Anda di halaman 1dari 6

Output Pendidikan dan Status Sosial di Masyarakat

1. OUTPUT DAN OUTCOME LEMBAGA PENDIDIKAN

Terminologi “output” lembaga pendidikan seringkali disilang-pakai


dengan istilah “outcome” karena secara leksikal kedua istilah tersebut
mempunyai arti yang relatif sama. Menurut Hornby (1987), “Output” adalah
“1. quantity of goods, etc., product… 2. power, energy, etc. produced. 3.
information produced from a computer”; dan “Outcome” adalah “effect or
result of an event, or of circumstance”. Jadi arti kedua istilah tersebut lebih
kurang sama dengan “hasil, produksi, atau akibat”.

Inputs adalah sumberdaya yang digunakan dalam memproduksi


pengalaman pendidikan, seperti: guru, buku ajar, bahan pembelajaran, dan
fasilitas sekolah. Process merujuk kepada seperangkat peristiwa dimana
berbagai input pendidikan dibentuk menjadi output pendidikan, seperti:
implementasi strategi pembelajaran, penggunaan media, kerja kelompok
dsb. Outputs yaitu dampak langsung dan segera yang hasil dari proses
pendidikan, antara lain: prestasi siswa, sikap, dan keterampilan. Outcomes
yaitu dampak jangka panjang dari hasil proses pendidikan, dan tercipta
sebagai interaksi berbagai output pendidikan dengan lingkungan sosial yang
lebih luas.

INPUTS

guru, material pembelajaran, fasilitas, buku ajar.

PROCESS

strategi pembelajaran, penggunaan media, dan bahan pembelajaran.

OUTPUTS

prestasi siswa, keterampilan manual, sikap.

OUTCOMES

sukses di pekerjaan, penghasilan seumur hidup, warga negara yang baik.

Gambar 1. Diagram Alur Proses Pendidikan


Sebagaimana dijelaskan di muka bahwa proses produksi pendidikan
selalu menggunakan berbagai sumber daya yang terbatas. Berkenaan dengan
itu diperlukan upaya untuk menggunakan berbagai sumberdaya tersebut secara
berdaya guna dan berhasil guna untuk menghasilkan suatu keluaran pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan.

A. Pengukuran Nilai Ekonomis Output Dan Outcome Pendidikan

Drucker, sebagaimana dikutip Fitz-enz (2000) mengklaim bahwa


“tantangan terbesar bagi organisasi pada hari ini dan dekade mendatang paling
tidak adalah menanggapi perubahan dari era industri ke ekonomi ilmu
pengetahuan”. Implikasinya, setiap organisasi (termasuk lembaga pendidikan)
harus dapat secara proaktif menanggapi tantangan tersebut, agar dapat
tumbuh secara berkelanjutan. Salah satu strategi yang dapat ditempuh oleh
lembaga pendidikan adalah mempersiapkan dan menghasilkan lulusan yang
memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan yang bernilai ekonomis. Dengan
demikian, pendidikan apapun jenis dan tingkatnya harus dapat memberikan
keuntungan ekonomis, baik bagi individu, masyarakat maupun negara.

Keuntungan ekonomis yang diperoleh dapat berupa keuntungan yang


bersifat konsumtif dan keuntungan yang bersifat investatif. Untuk
memperkirakan keuntungan ekonomis atau moneter, selanjutnya Leslie dan
Brinkman (1993) mengajukan tiga cara yakni melalui perhitungan earnings
differentials, perkiraan Net Present Value (NPV), dan perhitungan private rate
of return. Perhitungan earnings differentials dilakukan dengan menghitung
perbedaan penghasilan antara lulusan jenjang pendidikan tertentu dengan
penghasilan dari lulusan jenjang pendidikan lainnya. Sebagai contoh perbedaan
penghasilan perguruan tinggi dengnan lulusan sekolah menengah, atau sekolah
dasar. Sementara itu perkiraan NPV dilakukan dengan menghitung nilai saat ini
dari jenjang pendidikan tertentu setelah dikurangi berbagai biaya yang telah
dikeluarkan selama mengikuti jenjang pendidikan tersebut, setelah dan
dikoreksi (disesuaikan) berdasarkan perubahan nilai uang.

Sebagaimana diketahui setiap tambahan satu tahun sekolah berarti, di


satu pihak dapat meningkatkan kemampuan kerja dan penghasilan seseorang,
tetapi di pihak lain, menunda penerimaan penghasilan selama mengikuti
sekolah tersebut. Selain menunda penerimaan penghasilan tersebut, orang
yang melanjutkan sekolah harus membayar secara langsung uang sekolah,
pembelian buku dan alat sekolah, transpor dan sebagainya. Jumlah keseluruhan
biaya yang dikeluarkan dan penghasilan yang seharusnya diterima tersebut
merupakan angka untuk mengurangi penghasilan seumur hidup yang
bersangkutan sehingga dapat diperoleh perkiraan NPV.
Selanjutnya untuk menghitung tingkat kembalian individu digunakan
ukuran Tingkat Kembalian Internal (Internal Rate of Return atau IRR). Dalam hal
ini IRR dari melanjutkan sekolah dalam waktu tertentu adalah tingkat discount
yang mempersamakan hasil dari melanjutkan sekolah tersebut dengan biaya
total. Biaya total untuk melanjutkan sekolah adalah jumlah biaya tidak langsung
(opportunity costs) dan biaya langsung. Selanjutnya dengan mengubah formula
biaya individu menjadi biaya sosial, yang mencakup pengeluaran individu tadi,
ditambah dengan biaya yang ditanggung oleh masyarakat dan pemerintah
maka dapat dihitung pula keuntungan sosial dari pendidikan yang bersifat
moneter.

Berbagai perhitungan keuntungan dari keluaran pendidikan seperti di


atas, menurut Sumarsono (2003) dapat digunakan untuk beberapa hal, antara
lain:

(a) Sebagai dasar pengambilan keputusan mengenai apakah seseorang akan


melanjutkan sekolah atau tidak.

(b) Untuk menerangkan situasi seperti pertambahan pengangguran di kalangan


tenaga kerja terdidik Indonesia.

(c) Untuk memperkirakan tambahan penyediaan tenaga kerja dari masing-


masing jenis dan tingkat pendidikan untuk beberapa tahun kedepan.

(d) Untuk menyusun kebijaksanaan pendidikan dan perencanaan tenaga kerja.

(e) Untuk menentukan apakah suatu program pendidikan tertentu cukup baik
untuk diselenggarakan atau tidak, dan dalam hal ini pemilihan prioritas dari
berbagai alternatif program pendidikan yang terbuka.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perhitungan ekonomis dari


keluaran (output dan outcomes) lembaga pendidikan pada dasarnya dapat
digunakan: (1) sebagai dasar pengambilan keputusan untuk melanjutkan
sekolah atau tidak, (2) untuk menerangkan situasi kerja atau kondisi ketenaga-
kerjaan, dan (3) untuk menyusun kebijakan pendidikan dan perencanaan
ketenaga-kerjaan.

2. Status Sosial
a. Pengertian status sosial

Menurut Hendropuspito (1989 : 103) istilah status berasal dari


bahasa latin “stare” yang berarti berdiri. Selanjutnya pengertian status
disamakan dengan istilah “kedudukan”. Jadi status seseorang adalah
kedudukan atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sehubungan
dengan orang lain atau masyarakat di sekelilingnya dimana ia tinggal dan
disitulah ia bergantung pada orang – orang disekitarnya.
Untuk mengukur tinggi rendahnya status seseorang harus dilihat
dari masyarakat umum dimana ia tinggal, karena status tidak bisa lepas dari
orang lain. Menurut Paul B Horton (1999 : 5) ” Status sosial atau kelas sosial
dapat di definisikan sebagai suatu strata (lapisan) orang-orang yang
berkedudukan sama dalam kontinum (rangkaian kesatuan)”. Sedangkan
menurut Soejono soekanto status sosial diartikan sebagai berikut: ”Status
sosial diartikan sama dengan kedudukan sosial, status artinya sebagai
tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan
dengan kelompok-kelompok lainnya dalam kelompok tersebut. Kedudukan
sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat
sehubungan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestise,
dan hak-hak istimewa serta kewajibannya”.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam


kehidupan sehari-hari kadang kita tidak menyadari akan ada perbedaan
status sosial secara otomatis yang terjadi dalam masyarakat dimana
masyarakat secara otomatis akan menempatkan seseorang pada kedudukan
tertentu berdasarkan hal-hal yang dihargai dalam masyarakat yang
bersangkutan. Dan mereka juga akan memperlakukan setiap orang sesuai
dengan kedudukan/statusnya tersebut.

b. Jenis – jenis status sosial

Dalam masyarakat kedudukan seseorang bisa disebabkan dari


beberapa hal. Tergantung bagaimana kebudayaan setempat. Namun secara
umum kedudukan sosial atau status sosial dapat dilihat
dari.kekayaan,/ekonomi, pendidikan dan keturunan. Soerjono Soekanto (2002 :
240) membedakan status menjadi tiga yaitu :

1) Ascribed Status yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa


memperhatikan perbedaan – perbedaan rohaniah dan kemampuan kedudukan
tersebut. Status ini sering dijumpai dalam masyarakat dengan sistem stratifikasi
tertutup (feodal).

2) Achieved status yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang


dengan usaha – usaha yang disengaja. Kedudukan ini bersifat terbuka pada
siapa saja tergantung dari kemampuan masing – masing orang dalam mengejar
serta mencapai tujuan – tujuannya,.

3) Assigned Status yaitu status yang didapatkan seseorang karena


telah berjasa dalam bidang tertentu atau telah memperjuangkan sesuatu untuk
kepentingan masyarakat. Dalam mendapatkan status sosial ini tidak menutup
kemungkinan satu orang akan memiliki beberapa kedudukan sekaligus bahkan
bisa jadi ketiga status tersebut melekat pada seseorang secara bersamaan.
Tapi biasanya masyarakat hanya akan melihat kedudukan utama yang menonjol
saja.

Kedudukan yang melekat pada seseorang dapat terlihat dari kehidupan


sehari – harinya melalui ciri – ciri tertentu yang dalam sosiologi dinamakan
prestise symbol (status – symbol). Warner dalam Poul B Horton (1999 : 6)
membagi kelas sosial didalam masyarakat menjadi 6 kelas antara lain: 1) Kelas
sosial atas- lapisan atas (Upper-Upper class), mencakup keluargakeluarga kaya
lama, yang telah lama berpengaruh dimasyarakat dan mempunyai kekayaan
yang begitu lama, sehingga orang-orang tidak lagi bisa mengingat kapan
keluarga itu memperoleh kekayaan. 2) Kelas sosial atas-lapisan bawah (lower –
upper class) mungkin saja memiliki jumlah uang yang sama dengan kelas atas,
tetapi mereka belum terlalu lama memilikinya. Dan keluarga mereka
berpengaruh dalam masyarakat. 3) Kelas sosial menengah lapisan atas ( Upper
– midle class) Mencakup para pengusaha dan orang-orang profesional yang
berhasil, yang umumnya memiliki latar belakang keluarga ’baik’ dengan
penghasilan yang menyenangkan. 4) Kelas Sosial menengah - lapisan bawah
(Lower – midle class) meliputi para juru tulis, pegawai kantor, dan orang-orang
semi profesional serta mungkin pula termasuk beberapa penyelia (supervisor)
dan pengrajin terkemuka. 5) Kelas sosial rendah lapisan atas ( upper-midle
class) Terdiri atas sebagian besar pekerja tetap yang sering disebut sebagai
golongan pekerja oleh orang-orang yang kurang senang menggunakan istilah
”kelas sosial rendah” bagi para pekerja yang bertanggung jawab. 6) Kelas sosial
rendah-lapisan bawah (lower-lower class) meliputi para pekerja tidak tetap,
pengangguran, buruh musiman dan orang-orang yang hampir terus menerus
tergantung pada tunjangan pengangguran.

Dari uraian tentang klasifikasi status sosial di atas dapat ditarik


kesimpulan bahwa orang mendapatkan status sosial ada dua macam yaitu
status yang didapatkan seseorang secara otomatis sejak dia lahir karena dari
keturunannya tanpa dia harus mengusahakannya atau berkorban terlebih
dahulu, misalnya keturunan darah biru, bangsawan, harta kekayaan. Dan status
yang kedua adalah status sosial yang didapatkan seseorang karena usaha atau
pengorbanannya untuk mendapatkan status tersebut misalnya gelar doktor,
sarjana. Sedangkan Abu Ahmad (1985 : 80) mengemukakan bahwa status
seseorang mempunyai dua aspek yaitu ; 1) Aspek fungsional yang juga disebut
social role atau peranan sosial yang terdiri dari kewajiban – kewajiban dan
keharusan – keharusan karena kedudukannya dalam sistem tertentu. 2) Aspek
yang struktural yaitu status yang ditujukan oleh adanya hierarki atau susunan
lapisan sosiologi dari atas ke bawah, aspek ini sifatnya lebih stabil dibanding
aspek fungsional.
c. Faktor penentu status sosial

Dalam masyarakat ditemui perbedaan-perbedaan status sosial setiap


orang.ada yang berkedudukan tinggi ada pula yang berkedukukan rendah. Hal
ini sangat dipengaruhi oleh:

1) Pangkat/jabatan
Pangkat atau jabatan merupakan gelar yang didapatkan seseorang
sesuai dengan usahanya berkaitan dengan pekerjaan. Seorang
pemangku jabatan akan memiliki peranan yang berbeda
dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai jabatan apapun
dalam masyarakat.
2) Prestise pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu unit kegiatan yang dilakukan seseorang
atau kelompok orang disuatu tempat untuk menghasilkan barang
atau jasa. Pekerjaan merupakan determinasi kelas sosial setelah
penghasilan . Seseorang dalam memilih pekerjaan akan selalu
memilih pekerjaan yang dianggapnya bagus karena suatu pekerjaan
akan memilki prestise yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pekerjaan yang lain.
Pekerjaan merupakan aspek penentu kelas sosial seseorang. Oleh
karena itu kedudukan seseorang dapat diketahui dari jenis
pekerjaannya. Dengan melihat jenis pekerjaan seseorang kita bisa
tahu apakah orang tersebut berstatus sosial rendah atau tinggi.
Sehingga orang akan berlomba-lomba untuk mencari pekerjaan yang
memiliki nilai status tinggi.
3) Keturunan
Orang yang dilahirkan dalam keluarga bangsawan secara otomatis
akan mewarisi darah biru dari nenek moyangnya. Oleh karena itu
anak seorang raja yang baru lahir akan langsung mendapat gelar
sebagai putri mahkota atau putra mahkota atau pangeran.
4) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan dihargai sebagi penentu status
sosial seseorang dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai