Anda di halaman 1dari 10

A.

PENGELOLAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Secara garis besar aspek-aspek yang perlu diperhatikan guru dalam merancang dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran meliputi: pengelolaan uang belajar (kelas), pengelolaan
siswa dan pengelolaan kegiatan pembelajaran (puskur,balitbang,depliknas,2002).

1. pengelolaan ruang belajar (kelas)

Ruang belajar merupakan tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran, lazimnnya


berbentuk ruangan kelas ruangan tersebut tentunya harus ditata sedemikian rupa sehingga
kegiatan pembeajaran dapat berlangsung secara optimal.

Oleh karena itu,suasana dan penataan ruang belajar hendaknya memperhatikan paling
tidak empat kondisi berikut:

a. Aksesibilitas, yakni siswa maupun guru mudah menjangkau alat dan


sumber belajar yang sedang digunakan dalam proses belajar mengajar.
b. Mobilitas, yakni siswa dan guru mudah bergerak dari suatu kegiatan ke
bagian lain dalam kelas.
c. Interaksi, yakni memudahkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa
maupun antara sesama siswa.
d. Variasi kerja siswa, yakni memungkinkan siswa belajar secara perorangan,
berpasangan, ataupun kelompok secara variatif.

Aspek lain dari pengelolaan ruang kelas adalah keberadaan cahaya, aroma yang
menyenangkan, dan bila memumngkinkan adanya musik yang dapat digunakan untuk tujuan
penyegaran ketika siswa sudah tampak penat dari kegiatan belajar di kelas. Kombinasi
spectrum cahaya yang sempit dan getaran kebisingan terus menerus dapat menimbulkan stres
dan menambah kelelahan jika seseorang tidak mendapatkan cahaya dalam untuk jangka
waktu yang lama aroma yang menyenangkan adalah usaha untuk membuat siswa maupun
guru betah mengajar di dalam kelas. Adapun,keberadaan musik biasanya untuk memberi
ketanangan pada siswa dan guru. Tentunya music yang dimaksud adalah music yang tidak
membuat gaduh dan hiruk piruk, yang mampu mendorong kegairahan dan kenyamannan
belajar bagi guru dan siswa.
2. Pengelolaan Siswa

Siswa dalam kelompok kelas biasnya memiliki kemampuan yang beragam,terutama


dalam menerima sejumlah pengalaman belajar termasuk di dalam materi yang harus di
kuasainya. Oleh karena itu, guru hendaknya memahami tentang karakteristik terutama
berkenaan dengan kemampuan, belajar siswa Bobbi Deporte & Mika Hernacki (2001:117)
mengelompokkan karakteristik modalitas belajar siswa kedalam 3 karakter, yakni:

a. Pelajaran visual, yakni kemampua belajar cepat dengan menggunakan


pengeliatan mata.
b. Belajar auditorial, yakni kemampuaan belajar cepat dengan pendengaran.
c. Belajar kinestik, yakni kemampuan belajar dengan cara bergerak, berkerja
atau menyentuh dan Bahasa tubuh lainnya.

Dalam pengelolaan siswa hal mendasar yang mesti diekmabangkan adalah agar siswa
dapat bergerak aktif ketika dia belajar, dengan memanfaatkan indar sebanya mungkin dan
membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat dalam proses belajar. Dalam proses belajar,
semakin banyak melibatkan panca indra, semakin baik hasil belajar yang bisa dicapai.

Dave Meier (2002:90) menyatakan,bahwa gerakan isik meningkatkan pross mental


bagian otak manusia yang terlibat dalam gerakan tubuh ( korteks motor) terletak tepat di
sebelah bagian otak yang digunakan unutk berfikir dan memecahkan masalah.
Sebaliknya,melibatkan tubuh dalam belajar cenderung membangkitkan kecerdasan terpadu
manusia sepenuhnya. Dalam menegefektifkan kegiatan siswa dalam belajar, Dave Meier
(2002:91) menggunakan pendekatan “SAVI” yakni:

1) Somatis : belajar dengan bergerak dan berbuat.


2) Auditori : belajar dengan berbicara an mendengar.
3) Visual : belajar dengan mengamati dan menggambarkan.
4) Intelektual : belajar dengan memvcahkan masalah dan merenung.
3. Pengelolaan kegiatan pembelajaran

Kegiatan belajar siswa harus dirancang sedemikian rupa sesuai dengan tingkat
kemapuannya. Seorang guru dituntut untuk menciptakan berbagai bentuk kegiatan, sehingga
siswa secara optimal dapat mengembangkan kemampuan dirinya dengan berbekal
pengalaman yang ditempuh selama melakukan kegiatan belajar. Berkenaan dengan
optimalisasi kemampuan belajar seseorang sheal,peter (1989) menggambarkan enam
kualifikasi.

B. STRATEGI KEGIATAAN PEMBELAJARAN

Strategi kegiatan pembelajajaran merupakan langka-langkah umum dalam kegiatan


belajar yang mesti dilakukan untuk mencapai tujuan yang efetif dan efisien. Paling tidak
strategi meliputu empat aspek yakni:

1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifik serta kualifikasi perbuahan tingkah


laku yang diharapkan.
2. Memilih cara pendekatan belajara yang tepat untuk mencapaistandar kompetensi,
dengan memperhatikan karakteristik siswa sebagai subjek belajar.
3. Memilih dan menetapkan sejumlah prosedur, metode, dan teknik kegiatan
pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan pengalaman belajar yang mesti
ditempuh siwa.
4. Menetapkan norma atau kreteria keberhasilan, agar dapat menjadi pedoman
dalam kegiatan pembelajaran, terutama berkenaan dengan urutan menilai
kemampuan penguasaan suatu jenis kompetensi tertentu.

Pengembangan strategi pembelajaran oleh Dave Maire ( 1990:103) menawarkan pola


“Siklus empat tahap” yaitu:

a. Preparation ( Persiapan )
Apapun pekerjaan yang dilakukkan seseorang termasuk dalam proses
belajar mengajar sangat ditentukan oleh sejauh mana persiapan yang
dilaksanakan terencana dan tersusun dengan baik dan relalistis. Satu
ungkapan menyatakan “Persiapan adalah setengah dari kemenangan”.
Adapun beberapa saran untuk melakukan tahapan persiapan
diantaranya, sebagai berikut:
1) Memberikan sugesti positif.
2) Memberikan pernyataan yang bermanfaat kepada siswa.
1) Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna.
2) Membangkitkan dan merangsang rasa ingin tahu.
3) Menciptakan lingkungan fisik yang positif
4) Menciptakan lingkungan emosional yang positif.
5) Menciptakan lingkungan sosial yang positif.
6) Menenangkan rasa takut.
7) Menyingkirkan hambatan-hambatan dalam belajar
8) Menanyakan dan mengemukakan berbagai masalah.
b. Presentarion ( Penyampian )
Guru dan siswa merupakan dua subjek yang memiliki perbedaan-
perbedaan esensial, baik pengalaman, kepenttingan, latar belakang, serta
aspek-aspek sosio-psikologis lainnya. Kondisi perbedaan ini, akan
menyebabkan hambatan dalam melakukan komunikasi yang efektif, yang
merupakan kata kunci untuk keberhasilan penyajian materi dalam
pembelakaran.
Tahap penyampaian dialkukan dengan tujuan membantu peserta didik
memperoleh materi belajar yang baru dengan cara menarik, menyenangkan,
relevan, dan melibatkan sebanyak mungkin pancaindra.
Hal yang perlu diperhatikan guru saat mengajar peserta didik untuk
terlibat penuh dalam proses pembelajaran, yakni :
1) Guru sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator guru sebaiknya mampu menimbulkan minat
rasa ingin tahu siswa, dan memicu agar proses pembelajaran
berlangsung dengan baik dan menyenangkan. Hal yang dapat
dilakukan, yaitu :
(a) Menjadikan ide dan gagasan pembelajaran bersifat
nyata.
(b) Menggunakan hasil karya anak.
(c) Menggambarkan bahan pelajaran yang sedang dibahas
secara lebih nyata.
(d) Memenuhi presentasi dengan analogi dan kisan.
(e) Menyampaikan presentasi dalam bentuk dialog.
(f) Menggunakan kiasan mental untuk melakukan
perjalanan khayalan dan imajinasi.
2) Guru sebagai pembelajaran yang membuat siswa bisa belajar
Dalam teknik ini, guru memberikan kesempatan kapada para
siswa untuk menciptakan makna nilai penting bagi dirinya
terhadap semua materi ajar, dengan cara mendorong mereka
menciptakan sesuatu, saat berlangsungnya presentasi. Hal ini
akan mengembangkan fungsi otak dalam pembelajaran, yakni
sebagai “The seeker and magn-ificiant of faet. Otak berfungsi
sebagai pencari dan pemberian arti atau makna. Ada beberapa
alternatif untuk menciptakan kondisi seperti di atas, di
antaranya (Sukmara, 2007):
(a) Meminta siswa untuk membuat soal-soal ujian yang
akan diberikan kepada teman sebelahnya, dengan
mengacu pada materi yang telah disampaikan.
(b) Meminta siswa untuk membuat kartu indeks, yang
berisi catatan presentasi, yang akan disampaikan dan
dibahas bersama setelah presentasi berakhir.
(c) Menghentikan secara periodik setelah presentasi, dan
meminta siswa untuk mendiskusikan hasil dari
presentasi tersebut.
(d) Memberikan siswa satu atau beberapa bagian dengan
informasi yang tidak lengkap
(e) Memberikan setiap siswa satu kartu besar bertuliskan
satu istilah yang akan dijelaskan dalam presentasi.
3) Guru sebagai pelatih
Kegiatan ini dilakukan dengan asumsi bahwa dalam beberapa
hal, para siswa telah memiliki informasi dan keterampilan baru
sebelum mengikuti presentasi resmi dari seorang guru.
Beberapa saran dalam pembelajaran, dimana guru bertindak
sebagai pelatih, diantaranya:
(a) Presentasi tim
Bagilah siswa dalam beberapa tim. Setiap tim
mempelajari berkas bahan pembelajaran yang diterima
dan membuat presentasi.
(b) Pencarian konsep
Tempatkan siswa dalam beberapa tim. Beri setiap tim
20 pertanyaan untuk dijawab untuk dikumpulkan.
(c) Wawancara investigasi
Kelompokkan siswa alam tim kecil, minta mereka
melakukan wawancara (investigasi) kebeberapa
informan (sumber informasi). Hasil invstigsi dilaporkan
di masing-masing kelompok.
(d) Uji coba kolaboratif
Berilah siswa “ujian akhir” ketika mereka baru masuk
kelas mintalah mereka berbaur dan berkerja sama untuk
mengetahui berapa banyak pertanyaan yang dapat
mereka jawab berdasarkan materi yang ada.
c. Practise ( Praktik )
Tahap pelatihan merupakan interaksi dari proes pembelajaran karena
pada tahap ini siswa dapat menggali dan memahami pengetahuan yang mereka
dapatkan.
Untuk melakukkan tahapan praktik, ada beberapa gagasan yang perlu
diperhatikan, diantaranya:
1) Artikulasi
Memberi kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada
sesame temannnya tentang apa yang baru didengarnya.
2) Berbagai gagasan
Sesama siswa hendaknya saling berbagi informasi dan gagasan
yang mereka dapat saat mengikuti tahapan praktik.
3) Mencoba-coba
Siswa mempraktikkan suatu keteramplan secara berulang-
ulang.
4) Permainan peran kolaboratif.
Siswa diberikan kesempatan untuk menyela atau menjadi
penasaran sementara guru berperan sebagai orang tua dalam
dialog, kegiatan ini cocok untuk menggembangkan rasa
percaya diri siwa.
5) Kegiatan berjodoh
Ketika guru hendak menyampaikan istilah apapun definisi akan
sesuatu hal, dan ajaklah siwa berpasangan.
6) Pelatihan pemecahan masalah
Kelompokkan siswa secara berpasangan untuk menjadi
kelompok kecil. Berikan mereka suatu masalah untuk
dipecahkan dalam jangka waktu yang ditentukan.
7) Pengamatan dunia nyata
Di saat yang tepat, mintalah siswa secara berpasangan untuk
mengamati atau mewawancarai satu atau dua sumber tentang
pengalaman yang berkaitan dengan kompetens yang mereka
kuasai.
d. Performance ( Penampilan hasil belajar )
Tahap penampilan hasil merupakan tahapan terakhir dalam siklus
pembelajaran. Tahapan ini bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan
pembelajaran tetap berjalan dan berhasil diterapkan. Bebrapa saran
pembelajaran untuk tahap penampilan hasil, di antaranya :
1) Kelompok dukungan berdasar tim
Setelah praktik berakhir, siswa diminta berkumpul secara
periodic. Lakukanlah konsultan timbal-balik mengenai cara
meenerapkan pembelajaran baru. Siswa dapat berbagi
keberhasilan, kega-galan, dan tantangan yang mereka alami
sehingga mereka dapat saling membantu menarapkan
kompetensi baru secara lebih efektif dalam situasi kehidupan
sehari-hari.
2) Mentoring lanjutan
Mintalah antarasesama siswa saling mengarahkan dan
menyarankan agar mereka dapat saling menguatkan dan
mengembangkan kompetensi yang telah diperolah saat berada
pada tahap praktik.
C. SARANA DAN SUMBER BELAJAR

Sarana pembelajaran merupakan fasilitas yang memperngaruhi secara langsung


keberasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sarana yang paling membantu dalam
mencapai tujuan pembelajaran adalah media. Dalam pembelajaran guru perlu menggunakan
berbagai jenis media pembelajaran dan dimanfaatkan secara sepat, dengan demikian, media
pembelajaran bisa memperjelas informasi dan konsep yang sedang dipelajari.

Beberapa karakteristik sarana yang efektif (puskur, balitbang Depdiknas, 2002)


memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Menarik perhatian dan minat siswa.


2. Mampu meletakkan dasar-dasar untuk memahami sesuatu hal secara kongret,
sekaligus depat memcegah atau mengurangi verbalisme.
3. Merangsang tubuhnya saling mengertian ( tumbuhnya usaha mengembangkan
nilai-nilai ).
4. Mempunyai banyak kegunaan ( multifungsi ).
5. Mempunyai bentuk yang sederhana, mudah digunakan dan dirawat, mudah
diperoleh, dapat dibuat sendiri oleh guru.

Dalam peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang setandar sarana dan
prasarana, di antaranya mengatur berbagai hal, sebagai berikut:

a. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi


perabot, peralatan pemdidikan, media pendidikan, buku dan
sumber belajar lainnya, bahan habis pakai serta perlengkapan lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan.
b. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi
lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang
pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang
kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat
beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi dan ruang tampat
lainyang diperlukan untuk menunjukan proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan.
Sumber belajara merupakan sesuatu yang berubungan dengan usaha
memperkaya pengalaman belajar siswa. Sumber belajar yang bisa dibunakan,
misalnya buku, brosur, majalah, surat kabar, poster, lembar informasi lepas,
naskah, peta foto, dang lingkungan sekitar. Penggunaan sumber belajar harus
sesuai materi yang dipelajari dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Guru perlu memperhatikan faktor lingkungan karena lingkungan bisa


berperan sebgai sumber belajar yang efektif. Untuk itu guru lebih dahulu
mengkasifikasikan lingkungan ke dalam tiga jenis. Adapun klasifitasi
lingkungan yang dimaksud sebagai berikut:

1) Lingkungan sosial, yaikni kondisi masyarakat tempat di mana


siswa berada.
2) Lingkungan alam, yaikni segala sesuatu yang tersedia dan
terjadi di alam.
3) Lingkungan budaya, yakni hasil-hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan masyarakat.
D. PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN

Pengembangan materi pembelajaran merupakan upaya meningkatkan


kualitas/kompetensi guru maupun siswa melalui media pembelajaran. Materi pembelajaran
sendiri merupakan bahan yang harus disampaikan sesuai dengan kopotensi yang akan
dicapai.

Pentingnya bagi para siswa adalah kebutuhan untuk mempelajari kecakapan hidup.
Hal ini berarti memerlukan pengembangan materi berdasarkan empat tingkatan kurikulum
pendidikan ala Dryden dan Vos (2003), yang menekankan pada:

1. Citra diri dan perkembangan pribadi.


2. Pelatihan keterampilan hidup
3. Belajar tentang cara belajar dan berpikir.
4. Kemampuan akademik, fisik, dan artistic yang spesifik.
Empat tingkat usulan Dryden dan vos dapat dijelaskan sebgai berikut:
a. Citra diri harus dikembangkan dalam perspeltif peran dan fungsi
manusia sebagai makhluk Thuan, individu mandiri, dan makluk sosial,
setra sebgai unsur produksi.
b. Keterampilan hudup secara sempit diartikan sebagai keterampilan
praktis yang berkaitan dunia kerja ( kecakapan Vokasional ), dansacara
luas sering diartikan sebagai kecakapan hidup.
c. Belajar tentang bagaimana cara belajar dan berfikir.
d. Kemampuan akademik, fisik, dan artisik yang spesifik lebih
menekankan pada aspek materi pembelajaran yang bersifat praktis
untuk menguasai kehlian tertentu.

Siswa bekali prinsip-prinsip pengembangan sistem ilmu pengetahuan. Prinsip ini


berdasarkan pada asumsi bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi di muka bumi, tanpa melalui
proses/seketika. Dengan kata lain, apa pun sistem/nama ilmu pengetahuan, pada hakikatnya
adalah menjelaskan tentang suatu proses, sesuai dengaan bidang kajiannya masing-masing
yang terbentuk dalam bebagi ilmu pengetahuan.

Prinsip-prinsip sistem ilmu pengetahuan, sebagai berikut :

1) Siswa hendaknya diarahkan pada pemahaman setra pengungkapan berbagai


aturan/hukum/kepatin, dari setiap sesuai yang ada dan terjadi.
2) Hubungan antara kepastian, para siswa diarahkan dalam pengembangan materi
kea rah pemahaman proses dari sesuatu yang ada dan terjadi.

Anda mungkin juga menyukai