Anda di halaman 1dari 4

4.3. VULKANIK TSUNAMI.

Tsunami yang disebabkan oleh proses vulkanik disebut Vulkanik Tsunami.


Para peneliti telah mempelajari kejadian tsunami dari 3000 tahun yang lalu
hingga dewasa ini, dari lokasi lokasi kawasan pesisir Atlantik, Pasifik,
Samudra Hindia dan Samudra Indonesia. Sebanyak 106 kasus telah diteliti
dimana telah terjadi 10 kali tektonik makr, termasuk gempa yang memicu
terjadinya erupsi vulkanik dan 92 kasus vulkanik tsunami. Semenjak 1000
tahun terakhir tercatat jumlah korban akibat vulkanik tsunami mencapai 20–
25% dari jumlah korban tsunami seluruhnya. Dampak letusan Krakatau 416
dan tahun 1883 dan letusan Tambora 1815 jatuhnya korban disebabkan
dampak letusannya berupa bencana tsunami, awan panas ,lahar, longsoran
material vulkanik dan dampak pasca letusan berupa kelaparan dan wabah
penyakit.
Klasifikasi Vulkanik Tsunami.
1.Tsunami yang berhubungan dengan hempasan masa piroklastis.
Hempasan material piroklastis pada letusan pamungkas Krakatau 1883
sebanyak 18 Km3( Verbeek, 1885 ) yang dilontarkan ke udara disertai
gumpalan awan panas raksasa, tekanan udara tinggi dan hembusan angin
yang sangat kencang menimbulkan gejolak air laut Selat Sunda dan
terjadilah gelombang tsunami yang melibas kawasan pesisir Banten, Batavia
dan Teluk Jakarta, Teluk Lampung, Krui, Teluk Semangko dan merambah
kawasan pantai Samudra Hindia dan Atlantik. Di pesisir Selat Sunda
gelombang tsunami mencapai 20 sampai 45m (di pantai Merak) dengan
kecepaan gelombang mencapai 80 Km per jam. Keseluruhan korban
mencapai 36.417 jiwa (Verbeek;1885), tidak terhitung yang tenggelam dan
terseret ke laut, dan kerusakan harta benda, kerusakan lingkungan,
bangunan umum, persawahan, perladangan, mercu suar yang tumbang,
dermaga dan bangunan lainnya.
2.Tsunami yang disebabkan longsoran massa batuan piroklastis.
Terjadi akibat runtuhnya kubah lava kelaut, menyebabkan gelombang
tsunami yang melanda pesisir Simambara Jepang dan pantai pantai
disekitarnya pada 1928. Longsoran masa batuan piroklastis berupa kubah
lava telah merenggut korban lebih dari 15000 (Kuno,1962). Di Indonesia
Gunungapi Ili Werung yang terletak di Pulau Lomblen NTT, meletus pada
1979,terjadi longsoran masa batuan kelaut menimbulkan tsunami dengan
ketinggian gelombang 10 hingga 15m, dan menelan korban 500 jiwa. Sejarah
letusan Gunung Api Iliwerung (1486m.dpl.) aktifitas letusannya tercatat dari
1870, 1910, 1928,1948, 1949,1951,1979.
Pada letusan 1870 terbentuk dome/kubah kemudian kubah lava baru pada
letusan 1928. Kubah lava tersebut adalah: Ili Monyet 1018m dpl, Ili Werung
545m dpl, Ili Penautan 172m dpl dan Ili Grippe 190m dpl. Longsoran salah
satu dari kubah lava tersebut ke laut menyebabkan tsunami.

Gunungapi Rokatenda (87m dpl dan lk 3000m dari dasar laut) di Pulau
Palue, NTT, merupakan gunungapi tipe A(Stratovulkan) . Puncaknya terdiri
dari dua kawah dan tiga kubah lava. Ketiga kubah lava masing masing
terbentuk pada letusan 1928, 1964 dan 1981.
Pada letusan 1928 yang berlangsung dari 4 Agustus hingga 25 September
1928, terjadi perubahan morfologi dari kubah lava, bekas letusannya berupa
4 kawah. Pada letusan tersebbut longsornya kubah lava ke laut menyebabkan
tsunami dengan korban 266 jiwa kebanyakan karena gelombang tsunami
(Sutawidjaya,I.S;dkk,2000).
3.Tsunami akibat letusan gunung api bawah laut.
Letusan bawah laut Anak Krakatau pada Januari 1928 (Stehn;1929)
mengakibatkan terbentuknya kerucut air laut bercampur material piroklastis
ke permukaan dan terhempas lagi ke laut menimbulkan terjadinya mikro
tsunami sebatas pulau pulau sekitarnya yaitu Pulau Sertung, Pulau Panjang,
Pulau Rakata. Dari dasar laut Selat Sunda (250m), Gunung Anak Krakatau
selama 45 tahun tumbuh dan muncul ke permukaan pada 26 Januari 1928.
Menurut Mihado (1964) seorang pakar tsunami menyebutkan letusan
gunung api bawah laut dengan kedalaman sekitar 500m akan menimbulkan
mikro tsunami.
4.Tsunami akibat longsoran gunung api bawah laut.
Posisi Anak Krakatau dewasa ini terletak pada tepi kaldera 1883 menurut
Sudrajat; 1981, Camus dan Vincent; 1983, merupakan posisi yang mudah
goyah. Pada erupsi Anak Krakatau 19-20 Oktober 1981 dampaknya berupa
tsunami mikro setinggi 2m yang menerjang Pulau Rakata, diperkirakan
tsunami lokal tersebut disebabkan oleh longsoran bawah laut dari lereng
Anak Krakatau. Pada kondisi kubah lava mencapai volume besar, bila terjadi
letusan kuat memungkinkan meluncurnya sebagian masa batuan ke laut,
dan potensi tsunami dapat terjadi tergantung parameter kemiringan lereng
dan kedalaman air laut.
5.Tsunami akibat gelombang tekanan udara dari letusan gunung api.
Letusan Gunung Volcano pada 30 Januari 1911 di Filipina menimbulkan
angin kencang dan gelombang tsunami setinggi 2 sampai 5m melanda pantai
pantai kawasan Danau Taal. Tekanan udara dari letusan Gunung Betzemany
semenanjung Kamchatka pada 30 Mart 1956 menimbulkan gelombang
tsunami dan tekanan pada alat pasang surut di lokasi 118 Km dari pusat
letusan. Rekaman berupa grafik dengan amplitudo 5-6 cm dan periode
gelombang 18.5 menit. Erupsi paroksimal atau letusan katastropis Krakatau
jam 10.02 pada 27 Agustus 1883 terekam di Tanjung Priok (164 Km dari
Krakatau) berupa grafik gelombang dengan amplitudo 6 cm dan periode 35
menit. Salah satu penyebab terjadinya tsunami Krakatau 416 dan 1883
adalah tekanan udara akibat letusan dahsyat dengan energi 410 Mega Ton
(1883) dan lebih dahsyat lagi adalah letusan 416 M.
6. Tsunami yang diakibatkan amblesnya masa batuan dampak erupsi vulkan.
Amblesnya masa batuan dapat berupa amblesan atau runtuhnya suatu
kaldera, amblesan yang terjadi di pesisir, amblesan karena pergeseran dasar
laut dekat wilayah pesisir, dampak dari suatu erupsi vulkan. Letusan dahsyat
Gunung Tambora (1883) Nusa Tenggara Barat pada bulan April
menimbulkan amblesan pada wilayah pesisir sedalam 5-6m dan gelombang
tsunami. Jumlah korban mencapai 92.000 terutama akibat erupsi vulkanis
bukan oleh tsunami. Contoh lain adalah letusan Gunung Rokatenda Flores
yang mengakibatkan pergeseran dasar laut Pulau Palue yang menmbulkan
tsunami dengan tinggi 5 hingga 10m dan korban 128 jiwa, menenggelamkan
20 perahu nelayan. Pada letusan Gunung Api Vesuvius pagi hari tanggal 25
Agustus 1979, air laut tiba tiba surut di kawasan pesisir hingga biota laut
bertebaran di dasar pantai sebelum tsunami datang, letusan Vesuvius
menyebabkan amblesan. Erupsi Gunung Ritter (788m) pada 13 Mart 1888,
lima tahun setelah letusan Krakatau 1883, menyebabkan terjadinya amblesan
yang membentuk kaldera dengan garis tengah 2.5 Km, pasca letusan
menyisakan morfologi pulau setinggi 100 meter diatas permukaan air laut,
gelombang tsunami yang ditimbulkan setinggi 12 sampai 15m melanda
pantai pantai di kawasan tersebut (Latter,1983). Amblesan kaldera bawah
laut Pulau Ritter tersebut menyusul gempa lokal (Cooke dkk).
7.Tsunami disebabkan gempa dari letusan vulkan.
Terjadi gempa bersamaan dengan letusan Gunung Stromboli pada September
1930, getaranya dirasakan di Lipari dan wilayah pantai Karibia yang
berjarak lebih dari 50 Km menimbulkan gelombang tsunami setinggi 7m
(Rittman,1931). Letusan destruktif diiringi tiga kali getaran gempa
menyebabkan runtuhnya kubah lava Gunung Severgin di Kepulauan Kuril
pada 8 Januari 1933, menimbulkan gelombang tsunami setinggi 9m di
kawasan pantainya (Takanodate,1934). Pada letusan Gunung Yasour di
Kepulauan New Hebrides pada 8 Januari 1878, letusan disertai gempa kuat
menyebabkan terangkatnya dan terbentuknya kawah baru, dan tsunami
setinggi 19m melanda pantai pantai kepulauan Hebrides, sebulan kemudian
menyusul letusan dan gempa, tsunami yang ditimbulkan lebih kecil
(Fuchs,1879).
8.Tsunami yang disebakan longsoran material Vulkanik.
Longsoran masa batuan dari badan gunung api ke laut dapat disebabkan
beberapa faktor seperti getaran gempa, alterasi fumarol dan gaya berat.
Sebagai contoh tiga hari sebelum Gunung Pelee meletus longsoran lahar
dingin menimpa kawasan Riviere Blache, Martinique pada 5 Mei 1902.
Longsoran ke laut akibat runtuhnya kubah lava Gunung Ruang (725m)
pada 5 Mart 1871 di Pulau Ruang IndonesiaTimur, menimbulkan gelombang
tsunami setinggi 25 meter.
Tsunami dari fenomena non vulkanik dan non tektonik.
Longsoran gletser di Teluk Lituya 125 mil bagian barat Juneau Alaska pada 9 Juli
1958 dengan volume 40 juta kubik yards bercampur dengan bebatuan meluncur
ke Teluk dari ketinggian 1000m, dalam sekejap menimbulkan gelombang
tsunami setinggi 30m dengan kecepatan 160 Km/jam.
Jatuhnya meteorit ke laut dengan ukuran besar dapat menimbulkan mega
tsunami.

Anda mungkin juga menyukai