Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG
Latar belakng adanya pembagian hadist sejarah periwayatan hadist nabi, memang
berbeda dengan sejarah periwayatan al – quran. Periwayatan al quran dari nabi kepada
para sahabat berlangsung secara terbuka dan umum sehingga jumlah sahabat yang
mendengarkan dan kemudian menghafalnya, jumlahnya tidak terhitung. Kemudian, al
quran itu oleh para sahabat di sampaikan kepada para tabiin dengan bentuk sama pula,
dan demikian seterusnya para tabiin dengan bentuk yang sama pula, dan seterusnya
sampai kepaazaman kita. Sehingga dengan demikian, tak dapat di ragukan lagi, bahwa al
quran sampai sekarang ini tetap terpelihara. Di samping itu,Allah SWT sendiri telah
menjamin akan terpeliharanya. Akan halnya periwayatan hadist nabi, tidaklah demikian
sejarahnya.memang benar bahwa sejak zaman nabi masih hidup, tidak sedikit para
sahabat yang telah memiliki catatan – catatan di shahifahnya masing-masing di samping
tidak sedikit juga yang menghaflanya. Tetapi, dalam penyampaian hadist Rasulullah,
terkadang bersifat umum dan terbuka, tetapi di samping itu tidak jarang pula di lakukan
secara individual di hadapan satu dua orang saja.
Sebelum masa pendewaan hadist setelah terjadi berbagai pemalsuan hadist, baik
yang didasari oleh kepentingan politik, kepentingan agama( dakwah). Sehingga apa yang
disampaikan oleh periwayatan hadist sebagai hadist nabi, dengan sendirinya memerlukan
penelitiian yang ketat untuk menetapkan apakah benar riwayat tersebut bersal dari nabi
atau tidak.apabila dilihatdari segi jumlah perawi yang meriwayatkan hadist nabi dari
generasi ke genarasi,maka ternyata yang berkedudukan mutawatir sebagaimana
periwayatan al quran,jumlahnya tidaklah banyak. Karena itu, bila dilihat dari segi
periwayatannya, maka kedudukan hadist pada umumnya adalah kebenaran
periwayatannya, masih dalam status dugaan, sedangkan yang berstatustidak di ragukan
lagi kebenaran periwayatannya, jumlahnya tidak banyak. Hadist mutawatir, kedudukan
periwayatannya lebih tinggi dari hadist ahad. Karena hadist - hadist itu jumlahnya banyak
dan bentuknya beranekaragam, untuk itu diklasifikasikan mana yang di duga keras
berasal dari nabi,mana yang meragukan dan mana yang jelas dan tidak berasal dari nabi

1
keseluruhan pembagian itu pada hakikatnya di samping bertujuan untuk memudahkan
klasifikasinya, para ulama hadist telah berusaha membagi hadist-hadist nabi dilihat dari
seginya,kemudian dari pembagian itu dibagi lagi kepada beberapa macam. Jadi kita dapat
mengetahui mana hadist yang benar - benar berasal dari nabi, sehingga akan yakin dan
tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengamalkannya.
A. Rumusan Masalah
a. Pembagian hadist dari segi kuantitas yang mencakup hadist muttawatir,hadist
masyhur dan hadist ahad
b. Pembagian hadist dari segi kualitas yang mencakup hadist shahih, hadist hasan, hadist
dhaif.
B. Tujuan
a. Untuk mengetahui pembagian hadist dari segi kuantitas dan kualitas
b. Untuk mengetahui pembagian sanad

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembagian hadist dari segi kuantitas


1. Pengertian Hadist Mutawatir

Kata mutawatir secara bahasa, merupakan isim fa’il,dari kata at-tawatur,yang bermakna at-
tatabu’ (berturut-turut).Secara etimologi kata mutawatir berarti mutatabi’(beriringi tanpa jarak,ia
merupakan hadist yang diriwayatkan oleh orang banyak, dan berdasarkan logika atau kebiasaan.

a. SYARAT-SYARAT HADIS MUTAWATIR


Dari berbagai definisi tersebut kita telah menemukan syarat-syarat hadis mutawatir yang telah
diketahui,yaitu ada 4:
a. Jumlah perawinya harus banyak. Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan jumlah
minimalnya dan menurut pendapat yang terpilih minimal sepuluh perawi.
b. Perawi yang banyak ini harus terdapat dalam semua thabaqat (generasi) sanad.
c. Secara rasional dan menurut kebasaan (adat), para perawi-perawi tersebut mustahil sepakat
untuk berdusta.
d. Sandaran beritanya adalah panca indera dan itu ditandai dengan kata-kata yang digunakan dalam
meriwayatkan sebuah hadist, seperti kata: ‫( سمعنا‬kami telah mendengar), ‫(رأينا‬kami telah
melihat), ‫(لمسنا‬kami telah menyentuh) dan lain sebagainya. Adapun jika sandaran beritanya
adalah akal semata, seperti: pendapat tentang alam semesta yang bersifat huduuts (baru), maka
hadist tersebut tidak dinamakan mutawatir.

b. HUKUM MUTAWATIR ATAU KEHUJJAHAN HADIS MUTAWATIR


Dengan demikian,tidak ada perselisihan dikalangan para ulama tentang keyakinan faidah hadis
mutawatir. Dan mereka bersepakat bahwa seluruh hadi mutawatir dapat diterima (maqbul) untuk
dijadikan hujjah (dalil) tanpa harus mengkaji para perawinya.

3
c. JENIS-JENIS HADIS MUTAWATIR

Hadist mutawatir itu ada dua macam yaitu:

a. Mutawatir lafzhi

Mutawatir lafzhi ialah


"‫"هو ما تواتر لفطه و معناه‬
“Hadis yang mutawatir lafaz dan maknanya”
Menurut Muhammad Al-Sabbagh hadis mutawatir lafzhi adalah hadis yang diriwayatkan oleh
orang banyak periwayat sejak awal sampai akhir sanad dengan memakai redaksi yang sama.

b. Mutawatir ma’nawi

Maknawi artinya : Secara makna.

"‫"ما تواتر معناه دون لفطه‬


“Hadis yang mutawatir maknanya,bukan lafazhnya”
Maksudnya adalah hadis yang hanya menjelaskan secara kongklusif. Hanya dari maknanya
saja bukan lafaznya., makna lafaz boleh berbeda, tetapi maksud dan kesimpulannya sama.
Contohnya:
Seperti shalat maghrib 3 raka’at.
Keterangannya adalah
a. Satu riwayat menerangkan,bahwa dalam hadlar(negri sendiri)Nabi shalat tiga raka’at.
b. Satu riwayat menunjukkan,bahwa dalam safar Nabi Shalat magrib tiga raka’at.
c. Satu riwayat membayangkan bahwa di mekkah nabi shalat magrib tiga raka’at
d. Satu riwayat mengatakan nabi shalat magrib di madinah tiga rakaat.
e. Satu riwayat mengkhabarkan,bahwasahabat-sahabat shalat magrib tiga raka’at, diketahui
oleh nabi
d. KITAB-KITAB HADIS MUTAWATIR

Kitab hadis mutawatir antara lain sebagai berikut:

a) Al-Azhar Al-Mutanatsiran fi Al-Akhbar A-Mutawatirah, karya As-Syuyuti


b) Qathaf Al-Azhar, karya As-Syuyuti merupakan lanjutan karangan beliau
c) Nazhm Al-Mutanatsir min Al-Hadis Al-Mutawatir, karya Muhammad bin Ja’far Al-Kattani
d) Al-La’ali Al-Mutanatsirah fil Al-Ahaddis Al-Mutawatirah, karya Muhammad bin Thulun Ad-
Dimasyqi.

4
Gambaran sanadnya

MUSLIM 2 ABU-DAWUD
AL-BUKHARI 1 AD-DARIMI 3 IBNU MAJAH
Ali Al-Hadir Amr b,aun
Musa Muhammad Muhammad
Ali Mushir Iesa Musadda Wabrah b.Ramh
Abu Awanah
Muhammad Hai-tsam Amir Al-Laits
Abu Hushain
Qais Abuz-Zubair Abdullah b.Az- Abnu Syihab
Abu Hurairah
Zubair
Ali rabiah Jabir Anas
Az-Zubair
Ali mughirah

SABDA NABI:”Barang siapa berdusta atas


Namaku dengan sengaja, maka hendaklah
ia menyediakan tempat duduknya dari
neraka.

AL-HAKIM 9
AL-TURMUDZI 6
AT-THAYA-LIST 7 Abul-Fadl b,Al-
Abu Hisyam ATH-THABARANI
Abu Hanifah 8 Husain
Abdurrahman 9
Abu Bakar Athiyah Muhammad
Abiz Zidnad Abu Ishaq Ibrahim
Ayyasy b,A.Wahhab
Abi Saied Al-
Amir b, Saied Nubaith b,
Khudri Ja’far b,Ayun abu
Syarieth
hayyan
2. Pengertian Hadist Ahad
2 .Hadist Ahad Jazid b,Hayyan

5
Ahad artinya satu. Ahad itu adalah hadist- hadist yang bukan mutawatir. Hadist ahad ada
yang shahin, hasan dan dhaif. Yang termasuk bilangan ahad yaitu:
1) Hadist masyhur
2) Hadist aziz
3) Hadist gharib
a. Hadist Masyhur
Artinya yang di siarkan,di terangkan,yang di unjukkan.Dalam istilah dikatakan bagi:
“satu hadist yang diriwayatkan dengan tiga sanad yang berlainandari rawi-rawinya.
Contohnya :
‫المسلم من سلم المسلمون من لسا نه و يد ه‬

Artinya: Nabi bersabda:yang dikatakan sebenar-benar orang islam itu,ialah orang, yang orang-
orang muslim lainnya selamat dari gangguan lidahnya dan tangannya.

b. Hadist Aziz
Artinya yang sedikit,yang gagah,atau yang kuat.Aziz menurut istilah ilmu hadist ialah:”Satu
hadist yang diriwatkan dengan dua sanad yang berlainan rawi-rawinya”.
Contohnya:
‫ال يؤ من ا حد كم حتى ا َ كون ا حب اليه من و ا لده وو لد ه‬
Nabi saw.bersabda
Artinya: Tidak (sesungguhnya) beriman salah seorang dari kamu,sehingga adalah aku (Nabi)
lebih tercinta kepadannya dari pada ia mencintai bapaknya dan anaknya.

c. Hadist gharib
Artinya yang jauh dari negrinya,yang asing,yang luar biasa.Gharib itu ditunjukkan kepada satu
hadist yang diriwayatkan hanya dengan satu sanad.

 Nilai Hadist Ahad


Hadist ahad memiliki nilai “nadhariy”. Yakni ia masih merupakan ilmu yang masih
memerlukan penyelidikan dan pembuktian lebih lanjut.

6
Namun, At-Tarmidzi dalam Al-‘Ilal menganggap shahih apabila tambahan tersebut
dilakukan oleh orang yang kuat hafalannya (dhabith).
a. Sebab-sebab Hadist Ahad Dinyatakan sebagai Zhanni Al-Wurud dan Menjadi Obyek
Pembahasan Ilmu Hadist.
Jumlah periwayat yang terlibat pada hadist ahad untuk setiap (tsabaqah) sanadnya tidak
sebanyak jumlah periwayat pada hadist mutawwatir. Akibatnya, tingkat keakuratan riwayat
hadist ahad tidak setinggi hadist mutawwatir. Untuk hadist mutawatir tingkat keakuratan
riwayatnya mencapai qath’i (meyakinkan kebenaran beritanya), sedang untuk hadist ahad,
tingkat keakuratan riwayatnya hanya mencapai zhanni (dugaan keras). Karenanya, untuk
mengetahui apakah wurud (kedatangan) hadist ahad dapat dipercaya ataukah tidak, maka terlebih
dahulu sanad dan matannya harus diteliti. Untuk hadist mutawatir, penelitian yang demikian itu
tidak diperlukan karena sudah pasti kebenaran wurud-nya.

Gambaran Sanadnya

NABI

1. Abdullah b,Amr 1 .Abu Musa 1. Abi Hurairah

2. Asy-Sya’bi 2. Abu Burdah 2. Abu Shalih

3. Abdullah b,Abis- 3. Abu Burdah b, 3. Al-Qa’qa


Safar Abdullah
4. Ibnu ‘Ajlan
4. Syu’bah 4. Yahya
5. Al-laits
5. Adam 5. Said
6. Qutaibah
BUKHARI

1:7 1:36
10:93

7
B. Pembagian Hadist dari segi kuantitas
1. Pengertian Hadist Shahih
Kata shahih ( ‫ )الصحيح‬dalam bahasa diartikan orang sehat antonym dari kata as-saqim
( ‫) السقيم‬orang yang sakit. Jadi yang dimaksudkan hadis shahih adalah hadis yang sehat dan
benar tidak terdapat penyakit dan cacat .menurut Shubhi As-Shalih, hadis shahih adalah hadis
yang sanadnya bersambung,diriwayatkan oleh periwayat ‘adil dan dhabit hingga bersambung
kepada Rasullah SAW atau pada sanad terakhir berasal dari kalangan sahabat tanpa
mengandung syadz ataupun cacat(‘illat).

a. SYARAT-SYARAT HADIST SHAHIH

1. Sanadnya Bersambung

Yang dimaksud sanadnya bersambung ialah:tiap-tiap periwayat dalam sanadnya


bertemu secara langsung( ‫ ) مباشرة‬atau secara hukum ( ‫ )حكمى‬dari awal sampai akhir sanad.
1. Perawinya Bersifat ‘Adil

Para ulama berbeda pendapat tentang krtieria periwayat hadis yang bersifat ‘adil. Tetapi
mereka member tujuan yang sama hanya saja penafsirannya yang berbeda. Adapun criteria
perawi yang bersifat ‘adil adalah :
-Islam.
-Mukallaf.
-Melaksanakan ketentuan agama.
-Memelihara muru’ah.

2. Perawinya Bersifat Dhabit (Memiliki daya ingat yang kuat)


Para perawi memiliki daya ingat yang kuat termasuk soal hafalan. Ini sangat diperlikan
dalam rangka menjaga otentisitas hadis. Mengingat tidak seluruh hadis tercatat pada masa awal
perkembangan hadis.
3. Tidak ada kejanggalan (syadz)
Dalam hadis shahih tersebut tidak terjadi adanya kejanggalan (syadz) baik dari segi matan
maupun sanadnya atau perawi itu sendiri.
4. Tidak ada cacat (‘illat)

8
Maksudnya suatu hadis bisa terjadi cacat (‘illat) karena ada sebab tersembunyi yang membuat
cact keabshahan suatu hadis padahal zhahihrnya (matan) selamat dari cacat tersebut. Besar
kemungkinan dikarenakan perawinya seorang fasik,ahli bid’ah,kurang bagus hafalannya.

b. JENIS-JENIS HADIS SHAHIH


Yakni ada 2 jenis:
1. Shahih Li dzatihi
“Shahih li dzatihi artinya: yang sah karena zatnya,yakni yang shahih dengan tidak bantuan
keterangan lain.
2. Shahih Li ghairihi.
“ shahih karena yang lainnya,yaitu yang jadi sah karena dikuatkan dengan jalan sanad atau
keterangan lain.
Shahih karena ada sebab yang lain. Yaitu hadis hasan lidzatih karena ada periwayatan yang
lain yang mendukung sebab naiknya hadis shahih lighayrih.

c. KEHUJJAHAN HADIS SHAHIH


Para ulama sepakat menggunakan hadis shahih sebagai hujjah (dalil) dalam bidang
hukum,sosial,akhlak,ekonomi,dan sebagainya. Kecuali dalam bidang akidah, hadis shahih
yang ahad masih diperselisihkan para ulama.

d. KITAB-KITAB HADIS SHAHIH


1) Shahih Al-Bukhari
2) Shahih Muslim
3) Shahih Ibnu Khuzaimah
4) Shahih Ibnu Hibban
5) Shahih Ibnu As-Sakan
6) Shahih Al-Albani
7)Mustadrak Al-Hakim

9
2. Hadist Hasan
a) Pengertian
Hasan secara bahasa adalah sifat yang menyerupai dari kalimat “al-husna” artinya indah,
cantik. Akan tetapi secara istilah yang dimaksud dengan Hadits Hasan menurut Ibnu
Hajar Al-Atsqalani yaitu:
“Apa yang sanadnya bersambung dengan periwayatan yang adil, hafalannya yang
kurang dari awal sampai akhir sanad dengan tidak syad dan tidak pula cacat”
Pada dasarnya, hadits hasan dengan hadits shahih tidak ada perbedaan, kecuali hanya
dibidang hafalannya. Pada hadits hasan, hafalan perawinya ada yang kurang meskipun
sedikit. Adapun untuk syarat-syarat lainnya, antara hadits hasan dengan hadits shahih adalah
sama.
Contoh hadits hasan adalah sebagai berikut yang artinya:
“Telah menceritakan kepada kamu qutaibah, telah menceritakan kepada kamu ja’far bin
sulaiman, dari abu imron al-jauni dari abu bakar bin abi musa al-Asy’ari ia berkata: aku
mendengar ayahku berkata ketika musuh datang : Rasulullah Saw bersabda : sesungguhnya
pintu-pintu syurga dibawah bayangan pedang…” (HR. At-Tirmidzi, Bab Abwabu
Fadhailijihadi).
Hadist hasan terbagi dua macam yaitu:
1) Hadits Hasan li-Dzatih
Meneurut bahasa adalah yang baik,yang bagus,yang karena zatnya atau dirinya.
2) Hadits Hasan li-Ghairih
Hadits yang pada sanadnya ada perawi yang tidak diketahui keahliannya, tetapi dia
bukanlah orang yang terlalu benyak kesalahan dalam meriwayatkan hadits, kemudian ada
riwayat dengan sanad lain yang bersesuaian dengan maknanya. Jumhur ulama
muhaddisin memeberikan definisi tentang haditst hasan li-Ghairihi sebagai berikut:

Kehujahan Hadits Hasan

Hadits hasan sebagai mana halnya hadits shahih, meskipun derajatnya dibawah hadits
shahih, adalah hadits yang dapat diterima dan dipergunakan sebagai dalil atau hujjah dalam
menetapkan suatu hukum atau dalam beramal. Para ulama hadits, ulama ushul fiqih, dan fuqaha
sepakat tentang kehujjahan hadits hasan

10
3. HADIST DHAIF
a. Pengertian Hadist Dhaif
Dhaif artinya lemah, dhaif itu ada dua tingkatan yaitu: yang pertama dhaif yang sangat
lemah yang kedua yaitu dhaif yang tidak terlalu lemah. Dalam dua tingkatan ini, terdapat dua
macam keadaan yang menyebabkan sesuatu hadist itu lemah yaitu:
1. Putus sanadnya
2. Tercatat seorang rawi atau beberapa rawinya.
Contoh hadist dhaif

‫ق “ َح ِك ْي ِم األَثْ َر ِم”ع َْن أَبِي ت َ ِم ْي َم ِة ال ُه َج ْي ِمي ع َْن أَبِي ُه َر ْي َرةَ ع َِن النَّبِ ِِّي ص م قَا َل‬ ْ ‫ َماأ َ ْخ َر َجهُ التِ ِّ ْر ِم ْيذ‬: ”
َ ‫ِي ِم ْن‬
ِ ‫ط ِر ْي‬
َ ‫“ َم ْن أَتَي َحا ِئضا ً أ َ ْو ا ِْم َرأةً ِفي ُدبُ ِر َها أ َ ْو كَا ُهنَا فَقَ ْد َكفَ َر ِب َما أ َ ْن َز َل‬
‫علَى ُم َح ِ ِّمد‬

Apa yang diriwayatkan oleh tirmidzi dari jalur hakim al-atsrami “dari abi tamimah al-
Hujaimi dari abi hurairah dari nabi saw ia berkata : barang siapa yang menggauli
wanita haid atau seorang perempuan pada duburnya atau seperti ini maka sungguh ia
telah mengingkari dari apa yang telah diturunkan kepada nabi Muhammad saw”
Berkata Imam Tirmidzi setelah mengeluarkan (takhrij) hadits ini : “kami tidak
mengetahui hadits ini kecuali hadits dari jalur hakim al-atsrami, kemudian hadits ini
didhoifkan oleh Muhammad dari segi sanad karena didalam sanadnya terdapat hakim
astronomi sebab di dhaifkan pula oleh para ulama hadist”. Berkata ibnu hajar mengenai
hadist ini didalam kitab “Taqribut Tahdzib” : Hakim al- Atronomi pada rawi tersebut
adalah seorang yang bermuka dua. Adapun penyebab kedhoifannya karena beberapa hal:
Sebab terputusnya sanad,akan terputtus sanad pun terbagi atas 2 bagian pertama adalah
terputus secara dzhohir( nyata)
a. Mu’allaq adalah apa yang dibuang dari permulaan sanad baik satu rawi atau lebih
secara beraturan.
b. Mursal adalah apa yang terputus dari akhir sanadnya yaitu orang sesudah tabi’in
(Sahabat).
c. Mughdhal adalah apa yang terputus dari sanadnya 2 atau lebih secara berurutan.
d. Munqoti’ adalah apa yang sanadnya tidak tersambung.

Sedangkan yang kedua terputus secara khofi (tersembunyi) yaitu:

11
a. Mudallas adalah menyembunyikan cacat (‘aib) pada sanadnya dan memperbagus
untuk dzohir haditsnya.
b. Mursal Khofi adalah meriwayatkan dari orang yang ia bertemu atau sezaman
dengannya apa yang ia tidak pernah dengar dengan lafadz yang memungkinkan ia
dengar dan yang lainnya seperti qaala.

1. Sebab penyakit pada rawi


Penyakit pada rawi pun terbagi atas 2 yaitu penyakit dalam ‘adalah dan dhobit
(hafalannya), adapun yang pertama penyakit pada ‘adalah (ketaqwaan) yaitu:
(a) Pendusta
(b) Tertuduh dusta
(c) Fasiq
(d) Bid’ah
(e) Kebodohan

Adapun penyakit pada dhobit (hafalan ) yaitu :


(a) Jelek hafalannya
(b) Lalai
(c) Menyelisihi yang tsiqat
(d) Ucapan yang menipu

c. Klasifikasi Hadits Dha’if


Dha’if karena tidak bersambung sanadnya
(a) Hadits Munqathi
Hadits yang gugur sanadnya di satu tempat atau lebih, atau pada sanadnya disebutkan
nama seseorang yang tidak dikenal.
(b) Hadits Mu’alla
Hadits yang rawinya digugurkan seorang atau lebih dari awal sanadnya secara berturut-
turut.
(c)HaditsMursal
Hadits yang gugur sanadnya setelah tabi’in. Yang dimaksud dengan gugur di sini, ialah
nama sanad terakhir tidak disebutkan. Padahal sahabat adalah orang yang pertama
menerima hadits dari Rasul saw
1. Mursalal-Jali
Hadits yang tidak disebutkannya (gugur) nama sahabat dilakukan oleh tabi’in besar

12
2. Mursal al-Khafi
Pengguguran nama sahabat dilakukan oleh tabi’in yang masih kecil. Hal ini terjadi
karena hadits yang diriwayatkan oleh tabi’in tersebut meskipun ia hidup sezaman
dengan sahabat, tetapi ia tidak pernah mendengar sebuah hadits.
3. HaditsMu’dhal
hadits yang gugur rawinya, dua orang atau lebih, berturut-turut, baik sahabat bersama
tabi’i, tabi’i bersama tabi’ al-tabi’in maupun dua orang sebelum shahabiy dan tabi’iy.
4. Hadits Mudallas
yaitu hadits yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan bahwa hadits itu tidak
terdapat cacat.
 Dha’if karena tiadanya syarat adil
(a) Hadits al-Maudhu’
Hadits yang dibuat-buat oleh seorang (pendusta) yang ciptaannya dinisbatkan
kepada Rasulullah secara paksa dan dusta, baik sengaja maupun tidak.
(b) Hadits Matruk dan Hadits Munkar
Hadits yang diriwayatkan oleh seseorang yang tertuduh dusta (terhadap hadits
yang diriwayatkannya), atau tanpak kefasikannya, baik pada perbuatan
ataupun perkataannya, atau orang yang banyak lupa maupun ragu.
 Dha’if karena tiadanya Dhabit.

(a) Hadits Mudraj


hadits yang menampilkan (redaksi) tambahan, padahal bukan (bagian dari)
hadits
(b) Hadits Maqlub
hadits yang lafaz matannya terukur pada salah seorang perawi, atau sanadnya.
Kemudian didahulukan pada penyebutannya, yang seharusnya disebutkan
belakangan, atau mengakhirkan penyebutan, yang seharusnya didahulukan,
atau dengan diletakkannya sesuatu pada tempat yang lain.
(c) Hadits Mudhtharib
hadits yang diriwayatkan dengan bentuk yang berbeda padahal dari satu
perawi dua atau lebih, atau dari dua perawi atau lebih yang berdekatan tidak
bisa ditarjih.
(d) Hadits Mushahhaf dan Muharraf
Hadits Mushahhaf yaitu hadits yang perbedaannya dengan hadits riwayat lain
terjadi karena perubahan titik kata, sedangkan bentuk tulisannya tidak
berubah. Hadits Muharraf yaitu hadits yang perbedaannya terjadi disebabkan
karena perubahan syakal kata sedangkan bentuk tulisannya tidak berubah.

13
b. Hukum periwayatan hadist dhaif
Hadist dhaif tidak identic dengan hadist mawadhu(hadist palsu). Diantara hadist dhaif
terdapat kecacatan perawinyayang tidak terlalu parah,seperti daya hafalan yag kurang kuat
tetapi adil dan jujur.sedangkan hadist mawdhu perawinya pendusta,maka para ulama
memperbolehkan meriwayatkan hadist dhaif sekalipun tanpa menjelaskan kedhaifannya
dengan dua syarat yaitu:
1. Tidak berkaitan dengan akidah seperti sifat-sifat Allah.
2. Tidak menjelaskan hukum syara’yang berkaitan dengan hal dan haram,tetapi,berkaitan
dengan halal dan haram,tetapi berkaitan dengan masalah maui’zhah,targib,wa tarhib
(hadist-hadist tentang ancaman dan janji).kisah –kisah,dan lain-lain.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembagian hadist bila ditinjau darikuantitas perawinya dapat dibagi menjadi dua, yaitu hadist
mutawatir dan hadist ahad.Utuk hadist mutawatir juga dibagi lagi menjadi 3 bagian yaitu :
mutawir ma’nawi dan mutawir ‘amali. Sedangkan hadist ahad dibagi menjadi dua macam, yaitu
masyhur dan ghairu masyhur, sedangkan ghairu masyhur di bagi lagi menjadi dua bagian yaitu,
aziz dan ghairu aziz.

Sedangkan hadist bila di tinjau dari segi kualitas hadist dapat dibagi menjadi dua macam
yaitu hadist maqbul dan hadist mardud. Hadist maqbul terbagi menjadi duaa macam yaitu hadist
mutawatir dan hadist ahad yang shahih dan hasan, sedangkan hadist mardud adalah hadist yang
dhaif.

B. Saran
Makalah yang kami buat ini, mungkin masih banyak kesalahan dan kekurangan
dan belum mencapai sempurna seperti yang diharapkan jadi, demi kemajuan yang akan
datang kami semua mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu guru,dari pembaca agar
dapat memperbaikinya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Qadir A,Hasan.2002.Ilmu Mushthalah Hadist.c.v.Diponegoro:Bandung.

http://ilmu hadist.blogspot.com/2010/12.

http://www.jurnalkrima.blogspot.com/2009/11.ulumul hadist.

16
17

Anda mungkin juga menyukai