Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK I

“Analisis Tindakan Keperawatan Terapi Nebulizer Pada Anak”

Oleh:

NAMA : MEIREZA

NIM : 21117081

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2018
I. TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Nebulisasi merupakan terapi inhalasi yang menggunakan alat nebulizer.
Nebulisasi merupakan suatu proses penambahan partikel air/cairan/obat yang
berukuran sangat kecil ke dalam udara inspirasi.

Nebulizer adalah alat yang dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi
aerosol secara terus- menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan
atau gelombang ultrasonik.

Mengenai nebulizer dan penguapan merupakan suatu cara pemberian obat


melalui inhalasi / pernafasan. Fungsinya sama dengan seperti dengan pemberian obat
lainnya namun mempunyai daya effectivitas lebih tinggi dibandingkan melalui mulut
/ oral. Sebagai contoh : yang biasa nya penyembuhan flu selama 1 minggu, dengan
terapi nebulizer sembuh dalam 3 hari.
Cara kerja terapi penguapan adalah obat-obat tersebut dilarutkan dalam bentuk
cairan yang diisikan ke nebulizer. Nebulizer mengubah partikel menjadi uap yang di
hirup sehingga langsung menuju paru-paru. Mampu menghancurkan dahak / slem /
plegm.

B. Tujuan Terapi Nebulizer


1. Untuk mengurangi sesak pada penderita asma
2. Untuk mengencerkan dahak, bronkospasme berkurang/ menghilang.
3. Untuk meningkatkan bersihan paru dan jalan napas dari secret melalui perubahan
mukosa tracheobroncial (dengan cara melembabkan mukosa)

C. Alat Dan Anatomi Fisiologi Terapi Nebulizer


1. Alat dan bahan

a. Masker Nebulizer
b. Set nebulizer
c. Obat bronkodilator
d. Baki instrument
e. Bengkok
f. Tissue
g. Aquades
h. Handscoon
i. Spuit 5 cc (sesuai dengan jumlah obat yang diberikan)
j. Normal saline (NaCl 0,9%)
k. Stetoskop

2. Anatomi Fisiologi

Untuk memahami tentang penggunaan nebulizer, anatomi dan fisiologi


pernapasan harus dipahami terlebih dahulu. Secara fungsional saluran pernapasan
dibagi atas bagian yang berfungsi sebagai konduksi dan respirasi. Pada bagian
konduksi, udara bolak-balik di antara atmosfir dan jalan napas seakan organ ini tidak
berfungsi (dead space), akan tetapi organ tersebut selain sebagai konduksi juga
berfungsi sebagai proteksi dan pengaturan kelembaban udara. Bagian konduksi
meliputi rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea, brnkus, bronkiolus
nonrespiratorius.

Pada bagian respirasi terjadi pertukaran udara (difus) yang sering disebut dengan
unit paru, yang terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan sakus
alveolaris. Tujuan utama respirasi adalah untuk menyediakan oksigen (O2) bagi sel-
sel tubuh dan membawa karbondioksida (CO2) darinya. Agar respirasi dapat
berlangsung harus ada jalan untuk membawa oksigen ke tubuh dan system sirkulasi
yang mengantarkannya pada sel-sel tubuh serta mengeluarkan CO2 dari sel-sel
tersebut. Transport O2 berlangsung melalui saluran pernapasan atas dan bawah.

Saluran pernapasan atas terdiri dari hidung, nasofaring, mulut dan orofaring serta
laring. Saluran napas bawah dibentuk oleh trakea, saluran utama bronkus, bronkhiolus
dan duktus alveolaris, yang kemudian berakhir pada alveoli. Saluran pernapasan,
dalam melakukan fungsinya sebagai saluran udara, memiliki 3 fungsi: menyaring,
menghangatkan, dan melembabkan udara.

Secara histolgis epitel yang melapisi permukaan saluran pernapasan terdiri dari
epitel gepeng berlapis berkeratin dan tanpa keratin di bagian rongga mulut; epitel
silindris bertingkat bersilia pada rongga hidung, trakea, dan bronkus; epitel kuboid
selapis bersilia pada bronkiolus repiratorius; epitel gepeng selapis pada duktus
alveolaris dan sakus alveolaris serta alveolus. Dibawah lapisan epitel tersebut terdapat
lamina propria yang berisi kelenjar-kelenjar, pembuluh darah, serabut saraf dan
kartilago. Dan berikutnya terdapat otot polos serta serabut elastin.

Sebelum mencapai alveoli, udara yang dihirup melalui suatu saluran pernapasan
dibersihkan dari semua partikel yang berdiameter lebih dari 2 µm. Pembersihan
terhadap partikel–partikel ini, seperti debu dan bakteri, memungkinkan sterilisasi pada
alveolus. Benda–benda asing disaring melalui beberapa mekanisme. Sel–sel goblet
pada lapisan epitel saluran pernapasan menghasilkan sejumlah substansi
mukopolisaarida yang tebal, yakni mucus. Silia, yang ditemukan sepanjang
percabangan saluran pernapasan seperti bronki, akan mendorong mucus dan benda –
benda asing menuju faring yang kemudian akan dikeluarkan dengan batuk dan bersin.

Selama inspirasi udara di panaskan sesuai dengan suhu tubuh, dan lebih dari 1000
ml air digunakan perhari untuk meningkatkan kelembaban udara yang dihirup sampai
paling tidak 80%, dan disimpan sebagai cadangan cairan, rata-rata sebanyak 300 ml
air perhari dalam respirasi yang normal.

Pada sistem respirasi, alveolus merupakan unit dasar untuk pertukaran gas pada
sistem respirasi. Pada paru orang sehat, alveoli yang berjumlah lebih dari 300 juta
merupakan kantong-kantong kecil berasal dari duktus alveolaris. Duktus alveolaris
terdiri dari otot polos yang mampu melebar dan berkontraksi. Alveoli sendiri terdiri
dari selapis epitel skuamosa dan suatu membran basalis yang elastis. Kedua lapisan
ini bersama lapisan endotel dan membrane basalis kapiler, membentuk membran
alveolar-kapilar atau interface. Pertukaran gas terjadi melewati membran yang
tebalnya kurang dari 1 um ini.

Paru terdiri atas beberapa lobus, paru kanan terdiri dari 3 lobus, atas, tengah, dan
bawah. Paru kiri memiliki dua lobus, atas dan bawah. Udara dialirkan kesetiap lobus
melalui bronkus lobaris yang merupakan cabang dari bronkus utama. Perbedaan
penting antara paru kanan dan kiri adalah dalam hal ukuran saluran udaranya.
Bronkus dari trakea sehingga lebih sering menjadi tempat masuknya bahan – bahan
yang aspirasi. Bronkus kiri lebih sempit dan berjalan dengan membentuk sudut yang
lebih tajam dengan trakea, menjadikan sekret dari paru kiri lebih sulit untuk
dikeluarkan.

Paru terletak disebelah dalam dan dilindungi oleh rongga toraks. Rongga thorak
dilapisi pleura. Pleura adalah suatu membran serosa yang luas, satu permukaannya
melapisi bagian dalam rangka kosta ( pleura parietalis ) sedangkan permukaan pleura
yang lainnya ( pleura visceralis ) membungkus paru. Ruang diantara kedua
permukaan itu dikenal sebagai “ ruang potensial “. Ruang ini biasanya mengandung
beberapa millimeter cairan seerosa yang mencegah pergesekan pada saat kedua
permukaan tersebut saling bertemu.

Proses respirasi meliputi ventilasi, perfusi dan difusi. Ventilasi meliputi


pergerakan keluar masuknya udara melalui cabang – cabang trakeo-bronkial, sehingga
oksigen sampai pada alveoli dan karbondioksida di buang. Perfusi adalah istilah untuk
aliran darah pada kapiler paru. Difusi adalah proses pergerakan gas ( O2 dan CO2 )
melintasi membran alveolar–kapiler yang alirannya di mulai dari daerah dengan
konsentrasi yang besar kedaerah dengan konsentrasi yang lebih kecil, menimbulkan
keseimbangan alveokapiler.

Berdasarkan semua di atas, barulah kita pahami bagaimana obat inhalasi dapat
masuk dan bekerja pada paru. Obat masuk dengan perantara udara pernapasan
(mekanisme inspirasi dan ekspirasi) melalui saluran pernapasan, kemudian menempel
pada epitel selanjutnya diabsorpsi dan sampai pada target organ bisa berupa pembuluh
darah, kelenjar, dan otot polos.
D. Indikasi Terapi Nebulizer
Untuk penderita asma, sesak napas kronik, batuk, pilek, dan gangguan
saluran pernapasan.

E. Kontraindikasi Terapi Nebulizer


Pada penderita trakeotomi, pada fraktur didaerah hidung.

F. Asuhan Keperawatan Terapi Nebulizer


1. Pengkajian
Pengkajian pada An.B dilakukan pada tanggal 15 April 2015 di ruang Anggrek
RSUD Surakarta. Penulis memeroleh data dari wawancara dengan keluarga
terutama ibu pasien, observasi, dan status pasien.
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeriksaan fisik
1) Klien mengeluh sesak nafas, batuk, lendir susah keluar
2) Mengeluh mudah lelah dan pusing
3) Keadaan umum lemah, kesadaran composmentis
4) Tanda vital didapatkan suhu : 37,5ºC, RR : 60 x/menit, nadi : 140 x/menit

b. Pola nutrisi metabolik


1) Mual, muntah, tidak nafsu makan
2) Menunjukan tanda dehidrasi, membran mukosa kering
3) Cyanosis, banyak keringat

c. Pola aktivitas dan latihan


1) Aktivitas terbatas karena adanya wheezing dan sesak nafas
2) Batuk dan lendir yang sulit dikeluarkan
3) Menggunakan otot-otot tambahan saat inspirasi

d. Pola tidur dan istirahat


1) Keluhan kurang tidur
2) Lelah akibat serangan sesak nafas dan batuk
e. Pola persepsi dan konsep diri
1) Klien kemungkinan dapat mengungkapkan strategi mengatasi serangan,
tetapi tidak mampu mengatasi jika serangan datang.
f. Pola kognitif dan persepsi sensori
1) Sejauh mana pengetahuan klien tentang penyakitnya
2) Kemampuan mengatasi masalah
3) Melemahnya proses berfikir

g. Pola peran dan hubungan dengan sesama


1) Terganggunya peran akibat serangan
2) Merasa malu bila terjadi serangan

h. Mekanisme dan toleransi terhadap stress


1) Mengingkari
2) Marah
3) Putus asa

2. Analisa Masalah Keperawatan

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. DS: - Pasien merasa Alergen (hawa dingin) Ketidakefektifan
sangat berat bersihan jalan nafas
didada
- Pasien merasa Hipersensitivitas
sulit bernafas dan
tidak mampu
bernafas normal Stimulasi Ig E
- Pasien merasa (imunoglobulin alergi)
kesulitan berbicara

DO: - Frekuensi nafas Degranulasi (pemecahan


60x / menit sel mast)
- Terdapat suara
wheezing
disemua lapang Melepaskan histamin
paru
- Batuk tidak
efektif Stimulasi sel goblet

Mukosa meningkatkan
- mukus berlebihan
sekresi
yang sangat lengket

Merangsang batuk
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas

2. DS : - Pasien mengeluh Alergen (hawa dingin) Gangguan


sesak nafas sejak pertukaran gas
jam 3 pagi yang
tidak hilang dengan Hipersensitivitas
obat semprot
- Pasien merasa
akral dingin dan Kontraksi otot polos
pucat
- Pasien demam
sudah 3 hari Bronkospasme

DO : - Saturasi oksigen
90% Hipoventilasi
- Tekanan darah
110/70 mmhg
- PH darah arteri Distribusi ventilasi tidak
7,49 merata
- Frekuensi nafas 60
/menit
- PCO2 3,15 (turun) Gangguan difusi gas
- BGA : alkalosis
respiratorik
Gangguan pertukaran
gas

3. DS : - Pasien Alergen (hawa dingin) Ketidakefektifan


mengeluh sesak pola nafas
nafas
- Pasien merasa Masuk dalam tubuh
berat di dada dan
sulit bernafas
- Terdapat Merangsang sel plasma
pernafasan cuping
hidung
Membentuk antibodi
DO : - Terdapat
retraksi
sternokleidomastoi Ig E menempel dan
deus beredar pada reseptor
- Frekuensi nadi yang sesuai dengan
140x/menit dinding sel mast
- Base excess -0,4
- Frekuensi nafas
60x/menit Bereaksi dengan reseptor
Menurunnya siklus AMP

Bronkokonstriksi

Asma

Karbondioksida
meningkat

Resistensi jalan nafas


selama ekspirasi

Asidosis respiratorik
(hipercapnea)

Takipnea

Ketidakefektifan pola
nafas

3. Diagnosa Keperawatan
Prioritas Diagnosis Keperawatan :
a. Ketidakefektifan jalan nafas b.d peningkatan produksi sekret.
b. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai O2.
c. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru selama serangan
akut.
4. Intervensi Keperawatan
NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONALISASI
HASIL
1. Ketidakefektifan NOC: NIC: 1. Mengetahui
bersihan jalan napas Label : Status Pernafasan: Label: keadaan
berhubungan dengan Kepatenan Jalan Nafas Manajemen Jalan umum klien
ketidakmampuan Setelah dilakukan tindakan Nafas
mengeluarkan sekresi keperawatan 2 x 24 diharapkan 1. Monitor vital 2. Mencatat
pada jalan nafas bersihan jalan napas klien efektif sign ( TD, adanya suara
dengan suhu, RR, nafas
kriteria hasil: Nadi) tambahan
No. Krteria hasil tujuan
3. Penurunan
Frekuensi 2. Auskultasi bunyi nafas
1. 5
pernafasan bunyi dapat
nafas, catat menunjukkan
5 adanya atelektasis
2 suara nafas
tambahan bunyi
nafas 4. Agar oksigen
3 Kemampuan 5 lebih banyak
misalnya
untuk masuk
mengi,
mengeluarkan
krekels,
sekret 5. Membantu
ronchi.
Keterangan mengurangi
1. deviasi berat dari kisaran 3. Monitor sesak dan
normal respirasi melebarkan
2. deviasi yang cukup berat dari dan jalan nafas
kisaran normal oksigenasi
3. deviasi sedang dari kisaran
normal 6. Mengurangi
4. deviasi ringan dari kisaran 4. Berikan sesak nafas,
normal posisi member
5. tidak ada deviasi dari kisaran semi kenyamanan
normal fowler
7. Dapat
5. Ajarkan melunakkan
klien secret
nafas
dalam 8. Melancarkan
jalan nafas
6. Ajarkan
cara
batuk
efektif
7. Sajikan
minum
hangat
atau air
susu
hangat
8.Kolabora
si dalam
pemberi
an
terapi
nebulize
r 2,5 mg
2. Gangguan pertukaran NOC NIC: 1. Berguna dalam
gas berhubungan Label : Status Pernafasan : Label: evaluasi
dengan gangguan Pertukaran Gas 1. Kaji frekuensi,
derajat distress
suplai O2. Setelah dilakukan tindakan kedalaman
keperawatan 2 x 24 diharapkan pernafasan. pernafasan
klien efektif dengan
atau kronisnya
kriteria hasil: 2. Awasi secara
rutin kulit dan penyakit.
membran
mukosa. 2. Kemungkinan
No. Krteria hasil tujuan 3. Kaji cyanosis

Tekanan AGD,paO2,pa perifer terlihat


1. 5
parsial oksigen CO2. pada kuku,
didarah
5 4. Monitor bibir dan daun
2. Tekanan telinga.
tingkat
parsial
karbondioksida kesadaran,
di darah 3. Hipoxemiabias
kelainan sakit
3. pH arteri 5 anya terjadi
4. Saturasi 5 kepala dan
oksigen pada saat akut
gangguan
5. Hasil rontgen 5 keadaan lanjut
dada penglihatan.
pCO2 akan
5. Monitor TTV
Keterangan : meningkat.
1. deviasi berat dari kisaran dan
normal penggunaan 4. Sebagai
2. deviasi yang cukup berat dari
kisaran normal otot bantu parameter
3. deviasi sedang dari kisaran pernafasan. menunjukan
normal
4. deviasi ringan dari kisaran beratnya
normal
serangan.
5. tidak ada deviasi dari kisaran
normal
5. Indikator yang
menunjukan
hipoxemia dan
meningkatkan
usaha untuk
ventilasi.

3. Ketidakefektifan pola NOC NIC: 1. Mengetahui


Label : status pernafasan Label:
nafas b.d kelemahan frekuensi
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan
keperawatan 2 x 24 diharapkan Nafas
otot pernafasan klien efektif dengan 1. Kaji frekuensi, kedalaman
kriteria hasil:
kedalaman nafas
No. Krteria hasil tujuan
pernafasan dan 2. Mengetahui
1. Frekuensi 5
irama dan ekspansi dada keadaan umum
kedalaman serta catat klien
pernafasan.
5 upaya 3. Mengetahui
2. Tidak terdapat
pernafasan bunyi nafas
atau dyspnea
berkurang. termasuk tambahan
3. Gas-gas darah 5 penggunaan 4. Membantu
arteri dalam
batasan yang otot bantu atau ekspansi paru.
dapat diterima pelebaran 5. Membantu
oleh pasien.
nasal. mengeluarkan
Keterangan : 2. Monitor vital sputum dimana
1. deviasi berat dari kisaran
normal sign dapat
2. deviasi yang cukup berat dari 3. Auskultasi mengganggu
kisaran normal
3. deviasi sedang dari kisaran bunyi nafas ventilasi dan
normal dan catat ketidaknyaman
4. deviasi ringan dari kisaran
normal adanya bunyi an upaya
5. tidak ada deviasi dari kisaran nafas bernafas.
normal
adventisius 6. Memenuhi
seperti krekels, kebutuhan
mengi, oksigen untuk
gesekan pertukaran gas.
pleural. 7. Mempercepat
4. Beri posisi penyembuhan
semi fowler. dan pemberian
5. Bantu pasien terapi medis
dalam nafas
dalam dan
latihan batuk
efektif.
6. Kolaborasi
dalam
pemberian
oksigen
2ltr/menit
dengan nasal
kanul
7. Kolaborasi
dalam
pemberian
obat terapi
ampicillin 250
mg dan
gentamicin 35
mg tim medis

G. Persiapan Tindakan Terapi Nebulizer


1. Persiapan alat
a. Bak instrument
b. Set nebulizer
c. Obat bronkodilator
d. Bengkok 1 buah
e. Tissue
f. Spuit 5 cc
g. Aquades
h. Handscoon

2. Persiapan perawat
a. Persiapan lingkungan data biografi
b. Bicarakan keinginan pasien, kekhawatirannya, ketakutannya dengan cara
yang simpatik dan teliti.
c. Jelaskan tujuan mengenai tindakan yang akan dilakukan pada keluarga atau
pasien

H. Prosedur Pelaksaanaan Terapi Nebulizer


1. Tahap PraInteraksi
a. Identifikasi kebutuhan pasien yang akan dilakukan tidakan pemberian
oksigen
b. Mengkonfirmasi ketersediaan informed consent ( disesuaikan dengan
tindakan yang akan dilakukan )
c. Perawat mencuci tangan
d. Mempersiapkan alat :
1) Bak instrument
2) Set nebulizer
3) Obat bronkodilator
4) Bengkok 1 buah
5) Tissue
6) Spuit 5 cc
7) Aquades
8) Handscoon
2. Tahap orientasi
a. Perawat memperkenalkan diri
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Tahap interaksi
a. Perawat mendekatkan alat
b. Perawat mencuci tangan dan memasang handscoon
c. Mengucap salam (Assalamualaikum)
d. Mengucap basmallah (Bismillahirohmanirohim)
e. Identifikasi sambil melihat gelang identitas pasien untuk nama pasien,
tanggal lahir, dst)
f. Mendekatkan alat
g. Menjaga privasi pasien (menutup scareroom, gorden, memasang sampiran)
h. Mengatur posisi pasien (disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan)
(semi fowler atau fowler dengan tujuan supaya ekspansi paru-nya lebih
optimal)
4. Tahap kerja
a. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran
b. Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik
c. Memasukkan obat sesuai dosis
d. Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam sampai obat
habis
e. Matikan nebulizer
f. Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue
5. Tahap terminasi
a. Mengucapkan hamdalah
b. Merapikan pasien
c. Membereskan alat
d. Buka handscoon dan perawat cuci tangan
e. dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA

Alsgaff H dan Mukty, Abdul. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.Surabaya :

Airlangga University
Ardianto & Mirza. (2015). Pengaruh Terapi Napas Dalam Terhadap Perubahan Saturasi
Oksigen Perifer pada Pasien Asma di rumah Sakit Wilayah Kabupaten Pekalongan

Brunner and Suddarth’s. Text Book Medical Surgical Nursing. Buku I. Philadelphia: JB
Lippincott Company, 2000.
Carpenito, L.J. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Canada Lung Association. (2012). Asthma. Diaskes 27 Februari 2016 Pada Http: //www.
Lung. Org/Associations/States/Colorado Asthma/ Asthma. Html
Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI

Depkes RI. 2012. Pedoman Hidup Sehat. Jakarta: Depkes RI

Doengoes, Marilyn, E. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih Bahasa :

I Made Kariasi, S.Kp. Ni Made Sumawarti, S.Kp. Jakarta: EGC.


GINA.(2015). Global Strategi For Asma Management and Prevention.Global Initiative For
Asma
Hasandy, Tama P. (2011). Hubungan Antara Karakteristik Penderita Dengan Derajat Klinis
Asma Bronchial Dirumah Sakit Paru Jember.
Hidayat, A. dkk. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Nugroho, S. (2006). Terapi Pernapasan Pada Penderita Asma. Fakultas Ilmu
Keolahragaan. Universitas Negeri: Yogyakarta.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC
Puspita, Ayu Pradita. (2015). Pengaruh Pemberian Inhalasi Dengan Nebulizer Terhadap
Kepatenan Jalan Nafas Dan Peningkatan Saturasi Oksigen Pada Klien Dengan
Asma Di IGD RSUD DR MOEWARDI Surakarta. Semarang : Poltekes Kemenkes
semarang
Raharjoe, N.N. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta : Badan Penerbit IDAI

Ringel, Edward. 2012. Buku Saku Hitam Kedokteran Paru. Jakarta: Indeks

Riyadi, Sujono. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Saputra, Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa Aksara

Suriyadi &Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : Sagung

Susilaningrum, Rekawati, dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakarta
: Salemba Medika

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih bahasa :

Esty Wahyuningsih, editor bahasa Indonesia, Dwi Widharti. Jakarta: EGC

Wedri, dkk. (2013).Saturasi Oksigen Perkutan dengan Derajat Keparahan Asma.

Anda mungkin juga menyukai