Anda di halaman 1dari 19

REFERAT April, 2018

TRIKOMONIASIS

Disusun Oleh:

Nama : MUH. RIFALDI T


NIM : N 111 17 148

Pembimbing Klinik:

dr. Seniwaty Ismail, Sp.KK, FINDSDV

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Muh. Rifaldi T


No. Stambuk : N 111 17 148
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Profesi Dokter
Universitas : Tadulako
Judul Referat : Trikomoniasis
Bagian : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


RSUD Undata Palu
Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako
Palu, Aprilz 2018

Pembimbing Klinik Mahasiswa

(dr. Seniwaty Ismail, Sp.KK, FINSDV) (Muh. Rifaldi T)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... .... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 3
1. Definisi ................................................................................................. 3
2. Etiologi.................................................................................................. 3
3. Epidemiologi ........................................................................................ 4
4. Patogenesis ........................................................................................... 5
5. Manifestasi Klinis ................................................................................ 6
a. Trikomoniasis pada wanita....................................................... 6
b. Trikomoniasis pada laki-laki..................................................... 7
6. Diagnosis Banding.................................................................................. 8
7. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 8
8. Penatalaksanaan..................................................................................... 10
9. Komplikasi ........................................................................................... 12
10. Prognosis .............................................................................................. 12
BAB III KESIMPULAN........................................................................ .... 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Trikomoniasis merupakan infeksi saluran urogenital bagian bawah pada


perempuan maupun laki-laki, dapat bersifat akut atau kronik, disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis dan penularannya melalui kontak seksual.
Penularan umumnya melalui kontak seksual, tetapi dapat juga melalui pakaian,
dan handuk basah, atau karena berenang. Trikomoniasis terutama ditemukan pada
orang dengan aktivitas seksual tinggi, tetapi dapat juga ditemukan pada bayi dan
perempuan paska menopause. Penderita perempuan lebih banyak dibandingkan
dengan laki-laki. 1
Diperkirakan bahwa ada lebih dari 19 juta infeksi trikomoniasis primer yang
terjadi di dunia setiap tahunnya. Hampir lebih dari setengah jumlah ini adalah
mereka yang berusia 15 – 24 tahun. Prevalensi trikomoniasis dilaporkan sekitar 15%
pada negara berkembang, dimana akses ke pelayanan kesehatan sangat terbatas.
Jumlah ini membuat trikomoniasis sebagai salah satu infeksi menular seksual yang
paling sering ditemukan.2
Trikomoniasis adalah infeksi menular seksual nonviral yang paling umum di
negara Amerika Serikat, yang mempengaruhi kira-kira 3,7 juta orang. Epidemiologi
T. vaginalis di negara Amerika Serikat: 13% wanita kulit hitam terpengaruh
dibandingkan dengan 1,8% wanita kulit putih non-hispanik .3
Trikomoniasis pada saluran urogenital dapat menyebabkan vaginitis dan sistitis.
Walaupun sebagian besar tanpa gejala, akan tetapi dapat menimbulkan masalah
kesehatan yang tidak kurang pentingnya, misalnya perasaan dispareunia, kesukaran
melakukan hubungan seksual yang dapat menimbulkan ketidakserasian dalam
keluarga.

1
Pada pria dapat menyebabkan uretritis dan prostatitis yang kira-kira merupakan
15% kasus uretritis nongonore.
Penyebab trikomoniasis ialah T. vaginalis yang pertama kali ditemukan oleh
DONNE pada tahun 1836. Merupakan protozoa berbentuk filiformis/ovoid,
berukuran 15-18 mikron, mempunyai 4 flagella, dan bergerak seperti gelombang.1
Infeksi T.vaginalis dapat menjadi penanda untuk perilaku seksual berisiko
tinggi, dan angka prevalensi yang tinggi pada banyak populasi mengindikasikan
perlunya konseling dan perubahan perilaku untuk mengurangi risiko dari pasien
untuk terinfeksi PMS, termasuk HIV.2

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Trikomoniasis merupakan infeksi saluran urogenital bagian bawah pada
wanita maupun pria, dapat bersifat akut atau kronik, disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis dan penularannya biasanya melalui hubungan seksual.
Trikomoniasis sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah pada
wanita maupun pria. 1,4

2. Etiologi
Penyebab trikomoniasis ialah T.vaginalis yang pertama kali ditemukan
oleh DONNE pada tahun 1836. Merupakan flagelata berbentuk filiformis,
berukuran 15 – 18 mikron, mempunya flagela, dan bergerak seperti
gelombang. 1
Awalnya protozoa ini dianggap sebagai parasit yang tidak berbahaya dari
vagina. Anggapan ini kemudian terbantahkan ketika infeksi dari T.vaginalis
pada traktus urinaria pria dan wanita meningkat. Pada tahun 1940, Koch
menyatakan bahwa T.vaginalis merupakan salah satu etiologi dari terjadinya
vaginitis. Setelah lebih dari 1500 tahun, trikomoniasis bukan lagi merupakan
infeksi menular seksual yang ringan. 5
Parasit ini berkembang biak secara belah pasang memanjang dan dapat
hidup dalam suasana pH 5 – 7,5. Pada suhu 50°C akan mati dalam beberapa
menit, tetapi pada suhu 0°C dapat bertahan sampai 5 hari. T.vaginalis cepat
mati bila mengering, terkena sinar matahari dan terpapar air selama 35 – 40
menit. Pada keadaan higiene yang kurang memadai dapat terjadi penularan
melalui handuk atau pakaian yang terkontaminasi. 1,4

3
Ada dua spesies lainnya yang dapat ditemukan pada manusia, yaitu
T.tenax yang hidup di rongga mulut dan Pentatrichomonas homonis yang
hidup dalam kolon, yang pada umumnya tidak menimbulkan penyakit. 1

Gambar 2.1 Trichomonas vaginalis, pada mikroskop. 6

3. Epidemiologi
Penyakit ini umumnya lebih sering menyerang wanita bila dibandingkan
dengan pria. Penularan umumnya melalui hubungan kelamin, oleh karena itu
trikomoniasis terutama ditemukan pada orang dengan aktivitas seksual yang
tinggi. Prevalensi 200 juta kasus wanita dengan infeksi trikomoniasis yang
tersebar di seluruh dunia. Di Amerika Serikat tahun 1974 ditemukan 3-4 juta
penderita trikomoniasis per tahun sedangkan di Amerika 2,5-3 juta kasus pada
wanita. 7
Insidensi trikomoniasis belakangan ini meningkat dengan pesat pada
negara yang sudah maju, yang mungkin dikarenakan oleh diagnosis dini,
perbaikan penggunaan teknik diagnosis, manajemen yang tepat, dan
perubahan dalam perilaku. Sebaliknya pada negara yang sedang berkembang,
dan pada kelompok di negara maju yang higienitasnya kurang, kejadian ini
semakin meluas.2

4
4. Patogenesis
T. vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran
urogenital dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan sub-epitel.
Masa tunas rata-rata 4 hari sampai 3 minggu. Pada perempuan parasit ini
menimbulkan radang yang berat pada epitel skuamosa vagina dan ektoserviks,
sehingga menimbulkan sekresi yang banyak dan mukopurulen. Pada kasus
lanjut terdapat bagian-bagian dengan jaringan granulasi yang jelas. Nekrosis
dapat ditemukan di lapisan subepitel yang menjalar sampai di permukaan
epitel. Di dalam vagina dan uretra parasit hidup dari sisa-sisa sel, kuman-
kuman dan benda lain yang terdapat dalam sekret 1
T.vaginalis memproduksi beberapa enzim proteolitik, banyak
diantaranya menunjukkan peranan dalam sitotoksisitas, hemolisis, ataupun
adhesi. 5
Pada wanita, T.vaginalis telah diisolasi dari semua tempat
genitourinaria. Infeksi vagina merupakan yang tersering, kemudian infeksi
dari uretra, kelenjar Bartolini dan Skene, dan endoserviks. Pada wanita
dengan trikomoniasis, hampir 10% menunjukkan adanya kultur yang positif
pada uretra. Sedangkan pada pria, T.vaginalis telah diisolasi dari uretra, urin,
semen, genitalia eksterna, epididimis dan prostat. 4,6

5. Manifestasi Klinis
a. Trikomoniasis pada wanita
Gambaran klinis trikomoniasis pada wanita tidak merupakan
diagnostik yang dapat dipercaya. Masa tunas sulit untuk dipastikan,
tetapi dapat diperkirakan berkisar antara 3 sampai 28 hari.5

5
Lima puluh persen perempuan, asimtomatik. Yang diserang terutama
dinding vagina, dapat bersifat akut maupun kronik. Pada kasus akut
terlihat sekret vagina seropurulen berwarna kemuning-kuningan, kuning-
hijau, berbau tidak enak (malodorous), dan berbusa. Dinding vagina
tampai kemerahan dan sembab. Kadang-kadang terbentuk abses kecil
pada dinding vagina dan serviks, yang tampak sebagai granulasi berwarna
merah dan dikenal sebagai strawberry appearance dan disertai gejala
dispareunia, perdarahan pasca koitus, dan perdarahan intermenstrual.
Bila sekret banyak yang keluar dapat timbul iritasi pada lipat paha atau
disekitar genitalia eksterna. Selain vaginitis dapat pula terjadi uretritis,
Bartholinitis, skenitis dan sistitis yang pada umumnya tanpa keluhan.
Pada kasus yang kronik gejala lebih ringan dan sekret vagina biasanya
tidak berbusa.1

Tabel 2.1 Prevalensi keluhan dan gejala klinis penderita wanita dengan
trikomoniasis.5
Keluhan dan Gejala Prevalensi (%)
Keluhan:
1. Tidak ada 9 – 56
2. Duh tubuh (discharge) 50 – 75
a. Berbau 10 – 67
b. Menimbulkan iritasi/gatal 23 – 82
3. Dispareunia 10 – 50
4. Disuria 30 – 50
5. Perasaan tidak enak pada perut bawah 5 – 12
Gejala:
1. Tidak ada 0 – 15
2. Eritema vulva yang difus 10 – 37

6
3. Duh tubuh berlebihan
a. Kuning, hijau 5 – 42
b. Berbusa 8 – 50
4. Inflamasi dinding vagina 20 – 75
5. Strawberry cervix
a. Pengamatan langsung 1–2
b. Pengamatan dengan kolposkop 0 – 45

a. Trikomoniasis pada laki-laki


Pada sebagian besar pria, infeksi yang disebabkan oleh T. vaginalis
bersifat asimtomatis. Pada pria yang melakukan hubungan seksual dengan
wanita yang terinfeksi, ditemukan T. vaginalis dari uretra sekitar 70%.
Biasanya pasien datang berobat karena pasangan seksualnya mempunyai
keluhan dan pada umumnya menunjukkan gejala klinis uretritis dari
ringan sampai berat dengan timbulnya komplikasi prostatitis.
Terdapat 10-50% penderita pria yang menunjukkan gejala klinis
uretritis yang gambaran klinisnya sulit dibedakan dan NGU karena sebab
lain. Pada 50-60% penderita mengeluh adanya duh tubuh mukoid atau
mukopurulen seperti susu jumlahnya sangat sedikit yang nampak pada
meatus dan akan menghilang setelah kencing serta disuria, gatal, iritasi
pada uretra, nyeri setelah koitus dan nyeri abdomen. 7
Pada laki-laki yang diserang terutama uretra, kelenjar prostat, kadang-
kadang preputium, vesikula seminaris dan epididimis. Pada umumnya
gambaran klinis lebih ringan dibandingkan dengan wanita. Bentuk akut
gejalanya mirip uretritis nongonore, misalnya disuria, poliuria dan sekret
uretra mukoid atau mukopurulen. Urin biasanya jernih, tetapi kadang-
kadang ada benang-benang halus. Pada bentuk kronik gejalanya tidak
khas; gatal pada uretra, disuria, dan urin keruh pada pagi hari. 1

7
6. Diagnosis Banding
Berikut adalah diagnosis banding dari trikomoniasis. 7
Nama Etiologi Manifestasi Klinis
Kandidiasis Candida albicans Keputihan yang menggumpal, tebal,
vulvovaginitis berwarna putih dan tidak berbau,
kemerahan dan bengkak di vagina,
nyeri di vagina.
Bakterial Gardnerella Keputihan yang keruh, encer, putih
vaginosis vaginalis abu-abu hingga kekuning-kuningan,
kental dan berbau amis, rasa gatal
dan terbakar, eritema pada edema
pada vulva.
Gonore Neisseria Keputihan seperti nanah, sering
gonorrhoeae kencing dan gatal.

7. Pemeriksaan Penunjang
Selain pemeriksaan langsung dengan mikroskopik sediaan basah dapat
juga dilakukan pemeriksaan dengan pewarnaan Giemsa, Akridini Orange,
Leishman, Gram dan Papanicolau. Akan tetapi, pengecatan tersebut dianggap
sulit karena proses fiksasi dan pengecatan diduga dpat mengubah morfologi
kuman.
Pemilihan media biakan merupakan hal penting, mengingat banyak jenis
media yang digunakan. Media modifikasi Diamond, misalnya In Pouch TV,
digunakan secara luas dan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan media
ini yang paling baik dan mudah didapat. 1
Kultur dengan menggunakan media agar merupakan ‘gold standard’
untuk diagnosis trikomoniasis pada wanita. Pada pembiakan pemilihan media

8
merupakan hal penting, mengingat banyak jenis media yang digunakan.
Media modifikasi Diamond, misalnya In Pouch TV digunakan secara luas dan
menurut penelitian yang dilakukan media ini yang paling baik dan mudah
didapat. Pada wanita, sekret vagina sebaiknya dikultur, untuk deteksi
T.vaginalis, dimana kultur dengan urin masih kurang sensitif. Segera setelah
inokulasi, kultur yang telah diinkubasi diperiksa dengan menggunakan
mikroskop selama 3 – 5 hari. Kultur pada wanita dengan trikomoniasis
biasanya positif pada hari ketiga. Sedangkan kultur pada pria biasanya akan
positif pada hari kelima. Jika pada preparat basah hasilnya negatif, maka dapat
1,9
dilakukan pendekatan dengan metode mikroskopik diikuti oleh kultur.
Trikomoniasis diidentifikasi dengan adanya motilitas T. vaginalis dalam
pemeriksaan smear basah. Pada trikomoniasis pap smear dapat dibedakan
dengan perubahan inflamasi nonspesifik yang ditandai pada sel skuamosa
dimana nukleus menunjukkan hipertrofi dengan hiperkolasia dan
kariyorrhexis, berbagai derajat sitolisis dengan sel-sel yang menunjukkan
batas sitoplasma yang kabur, perinuclear, sitoplasma dan sejumlah besar sel
inflamasi. 10

Gambar 2.2 Infeksi Trichomonas vaginalis: Strawberry appearance pada serviks


dengan erosi perdarahan. 6

9
8. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Secara sistemik 1
Obat yang sering digunakan tergolong derivat nitromidazol seperti:
1. Metronidazol: dosis tunggal 2 gram atau 3 x 500 mg per hari selama 7
hari
2. Nimorazol: dosis tunggal 2 gram
3. Tinidazol: dosis tunggal 2 gram
4. Omidazol: dosis tunggal 1,5 gram

b. Non-Medikamentosa
Pada waktu pengobatan perlu beberapa anjuran pada penderita. 1
i. Pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasangan seksual untuk
mencegah jangan terjadi infeksi ping-pong
ii. Jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan dan sebelum
dinyatakan sembuh
iii. Kunjungan ulang untuk follow-up di hari ke 7.
iv. Lakukan konseling mengenai infeksi, komplikasi yang dapat terjadi,
pentingnya keteraturan obat.

Terkadang terjadi kegagalan pengobatan dengan menggunakan


metronidazole. Hal ini sudah terjadi sejak tahun 1962. Terapi yang
direkomendasikan untuk wanita yang mengalami resisten pada pengobatan
pertama adalah dengan menggunakan tinidazol dosis tunggal or metronidazol
500 miligram dua kali sehari selama 7 hari. Pengobatan dengan metode
tersebut menunjukkan adanya kesembuhan pada 2 dari 3 wanita dengan
trikomoniasis. 9

10
Berikut adalah bagan untuk manajemen trikomoniasis dengan resistensi
metronidazole.

Gambar 2.3 Manajemen penatalaksanaan pasien dengan trikomoniasis yang


resisten terhadap metronidazole.11

9. Komplikasi
Pada sebuah studi, dikatakan bahwa pria dengan infeksi trikomoniasis
lebih cenderung untuk memiliki abnormalitas pada morfologi dan motilitas
sperma, dibandingkan dengan mereka yang tidak terinfeksi. Selain itu, pada
orchiditis akibat trikomoniasis, terjadi penurunan jumlah sperma dan motilitas
yang menurun. Oleh karena itu, infeksi T.vaginalis dapat berkontribusi
dengan kejadian infertilitas pada pria. 8
Selain itu, ditemukan adanya hubungan antara infeksi T.vaginalis dengan
komplikasi pada kehamilan, seperti kelahiran prematur, pecah ketuban dini,

11
dan berat badan bayi lahir rendah. Trikomoniasis juga dikaitkan dengan
peningkatan risiko transmisi HIV. Kemudian, juga ditemukan adanya
hubungan penyakit radang panggul. 6

10. Prognosis
Prognosis infeksi ini sangat baik, jika diobati dengan tepat. Pengobatan
pasangan seksual juga penting untuk menghindari infeksi infeksi yang
berulang. Infeksi persisten juga dapat terjadi dan membutuhkan uji
resistensi.1

12
BAB III

KESIMPULAN

Trikomoniasis adalah infeksi saluran urogenital bagian bawah yang disebabkan


oleh parasit Trichomonas vaginalis. Insidensi trikomoniasis belakangan ini semakin
pesat. Parasit ini menginvasi traktus urogenitalis dan melakukan penetrasi pada
lapisan mukosa. Infeksi trikomoniasis terkadang bersifat asimptomatik, sehingga tak
jarang pasien akan datang ketika kondisinya sudah berat. Pada wanita, gejala yang
khas adalah adanya sekret wanita, pruritus, disuria dan nyeri abdomen. Pada pria
gejala yang tampak diantaranya adalah disuria, poliuria, dan adanya sekret.

Pengobatan infeksi ini dapat dilakukan melalui pengobatan sistemik dengan

1. Metronidazol: dosis tunggal 2 gram atau 3 x 500 mg per hari selama 7 hari
2. Nimorazol: dosis tunggal 2 gram
3. Tinidazol: dosis tunggal 2 gram
4. Omidazol: dosis tunggal 1,5 gram

Beberapa anjuran yang dapat diberikan pada pasien untuk pengobatan


nonmedikamentosa adalah
1. Pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasangan seksual untuk mencegah jangan
terjadi infeksi ping-pong
2. Jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan dan sebelum dinyatakan
sembuh
3. Kunjungan ulang untuk follow-up hari ke 7.

Trikomoniasis yang tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan


komplikasi yang berat, diantaranya adalah gangguan produksi sperma, gangguan

13
kehamilan dan kelahiran serta peningkatan risiko transmisi HIV. Oleh karena itu,
penting untuk mengobati kondisi ini, mengingat prognosis trikomoniasis sangat baik
jika dilakukan pengobatan dengan tepat.

14
Daftar Pustaka

1. Daili SF, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Ketujuh. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. 2016.
2. Fernando SD, Herath S, Rodrigo C, Rajapakse L. Clinical features and
sociodemographic factor affecting Trichomonas vaginalis infection in women
attending a central sexually transmitted disease in Sri Lanka. Indian Journal of
Sexually Transmitted Disease. 2012; 33:1:25 – 31. Diakses dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3326845/
3. Frieden TR, et al. Sexually Transmitted Disease Treatment Guidelines, New York:
U.S. Department of Health and Human Services. 2015.
4. Daili SF, dkk. Infeksi Menular Seksual, Edisi Keempat. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI. 2011.
5. Holmes KK, et al. Sexually Transmitted Disease, 4th Edition, New York:
McGraw-Hill Medical. 2015.
6. Wolff K. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, Seventh Edition. New
York: McGraw-Hill Medical. 2013.
7. Murtiastutik D. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual, Surabaya: Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga.2014
8. Leitsch D. Recent Advances in the Trichomonas vaginalis Field. 2016. Diakses 03
Januari 2018, dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3897282/
9. Bachmann, LH, et al. Trichomonas vaginalis Genital Infections: Progress and
Challenges. Clinical Infectious Disease. 2011. Diakses 03 Januari 2018, dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3897282/
10. Arora BB, et al. Prevalance of Trichomoniasis, Vaginal Candidiasis, Genital
Herpes, Chlamydiasis, and Actinomycosis among Urban and Rural Women of

15
Haryana, India. Journal of Sexually Transmitted Diseases. 2014, diakses dari
https://www.hindawi.com/journal/jstd/ 2014/963812/
11. Swygard H, et al. Trichomoniasis: clinical manifestations, diagnosis and
Management. Sexual Transmitted Infections. 2015; 80: 2: 91 – 5, diakses dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/ PMC1744792/

16

Anda mungkin juga menyukai