Anda di halaman 1dari 18

TINJAUAN TEORI

RETINOBLASTOMA

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Retinoblastoma adalah suatu keganasan intraokular primer yang paling
sering pada bayi dan anak dan merupakan tumor neuroblastik yang secara
biologi mirip dengan neuroblastoma dan meduloblastoma (Skuta et al.
2011) (Yanoff M, 2009)
Retinoblastoma merupakan tumor intraokular yang paling sering pada
anak-anak dan berjumlah sekitar 3% dari seluruh tumor pada anak. Kasus
retinoblastoma bilateral secara khas didiagnosis pada tahun pertama
kehidupan dalam keluarga dan pada kasus sporadik unilateral didiagnosis
antara umur 1-3 tahun. Onset diatas 5 tahun jarang terjadi. (Skuta et al.
2011)(Kanski J Jack, 2007) (Clinical Opthalmology, 2007).

2. Etiologi
Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi gen RB1, yang terletak pada lengan
panjang kromosom 13 pada locus 14 (13q14) dan kode protein pRB, yang
berfungsi supresor pembentukan tumor. pRB adalah nukleoprotein yang
terikat pada DNA (Deoxiribo Nucleid Acid) dan mengontrol siklus sel pada
transisi dari fase S.Jadi mengakibatkan perubahan keganasan dari sel retina
primitif sebelum berakhir. (Skuta et al. 2011)
Gen retinoblastoma normal yang terdapat pada semua orang adalah suatu
gen supresor atau anti-onkogen. Individu dengan penyakit yang herediter
memiliki satu arel yang terganggu di setiap sel tubuhnya; apabila arel
pasangannya di sel retina yang sedang tumbuh mengalami mutasi spontan,
terbentuklah tumor. Pada bentuk penyakit yang non herediter, kedua arel
gen retinoblastoma normal di sel retina yang sedang tumbuh diinaktifkan
oleh mutasi spontan.(Yanoff, 2009)
1) Klasifikasi Retinoblasoma
Klasifikasi Reese-Ellsworth adalah metode penggolongan
retinoblastoma intraokular yang paling sering digunakan, tetapi
klasifikasi ini tidak menggolongkan retinoblastoma ekstraokular.
Klasifikasi diambil dari perhitungan jumlah, ukuran, lokasi tumor dan
dijumpai atau tidak dijumpai adanya vitreous seeding.
i. Klasifikasi Reese-Ellsworth
a) Group I
a. Tumor Soliter, ukuran kurang dari 4 diameter disc, pada
atau dibelakang equator
b. Tumor Multipel, ukuran tidak melebihi 4 diameter disc,
semua pada atau dibelakang equator
b) Group II
a. Tumor Soliter, ukuran 4-10 diameter disc, pada atau
dibelakang equator
b. Tumor Multipel, ukuran 4-10 diameter disc, dibelakang
equator
c) Group III
a. Ada lesi dianterior equator
b. Tumor Soliter lebih besar 10 diameter disc dibelakang
equator.
d) Group IV
a. Tumor Multipel, beberapa besarnya lebih besar dari 10
diameter disc
b. Ada lesi yang meluas ke anterior ora serrate
e) Group V
a. Massive Seeding melibatkan lebih dari setengah retina
b. Vitreous seeding
ii. International Intraocular Retinoblastoma Classification
a. Resiko sangat rendah: Tumor yang tidak mengancam
penglihatan (T1a)
a) Semua tumor < 3mm, terbatas di retina
b) Lokasi paling sedikit 3mm dari foveola dan 1,5 mm dari
saraf optikus
c) Tidak dijumpai seeding vitreous atau sub-retina
b. resiko rendah: Tidak dijumpai seeding vitreous atau sub-retina
(T1b)
a) Tumor dengan semua ukuran atau lokasi yang tidak
tegolongkan pada grup A
b) Tidak dijumpai seeding vitreous atau sub-retina
c) Cairan sub retina < 5 mm dari dasar tumor
c. Resiko moderate (T2) Seeding vitreous atau sub-retina fokal dan
tumor retina diskret dari semua ukuran dan lokasi
a) Seeding lokal dan terbatas (T3)
b) Tumor intra retina diskret dengan semua ukuran dan
lokasi (T2b)
c) Lebih dari 1 kuadran cairan sub retina (T2a)
d. resiko tinggi Seeding vitreous atau sub-retina difus
a) Penyakit disseminate intra okular difus
b) Seeding vitreous ekstensif seperti “minyak”
c) Seeding sub retina dapat seperti plak
d) Lebih dari 1 kuadran retina yang terlepas
e. Resiko sangat tinggi (T4a) Resiko sangat tinggi dengan 1 atau
lebih kategori berikut
a) Glaukoma neurovaskuler ireversibel
b) Perdarahan intra okuler massif
c) Tumor di sisi anterior dari vitreous anterior
d) Tumor yang menyentuh permukaan lensa

3. Patofisiologi
Teori tentang histogenesis dari retinoblastoma yang paling banyak
dipakai adalah secara umum berasal dari sel prekursor multipotensial mutasi
pada lengan panjang kromosom pita 13, yaitu 13q14 yang dapat
berkembang pada beberapa sel retina dalam atau luar. Pada intraokular,
tumor tersebut dapat memperlihatkan berbagai pola pertumbuhan yang akan
dipaparkan di bawah ini. Pola Penyebaran Tumor (Skuta et al. 2011)
(Kanski, 2007)
a. Pola pertumbuhan
Retinoblastoma intraokular dapat menampakkan sejumlah pola
pertumbuhan, pada pola pertumbuhan endofitik, ini tampak sebagai
gambaran massa putih sampai coklat muda yang menembus membran
limiting interna. Retinoblastoma endofitik kadang berhubungan dengan
vitreus seeding. Sel-sel dari retinoblastoma yang masih dapat hidup
terlepas dalam vitreous dan ruang sub retina dan biasanya dapat
menimbulkan perluasan tumor melalui mata. Vitreous seeding sebagian
kecil meluas memberikan gambaran klinis mirip endopthalmitis,
vitreous seeding mungkin juga memasuki bilik mata depan, dimana
dapat berkumpul di iris membentuk nodule atau menempati bagian
inferior membentuk pseudohypopyon
Tumor eksofitik biasanya kuning keputihan dan terjadi pada
ruang subretinal, jadi mengenai pembuluh darah retina yang sering kali
terjadi peningkatan diameter pembuluh darah dan lebih pekat warnanya.
Pertumbuhan retinoblastoma eksofitik sering dihubungkan dengan
akumulasi cairan subretina yang dapat mengaburkan tumor dan sangat
mirip ablasio retina eksudatif yang memberi kesan suatu Coats disease
lanjut. Sel retinoblastoma mempunyai kemampuan untuk implant
dimana sebelumnya jaringan retina tidak terlibat dan tumbuh. Dengan
demikian membuat kesan multisentris pada mata dengan hanya tumor
primer tunggal. Sebagaimana tumor tumbuh, fokus kalsifikasi yang
berkembang memberikan gambar khas chalky white appearance.
Invasi saraf optikus; dengan penyebaran tumor sepanjang ruang
subarachnoid ke otak. Sel retinoblastoma paling sering keluar dari mata
dengan menginvasi saraf optikus dan meluas kedalam ruang subrahnoid.
Diffuse infiltration retina
Pola yang ketiga adalah retinoblastoma yang tumbuh
menginfiltrasi luas yang biasanya unilateral, nonherediter, dan
ditemukan pada anak yang berumur lebih dari 5 tahun. Pada tumor
dijumpai adanya injeksi conjunctiva, anterior chamber seeding,
pseudohypopyon, gumpalan besar sel vitreous dan tumor yang
menginfiltrasi retina, karena masa tumor yang dijumpai tidak jelas,
diagnosis sering dikacaukan dengan keadaan inflamasi seperti pada
uveitis intermediate yang tidak diketahui etiologinya. Glaukoma
sekunder dan rubeosis iridis terjadi pada sekitar 50% kasus. Penyebaran
metastasis ke kelenjar limfe regional, paru, otak dan
tulang.(Kanski:2007) (Vaughan, 2010) Sel tumor mungkin juga
melewati kanal atau melalui sclera untuk masuk ke orbita.Perluasan
ekstraokular dapat mengakibatkan proptosis sebagaimana tumor
tumbuh dalam orbita. Pada bilik mata depan, sel tumor menginvasi
trabecular messwork, memberi jalan masuk ke limphatik conjunctiva.
Kemudian timbul kelenjar limfe preauricular dan cervical yang dapat
teraba. (Skuta et al. 2011). Tempat metastasis retinoblastoma yang
paling sering pada anak mengenai tulang kepala, tulang distal, otak,
vertebra, kelenjar limphe dan viscera abdomen

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik retinoblastoma bervariasi tergantung pada stadium waktu
tumor terdeteksi. Tanda permulaan pada kebanyakan penderita adalah reflek
pupil putih (leukokoria). Leukokoria terjadi karena reflek cahaya oleh tumor
yang putih. Tanda kedua yang paling sering adalah strabismus. Tanda yang
kurang sering meliputi pseudohipopion (sel tumor yang terletak inferior di
depan iris), disebabkan oleh benih tumor di kamera inferior mata, hifema
(darah yang terdapat di depan iris) akibat neovaskularisasi iris, perdarahan
vitreus, atau tanda selulitis orbita. Pada pemeriksaan tumor tampak sebagai
massa putih, kadang-kadang kecil dan relative datar, kadang-kadang besar
dan menonjol. Ia mungkin tampak nodular. Kekeruhan vitreus dan benih
tumor mungkin nyata (Nelson, 2000). Secara umum, semakin dini
penemuan tumor maka, semakin besar pula kemungkinan untuk
menyelamatkan organ penglihatan dan mengurangi resiko metastase yang
lebih luas Enukleasi adalah pengangkatan bola mata, untuk mangatasi
kerusakan berat pada bola mata, kebutaan mata yang nyeri, dan lain-lain
(Broker, 2009). Enukleasi pada retinoblastoma terindikasi jika satu mata
demikian berat terlihat sehingga tidak ada penglihatan tersisa yang
bermanfaat atau jika nyeri glaucoma telah berkembang sebagai komplikasi
(Nelson, 2000). Tindakan ini akan mengakibatkan cacat pada anak, maka
pertimbangan yang sangat matang perlu dilakukan, pada saat meminta
persetujuan keluarga. Perencanaan tentang bagian mata yang akan di-exsisi
harus dilakukan dengan seksama (Pearce,2008).
Tanda Retinoblastoma :
a. Pasien umur < 5 tahun
a) Leukokoria (54 – 62 %)
b) Strabismus(18%-22%)
c) Hypopion
d) Hyphema
e) Heterochromia
f) Spontaneous globe perforation
g) Proptosis
h) Katarak
i) Glaukoma
j) Nystagmus
k) Tearing
l) Anisocoria
b. Pasien umur > 5 tahun
a) Leukokoria (35%)
b) Penurunan visus (35%)
c) Strabismus (15%)
d) Inflamasi (2%-10%)
e) Floater (4%)
f) Nyeri (4%)

5. Pemeriksaan Penunjang
1) Hitung darah lengkap (HDL) Urinalisis dan kimia darah
diprogramkan untuk mengkaji status kesehatan secara umum
2) Pemeriksaan USG, CT scan, dan MRI sangat berguna untuk
mengevaluasi nervus optikus, orbital, keterlibatan sistem syaraf
pusat dan adanya kalsifikasi intraokuler.
3) Aspirasi/biopsi sumsum tulang serta pungsi lumbal untuk
pemeriksaan sitologi sangat dianjurkan apabila ada bukti
penyebaran ekstraokuler atau metastase. Penyebaran bisa melalui
hematogen atau limfatik, yang bisa terjadi minimal dalam 6 bulan
pertama apabila tumor intraokuler tidak diobati
4) Pemeriksaan funduskopi di mana sebaiknya pasien dalam keadaan
teranastesi dengan pupil dilatasi.

6. Penatalaksanaan
Saat retinoblastoma pertama di terapi yang paling penting dipahami
retinoblastoma adalah suatu keganasan. Saat penyakit ditemukan pada
mata, angka harapan hidup melebihi 95% di negara barat. Walaupun
dengan penyebaran ekstraokular, angka harapan hidup menurun sampai
kurang dari 50%. Selanjutnya dalam memutuskan strategi terapi, sasaran
pertama yang harus adalah menyelamatkan kehidupan, kemudian
menyelamatka mata, dan akhirnya menyelamatkan visus.
1) Enukleasi
Enukleasi masih menjadi terapi definitif untuk retinoblastoma,
pada kebanyakan kasus operasi reseksi yang menyeluruh dari
penyakit, khususnya enukleasi dipertimbangkan sebagai
intervensi yang tepat jika
a) Tumor melibatkan lebih dari 50% bola mata
b) Dugaan terlibatnya orbita dan nervus optikus
c) Melibatkan segmen anterior dengan atau tanpa glaukoma
neovaskular
2) Kemoterapi
Pemberian kemoterapi sistemik mengurangi ukuran
tumor, berikutnya dapat menggunakan gabungan fokal terapi
dengan laser,cryotherapy atau radiotherapy, perubahan ini dapat
terjadi sebagai akibat kamajuan dalam terapi kedua tumor otak
dan metastasis retinoblastoma. Sekarang ini regimen kombinasi
bermacam-macam seperti carboplatin, vincristine, etoposide dan
cyclosporine. Anak-anak yang mendapat obat kemoterapi secara
intravena setiap 3-4 minggu untuk 4-9 siklus kemoterapi.
Kemoterapi sistemik primer (chemoreduction) diikuti
oleh terapi lokal (gabungan) sekarang secara lebih sering
digunakan visionsparing tecnique. Kebanyakan studi
chemoreduction untuk retinoblastoma menggunakan vincristine,
carboplatin, dan epipodophyllotoxin, lainya etoposide atau
teniposide, tambahan lainya cyclosporine. Agen pilihan
sebaiknya bervariasi dalam jumlah dan siklus menurut lembaga
masing-masing. Kemoterapi jarang berhasil bila digunakan
sendiri, tapi pada beberapa kasus terapi lokal (cryotherapy, laser
photocoagulation, thermotherapy atau plaque radiotherapy)
dapat digunakan tanpa khemoterapi. Efek samping terapi
chemoreduction antara lain hitung darah yang rendah, rambut
rontok, tuli, toksisitas renal, gangguan neurologik dan jantung.
Pemberian kemoterapi lokal sedang diteliti, berpotensi
meminimalkan komplikasi sistemik.
3) Periocular Chemotherapy
Periocular chemotherapy yang akan datang dimasukkan
dalam COG trial berdasarkan pada data terbaru penggunaan
carboplatin subconjunctiva sebagai terapi retinoblastoma pada
percobaan klinis phase 1 dan 2, keduanya baik vitreous seeding
dan tumor retina didapati adanya respon terhadap terapi ini.
Toksisitas lokal minor berupa orbit myositis pernah dilaporkan
setelah pemberian carboplatin subconjuctiva dan respon
terhadap kortikosteroid oral, dan reaksi yang lebih berat
termasuk optik atropi pernah dilaporkan.
4) Photocoagulation dan Hyperthermia
Xenon dan orgon laser (532 nm) secara tradisional
digunakan untuk terapi retinoblastoma yang tinggi apek kurang
dari 3mm dengan dimensi basal kurang dari 10 mm, 2-3 siklus
putaran photocoagulation merusak suplai darah tumor,
selanjutnya mengalami regresi. Laser yang lebih berat digunakan
untuk terapi langsung pada permukaan tumor. Laser diode (8-
10mm) digunakan sebagai hyperthermia. Penggunaan langsung
pada permukaan tumor menjadikan temperatur tumor sampai 45-
60oC dan mempunyai pengaruh sitotoksik langsung yang dapat
bertambah dengan kemoterapi dan radioterapi.
5) External-beam Radiation Therapy
Tumor retinoblastoma respon terhadap radiasi,
digunakan teknik terbaru yang dipusatkan pada terapi radiasi
megavoltage, sering memakai lens-sparing technique, untuk
melepaskan 4000-4500 cGy dengan interval terapi lebih dari 4-6
minggu. Khusus untuk terapi pada anak retinoblastoma bilateral
yang tidak respon terhadap laser atau cryoterapi. Keselamatan
bola mata baik, dapat dipertahankan sampai 85%. Fungsi visual
sering baik dan hanya dibatasi oleh lokasi tumor atau komplikasi
sekunder.

7. Komplikasi
Komplikasi retinoblastoma antara lain rubeosis iridis dengan glaucoma,
dislokasi lensa ke anterior, uveitis, endooftalmitis, dan pseudoinflamasi.
Gejala-gejala inflamasi ini dapat terjadi akibat pertumbuhan retinoblastoma
yang bersifat endofitik, dan sel-sel tumor lepas ke korpus vitreous dan bilik
mata depan serta menyebabkan inflamasi.

8. Pencegahan
Anggota keluarga dari anak yang terkena retinoblastoma sebaiknya
melakukan pemeriksaan mata rutin. Anak kecil lain di dalam keluarga juga
perlu diperiksa apakah juga mengalami retinoblastoma, dan orang dewasa
perlu diperiksa apakah ada tumor jinak pada mata yang disebabkan oleh gen
yang sama. Jika di dalam keluarga terdapat riwayat retinoblastoma,
sebaiknya mengikuti konsultasi genetik untuk membantu melihat resiko
terjadinya retinoblastoma pada keturunannya.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1.Didalam memberikan asuhan keperawatan digunakan sistem atau metode
proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5 tahap yaitu
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi/perencanaan,
implementasi/pelaksanaan, evaluasi.
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan
diagnosa medis.Keluhan utama
b. Identitas orang tua
Nama Ayah dan Ibu, usia, pendidikan, pekerjaan/sumber penghasilan,
agama, dan alamat.
c. Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin, hubungan
dengan klien, dan status kesehatan.
A. Keluhan utama
a. Keluhan utama
Keluhan dapat berupa perubahan persepsi penglihatan, demam, kurang
nafsu makan, gelisah, cengeng, nyeri pada luka post operasi, terjadi
infeksi pada luka post op, serta perawatan dan pengobatan lanjutan dari
tindakan operasi.
B. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Gejala awal yang muncul pada anak. Bisa berupa bintik putih pada mata
tepatnya pada retina, terjadi pembesaran, mata merah dan besar.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan Kemungkinan memakan
makanan/minuman yang terkontaminasi, infeksi ditempat lain misal:
pernapasan.
c. Riwayat Penyakit keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan dalam keluarga, misalnya ada
anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama.
C. Riwayat Psikologi
a. Reaksi pasien dan keluarganya terhadap gangguan penglihatan yang
dialami pasien: cemas, takut, gelisah, sering menangis, sering bertanya.
b. Mekanisme koping
D. Pemeriksaan fisik
Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya keadaan umum yang dapat
merupakan penyebab penyakit mata yang sedang diderita.
1. Pemeriksaan fisik khusus mata
a. Pemeriksaan Tajam penghelihatan
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola mata
sehingga dapat merusak semua organ dimata yang menyebabkan tajam
penglihatan sangat menurun.
b. Pemeriksaan gerakan bola mata
Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan bahkan
dapat merusak saraf tersebut dan apabila mengenai saraf III, IV, dan VI
maka akan menyebabkan mata juling.
c. Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal
Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva,
kornea, bilik mata depan, iris, lensa dan pupil. Pada retinobl
astoma didapatkan:
i. Leukokoria : Yaitu reflek pupil yang berwarna putih.
ii. Hipopion : Yaitu terdapatnya nanah di bilik mata depan.
iii. Hifema : Yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan
iv. Uveitis : Yakni peradangan pada uvea yang merupakan
bagian mata yang terdiri dari Iris, choroids dan
corpus siliaris
d. Pemeriksaan Pupil
Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih) merupakan keluhan
dan gejala yang paling sering ditemukan pada penderita dengan
retinoblastoma.
e. Pemeriksaan tekanan bola mata
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan bola
mata meningkat
2. Pemeriksaan Persistem
a. Aktivitas
Gejala: kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas biasanya.Tanda: kelelahan otot.Peningkatan
kebutuhan tidur, somnolen.

b. Sirkulasi
Gejala: palpitasi.Tanda: takikardi, mur-mur jantung. Kulit, membran
mukosa pucat. Defisit saraf kranial dan/atau tanda perdarahan cerebral.
c. Eliminasi
Gejala : diare,nyeri tekan perianal.Darah merah terang,feses
hitam.Darah pada urine, penurunan haluaran urine.
d. Integritas ego
Gejala: perasaan tak berdaya atau tak ada harapan.Tanda: depresi,
menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah terangsang. Perubahan alam
perasaan, kacau.
e. Makan atau cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah. Perubahan rasa
atau penyimpangan rasa. Penurunan berat badan.
f. Neurosensori
Gejala: kurang atau penurunan koordinasi. Perubahan alam perasaan,
kacau, disorientasi, ukuran konsisten. Pusing, kebas, kesemutan
parastesi. Tanda: otot mudah terangsang, aktivitas kejang.
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: nyeri orbital, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, nyeri tekan sternal,
kram otot.Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus, pada diri
sendiri.
h. Pernapasan
Gejala: napas pendek dengan kerja minimal. Tanda: dispnea, takipnea,
batuk, ronki.

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
retinoblastoma adalah :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
kompresi/dekstruksi jaringan saraf.
2. Gangguan persepsi sensorik penglihatan berhubungan den
gan gangguan penerimaan sensori dari organ penerima.
3. Resiko tinggi cedera, sehubungan dengan keterbatasan lapang
pandang.
4. Ansietas berhubungan dengan kehilangan pengelihatan aktual.
5. Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan dengan kurangnya
informasi mengenai penyakitnya.
4. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
kompresi/dekstruksi jaringan saraf.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nyeri dapat berkurang.
Kriteria hasil:
a) Pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang (skala 1 –
3)
b) Pasien tidak meringis lagi
c) Pasien TTV normal :
a. S : 36,6 – 37,2⁰C
b. TD : 80-100/60mmHg
c. N : 80– 90 x/mnt
d. RR : 20 – 30 x/mnt
d) Pasien tampak tenang
Intervensi:
1) Kaji Skala nyeri
Rasional : Dengan mengetahui derajat ketidaknyamanan pasien
akan memudahkan memberikan intervensi yg tepat dengan
menggunakan tekhnik PQRST
2) Observasi TTV
Rasional : terutama denyut nadi, tekanan darah dan Respirasi.
Dengan mengetahui hal tersebut akan mudah untuk mengetahui
perkembangan pada pasien terutama derajat keparahan nyeri
3) Beri posisi nyaman
Rasional : memberikan kenyamanan yg mempengaruhi psikis
pasien sehingga nyeri berkurang
4) Ajarkan teknik relaksasi berupa nafas dalam dan distraksi berupa
komunikasi yang nyaman, atau kegiatan ringan.
Rasional: relaksasi bertujuan untuk merilekskan otot dan
distraksi untuk mengalihkan rasa nyeri. Kedua hal tersebut akan
mempengaruhi psikis pasien sehingga bisa mengurangi rasa
nyerinya
5) Kolaborasi dalam pemberian Obat nyeri (seperti Ketorolax)
dapat mengurangi sensasi nyeri yang diakibatkan reaksi
analgesik

2. Gangguan persepsi sensorik penglihatan berhubungan


dengan gangguan penerimaan sensori dari organ penerima.
Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat
kesadaran dan fungsi persepsi kembali normal
Kriteria Hasil : pasien dapat melakukan kembali atau mempertahankan
tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi
Intervensi :
1) Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua
mata terlibat.
Rasional : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi
sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif. Bila
bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda.
2) Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan atau
kemungkinan kehilangan penghelihatan
Rasional :Sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien
menghadapi kemungkinan atau mengalami pengalaman
kehilangan penglihatan sebagian atau total. Meskipun
kehilangan penglihatan telah terjadi tak dapat diperbaiki,
kehilangan lanjut dapat dicegah.
3) Lakukan tindakan untuk membantu pasien untuk menangani
keterbatasan penglihatan, contoh, atur perabot/ mainan, perbaiki
sinar suram dan masalah penglihatan malam.
Rasional :Menurunkan bahaya keamanan, sehubungan dengan
perubahan lapang pandang/kehilangan penglihatan dan
akomodasi pupil terhadap sinar lingkungan.
3. Ansietas berhubungan dengan kehilangan pengelihatan 17ctual.
Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x24 jam pasien tidak merasa cemas
lagi
Kretiria hasil : pasien tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun
sampai tingkat dapat diatasi
Intervensi:
1) kaji tingkat ansietas,derajat pengalaman nyeri/timbulnya gejala
tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini
Rasional : faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap
ancaman diri dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk
menKontrol TIO.
2) berikan informasi yang akurat dan jujur
Rasional :menurunkan anseitas sehubungan dengan ketidak
tahuan/harapan yang akan datang dan memberikan dasar fakta
untuk membuat pilihan informasi tentaang pengobatan.
3) dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan
perasaan
Rasional :memberikan kesempatan untuk pasien menerima
situasi nyata ,mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan
masalah.
4.Resiko tinggi cedera, sehubungan dengan keterbatasan lapang pandang
Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x24 jam pasien menunjukkan
perubahan prilaku,pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk
melindungi diri dari cidera.
kriteria hasil : pasien dapat menunjukkan perubahan prilaku,pola hidup untuk
menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cidera.
Intervensi:
1) beri pasien posisi bersandar,kepala tinggi/miring ke sisi yang
tidak sakit sesuai keinginan
Rasional : istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam
pada bedah rawat jalan/ menginap semalam bila terjadi
komplikasi
2) batasi aktifitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba,
menggaruk mata, membungkuk,
Rasional : menurunkan stress pada area operasi/ menurunkan
TIO
3) pertahankan perlindungan mata seusai indikasi
Rasional :digunakan untuk melindungi dari cedera kecelakaan
dan menurunkan gerakan mata.
5.Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan dengan kurangnya inform
asi mengenai penyakitnya.
Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan pasien paham
tentang kondisi atau proses penyakit dan pengobatan.
Kriteria hasil : Pasien paham tentang kondisi atau proses penyakit dan
pengobatan.
Intervensi:
1) kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe
prosedur/lensa
Rasional : meningkatkan pemahaman dan kerja sama dengan
program pasca operasi.
2) informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual
bebas
Rasional dapat bereaksi silang/ campur dengan obat yang
diberikan
3) anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip, mengangkat
berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul,
meniup hidung, penggunaan sprei, bedak bubuk, merokok.
Rasional :aktifitas yang menyebabkan mata lelah/regang,
maanuver valsalva/, atau meningkatkan TIO dapat
mempengaruhi hasil bedah dan mencetuskan perdarahan.
4. Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu
klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
menfasilitasi koping. Perencanaan keperawatan akan dapat dilaksanakan
dengan baik apabila klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan (Nursalam, 2004).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan keperawatan tahap akhir dari proses
keperawatan, meskipun evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan,
evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.
Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan apakah informasi yang
telah dikumpulkan sudah mencukupi dan apakah prilaku yang di observasi
telah sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Banavali S. Evidence based management for retinoblastoma. Indian
Journal of Medical Pediatric Oncology 2004; 25:35-45.
Lanzkowsky P. Retinoblastoma. Dalam: Manual of pediatric
hematology and oncology. Edisi ke-4. Elsevier:2005.h.630-43.
Sutaryo, Hagung P. Retinoblastoma. Dalam: Permono B, Sutaryo,
Ugrasena IDG, Windiastuti E, Abdulsalam M, penyunting. Buku ajar
Hematologi – Onkologi anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia; 2005.h.302-9.
Shields CL,Shields JA. Diagnosis and management of retinoblastoma.
Cancer Control 2004;11:317-27

Anda mungkin juga menyukai