Anda di halaman 1dari 7

RANGKUMAN

1.Alignemen vertikal jalan diperlukan pada saat arah jalan mengalami pendakian dan
penurunan pada posisi arah jalan. Kondisi ini dapat merubah sudut tangen dari arah garis
lurus pada jalan membentuk pertemuan garis potong. Penampilan bentuk fisik dari
alignement vertikal jalan harus dapat mereduksi kecelakaan dan kesalahan dalam melakukan
pergerakan kendaraan sesuai kecepatan yang direncanakan sehingga memberikan keamanan
dan kenyamanan bagi penguna kendaraan dan sistem drainase jalan. Kriteria menentukan
koordinasi Alignemen:a)Alignemen horisontal dan vertical yang terletak pada satu fase
memberikan tikungan tanjakan dan atau tikungan turunan memberikan dampak geometrik
aman dan nyaman bagi pengemudi dan dapat memperkirakan bentuk alinyemen berurutan
dalam satu arah jalan. B)Tikungan tanjakan/turunan tajam tidak diadakan dibagian
lengkung vertical cembung atau dibagian bawah lengkung vertical cekung.c)Pada jalan lurus
panjang seperlunya tidak dibuatkan lengkung vertical cembung, diupayakan dilakukan
pengaturan duga badan jalan selama pelaksanaan dibagian segmen tersebut.d)Kelandaian
yang pendek tidak sesuai syarat keamanan dan kenyamanan tidak diletakan diantara dua
kelandaian curam, sehingga dapat mengurangi jarak pandangan mengemudi ( berhenti dan
menyiap akan mendahului). Jarak yang ditempuh pengemudi untuk menghentikan kendaraan
guna memberikan keamanan pada pengguna jalan lainnya. Jarak pandangan henti dan Jarak
pandangan bebas ini tergantung pada kecepatan kendaraan yang bergerak dan tergantung pula
kelincahan (reaksi) pengemudi dalam menjalankan kendaraannya.Jarak pandangan henti.
jarak dimana pengemudi dapat menghentikan kendaraannya sebelum mencapai suatu
hambatan Sloping Sight Distance (SSD).Jarak pandangan bebas. dimana pengemudi
melampaui kendaraan lain dapat dengan bebas dan aman sampai dia melampaui hambatan
tersebut. Dalam penentuan jarak pandangan henti dapat dilakukan dengan mengunakan
PPGJR no 13 –1970 daftar III dan VI. Sesuai dengan type dari alignement vertical jalan,
pengunaan grafik mempermudah penentuan panjang lengkung yang dipersyaratkan sesuai
kecepatan rencana dan kelandaian yang dibentuk pada lengkungan vertical. .

Jarak yang digunakan pengemudi untuk melakukan penyalipan dari kendaraan lain atau
pengubahan lajur kendaraan kelajur kanan.Pembentukan pandangan menyiap pengemudi di
jalan ditentukan melalui variabel sbba)Jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m)
b)Jarak selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur semula. c)Jarak antara kendaraan
yang mendahului dengan kendaraan yang datang dari arah berlawanan d3 diambil diantara
30 – 100 m. d)Jarak tempuh oleh kendaraan yang datang dari arah berlawanan.Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam perencanaan alignemen vertikal antara lain adalah :a)Bila
memungkinkan, diusahakan agar pada bagian lengkung horisontal (tikungan) tidak terjadi
lengkung vertical (tanjakan dan turunan).b)Grade (kemiringan memanjang minimum) sebesar
0,5 %, tidak lebih kecil dari grade minimum kondisi medan jalan datar, bukit dan
gunung.c)Grade kemiringan memanjang maksimum dibatasi oleh panjang kritisnya dengan
ketentuan melalui pedoman perencanaan Geometrik f)Penentuan elevasi jalan rencana harus
memperhatikan kemungkinan terjadinya galian dan timbunan. diupayakan volume galian dan
timbunan diusahakan sama sejauh kriteria perencanaan gradasi tanah terpenuhi, agar struktur
tanah untuk konstruksi memiliki gradasi sama disegmen tiap ruas jalan.jenis lengkung
ditinjau dari titik potongnya kedua bagian lurus (tangen) dari rencana jalan:a)Lengkung
vertical cekung, adalah lengkung dimana titik perpotongan kedua tangen berada dibawah
permukaan jalan.b)Lengkung vertical cembung, adalah lengkung dimana titik perpotongan
kedua tangen berada diatas permukaan jalan. Pelaksanaan pembentukan kelandaian jalan
diusahakan dibuat mendekati tanah asal sehingga pembentukan leveling keadaan badan jalan
dapat turun naik dengan persyaratan teknik, juga diperhatikan pemindahan tanah bekas galian
dan tanah pengurukan lahan dapat diminimaliskan melalui hitungan kesimbangan
pelaksanaan tanah yang digali dan diurugkan kembali.Untuk persyaratan di Indonesia
pembentukan kelandai jalan arah memanjang biasanya diambil berdasarkan jenis lokasi
sebagai berikut a) Daerah pegunungan sebesar 7 – 10 %, b) Daerah perbukitan besar 6 – 9 %.
c). Daerah dataran sebesar 3 %

2. Jalan adalah ruang lalu lintas tempat kendaraan dan orang berpindah tempat dan
dipergunakan bagi lalu lintas umum (UU-RI No.14 Th.1992). Proses pengembangan melalui
perencanaan dan perancangan serta penerapan jalan erat kaitannya dengan keselamatan lalu
lintas. tahapan yang dilakukan secara terukur yang memenuhi standar akan mampu
memberikan kenyamanan, keamanan dan kemudahan bagi pengguna jalan, serta
meminimalkan kejadian kecelakaan pada ruang jalan. Rancangan fasilitas jalan adanya
komponen utama dalam proses rancangan jalan yang mempengaruhi keselamatan adalah:
hierarki jalan, penyediaan fasilitas bagi segala jenis pengguna jalan, penggunaan lahan serta
pengendalian akses (ADB,1996). Rancangan komponen jalan . melalui rancangan yang
baik dengan menggunakan prinsip-prinsip rancangan yang sesuai standar dapat membantu
mencegah permasalahan keselamatan berkendaraan. Menurut Asian Development Bank
(1996) suatu rancangan yang aman hendaknya memberikan perhatian terhadap pembangunan,
pengoperasian dan pemeliharaan : persimpangan, jarak pandang, lengkungan dan
superelevasi, batas kecepatan, rambu dan marka jalan, drainase, median, pagar, penerangan
jalan serta tempat pemberhentian sementara. Dikemukakan pula oleh Hobb, (1979) .
Hubungan antara Volume, Kecepatan dan KerapatanMenurut Brian dan Wohl (1967)
mengatakan bahwa dalam sebuah aliran lalu lintas pada suatu ruas jalan terdapat tiga variabel
utama yang digunakan untuk mengetahui karakteristik arus lalu lintas.Kinerja Pelayanan
Jalan antara lain: a)Kondisi hambatan samping akibat parkir on street, pedakang kaki lima
dan parkir liar memberi pengurangan pada ruang jalan.b)Permukaan jalan kondisi tidak
berlobang, keriting, bergelombang, retak yang parah , artinya jalan selalu dalam kondisi baik
hingga sedang.c) Jalan tidak melebihi kapasitas sehingga menimbulkan kemacetan dalam
antrian jalan dan sehingga memiliki kinerja lalu lintas yang jelek.Menurut HCM (1985) dan
MKJI, perolehan kinerja pelayanan lalu lintas pada ruas jalan ditunjukkan oleh nilai derajat
kejenuhan (DS) yang merupakan rasio dari volume lalu lintas (q) terhadap kapasitas (C)
Semakin kecil nilai derajad kejenuhan maka semakin tinggi kualitas jalan tersebut, dalam arti
jalan akan semakin nyaman untuk dilalui. Disamping itu kecepatan dan waktu tempuh serta
prosentase kecelakaan juga merupakan indikator kinerja lalu lintas.Kejadian keruwetan jalan
disebabkan sekurang-kurangnya lima faktor yang berinteraksi yaitu kondisi jalan, lalu lintas,
kendaraan, manusia (pengendara), dan lingkungan dan faktor jalan dipengaruhi dan
disebabkan oleh geometrik (alignemen horisontal dan vertical), kondisi permukaan
perkerasan, dan ketersediaan rambu (Hobbs,1979),.
Ketelitian MAT akan tergantung pada jumlah zona tetapi cendrung berisi sel yang tidak
mempunyai pergerakan (interzona). Berbagai usaha dilakukan untuk mendapatkan MAT dan
terdapat beberapa motode yang dapat digunakan untuk :a)Pemodelan kebutuhan transportasi
untuk daerah pedalaman atau antar kota.b)Pemodelan kebutuhan transportasi untuk daerah
perkotaan.c)Pemodelan dan perancangan manajemen lalulintas baik daerah perkotaan
maupun antar kota.c)Pemodelan kebutuhan transportasi di daerah yang ketersediaan datanya
tidak begitu mendukung baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.d)Perbaikan data MAT pada
masa lalu dan pemeriksaan MAT yang dihasilkan oleh metode lain e)Pemodelan kebutuhan
transpotasi antar kota untuk angkutan barang multi moda.survey mengenai asal dan tujuan
lalu lintas dengan tahapan melalui proses.a) Wawancara dengan sopir diperhentikan resmi
ditepi jalan.b)Wawancara dirumah bagi penguna kendaraan.c)Metode mengunakan bendera
untuk menghitung jumlah kendaraan tercatat dari berbagai jenis (sedan, bus truk ringan truk
berat).d)Metode foto udara perruas jalan pada titik pengamatan dari kepadatan dan kerapatan
kendaraan dalam satuan meter, km.d)Metode mengikuti mobil dalam kecepatan
perjalanan.Prosedur wawancara kepada responden dapat dilakukan dengan memperhatikan:
a)Wawancara siang hari selama kurun waktu 8 jam/hari pada titik pengamatan.b)Jumlah
petugas 5 – 10 orang pada titik pengamatan.c)Pencatatan segala jenis kendaraan, kecuali
sepeda motor.d)Jenis kendaraan yang dicatat mobil penumpang, bus ringan, bus berat, truk
ringan, truk berat.e)Siapkan lokasi pengamatan arah asal dan tujuan digambar dalam peta dan
dikode 1 – dst. perkembangan Lalu lintas, mencatat berdasarkan hasil survey dari tahun
ketahun dan diambil rata-rata , data ini dapat digunakan untuk melihat tingkat pertumbuhan
rata rata dari tahun ketahun sebagai pertumbuhan lalu lintas real perencanaan.
mengenai:a)Perkembangnan jumlah lalu lintas,b)Komposisi jenis lalu lintas
pertahun.c)Perkembangan Ukuran dan beban as kendaraan..Merencana jalan berdasarkan
hasil Data survey lalu lintas.a)Lingkup pelayanan meliputi klasifikasi jalan arteri kolektor,
lingkungan. jarak ruas jalan dalam kota dan atau luar kota. b)Keadaan jalan lama ( jumlah
jalur, lebar perkerasan, letak jalan, penampang jalan (damija, damaja).c)Kondisi lalu lintas (
jumlah lalu lintas hasil observasi dalam satuan mobil penumpang.d)Operating speed (
kecepatan kendaraan ) travel time studi – diketahui kecepatan kendaraan pada umumya yang
melewati ruas jalan. Dibedakan dengan bandingan pada kecepatan lalu lintas pada rural area
dan urban area dapat menujukan nilai kecepatan terendah (km/jam), tertinggi ( km/jam) dan
kecepatan rata rata (km/jam).

Komponen bagian atas jembatan atau Super Structure terdiri dari 4 bagian penting yang
masing – masing mempunyai fungsi sebagai berikut: 1) Sistem konstruksi lantai kendaraan
(floor system), posisi lantai terhadap balok pemikul, analisis lantai, bahan plat dari beton non
atau komposit.2) Gelegar utama balok memanjang jembatan, balok melintang jembatan,
balok induk atau rangka batang. 3) Perletakan/ tumpuan jembatan pada pondasi jembatan,
abutmen, pilar jembatan, plicup dan pancang atau strous pile, 4) Ikatan–ikatan (bracings)
meliputi ikatan angin, ikatan rem dan ikatan rangka diaframa dan komponen sambungan pada
rangka baja. Gelegar utama dapat dibentuk dari 1) rangkaian profil siku, chanal dan plat strip,
2) rangkaian dari bahan profil wf dan komponen kelengkapan sambungan. Karakteristik
beban pada jembatan baja dibedakan dari jenis moda 1) beban untuk jalan raya, 2) beban
untuk kereta api. Jenis beban pada konstruksi terdiri dari: 1) Beban konstruksi dan
kelengkapan jembatan sidebut beban mati, 2) beban lajur atau disebut beban D meliputi
beban (P) garis dan beban ( q) lajur, 3) Beban angin pada bidang luasan penampang
konstruksi jembatan, berhadapan dengan angina 100 %, dan dibelakang terpaan angina 30 %,
beban angin pada saat kendaraan berada di atas bentang jembatan. Dan beban tambahan
meliputi :1) beban pengaruh rem pada komponen jembatan, 2) beban gempa pada konstruksi
atas dan again konstruksi bawah jembatan, 3) beban pengaruh rangkah dan susut pada
komponen bahan komponen jembatan, 4) beban perubahan suhu akibat iklim pada material
bahan baja.

3. Jembatan type rangka sangat cocok bagi wilayah dengan kondisi yang sulit untuk
menyediakan bahan baku material dari pada jembatan type bahan beton. Jembatan rangka di
Indonesia dapat dibagi menjadi 2 kelas jalan. Penentuan kelas jalan tergantung dari tujuan
pembangunan jembatan pembagian kelasnya yaitu kelas A dan kelas B yang membedakan
antara kelas-kelas tersebut hanya lebar jalannya saja. kelas A mempunyai lebar 7 meter, dapat
melayani jalan dalam 2 jalur dan melayani kendaraan berat yang lewat. kelas B mempunyai
lebar 6 meter dapat melayani jalan untuk 2 jalur juga tetapi hanya unutk kendaraan yang
ringan. Selain kelas A dan B panjang jembatan rangka terbatas antara 35 meter sampai 60
meter tiap bentangny jembatan dengan lebar 7 meter dan panjang bentang 60 meter maka
disebut A60. untuk jembatan dengan lebar 6 meter dengan bentang 50 meter maka disebut
B50. Kombinasi bentang tidak dimungkinkan apabila ada perbedaan kelas misal A60 dengan
B50. Tetapi dapat dikombinasikan antara A60 dengan A35. Salah satu alat penyambungan
konstruksi di lapangan dengan mengunakan baut-baut memiliki tegangan tinggi berdiameter
12 mm, 16 mm, 20 mm, dan 24 mm sesuai dengan standar DIN 6914, kelas 8,8 setara dengan
ASTM A325. Kelas 8.8 berarti baut tersebut memiliki tegangan putus 8000 kg/cm 2
sedangkan tegangan lelehnya adalah 0,8 x 8000 kg/cm 2 yaitu 6400 kg/cm2. Baut yang
berdiamter 12 mm digunakan pada pemasangan sandaran jembatan sedangkan diameter
lainnya digunakan pada komponen struktur utama.

Komponen-komponen baja konstruksi untuk jembatan rangka difabrikasikan dari baja


yang memenuhi standar JIS G 3106 SM 490 YB. Pada umumnya profil baja dapat diperoleh
dari proses cetak panas atau difabrikasikan dipabrik dari pelat baja mentah berukuran 6096 x
1829 mm2 (20 x 6 ft2) atau 6100 x 1525 mm2 (20 x 5 ft2) yang dipotong sesuai spesifikasi
gambar kerja dan kemudian disambung / dibentuk dengan proses pengelasan.
Mutu baja untuk jembatan rangka baja mempunyai kemampuan tegangan yield stress
408 N/mm2 dan Tensile Stress sebesar 517 N/mm2. Untuk profil baja yang diperoleh dari
proses fabrikasi berupa pelat baja mentah yang didatangkan dari prabrik pada umumnya
memiliki ketebalan yang bervariasi 10 mm, 12 mm, 16 mm, 20 mm, 24 mm. Perbedaan
ketebalan pada pelat dapat terjadi karena ketebalan pelat badan dan sayap berbeda saat
dibentuk baja profil. ketebalan pelat buhul dan ketebalan pelat profil portal ujung akhir
bagain jembatan memiliki perbedaan dalam sambungan sesuai kemampuan bahannya.
Cup kepala abutmen juga berfungsi untuk menahan gaya lateral horizontal yang berada
di bagian tekanan tanah aktif dari bagian dalam abutmen sebagai tekanan horizontal yang
menyebabkan guling pondasi, dan tekanan pada optrit jalan sebelum memasuki kepala
jembatan dan balok jembatan diujung tumpuan. Pada bagian kepala jembatan terdapat juga
landasan atau bearing yang menghubungkan antara rangka jembatan dengan abutmen.
landasan yang sering dipakai berupa bahan dari karet mutu tinggi (elastomeric bearing). Pilar
jembatan / piers dipasangkan terletak di tengah jembatan berada pada bagian aliran
penampang sungai atau pada daerah dimana aliran saat air normal tidak mengenangi posisi
pilar. Fungsi memiliki kesamaan dengan kepala jembatan yaitu menerima reaksi beban dan
berat jembatan rangka da komponen konstruksi lainnya. Pendapat oleh Warren menyatakan
bahwa panjang bentang jembatan rangka dengan type Warren maksimum 60 meter (A60),
hal batasan ini dikerenakan lendutan maksimum yang disyaratkan dan kemampuan jembatan
dalam menerima pembebanan,sehingga apabila bentang sungai melebihi panjang maksimum
jembatan tersebut maka dibutuhkan pilar. Jenis cup kepala abutmen dan pilar jembatan
rangka selalu dilengkapi komponen-komponen lain seperti lateral stop block dan bearing pad,
slooper protector. Tetapi memiliki beda pada pilar terdapat seismic buffer block.

4. Fabrikasi komponen jembatan adalah proses tahap yang harus dilakukan sebelum
pemasangan komponen di lokasi lapangan. Karena pada tahap fabrikasi ini semua komponen
jembatan rangka dibuat melalui presisi dan kebutuhan bahan sesuaidalam analisis desain.
Proses fabrikasi jembatan rangka seluruhnya dilakukan di pabrik. Mulai dari pembuatan
komponen induk dan bagian kelengkapan komponen sambungan. dimaksudkan untuk
menjamin mutu dari jembatan agar sesuai dengan spesifikasi dan memudahkan dalam
perbaikan apabila terjadi kesalahan sebelum dirakit dilokasi. Penyediaan material atau
material procurement merupakan proses untuk menyediakan sejumlah material yang
diperlukan untuk fabrikasi. Dalam proses ini material yang didatangkan berupa pelat-pelat
baja dengan ketebalan yang sudah tertentu sesuai dengan list of material yang ada. dalam
beberapa ukuran yaitu 6 x 20 ft dan 5 x 20 ft, dengan ketebalan yang bervariasi yaitu 8 mm,
10 mm, 12 mm, 16 mm, 20 mm, 24 mm, dan 30 mm. Langkah pertama adalah membuat
gambar template dengan menggunakan Auto CAD, stelah itu gambar yang sudah jadi dicetak
ke keratas skala 1:1. Kenudian gambar transparansi ini akan menjadi master untuk pembuatan
lubang pada profil yang sudah diassembling. Proses cutting / pemotongan pada proses
fabrikasi secara umum dibagi menjadi 2 yaitu : 1) Mechanical Cutting 2) Thermal Cutting.
Pemotongan dilakukan dengan menggunakan mesin pemotong mekanik dengan mata pisau
besar (2,4 meter). Kemudian untuk mempermudah arah pemotongan pelat agar tepat pada
garis marking yang sudah ada maka dari itu digunakan bantuan lampu pijar (penandan Sinar)
untuk membuat garis dan setting yang tepat pada garis potong. Pekerjaan penggilasan ini
dilakukan dengan Grinding Mechines. Kegagalan yang terjadi adalah panjang material hasil
potong yang lebih pendek atau lebih panjang dari toleransi standart yang ada. Solusi yang
dapat diberikan adalah : 1) Menggerinda ujung material bila permukaanya kasar, bergerigi
atau miring. 2) Untuk material yang panjangnya melebihi toleransi panjang yang diijinkan
maka material dipotong lagi,.

Anda mungkin juga menyukai