras untuk nafkah keluarga sementara istri boros dalam penggunaan, penghasilan istri yang
lebih tinggi dari suami, atau tidak bisa menerapkan tips mengatur keuangan rumah tangga agar
tidak boros.

2. Faktor eksternal

Hadirnya orang ketiga dalam pernikahan

Godaan pasangan yang sudah menikah biasanya adalah orang ketiga yang hadir diantara mereka,
bila tidak bisa menghindari masalah ini bisa berakibat hilangnya kepercayaan karena ketidak
setiaan pasangan.
Ada campur tangan orang lain dalam pernikahan

Misal ada kasus orang tua yang ikut ambil bagian dalam kehidupan rumah tangga anaknya,
setiap masalah yang ada bukannya mencari cara mendamaikan keluarga yang bertengkar tetapi
bertambah runyam karena ada pihak yang terpojokkan.

4. Dampak Broken home terhadap perkembangan kejiwaan anak

1. Kekurangan kasih sayang

Dengan keadaan seperti ini, maka sang anak yang menjadi korban broken home kekurangan
kasih sayang dari kedua orangtuanya. Maka sang anak akan mencari kasih sayang tersebut dari
orang lain yaitu dengan mencari perhatian di lingkungan sekitarnya dengan cara mengikuti
pergaulan yang kurang sehat yang diajak oleh teman-temannya yang mungkin akan
menjerumuskan anak tersebut ke hal yang tidak diinginkan oleh pihak keluarganya.

2. Rentan menderita gangguan psikis

Akibat seringkali berada dalam tekanan, kondisi psikis anak juga kerapkali mengalami
gangguan. Seperti ia selalu cemas, mengalami ketakutan, merasa serba salah dan terjepit diantara
kedua orang tuanya, selalu bersedih dan murung.

3. Membenci orang tuanya

Dalam keadaan tersebut, sang anak bisa jadi membenci orang tuanya dengan alasan mereka
berpisah. Dan sang anak juga bisa memilih kabur dari umah untuk menenangkan dirinya dan
kemungkinan tidak ingin kembali kerumahnya karena mereka beranggapan jika kedua orang
tuanya sudah tidak menginginkan anak tersebut terlebih lagi jika perpisahan tersebut disertai
dengan KDRT.

4. Permasalahan moral

Ketika seorang anak yang sedang berada pada masa perkembangannya selalu dihadapkan pada
pertengkaran-pertengkaran orang tua mereka, maka secara tidak langsung akan membentuk
kepribadiannya menjadi keras dan kasar. Seiring berjalannya waktu, ia juga akan terbiasa
melakukan tindakan-tindakan seperti apa yang sering ia lihat dari orang tuanya ketika mereka
bertengkar, seperti berlaku kasar, temperamental, bertindak sebagai trouble maker di kelas
maupun teman sepermainan, bersikap acuh tak acuh, memberontak, berperilaku tidak sopan kepada
orang yang lebih tua dan lain sebagainya.

5. Mudah mendapat pengaruh buruk lingkungan

Saat rumah tidak lagi terasa nyaman, seorang anak akan berusaha mencari tempat lain untuk
saling berbagi maupun menghibur diri. Pada kondisi seperti ini, biasanya lingkungan teman
sepermainan sering menjadi tujuan mereka. Dan jika lingkungan tersebut tidak baik, maka akan
sangat mudah bagi seorang anak untuk terpengaruh hal-hal yang menyimpang. Misalnya mulai
mencoba merokok, berjudi, minum-minuman keras, penyalahgunaan obat-obatan terlarang,
bahkan menjajal seks bebas atau pergi ke tempat pelacuran sebagai pelarian baginya untuk
mendapat kebahagiaan.

6. Tidak mudah bergaul

Kebalikan dari poin sebelumnya, anak dari keluarga broken home juga tidak sedikit yang
cenderung lebih menutup diri. Anak-anak tersebut cenderung marik diri dari pergaulan karena
merasa rendah diri. Dengan kurangnya perhatian dari orang tua, ia menjadi tidak terbiasa untuk
mengekpos diri atau sekedar berbagi cerita, sehingga ia akan merasa kesulitan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Selanjutnya ia akan menjadi takut untuk mengenal
orang lain. Sebab lain ialah ia akan malu serta minder jika teman-temannya tahu keadaan
keluarganya yang berantakan, ia juga khawatir jika nantinya mereka akan menjauh dan
mengucilkannya.

7. Tidak Berprestasi

Dampak lain ketika seorang anak menjadi korban broken home adalah ia sering mendapat
masalah disekolah mengenai akademiknya. Permasalahan yang ada dalam rumah akan
membuatnya malas belajar. Pertama bisa jadi karena suasana rumah yang tidak lagi kondusif
untuk belajar akibat sering adanya pertengkaran, atau karena tidak adanya support orang sekitar
yang membuatnya merasa tidak ada yang harus dibanggakan sehingga tidak perlu susah payah
untuk mengukit prestasi. Hal ini tentu saja berbeda dengan anak-anak yang berasal dari keluarga
utuh yang cenderung memiliki motivasi lebih tinggi dari mereka.

8. Kedangkalan spiritual

Penanaman pondasi agama akan baik jika dimulai sejak masih anak-anak, tetapi pada keluarga
broken home anak-anak tersebut seringkali kehilangan kesempatan itu. Orang tua yang
seharusnya menjadi sekolah agama pertama bagi mereke ternyata tidak menjalankan peran
mereka sebagaimana mestinya. Sehingga karena anak-anak tersebut tidak dibekali dengan nilai-
nilai agama yang kokoh, maka akan sangat mungkin jika nantinya mereka akan kesulitan dalam
menyikapi berbagai permasalahan akibat tidak dipunyainya pedoman hidup yang bisa
mengarahkan.

9. Hak-hak fisik yang tidak terpenuhi

Selain berdampak pada psikologis mereka, broken home juga sering menyebabkan seorang anak
tidak terpenuhi haknya secara jasmani. Tidak adanya perhatian khusus dari orang tua, akan
membuatnya tidak mendapatkan kebutuhan-kebutuhan pokok yang seharusnya ia terima. Mulai
dari tidak tercukupinya gizi serta nutrisi selama masa pertumbuhannya, kebutuhan pakaian dan
mainan, hingga tidak terpenuhinya keperluan di sekolahnya
5. Peran orang tua terhadap perkembangan jiwa anak
1. Membiarkan anak menjadi mandiri

2. Jangan terlalu mengekang terhadap apa yang akan dilakukan oleh si anak tersebut

3. Hargai perasaan anak

4. Biarkan anak bertangggung jawab

5. Mendukung dan memotivasi anak

6. Membimbing, mengarahkan dan membantu anak

6. Analisis Kasus
Berdasarkan fenomena real atau faktanya yang sekarang sedang terjadi disekitar saya, disini saya
hanya sedikit menjelaskan apa yang sudah saya cari baik itu lewat media elektronik, media cetak
maupun fenomena real yang ada di lingkungan sekitar.Pertama, broken home maupun perceraian kedua
orangtua merupakan perilaku yang sama sekali tidak diinginkan oleh anak-anak maupun remaja. Akan
tetapi para orangtua yang memiliki masalah dengan pasangannya sejak lama lebih memilih untuk
bercerai karena merasa tidak ada lagi kecocokan diantara mereka. Kedua, brokenhome atau perceraian
akan membuat perkembangan jiwa sang anak akan terganggu jika perceraian tersebut disertai dengan
KDRT (kekerasan dalam rumah tangga). Ketiga, brokenhome juga bisa membuat sang anak
kekurangan kasih sayang dan justru sang anak akan membenci orangtuanya dengan alasan perceraian
tersebut. Dengan ini maka sang anak akan berbuat yang tidak diinginkan oleh para orangtua yang sudah
bercerai misalnya sang anak akan caper atau cari perhatian kepada orang lain dengan melakukan hal
yang tidak diinginkan misalnya dia akan membolos disaat jam sekolah, tidak masuk sekolah selama
satu minggu, maupun minum-minuman keras yang diajak oleh teman-temannya sehingga membuat
para warga lingkungan sekitar rumahnya menjadi perhatian terhadap anak tersebut. Akan tetapi, ada
juga anak-anak dari korban brokenhome yang menjadi lebih dewasa dan bijaksana walaupun dengan
keadaan brokenhome.Ada juga anak brokenhome yang berprestasi dan malah menjadi lebih sukses dan
cita-citanya pun tercapai.

7. Contoh Kasus
Klien yang akan saya bahas disini adalah Juliansyah Aldian Kusuma, seorang mahasiswa di
sebuah universitas di Kota Tegal ini yang dilaporkan oleh orangtuanya saat pulang kuliah sejak hari
rabu (22/5/2019) menarik perhatian. Ternyata AL bukan menghilang, tetapi pergi ke kerabatnya tanpa
pamit. Apa yang membuat Aldi berbuta seperti itu? Petugas Pelayanan Pengawasan dan Pengendalian
Sosial (P3S) Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan menyebutkan Annisa pergi dari rumah dengan beragam
masalah. “Al adalah korban dari broken home, bapak ibunya sudah bercerai saat ia masih duduk di
bangku SMA, “ kata Rohim, Kepala Suku Dinas Sosial Tegal Barat, Kamis (21/6/2019). Rohim
mengatakan ibunya jarang dirumah, jadi selama ini dia pergi ke rumah saudaranya yang berada di
daerah Jakarta Selatan. “Alasan dia pergi dari rumah adalah dengan tujuan untuk menenangkan dirinya.
Ini masih didalami, kita masih melakukan pendekatan baik dengan pihak keluarganya,” katanya.
Sementara bapak kandung Aldi sudah menikah lagi, ironisnya sang bapak tidak lagi memikirkan nasib
Aldi kedepan. Aldi menjadi tanggung jawab sang ibu yang tinggal di Jalan H. Absul Ghoni Pesurungan
Kidul Tegal, Tegal Barat.
8. Pendekatan yang digunakan
-Pendekatan Humanistik
-Layanan konseling individual
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulannya adalah bahwa broken home merupakan keluarga yang kurang harmonis atau
keluarga yang pecah yang disebabkan oleh adanya ketidakcocokan antar kedua orangtuanya tersebut
yang akhirnya mereka lebih memilih jalan keluar dengan cara bercerai. Perceraian ini dapat terjadi oleh
adanya permasalahan ekonomi atau adanya orang ketiga didalam pernikahan mereka. Brokenhome
memiliki dampak yang begitu besar terhadap perkembangan kejiwaan anak. Apalagi brokenhome yang
disertai dengan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) tidak sedikit peristiwa anak-anak yang
menjadi korban dari KDRT ini, dalam broken home orang tua yang sering bertengkar sering kali
melampiaskan kemarahan pada anak.

Saran
Disarankan bagi para orangtua yang ingin bercerai harus bisa lebih memikirkan matang-matang
akan bagaimana nasib anaknya kedepan apalagi perceraian tersebut terjadi ketika anak masih dibawah
umur yaitu umur 2 sampai 6 tahunan yang tentunya belum mengerti apa-apa tentang perceraian yang
terjadi diantara kedua orangtua mereka. Terlebih lagi jika perceraian tersebut disertai dengan KDRT
maka si anak tersebut akan mengingat kembali kejadian-kejadian yang dialami didalam keluarganya
yang membuat kejiwaan anak menjadi terganggu.

Anda mungkin juga menyukai