Oleh:
NAMA : MEIREZA
NIM : 21117081
2018
I. TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Nebulisasi merupakan terapi inhalasi yang menggunakan alat nebulizer.
Nebulisasi merupakan suatu proses penambahan partikel air/cairan/obat yang
berukuran sangat kecil ke dalam udara inspirasi.
Nebulizer adalah alat yang dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi
aerosol secara terus- menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan
atau gelombang ultrasonik.
a. Masker Nebulizer
b. Set nebulizer
c. Obat bronkodilator
d. Baki instrument
e. Bengkok
f. Tissue
g. Aquades
h. Handscoon
i. Spuit 5 cc (sesuai dengan jumlah obat yang diberikan)
j. Normal saline (NaCl 0,9%)
k. Stetoskop
2. Anatomi Fisiologi
Pada bagian respirasi terjadi pertukaran udara (difus) yang sering disebut dengan
unit paru, yang terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan sakus
alveolaris. Tujuan utama respirasi adalah untuk menyediakan oksigen (O2) bagi sel-
sel tubuh dan membawa karbondioksida (CO2) darinya. Agar respirasi dapat
berlangsung harus ada jalan untuk membawa oksigen ke tubuh dan system sirkulasi
yang mengantarkannya pada sel-sel tubuh serta mengeluarkan CO2 dari sel-sel
tersebut. Transport O2 berlangsung melalui saluran pernapasan atas dan bawah.
Saluran pernapasan atas terdiri dari hidung, nasofaring, mulut dan orofaring serta
laring. Saluran napas bawah dibentuk oleh trakea, saluran utama bronkus, bronkhiolus
dan duktus alveolaris, yang kemudian berakhir pada alveoli. Saluran pernapasan,
dalam melakukan fungsinya sebagai saluran udara, memiliki 3 fungsi: menyaring,
menghangatkan, dan melembabkan udara.
Secara histolgis epitel yang melapisi permukaan saluran pernapasan terdiri dari
epitel gepeng berlapis berkeratin dan tanpa keratin di bagian rongga mulut; epitel
silindris bertingkat bersilia pada rongga hidung, trakea, dan bronkus; epitel kuboid
selapis bersilia pada bronkiolus repiratorius; epitel gepeng selapis pada duktus
alveolaris dan sakus alveolaris serta alveolus. Dibawah lapisan epitel tersebut terdapat
lamina propria yang berisi kelenjar-kelenjar, pembuluh darah, serabut saraf dan
kartilago. Dan berikutnya terdapat otot polos serta serabut elastin.
Sebelum mencapai alveoli, udara yang dihirup melalui suatu saluran pernapasan
dibersihkan dari semua partikel yang berdiameter lebih dari 2 µm. Pembersihan
terhadap partikel–partikel ini, seperti debu dan bakteri, memungkinkan sterilisasi pada
alveolus. Benda–benda asing disaring melalui beberapa mekanisme. Sel–sel goblet
pada lapisan epitel saluran pernapasan menghasilkan sejumlah substansi
mukopolisaarida yang tebal, yakni mucus. Silia, yang ditemukan sepanjang
percabangan saluran pernapasan seperti bronki, akan mendorong mucus dan benda –
benda asing menuju faring yang kemudian akan dikeluarkan dengan batuk dan bersin.
Selama inspirasi udara di panaskan sesuai dengan suhu tubuh, dan lebih dari 1000
ml air digunakan perhari untuk meningkatkan kelembaban udara yang dihirup sampai
paling tidak 80%, dan disimpan sebagai cadangan cairan, rata-rata sebanyak 300 ml
air perhari dalam respirasi yang normal.
Pada sistem respirasi, alveolus merupakan unit dasar untuk pertukaran gas pada
sistem respirasi. Pada paru orang sehat, alveoli yang berjumlah lebih dari 300 juta
merupakan kantong-kantong kecil berasal dari duktus alveolaris. Duktus alveolaris
terdiri dari otot polos yang mampu melebar dan berkontraksi. Alveoli sendiri terdiri
dari selapis epitel skuamosa dan suatu membran basalis yang elastis. Kedua lapisan
ini bersama lapisan endotel dan membrane basalis kapiler, membentuk membran
alveolar-kapilar atau interface. Pertukaran gas terjadi melewati membran yang
tebalnya kurang dari 1 um ini.
Paru terdiri atas beberapa lobus, paru kanan terdiri dari 3 lobus, atas, tengah, dan
bawah. Paru kiri memiliki dua lobus, atas dan bawah. Udara dialirkan kesetiap lobus
melalui bronkus lobaris yang merupakan cabang dari bronkus utama. Perbedaan
penting antara paru kanan dan kiri adalah dalam hal ukuran saluran udaranya.
Bronkus dari trakea sehingga lebih sering menjadi tempat masuknya bahan – bahan
yang aspirasi. Bronkus kiri lebih sempit dan berjalan dengan membentuk sudut yang
lebih tajam dengan trakea, menjadikan sekret dari paru kiri lebih sulit untuk
dikeluarkan.
Paru terletak disebelah dalam dan dilindungi oleh rongga toraks. Rongga thorak
dilapisi pleura. Pleura adalah suatu membran serosa yang luas, satu permukaannya
melapisi bagian dalam rangka kosta ( pleura parietalis ) sedangkan permukaan pleura
yang lainnya ( pleura visceralis ) membungkus paru. Ruang diantara kedua
permukaan itu dikenal sebagai “ ruang potensial “. Ruang ini biasanya mengandung
beberapa millimeter cairan seerosa yang mencegah pergesekan pada saat kedua
permukaan tersebut saling bertemu.
Berdasarkan semua di atas, barulah kita pahami bagaimana obat inhalasi dapat
masuk dan bekerja pada paru. Obat masuk dengan perantara udara pernapasan
(mekanisme inspirasi dan ekspirasi) melalui saluran pernapasan, kemudian menempel
pada epitel selanjutnya diabsorpsi dan sampai pada target organ bisa berupa pembuluh
darah, kelenjar, dan otot polos.
D. Indikasi Terapi Nebulizer
Untuk penderita asma, sesak napas kronik, batuk, pilek, dan gangguan
saluran pernapasan.
Mukosa meningkatkan
- mukus berlebihan
sekresi
yang sangat lengket
Merangsang batuk
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
DO : - Saturasi oksigen
90% Hipoventilasi
- Tekanan darah
110/70 mmhg
- PH darah arteri Distribusi ventilasi tidak
7,49 merata
- Frekuensi nafas 60
/menit
- PCO2 3,15 (turun) Gangguan difusi gas
- BGA : alkalosis
respiratorik
Gangguan pertukaran
gas
Bronkokonstriksi
Asma
Karbondioksida
meningkat
Asidosis respiratorik
(hipercapnea)
Takipnea
Ketidakefektifan pola
nafas
3. Diagnosa Keperawatan
Prioritas Diagnosis Keperawatan :
a. Ketidakefektifan jalan nafas b.d peningkatan produksi sekret.
b. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai O2.
c. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru selama serangan
akut.
4. Intervensi Keperawatan
NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONALISASI
HASIL
1. Ketidakefektifan NOC: NIC: 1. Mengetahui
bersihan jalan napas Label : Status Pernafasan: Label: keadaan
berhubungan dengan Kepatenan Jalan Nafas Manajemen Jalan umum klien
ketidakmampuan Setelah dilakukan tindakan Nafas
mengeluarkan sekresi keperawatan 2 x 24 diharapkan 1. Monitor vital 2. Mencatat
pada jalan nafas bersihan jalan napas klien efektif sign ( TD, adanya suara
dengan suhu, RR, nafas
kriteria hasil: Nadi) tambahan
No. Krteria hasil tujuan
3. Penurunan
Frekuensi 2. Auskultasi bunyi nafas
1. 5
pernafasan bunyi dapat
nafas, catat menunjukkan
5 adanya atelektasis
2 suara nafas
tambahan bunyi
nafas 4. Agar oksigen
3 Kemampuan 5 lebih banyak
misalnya
untuk masuk
mengi,
mengeluarkan
krekels,
sekret 5. Membantu
ronchi.
Keterangan mengurangi
1. deviasi berat dari kisaran 3. Monitor sesak dan
normal respirasi melebarkan
2. deviasi yang cukup berat dari dan jalan nafas
kisaran normal oksigenasi
3. deviasi sedang dari kisaran
normal 6. Mengurangi
4. deviasi ringan dari kisaran 4. Berikan sesak nafas,
normal posisi member
5. tidak ada deviasi dari kisaran semi kenyamanan
normal fowler
7. Dapat
5. Ajarkan melunakkan
klien secret
nafas
dalam 8. Melancarkan
jalan nafas
6. Ajarkan
cara
batuk
efektif
7. Sajikan
minum
hangat
atau air
susu
hangat
8.Kolabora
si dalam
pemberi
an
terapi
nebulize
r 2,5 mg
2. Gangguan pertukaran NOC NIC: 1. Berguna dalam
gas berhubungan Label : Status Pernafasan : Label: evaluasi
dengan gangguan Pertukaran Gas 1. Kaji frekuensi,
derajat distress
suplai O2. Setelah dilakukan tindakan kedalaman
keperawatan 2 x 24 diharapkan pernafasan. pernafasan
klien efektif dengan
atau kronisnya
kriteria hasil: 2. Awasi secara
rutin kulit dan penyakit.
membran
mukosa. 2. Kemungkinan
No. Krteria hasil tujuan 3. Kaji cyanosis
2. Persiapan perawat
a. Persiapan lingkungan data biografi
b. Bicarakan keinginan pasien, kekhawatirannya, ketakutannya dengan cara
yang simpatik dan teliti.
c. Jelaskan tujuan mengenai tindakan yang akan dilakukan pada keluarga atau
pasien
Airlangga University
Ardianto & Mirza. (2015). Pengaruh Terapi Napas Dalam Terhadap Perubahan Saturasi
Oksigen Perifer pada Pasien Asma di rumah Sakit Wilayah Kabupaten Pekalongan
Brunner and Suddarth’s. Text Book Medical Surgical Nursing. Buku I. Philadelphia: JB
Lippincott Company, 2000.
Carpenito, L.J. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Canada Lung Association. (2012). Asthma. Diaskes 27 Februari 2016 Pada Http: //www.
Lung. Org/Associations/States/Colorado Asthma/ Asthma. Html
Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Nugroho, S. (2006). Terapi Pernapasan Pada Penderita Asma. Fakultas Ilmu
Keolahragaan. Universitas Negeri: Yogyakarta.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC
Puspita, Ayu Pradita. (2015). Pengaruh Pemberian Inhalasi Dengan Nebulizer Terhadap
Kepatenan Jalan Nafas Dan Peningkatan Saturasi Oksigen Pada Klien Dengan
Asma Di IGD RSUD DR MOEWARDI Surakarta. Semarang : Poltekes Kemenkes
semarang
Raharjoe, N.N. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta : Badan Penerbit IDAI
Ringel, Edward. 2012. Buku Saku Hitam Kedokteran Paru. Jakarta: Indeks
Saputra, Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa Aksara
Susilaningrum, Rekawati, dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakarta
: Salemba Medika