Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Keperawatan Volume 11 No 1, Hal 27 - 32, Maret 2019 ISSN 2085-1049 (Cetak)

Jurnal Keperawatan
Sekolah Tinggi IlmuVolume 11 No
Kesehatan 1, Hal 27 - 32, Maret 2019
Kendal Sekolah Tinggi
ISSN Ilmu Kesehatan
2549-8118 (Online)Kendal

PERBEDAAN HASIL PENGUKURAN TEKANAN DARAH POSISI BERBARING


DAN BERDIRI PADA PENDERITA HIPERTENSI
Andriyani Mustika Nurwijayanti1, Novi Indrayati1, Miska Nur Ariqoh1
1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan Kendal
Andri.manis78@yahoo.co.id

ABSTRAK
Hipertensi suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik
lebih dari 80 mmHg. Hipertensi merupakan penyakit yang dapat menyerang usia muda dan
tua.Pengukuran tekanan darah dengan posisi berdiri akan memberikan angka yang lebih tinggi
dibandingkan dengan posisi berbaring. Dan banyak orang yang merasa pusing bila akan mengambil
posisi berdiri setelah berbaring lama. Untuk mengatasi hal ini, biasanya perawat menganjurkan pasien
untuk melakukan perubahan posisi secara bertahap dengan memberikan waktu beristirahat minimal 5
menit untuk masing-masing posisi, karena pembuluh darah akan mengalami pelebaran dan relaksasi.
Penelitian ini untuk mengetahui Perbedaan Hasil Pengukuran Tekanan Darah Posisi Berbaring dan
Berdiri Pada Penderita Hipertensi. Penelitian ini besifat deskriptif komparatif, penelitian yang
digunakan menggunakan pendekatan cross sectionaldengan jumlah sampel sebanyak 48 responden
menggunakan total sampling. Penelitian ini di dapatkan nilai p sebesar 0,009 (α<0,05) yang artinya
ada perbedaan yang bermakna antara hasil pengukuran tekanan darah sistolik posisi berbaring dan
posisi berdiri pada pasien hipertensi, didapatkan nilai p sebesar 0,372 (α>0,05) yang artinya tidak
ada perbedaan yang bermakna antara hasil pengukuran tekanan darah diastolik posisi berbaring
dengan posisi berdiri pada pasien hipertensi. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan
karakteristik dan menetapkan posisi yang berbeda dalam pengukuran tekanan darah.

Kata Kunci: Hipertensi, Tekanan Darah, Posisi Berbaring, Posisi Berdiri

THE DIFFERENCE OF BLOOD PRESSURE LYING AND STANDING ON


HYPERTENTION PATIENTS

ABSTRACT
Hypertention of a state where the sistoolic blood pressure is more than 120mmHg and diastolic
preassure more than 80mmHg. hypertention is a dessease that can attack young age and
old.Measurement of blood preassure with lying position and standing position will give a higher
number than lying position. And many peole who feel dizzy whwn will take a standing position after a
long lay. To overcome this usually nurses encourage patients to gradually change positions by giving
time to rest at least 5 minutes for each position, because widening and relaxation. The purpose of this
study to determine the difference of blood pressure lying and standing on hypertention patients. The
research method is descriptive comparative, the research used cross sectional approach with the
number of samples counted 48 reespondents using total sampling. The result of this study obtained the
value of p value of 0.009 (<0,05) which means there is asignificant difference between the
meassurment of systolic blood preassure lying position and standing position in hypertention patient,
obtained p value of 0,0372 (>0,05) which means there is no significant difference between the result of
measurement of diastolic blood preassure lying position with standing position in hypertention patient.
It is hoped that the next researcher can use the character and set difference position in the
measurementof blood preassure.

Keywords: Hypertention, Blood Preassure, Lying Position, Standing Position.

27
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 1, Hal 27 - 32, Maret 2019 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PENDAHULUAN biasanya isi sekuncup ditentukan oleh


Hipertensi suatu tekanan darah tinggi yang kontraksi miokard dan volume darah yang
bersifat abnormal dan diukur paling dengan akan kembali ke jantung.
dua posisi yang berbeda, Secara umum
seseorang dianggap menderita hipertensi Pengukuran tekanan darah dengan posisi
apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari berdiri akan memberikan angka yang lebih
140/90 mmHg. Hipertensi juga sering diartikan tinggi dibandingkan dengan posisi berbaring.
suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik Dan banyak orang yang merasa pusing bila
lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik akan mengambil posisi berdiri setelah
lebih dari 80 mmHg (Andriyansah M, 2012). berbaring lama. Untuk mengatasi hal ini,
Hipertensi berkembang secara perlahan – lahan biasanya perawat menganjurkan pasien untuk
dalam waktu lama, sehingga terkesan hanya melakukan perubahan posisi secara bertahap
menyerang seseorang yang lanjut usia, tetapi dengan memberikan waktu beristirahat
akhir – akhir ini orang dengan usia dewasa minimal 5 menit untuk masing-masing posisi,
Penderita hipertensi biasanya tidak mengetahui karena pembuluh darah akan mengalami
menderita hipertensi sebelum muncul tanda pelebaran dan relaksasi (Sofia, R.D 2014).
dan gejala. Hipertensi sering dikategorikan Tekanan darah merupakan kekuatan
sebagai The silent desease, sebab pasien pendorong untuk darah agar dapat beredar
hipertensi umumnya tidak merasakan tanda keseluruh tubuh dan memberikan darah segar
dan gejala sebelum terjadi komplikasi seperti yang mengandung oksigen dan nutrisi ke
stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan organ-organ tubuh, tekanan darah dapat
gagal ginjal kronik (Wahdah, 2011). dipengaruhi dalam berbagai hal seperti usia,
jenis kelamin, aktivitas fisik, dan perubahan
Banyaknya orang dengan penderita Hipertensi posisi.
diperkirakan sekitar 15 juta bangsa Indonesia
tetapi hanya 4% yang mempunyai hipertensi Hipertensi merupakan masalah medis yang
terkontrol, yang dimaksud dari hipertensi menimbulkan dampak bermakna pada
terkontrol yaitu mereka yang tahu bahwa kesehatan masyarakat umum. Terdapat
memiliki hipertensi dan sedang menjalani kesenjangan antara rendahnya angka deteksi
pengobatan (Bustan, 2007).Sementara Menurut kasus hipertensi dan tingginya angka
profil Kesehatan Jawa Tengah pada tahun komplikasi jangka panjang hipertensi, hal ini
2014 menyebutkan bahwa hipertensi bila terus dibiarkan, maka hipertensi akan
menduduki peringkat tertinggi dari seluruh selalu menjadi masalah medis dan masalah
penyakit tidak menular (PTM) sebesar 57,89% kesehatan masyarakat yang serius (Lubis,
(RISKESDAS, 2014). 2013).Peran penting tenaga kesehatan
khususnya perawat dalam upaya
Menurut Rebecca JS, 2012 dalam penelitian mengobatihipertensi adalah dengan cara
Mercy Manembu, dkk tekanan darah seseorang pengukuran tekanan darah yang akurat.
akan dipengaruhi oleh berbagai faktor Pengukuran tekanan darah yang akurat
diantaranya seperti usia, aktivitas fisik, jenis merupakan indikator yang berpengaruh pada
kelamin, serta perubahan posisi tubuh. pasien hipertensi sebagai upaya pengendalian
Menurut Green, 2008 dalam penelitian Sucipto tekanan darah agar tetap stabil dan mengurangi
J, dkk dari perubahan gravitasi tekanan darah resiko rusaknya organ-organ tubuh penting
akan meningkat 210 mmHg setiap 12 cm di seperti jantung, ginjal dan otak. (Mutmainah &
bawah jantung karena pengaruh gravitasi Rahmawati, 2010).
bumi. Pada posisi berdiri tekanan darah systole
biasanya 210 mmHg dikaki, tetapi diotak METODE
hanya 90mmHg, dalam posisi berbaring juga Penelitian ini besifat deskriptif komparatif
tekanannya akan sama. Tekanan darah dalam dengan pendekatan cross sectional. Penelitian
arteri pada orang dewasa dalam keadaan duduk dilakukan di desa Bojong Batang, Kecamatan
atau posisi berbaring pada saat istirahat Pemalang. Sampel penelitian ini adalah
biasanya berkisar 120/70mmHg, karena masyarakat desa bojong yang menderita
tekanan darah akibat dari curah jantung dan hipertensi dengan jumlah sampel 48 orang.
resistensi perifer tekanan darah akan Data dianalisis menggunakan t-test.
dipengaruhi oleh keadaan isi sekuncup, dan

28
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 1, Hal 27 - 32, Maret 2019 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

HASIL komputer dan ditampilkan dalam tabel berikut


Data hasil penelitian dianalisis secara univariat ini:
dan bivariat dengan menggunakan alat bantu

Tabel 1.
Karakteristik responden berdasarkan usia (n=48)
Usia Min-max Median Std defiasi 95%CI
25-59 tahun 35-59 52,00 7,444 48,15-52,47
Tabel 1 menunjukan sebagian besar responden memiliki usia rata-rata 50 tahun dengan nilai tengah
yaitu 52 tahun, usia paling muda yaitu 35 tahun dan usia paling tua 59 tahun.

Tabel 2.
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan, (n=48)
Variabel Frekuensi (f) Persentase %
Jenis Kelamin
Laki-laki 12 25
Perempuan 36 75
Pekerjaan
PNS 8 16,7
Swasta 8 16,7
Wiraswasta 11 22,9
Buruh 21 44,8

Tabel 3.
Perbedaan Pengukuran Tekanan Darah Sistolik Pada Posisi Berbaring dan Posisi Berdiri Pada Pasien
Hipertensi (n=48)
Variabel Mean Std p-value
Sistolik bebaring 154.54 13.063 .009
Sistolik berdiri 158.00 15.482 .009
Menurut tabel 3 berdasarkan uji statistic paired yang bermakna antara hasil pengukuran
t-test menunjukanbahwa rata-rata hasil tekanan tekanan darah sistolik posisi berbaring dengan
darah sistolik posisi berbaring 154,54 posisi berdiri pada pasien hipertensi. Hasil
(13,063%) dengan rata-rata posisi berdiri penelitian ini menunjukan bahwa tekanan
158,00 (15,482%) di dapatkan nilai p sebesar darah sistolik pada posisi berbaring lebih
0,009 (α<0,05) yang artinya ada perbedaan rendah dibanding dengan posisi berdiri.

Tabel 4.
Perbedaan Pengukuran Tekanan Darah Diastolic pada Posisi Berbaring dan Berdiri pada Pasien
Hipertensi (n=48)
Variabel Mean Std p-value
Diastolik berbaring 91.69 8.019 372
Diastolik berdiri 92.58 10,141 .372
Menurut tabel 4 berdasarkan uji statistic paired PEMBAHASAN
t-test menunjukan bahwa rata-rata hasil 1. Karakteristik Responden
tekanan darah diastolik posisi berbaring 91,69 Hasil penelitian menunjukan bahwa usia
(8,019%) dengan posisi berdiri rata-rata 92,58 dewasa dengan hpertensi di Desa Bojongbata
(10,141%) didapatkan nilai p sebesar 0,372 Kecamatan Pemalang memiliki usia maksimal
(α>0,05) yang artinya tidak ada perbedaan 59 tahun dengan usia rata-rata 50,31 tahun.
yang bermakna antara hasil pengukuran Seseorang beresiko mengalami hipertensi jika
tekanan darah diastolik posisi berbaring memasuki usia lebih dari 25 tahun keatas.
dengan posisi berdiri pada pasien hipertensi. Menurutdata Kesehatan Dunia World Health
Organization (WHO) tahun 2012 melaporkan
bahwa hipertensi adalah suatu kondisi beresiko
tinggi yang menyebabkan sekitar 51% dari

29
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 1, Hal 27 - 32, Maret 2019 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

kematian akibat stroke dan 45% dari penyakit Penelitian ini sejalan dengan penelitian Herke
jantung koroner. Hasil penelitian ini sejalan J.O (2006) menunjukan sebagian besar
dengan penelitian yang dilakukan oleh Meylen pekerjaan buruh sebanyak 12 responden (83,33
Suoth, dkk (2014), bahwa 46,9% kelompok %) dibandingkan pekerjaan yang lain. Menurut
usia yang paling banyak menderita hipertensi teori yang dikemukakan Amir (2002) aktivitas
sebagian besar dengan kelompok usia 50-59 sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi,
tahun. Menurut Darmojo (2010) Prevalensi dimana pada orang yang banyak aktivitas akan
hipertensi akan meningkat dengan cenderung mempunyai frekuensi denyut
bertambahnya usia. Hal ini disebabkan karena jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantung
pada usia tua keadaan darah yang meningkat akan bekerja lebih keras pada tiap kontraksi.
untuk memompakan sejumlah darah ke otak Makin keras dan otot jantung sering memompa
dan alat vital lainnya, pada saat usia tua maka semakin besar tekanan yang dibebankan
pembuluh darah sudah mulai melemah dan pada arteri.
dinding pembuluh darah sudah menebal.
Bahwa menurut komisi pakar sebagian besar 2. Perbedaan pengukuran tekanan darah pada
hipertensi esensial terjadi pada usia 25 – 45 posisi berbaring dan berdiri pada pasien
tahun dan di atas 50 tahun. hipertensi
a. Perbedaan pengukuran tekanan darah
Hasil penelitian menunjukkan responden sistolik pada posisi berbaring dan posisi
terbanyak yaitu perempuan terdapat 36 berdiri pada pasien hipertensi
responden (75%) dibandingkan dengan laki- Perbedaan pengukuran tekanan darah sistolik
laki 12 responden (25%).penelitian ini sejalan pada posisi berbaring dan posisi berdiri pada
dengan penelitian Livana PH (2016) Hasil pasien hipertensi, berdasarkan hasil uji statistik
analisa menunjukan bahwa karakteristik klien dengan paired t-test didapatkan hasl
hipertensi mayoritas berusia berjenis kelamin pengukuran tekanan darah rata-rata sistolik
perempuan 35 responden (71%) sedangkan pada saat posisi berbaring 154,54 dan posisi
laki-laki 14 responden (29%).Penelitian berdiri 158,00 sehingga didapatkan selisih
meylen south (2014) di dapatkan jumlah rata-rata 3,46. Nilai p value sebesar 0,009
responden yang mengalami hipertensi yaitu (p<0,05). Dari hasil tersebut menunjukan
responden berjenis kelamin perempuan 22 bahwa ada perbedaan yang bermakna antara
orang (68,8%) dibandingkan dengan jenis hasil pengukuran tekanan darah sistol pada
kelamin laki-laki sebanyak 10 orang (31,3%) posisi berbaring ddan posisi berdiri pada
dari 32 responden. Dari hasil penelitian pasien hipertensi. Hasil penelitian ini
didapatkan hasil lebih dari setengah penderita menunjukan bahwa tekanan darah sistolik
hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5 pada posisi berbaring lebih rendah dibanding
% karena pada premenepouse wanita mulai dengan posisi berbaring.
kehilangan sedikit demi sedikit hormon
estrogen yang selama ini melindungi pembuluh Penelitian menegaskan pada posisi berbaring
darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut gaya gravitasi pada peredaran darah lebih
dimana hormon estrogen tersebut berubah rendah, karena arah peredaran tersebut
kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara horizontal sehingga tidak terlalu melawan
alami (Anggraini, 2009). gravitasi dan tidak terlalu memompa
(Istiqomah, 2009).Ketika seseorang berbaring,
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar maka jantung akan berdetak lebih sedikit
pekerjaan paling banyak yaitu buruh terdapat dibandingkan saat sedang duduk maupun
21 responden (44,8%), pada pekerja berdiri. Hal ini disebabkan saat orang
wiraswasta berjumlah 11 responden (22,9%), berbaring, maka efek gravitasi pada tubuh akan
pada pekerja swasta berjumlah 8 responden berkurang yang membuat lebih banyak darah
(16,7), dan pada pekerja PNS berjumlah 8 mengalir kembali ke jantung melalui pembuluh
responden (16,7). Hal ini disebabkan karena darah, berbeda dengan posisi berdiri yang Efek
mata pencaharian di desa Bojongbata, gravitasinya terjadi secara tidak merata, selain
Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi
Jawa Tengah sebagian besar penduduk adalah jantung, pembuluh yang terletak dibawah
bertani. jantung juga mendapat tekanan yang

30
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 1, Hal 27 - 32, Maret 2019 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

ditimbulkan oleh berat kolom darah dari berbaring dengan posisi berdiri pada pasien
jantung hipertensi dengan nilai p-value 0,372 (p>0,05).

b. Perbedaan tekanan darah diastolik pada Saran


tekaan darah posisi berbaring dan posisi 1. Bagi penderita hipertensi
berdiri pada pasien hipertensi Hasil penelitian ini diharapan dapat menambah
Perbedaan pengukuran tekanan darah diastolik informasi bagi responden tentang hasil
pada posisi berbaring dan posisi berdiri pada pengukuran tekanan daah dalam berbagai
pasien hipertensi, berdasarkan hasil uji statistic posisi yaitu posisi berbaring dan posisi berdiri,
dengan paired t-test didapatkan hasl namun lebih efektifnya dapat menggunakan
pengukuran tekanan darah rata-rata diastolik posisi berbaring
pada saat posisi berbaring 91,69 (8,019%) dan
posisi berdiri 92,58 (10,141%) sehingga 2. Bagi tenaga kesehatan puskesmas
didapatkan selisih rata-rata 0,89. Nilai p value Hasil penelitian ini diharapkan dapat
sebesar 0,372 (p<0,05). Dari hasil tersebut digunakan sebagai masukan dan gambaran
menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang bagi tenaga kesehatan khususnya bidang
bermakna antara hasil pengukuran tekanan asuhan keperawatan yang berkaitan dengan
darah diastolik pada posisi berbaring dan posisi dalam melakukan pengukuran tekanan
posisi berdiri pada pasien hipertensi. Hasil darah.
penelitian ini menunjukan sikap atau posisi
berdiri dapat membuat tekanan darah 3. Peneliti selanjutnya
cenderung stabil (Guyton & Hall, 2002). Penelitian ini merupakan penelitian dasar yang
Kelainan fungsi diastolik berupa gangguan dapat dikembangkan menjadi penelitian yang
relaksasi disebabkan pengurangan compliance lebih spesifik lagi tentang perbedaan tekanan
jantung pada permulaan diastol (Darmojo & darah pada berbagai posisi, dari sumber yang
Martono, 2004). Darah dapat kembali ke mendukung lainnya misalnya berbagai
jantung secara mudah pada posisi berbaring. karakteristik yang mempengaruhi tekanan
Tekanan darah akan menurun dengan darah.
10mmHg setiap 12 cm di atas jantung karena
pengaruh gravitasi (Green, 2008). Posisi DAFTAR PUSTAKA
berbaring gaya gravitasi pada peredaran darah Amir. (2002). Hidup Bersama Penyakit
lebih rendah, karena arah peredaran darah Hipertensi Asam Urat, Jantung
tersebut horizontal sehingga tidak terlalu Koroner. Jakarta: PT Intisari Media
melawan gravitasi dan tidak terlalu memompa Utama
(Istiqomah, 2009). Isi sekuncup dalam posisi
berbaring mencapai nilai maksimal sedangkan Andriyansah, M. (2012). Medikal Bedah Untuk
pada posisi kerja hanya dapat sedikit Mahasiswa. Yogyakarta: Diva Press
peningkatan. Besarnya isi sekuncup ditentukan
oleh kontraksi miokard dan volume darah yang Anggraini. (2009). Faktor-Faktor Yang
kembali ke jantung karena tekanan darah Berhubungan dengan Kejadian
akibat dari curah jantung dan resistensi Hipertensi pada Pasien yang Berobat di
perifer, maka tekanan darah dipengaruhi oleh Poliklinik Dewasa Puskesmas
keadaan yang mempengaruhi setiap atau dan Bangkinang. Thasis. Riau
isi sekuncup (Guyton & Hall, 2002).
Bustan. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak
SIMPULAN DAN SARAN Menular. Jakarta:Reneka Cipta
Simpulan
Sebagian besar rata-rata usia responden 50 Darmojo & Martanto. (2010). Buku Ajar
tahun, berjenis kelamin perempuan, bekerja Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
sebagai buruh. Ada perbedaan yang bermakna FKUI. Jakarta
antara sistolik posisi berbaring dengan posisi
berdiiri pada pasien hipertensi. Dengan nilai p- Green, H. J. (2008). Fisiologo Kedokteran.
value 0,009 (p<0,05). Tidak ada perbedaan Bina Aksan Rupa
yang bermakna diastolik antara posisi

31
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 1, Hal 27 - 32, Maret 2019 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Guyton CA, Hall JE. (2011). Buku Ajar


Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Hidayat A. (2013). Konsep dan Praktek


Penulisan Riset Keperawatan,. Edisis 2.
Yogyakarta: Graha Ilmu

Istiqomah F. (2009). Pengukuran


TekananDarah. Retrieved
fromhttp://www.scribd.com/doc/585826
10/PengukuranTekananDarah.

Manembu M. (2015). Pengaruh Posisi Duduk


Dan Berdiri Terhadap Tekanan Darah
Sistolik Dan Diastolik Pada Pegawai
Negeri Sipilkabupaten Minahasa Utara.
Manado

Mutmainah & Rahmawati. (2010). Hubungan


Antara Kepatuhan Pengunaan Obat
Dan Keberhasilan Terapi Pada
Penderita Hipertensi. Surakarta.
http://PublikasiIlmiah.ums.ac.id/Bitstrea
m/handle/11617/3395/2010-11-2-5.pdf

Notoatmodjo. (2012). Metodelogi Penelitian


Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

PH Livana. (2016). Faktor-faktor yang


mempengaruhi hipertensi. Kendal:
Fakultas Kedokteran Program Studi
Ilmu Keperawatan

Rebecca JS. (2012). High Blood Pleasure:


http//www.blood pleasure.org/

Riskesdas. (2014). Profil kesehatan Provinsi


Jawa Tengah pada tahun 2014

Sofia RD. (2014). Buku Ajar Keperawatan


Gerontik. Yogyakarta: Deepublish

Sugiyono. (2012). Metode Kuantitatif


Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

32

Anda mungkin juga menyukai