Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Parameter Volume 27 No.

2 93
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.01
P-ISSN : 0216-26IX

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM


PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGAPADA
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Hariadi

Fakultas Ilmu Keolahragaan


Universitas Negeri Medan

Abstract: Character education is an efforts that is designed and implemented systematically to embedded
the values of learner behaviour associated with the God, ourselves, human beings, the environment, and
nationality embodied in thoughts, attitudes, feelings, speaking , and actions based on religious norms,
laws, manners, culture, and customs. Physical Education and Sport (PENJASOR) is essentially a
Education processes that utilizes physical activity (motion) to produced a holistic change in individual
quality, like on physical, mental, and emotional. Physical education treated the children as a unified
whole, total creature, rather than just think of it as someone who separated physical quality and mental.
Through the Penjasor learning process is a medium that is considered very precise and powerful in
Established of a system of values and character. That aka materialized when given stimulus as early as
possible in accordance with the laws of child development.

Keywords: character education, physical education, sports, early children

Abstrak: Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara
sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan
adat istiadat. Pendidikan Jasmani dan Olahraga (PENJASOR) pada hakikatnya adalah proses pendidikan
yang memanfaatkan aktivitas fisik (gerak) untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas
individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai
sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah
kualitas fisik dan mentalnya. Pembelajaran Penjasor merupakan media yang dipandang sangat tepat dan
ampuh dalam pembentukan sistem nilai dan karakter. Pembentukan karakter aka terwujud bila diberikan
rangsangan sedini mungkin sesuai dengan hukum perkembangan anak.

Kata kunci: pendidikan karakter, pendidikan jasmani, olahraga, usia dini

PENDAHULUAN oleh kualitas pendidikan, termasuk


Permasalahan yang mendasar dalam pendidikan jasmani bagi pendidikan anak usia
dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah dini (penjas paud)
kualitas, kuantitas, dan relevansi. Peningkatan Usia dini merupakan periode awal
kualitas pendidikan dewasa ini merupakan yang paling penting dan mendasar dalam
kebutuhan yang mendesak, mengingat rentang pertumbuhan serta perkembangan
kualitas pendidikan di Indonesia sudah jauh kehidupan manusia. Pada masa ini ditandai
tertinggal dari negara tetangga, apalagi jika oleh berbagai periode penting yang fundamen
dibandingkan dengan negara maju (Puskur dalam kehidupan anak selanjutnya sampai
Diknas 2007). Di pihak lain, kegiatan periode akhir perkembangannya. Salah satu
pembangunan yang sedang dilaksanakan periode yang menjadi penciri masa usia dini
membutuhkan sumberdaya manusia yang adalah the Golden Ages atau periode
berkualitas, berkarakter kuat, demokratis, dan keemasan. Banyak konsep dan fakta yang
tanggap terhadap masalah-masalah praktis ditemukan memberikan penjelasan tentang
yang harus segera diselesaikan. Sumber daya periode keemasan pada masa usia dini. Pada
manusia yang demikian sangat dipengaruhi masa ini semua potensi anak berkembang.
94 Jurnal Parameter Volume 27 No.2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.01
P-ISSN : 0216-26IX

Beberapa konsep yang disandingkan untuk diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan


masa anak usia dini adalah masa eksplorasi, dasar dan dapat diselenggarakan melalui jalur
masa identifikasi/imitasi, masa peka, masa pendidikan formal, non formal dan informal.
bermain dan masa trozt alter 1 (masa Walapun berbagai upaya secara konseptual
membangkang tahap 1). maupun praktis telah diupayakan dalam
Konsep tersebut diperkuat oleh fakta membangun anak usia dini sesuai pasal 28
yang ditemukan oleh ahli-ahli neurologi yang UU no 20 tahun 2003, namun masih banyak
menyatakan bahwa pada saat lahir otak bayi anak usia dini di Indonesia yang belum
mengandung 100 sampai 200 milyar neuron terlayani kebutuhannya pada bidang
atau sel syaraf yang siap melakukan pendidikan (sensus BPS terbaru 2005
sambungan antar sel. Sekitar 50% kapasitas mencapai 26 juta).
kecerdasan manusia telah terjadi ketika usia 4 Pada sisi lain, kelembagaan
tahun, 80% telah terjadi ketika berusia 8 pendidikan anak usia dini yang ada baru dapat
tahun, dan mencapai titik kulminasi 100% menampung sebesar 27%. Angka Partisipasi
ketika anak berusia 8 sampai 18 tahun Kasar (APK) tahun 2005 dan telah mencapai
(Fidesrinur, 2010). Pertumbuhan fungsional 60% tahun 2010. Hal ini diperburuk dengan
sel-sel syaraf tersebut membutuhkan berbagai masih rendahnya kualitas penyelenggaraan
situasi pendidikan yang mendukung, baik lembaga pendidikan anak usia dini yang
dalam situasi pendidikan keluarga, dilihat dari aspek standar program yang
masyarakat maupun sekolah yang didasari diberikan, proses pembelajaran yang belum
penanaman nilai dan karakter yang kauat. mengakomodasi kebutuhan anak (termasuk
Para ahli pendidikan sepakat bahwa periode rangsangan dan kebutuhan akan gerak/olah
keemasan tersebut hanya berlangsung satu raga yang samapai sekarang tidak masuk
kali sepanjang rentang kehidupan manusia. dalam kurikulum). Kualitas serta kualifikasi
Hal ini menunjukkan bahwa betapa tenaga pendidik anak usia dini yang masih
meruginya suatu keluarga, masyarakat dan tergolong rendah (bahkan tidak ada pendidik
bangsa jika mengabaikan masa-masa penting khusus disediakan pemerintah untuk guru
yang berlangsung pada anak usia dini (Puskur penjas usia dini). Dalam rangka membantu
Diknas 2007). memenuhi kebutuhan anak usia dini pada
Sebagai komitmen dan keseriusan bidang pendidikan (termasuk Penjasor), maka
antar bangsa terhadap pendidikan anak usia pemerintah berusaha menfasilitasi dengan
dini telah dicapai berbagai momentum dan dikembangkannya Kurikulum PAUD yang
kesepakatan penting yang telah digalang diharapkan dapat membantu memberikan
secara internasional. Salah satunya adalah pendidikan yang berkualitas pada anak usa
Deklarasi Dakkar yang diantaranya menye- dini.
pakati bahwa perlunya upaya memperluas dan Dengan rujukan kurikulum ini
memperbaiki keseluruhan perawatan dan diharapkan dapat membantu lembaga
pendidikan anak usia dini, terutama bagi pendidikan keluarga (informal), lembaga
anak-anak yang sangat rawan dan kurang pendidikan masyarakat (nonformal) dan
beruntung. Adapun komitmen antara bangsa lembaga pendidikan anak usia dini formal
secara internasional lainnya adalah kesepakat- dalam memperoleh akses konsep kurikulum
an antar negara yang tergabung dalam yang memasukkan penjas anak usia dini. Oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang karena itu, uraian berikut semoga dapat
menyepakati “Dunia yang layak bagi anak memberikan gambaran bagi kita secara filofis
2002” atau dikenal dengan ”world fit for dan teoritis untuk memahami konsep
children 2002”. Beberapa kesepakatan yang pendidikan karakter, pendidikan jasmanidan
diperoleh adalah (1) mencanangkan olah raga anak usia dini, dan pengembangan
kehidupan yang sehat, (2) memberikan penjas dan olahraga sebagai salah satu media
pendidikan yang berkualitas, (3) memberikan pembentukan karakter.
perlindungan terhadap penganiayaan,
eksploitasi dan kekerasan. Program PAUD
Jurnal Parameter Volume 27 No.2 95
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.01
P-ISSN : 0216-26IX

Pendidikan Karakter juang tinggi, Mandiri, Pantang menyerah,


Tidak dapat disangkal bahwa hanya Pembangun dan pembina jejaring, Bersahabat
melalui pendidikan diharapakan terjadinya dengan perubahan, Inovatif dan menjadi agen
transformasi perubahan menuju insan yang perubahan, Produktif, Sadar mutu, Berorien-
maju, cerdas dan kompetitif. Dan sungguh tasi global Pembelajaran sepanjang hayat,
diyakini bahwa dengan Sumber Daya Menjadi rahmat bagi semesta alam (Renstra
Manusia yang berkarakter kuat insan maju, Diknas tahun 2010–2014). Berdasarkan urai-
cerdas dan kompetitif dapat diraih. Oleh an di atas bahawa untuk melahirkan insan
karenanya penyelenggaraan pendidikan cerdas kompetitif yang memiliki kepribadian,
karakter perlu menjadi perhatian sehingga visi tidak lepas dengan bagaimana kita memben-
dan cita-cita pendidikan nasional 2025 dapat tuk karakter SDM.
diwujudkan. Adapun makna Insan cerdas Pembentukan karakter SDM menjadi
Indonesia sesuai dengan visi Pendidikan vital dan tidak ada pilihan lagi untuk mewu-
Nasonal 2025 adalah cerdas spirutual, cerdas judkan Indonesia baru, yaitu Indonesia yang
emosi dan sosial, cerdas intelektual, dan dapat menghadapi tantangan regional dan
cerdas kinestetik. (Renstra Diknas 2010- global (Muchlas dalam Sairin, 2001: 211).
2014). Tantangan regional dan global yang dimaksud
Adapun makna insan cedas dan adalah bagaimana generasi muda kita tidak
kompetitif tersebut adalah: Cerdas spiritual, sekedar memiliki kemampuan kognitif saja,
beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu tetapi aspek afektif dan moralitas juga
untuk menumbuhkan dan memperkuat ke- tersentuh. Untuk itu, pendidikan karakter
imanan, ketakwaan dan akhlak mulia, diperlukan untuk mencapai manusia yang
termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian memiliki integritas nilai-nilai moral sehingga
unggul. Cerdas emosional dan sosial, anak menjadi hormat sesama, jujur dan peduli
beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk dengan lingkungan.
meningkatkan sensitivitas dan apresiativitas Lickona (1992) menjelaskan beberapa
akan kehalusan dan keindahan seni dan alasan perlunya pendidikan karakter, di an-
budaya, serta kompetensi untuk meng- taranya: (1) Banyaknya generasi muda saling
ekspresikannya; Beraktualisasi diri melalui melukai karena lemahnya kesadaran pada
interaksi sosial yang (a) membina dan nilai-nilai moral; (2) Memberikan nilai-nilai
memupuk hubungan timbal balik; (b) moral pada generasi muda merupakan salah
demokratis; (c) empatik dan simpatik; (d) satu fungsi peradaban yang paling utama; (3)
menjunjung tinggi hak asasi manusia; (e) Peran sekolah sebagai pendidik karakter
ceria dan percaya diri; (d) menghargai menjadi semakin penting ketika banyak anak-
kebhinekaan dalam bermasyarakat dan anak memperoleh sedikit pengajaran moral
bernegara; (e) berwawasan kebangsaan dari orangtua, masyarakat, atau lembaga
dengan kesadaran akan hak dan kewajiban keagamaan; (4) masih adanya nilai-nilai
warga negara. moral yang secara universal masih diterima
Cerdas intelektual, Beraktualisasi seperti perhatian, kepercayaan, rasa hormat,
diri melalui olah pikir untuk memperoleh dan tanggungjawab; (5) Demokrasi memiliki
kompetensi dan kemandirian dalam ilmu kebutuhan khusus untuk pendidikan moral
pengetahuan dan teknologi. Aktualisasi insan karena demokrasi merupakan peraturan dari,
intelektual yang kritis, kreatif, inovatif dan untuk dan oleh masyarakat; (6) Tidak ada
imajinatif. Cerdas kinestetis, Beraktualisasi sesuatu sebagai pendidikan bebas nilai; (7)
diri melalui olah raga untuk mewujudkan Komitmen pada pendidikan karakter penting
insan yang sehat, bugar, berdaya-tahan, sigap, manakala kita mau dan terus menjadi guru
terampil, dan trengginas. Aktualisasi insan yang baik. Ketujuh pendidikan karakter yang
adiraga. efektif ini membuat sekolah lebih beradab,
Sementara Makna Insan Kompetitif peduli pada masyarakat, dan mengacu pada
Indonesia adalah Berkepribadian unggul dan performansi akademik yang meningkat.
gandrung akan keunggulan, Bersemangat
96 Jurnal Parameter Volume 27 No.2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.01
P-ISSN : 0216-26IX

Alasan-alasan di atas menunjukkan atau kebiasaan yang terus-menerus


bahwa pendidikan karakter sangat perlu dipraktikkan dan dilakukan.
ditanamkan sedini mungkin untuk meng- Berdasarkan pembahasan di atas dapat
antisipasi persoalan di masa depan yang ditegaskan bahwa pendidikan karakter
semakin kompleks seperti semakin rendahnya merupakan upaya-upaya yang dirancang dan
pehatian dan kepedulian anak terhadap ling- dilaksanakan secara sistematis untuk
kungan sekitar, tidak memiliki tanggung- menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik
jawab, rendahnya kepercayaan diri, dan lain- yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
lain. Untuk mengetahui lebih jauh tentang apa Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan,
yang dimaksud dengan pendidikan karakter, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
Lickona dalam Elkind dan Sweet sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan ber-
(2004) menggagas pandangan bahwa dasarkan norma-norma agama, hukum, tata
pendidikan karakter adalah upaya terencana krama, budaya, dan adat istiadat.
untuk membantu orang untuk memahami, Dengan demikian pengembangan
peduli, dan bertindak atas nilai-nilai etika/ nilai-nilai etika inti mensyiratkan keyakinan
moral. Pendidikan karakter ini mengajarkan tentang apa saja sifat karakter dan bagaimana
kebiasaan berpikir dan berbuat yang caranya menjadi pribadi yang benar dan baik
membantu orang hidup dan bekerja bersama- secara moral (Alim Sumarno 2011). Etika
sama sebagai keluarga, teman, tetangga, adalah aturan dasar yang digunakan untuk
masyarakat, dan bangsa. memperolah seluruh nilai-nilai yang lain.
Menurut Elkind & Sweet (2004), pen- Nilai etika inti menurut Thomas Lickona
didikan karakter dimaknai sebagai berikut: (dalam Alim Sumarno 2011) adalah nilai
yang menjunjung tinggi hak asasi manusia
Character education is the deliberate dan memperkokoh martabat manusia (Alim
effort to help people understand, care Sumarno, 2011).
about, and act upon core ethical Secara universal nilai etika inti meli-
values. When we think about the kind puti: kesalehan (piety), keterpecayaan (trust-
of character we want for our children, worthines), hormat (respect), tanggung jawab
it is clear that we want them to be able (resposibility), keadilan (fairnes), kepedulian
to judge what is right, care deeply (caring), dan kewarganegaraan (citizenship).
about what is right, and then do what Kesalehan berarti percaya kepada Tuhan
they believe to be right, even in the (yang diyakininya) dan memiliki komitmen
face of pressure from without and untuk melaksanakan ajarannya dan
temptation from within. tuntunanya yakni; beribadah, menghormati
sesama, dan melestarikan serta menjaga
Hal ini berarti bahwa pendidikan lingkungan sebagai habitat hidup.
karakter bukan sekedar mengajarkan mana Keterpecayaan berarti meliputi sifat seperti
yang benar dan mana yang salah, lebih dari integritas, keteguhan hati, kejujuran,
itu, pendidikan karakter menanamkan keberanian, ketulusan hati, terus terang,
kebiasaan (habituation) tentang hal mana andal,menepati janji dan loyalitas. Hormat
yang baik sehingga peserta didik menjadi memiliki makna menghargai semua orang dan
paham (kognitif) tentang mana yang benar mahluk, menghargai maratabat, privasi dan
dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai kebebasan ranag lain, santun dan toleran
yang baik dan biasa melakukannya terhadap perbedaan. Tanggung jawab berarti
(psikomotor). Dengan kata lain, pendidikan kesadaran untuk melaksanakan hak dan
karakter yang baik harus melibatkan bukan kewajiban secara seimbang, mengetahui apa
saja aspek “pengetahuan yang baik (moral yang diakukan dan yang tidakk diakukan)
knowing), akan tetetapi juga “merasakan serta akibat-akibat yang ditimbukannya. De-
dengan baik atau loving good (moral feeling), ngan tanggung jawab dapat memanggil kita
dan perilaku yang baik (moral action). untuk memenuhi komitmen. Seseorang dapat
Pendidikan karakter menekankan pada habit
Jurnal Parameter Volume 27 No.2 97
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.01
P-ISSN : 0216-26IX

dinalai bertanggung jawab jika ia melakukan tunggal lainnya seperti penjasor yang
pekerjaan bagi kelompoknya. berkepentingan dengan perkembangan total
Dalam kehidupan ada tiga kategori manusia.
tanggung jawab yakni tanggung jawab yang Penjasor menyebabkan perbaikan da-
berpusat pada norma atau tanggung jawab lam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi
kolektif (bertindak sesuai dengan norma seluruh aspek kehidupan harian seseorang.
kelompok), tanggung jawab empatik Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk
(personal) yang digerakkan oleh penderitaan pula penekanan pada ketiga domain kepen-
lain, dan tanggung jawab universal sosial. didikan: psikomotor, kognitif, dan afektif.
Adil berarti bersifat atau bersikap tidak Seperti ungkapan Robert Gensemer, penjasor
memihak dan konsisten terhadap orang lain, diistilahkan sebagai proses menciptakan
bersedia mendengar dan terbuka terhadap “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau
pandangan yang berbeda, mengikuti prosedur jiwa.” Artinya, dalam tubuh yang baik ‘diha-
yang adil terhadap oarang lain dalam situasi rapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan
yang ada. Kepedulian adalah esensi dari nilai dengan pepatah Romawi Kuno: “Men sana in
etika. Peduli terhadap nilai, cinta, kehormat- corporesano”.
an, kota negara dan dunia. Peduli akan Berdasarkan hal tersebut di atas, pen-
kebaikan, rasa kasih, berjasa dan berbuat jasor sebagai bagian yang tidak terpisahkan
baik, mementingkan orang lain, dermawan, dari pendidikan secara keseluruhan memiliki
murah hati dan kebersamaan adalah esensi peran sebagai pondasi bagi tumbuh kembang
dari etika. Kewarganegaraan yang baik anak (termasuk anak usia dini). Dengan
berarti memiliki rasa hormat terhadap hukum demikian, pendidikan jasmani dapat
dan adat istiadat suatu negara, menghargai mengembangkan seluruh potensi yang
benrdera dan segala simbol, gotong royong dimiliki anak (usia dini) yakni aspek organis,
membantu komunitas, bermain sesuai aturan perseptual, kognitif, sosial dan emosional.
masyarakat dan menghormati figur pemimpin Menurut Suherman (2007), kekhasan
dan representasinya (Alim Sumarno, 2011). penjasor dapat digunakan sebagai landasan
yang kokoh bagi anak (usia dini), diperlukan
Pendidikan Jasmani Anak Usia Dini agar anak memiliki kondisi jasmani, inte-
Hakikat Pendidikan Jasmani dan Olah lektual dan mental spiritual yang baik
raga (penjasor) adalah proses pendidikan memadahi untuk berkembang lebih lanjut
yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk sesuai dengan potensi masing-masing. Untuk
menghasilkan perubahan holistik dalam kua meningkatkan peran penjasor sebagai pondasi
litas individu, baik dalam hal fisik, mental, bagi tumbuh kembang anak perlu dilakukan
serta emosional. Pendidikan jasmani berbagai upaya, diantaranya, melaksanakan
memperlakukan anak sebagai kesatuan utuh, pembelajaran yang menarik, menyenangkan
mahluk total, daripada hanya menganggapnya (terutama bagi anak usia dini) dan menantang.
sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik Yang paling penting adalah Menumbuhkan
dan mentalnya (Mahendra, 2007). Dengan rasa aman dan nyaman adalah dasar yang uta-
demikian kenyataannya, penjasor adalah ma dalam membentuk karakter anak,yang
suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik kemudian dapat menumbuhkan rasa ”berarti”,
perhatiannya adalah peningkatan gerak ”berharga” atau ”bernilai” pada anak (Nana
manusia. Lebih khusus lagi, penjasor Prasetyo, 2011). Selain itu, meningkatkan
berkaitan dengan hubungan antara gerak pendidikan guru penjasor, memenuhi sarana
manusia dan wilayah pendidikan lainnya: dan prasarana di sekolah agar memadahi
hubungan dari perkembangan tubuh-fisik untuk proses penjasor, melaksanakan
dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pembaharuan kurikulum agar sesuai
pengaruh perkembangan fisik terhadap kebutuhan peserta didik dan kemampuan
wilayah pertumbuhan dan perkembangan sekolah serta meningkatkan kualitas lembaga
aspek lain dari manusia itulah yang maupun tenaga pendidikan.
menjadikannya unik. Tidak ada bidang
98 Jurnal Parameter Volume 27 No.2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.01
P-ISSN : 0216-26IX

Kondisi Penjasor Saat Ini diberikan kepada anak usia dini (TK dan SD
Penjasor merupakan media untuk kelas rendah) yang memakai fasilitas cabang
mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan olahraga standar orang dewasa. Keadaan ini
psikis, keterampilan motorik, pengetahuan membahayakan bagi keselamatan dan
dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap- perkembangan anak.
mental-emosional sportivitas-spiritual-sosial), Selain itu, menurut Poerwati (2007),
serta pembiasaan pola hidup sehat yang jam pelajaran untuk penjasor di sekolah, serta
bermuara untuk merangsang pertumbuhan proses belajar dan mengajar yang masih
dan perkembangan kualitas fisik dan psikis sistem konvensional tradisional, masih jauh
yang seimbang. Namun fenomena di dari mencukupi untuk membentuk siswa yang
lapangan menyatakan bahwa penjasor di bugar dan memiliki produktivitas belajar.
lembaga-lembaga pendidikan belum dapat Karena, rata-rata jam pelajaran di sekolah
memposisikan dirinya pada tempat yang tingkat dasar hanya 80 menit perminggu,
terhormat, bahkan masih sering dilecehkan; sedangkan untuk TK/KB belum ada jam
misalnya pada masa-masa menjelang ujian khusus dengan demikian juga belum tersedia
akhir suatu jenjang pendidikan, maka pen- guru khusus penjas. Sehingga, penambahan
jasor dihapuskan dengan alasan agar para jam pelajaran penjasor dari rata-rata 80 menit
siswa dalam belajarnya untuk menghadapi perminggu ke angka ideal 180 menit
ujian akhir “tidak terganggu” (Giriwijoyo, perminggu memerlukan kemauan dari pihak
2007). pemerintah, terutama Departemen Pendidikan
Aip Syarifuddin (2002) mengungkap- Nasional (Depdiknas).
kan bahwa, kualitas guru penjasor di sekolah- Penjasor adalah bagian integral dalam
sekolah pada umumnya kurang memadai. proses pendidikan, tetapi ironisnya, model
Mereka kurang mampu melaksanakan pendidikan ini dari dulu sampai sekarang
tugasnya secara profesional. Salah satu tetap termarginalkan. Padahal, salah satu
masalah utama dalam pengajaran penjasor di fondasi instrumen pembangunan bangsa
Indonesia adalah belum efektifnya pelaksana- adalah dengan kebugaran peserta didik yang
an pengajaran penjasor di sekolah-sekolah. harus dimiliki. Jadi kita tidak boleh berharap
Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor insan indonesia cerdas dan kompetetitif dapat
di antaranya adalah terbatasnya kemampuan diwujudkan melalui proses pendidikan yang
guru dan terbatasnya sumber-sumber yang berkarakter kuat yang mana konten dan
digunakan untuk mendukung proses proses sangat syarat dalam penjas dan
pengajaran penjasor. Guru belum berhasil olahraga. Namun dalam sistem pendidikan
melaksanakan tanggung jawabnya untuk kita, hal ini kurang mendapat tempat yang
mendidik siswanya secara sistematik melalui selayaknya.
kegiatan penjasor, untuk mengembangkan Terdapat fenomena yang cukup
kemampuan dan ketrampilan siswa secara ”menyedihkan” terkait mata pelajaran
menyeluruh, baik dalam segi fisik, mental, penjasor yang di sadur oleh (Muhlas 2008) ia
intelektual maupun sosial dan emosionalnya. mengutip dari berbagai sumber antara laian:
Di sisi lain, di neagara kita masih 1) Tingkat Kesegaran Jasmani anak/remaja
banyak kalangan atau lembaga tidak indonesia hasilnya rata-rata kategori kurang.
memahami arti penting Penjasor. Hal tersebut Dengan rincian; 37,40% Kurang Sekali,
bisa diketahui bahwa ada guru yang tidak 43,90% Kurang, 13,55% Sedang, 4,07%
punya latar belakang penjasor tiba-tiba saja Baik; dan 1,08% Baik Sekali (SDI 2006): 2)
memberikan pelajaran itu di sekolah. Penjasor Perilaku menyimpang dari anak dan remaja
di sekolah dasar seharusnya hanya indonesia juga makin tinggi dan bervariasi
mengenalkan gerakan dasar, seperti berlari, hasil riset WHO melaporkan bahwa 44%
berjalan, melompat, dan melempar. Namun, remaja usia 14-18 th telah melakukan
banyak sekolah yang sudah mengajak siswa hubungan badan sebelum nikah (Kompas, 27
melakukan permainan cabang olahraga) Nov 2007, survei Jkt, Sby, Bdg, Mdn) ; 3)
dalam memberikan penjasor, apa lagi ini Pola hidup kurang gerak (sedentary lifestyle)
Jurnal Parameter Volume 27 No.2 99
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.01
P-ISSN : 0216-26IX

dialami sekitar 2/3 anak terutama di negara- Pendidikan karakter pada dasarnya da-
negara sedang berkembang (WHO, 2002) ; 4) pat diintegrasikan dalam pembelajaran pada
Pemahaman internal sekolah bahwa mapel setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran
penjasor adalah membosankan, menghambur yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai
waktu dan mengganggu perkembangan pada setiap mata pelajaran perlu dikembang-
intelektual anak (Suherman, 2004) kan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks
Melihat kondisi pelaksanaan penjasor kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
yang begitu menyedihkan di sekolah rasanya pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya
menjadi terlalu berlebihan kalau kita berharap pada tataran kognitif, tetetapi menyentuh
menjadi bangsa yang besar di bidang olah pada internalisasi, dan pengamalan nyata
raga. Penjasor tak ubahnya benih dan kita dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di
tidak akan pernah menuai apa pun kalau kita masyarakat. Penanaman karakter tersebut
tidak pernah menanamnya. Oleh karena itu jauh lebih berbeakas bila dimuai dari anak
bibit yang kita tanam dan kita pelihara dengan masih kecil yang kita kenal pada anak usia
baik dan akan memberikan karakter masa dini, sebagai mana yang telah kita uraikan
depan bangsa adalah melalui penjasor pada ditas
anak usia dini. Karena “pendidikan tidak akan Berdasarkan grand design yang
lengkap dan sempurna tanpa adanya pelajaran dikembangkan Kemendiknas (2010), secara
olah raga karena gerakan manusia adalah psikologis dan sosial kultural pembentukan
dasar dari pada cara belajar mengenal dunia karakter dalam diri individu merupakan
sekelilingnya dan dirinya sendiri”. Olah raga fungsi dari seluruh potensi individu manusia
untuk pendidikan Usia Dini atau Taman (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik)
Kanak pada umumnya dilaksanakan pada dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam
bentuk permainan. keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan
berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi
METODOLOGI PENELITIAN karakter dalam konteks totalitas proses
Adapun tujuan secara umum membina psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat
pertumbuhan fisik yang harmonis, dikelompokkan dalam: Olah Hati (Spiritual
meningkatkan stabilitas, psikososial, serta and emotional development), Olah Pikir
membantu mengembangkan kemauan dan (intellectual development), Olah Raga dan
kepribadiannya (Gunawan, 2011). Kinestetik (Physical and kinestetic
development), dan Olah Rasa dan Karsa
HASIL DAN PEMBAHASAN (Affective and Creativity development) yang
Pengembangan Pendidkan Karakter da- secara diagramatik dapat digambarkan
lam Penjasorpada Anak Usia Dini sebagai berikut:

RUANG LINGKUP PENDIDIKAN KARAKTER beriman dan bertakwa,


jujur, amanah, adil,
cerdas, kritis, bertanggung jawab,
kreatif, inovatif, berempati, berani
ingin tahu, berpikir mengambil resiko,
terbuka, produktif, OLAH OLAH pantang menyerah, rela
berorientasi Ipteks, PIKIR HATI berkorban, dan berjiwa
dan reflektif patriotik

ramah, saling
OLAH
OLAH menghargai, toleran,
bersih dan sehat, RASA/
peduli, suka menolong,
RAGA
disiplin, sportif, KARSA
gotong royong,
tangguh, andal, nasionalis, kosmopolit ,
berdaya tahan, mengutamakan
bersahabat, kepentingan umum,
kooperatif, bangga menggunakan
determinatif, bahasa dan produk
kompetitif, ceria, Indonesia, dinamis,
dan gigih kerja keras, dan beretos
kerja
100 Jurnal Parameter Volume 27 No.2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.01
P-ISSN : 0216-26IX

Gambar 1. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter (Kemdiknas, 2011)

Karakter olahraga dapat diperoleh intens menuju sukses. Integritas


dengan pendidikan jasmani yang diajarkan memungkinkan seseorang untuk menerima
baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dari kesalahan orang lain, sebagai con-toh
diagram di atas secara jelas dapat dilihat meskipun tindakannya negatif peneriman-nya
pentingnya pendidikan jasmani dalam oleh wasit, teman satu tim ataupun fans
pendidikan karakter. Pendidikan jasmani namun tetap fokus terhadap tujuan atau tim.
dalam proses pendidikan sebaiknya Pendidikan karakter tidak hanya
mengembangkan karakter, sistem nilai dan memperkuat akal, melainkan memelihara
karakter menurut David Shield dan Brenda hati, sehingga bangsa ini memiliki pola pikir,
Bredemeir adalah empat kebajikan dimana pola sikap dan pola tindakan yang mulia atau
seseorang yang mempunyai karakter bagus luhur sesuai dengan nilai-nilai universal,
akan mampu menampilkan compassion (rasa karena karakter yang baik tidak terbentuk
belas kasih), fairness (keadilan), secara otomatis, melainkan bertahap,
sportsmanship (ketangkasan) dan integritas. perlahan-lahan, melalui pembiasaan dan
Dengan adanya rasa belas kasih, atlit dapat keteladanan. Dalam pendidikan karakter,
diberi semangat untuk melihat lawan sebagai tidak akan terlepas dari tiga hal yang oleh
kawan dalam permainan, sama-sama bernilai, Thomas Lickona disebut sebagai moral
sama-sama patut menerima penghargaan. knowing, moral feeling dan moral action.
Keadilan melibatkan tidak keberpihakan, Keterkaitan di antara ketiga hal tersebut dapat
sama-sama tanggung jawab. Ketangkasan dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
dalam olahraga membutuhkan usaha secara

Gambar 2. Keterkaitan antara Moral Knowing,


Moral Feelingdan Moral Action (JPNF, 2011)

Pendidikan karakter merupakan hasil belajar awal memerlukan banyak darah dan
dari sebuah proses panjang yang berjalan oksigen. Akan tetetapi, lama kelamaan,
secara tertahap, serta dimulai sejak usia dini. apabila sesuatu hal diulangi dan menjadi
Hal ini menjadi sangat penting, mengingat kebiasaan, maka proses ini akan berpindah ke
usia dini merupakan dasar pembentukan wilayah otak bawah sadar dan bersifat
perilaku. Pada usia dini segenap potensi anak otomatis. Wilayah ini disebut sebagai basal
berkembang. Dan hal ini tidak terlepas dari ganglia.
perkembangan luar biasa dari otak, sehingga Semakin sering melakukan sesuatu,
usia dini merupakan golden period dalam semakin otomatis dan tidak disadari hal
rentang kehidupan manusia. Otak merupakan tersebut, sehingga menjadi suatu kebiasaan
pusat belajar dan proses belajar berlangsung dan lama kelamaan diperkuat. Jadi, ketika
di wilayah sadar bagian luar atau bagian otak pertama kali seseorang melakukan sesuatu,
yang berwarna kelabu. Wilayah inilah yang maka jalur “neurolog” belum terbentuk, dan
disebut sebagai cerebral cortex. Proses akan terbentuk ketika perilaku tertentu
Jurnal Parameter Volume 27 No.2
101
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.01
P-ISSN : 0216-26IX

diulangi. Sambungan-sambungan baru yang dikutip Puspita, Fardhana 2011) menya-


(neurotransmitter) akan terbentuk dan takan bahwa pengalaman masa kecil menjadi
semakin lama menjadi semakin efisien, faktor perkembangan moral dan perilaku
bahkan menjadi semakin tebal sehingga akan remaja. Dalam hal ini, untuk memahami
memproses rangsangan dengan lebih cepat. keberhasilan dan problem-problem perkem-
Hal ini akan menjadi bagian dari struktur bangan pada usia remaja dapat dilacak dari
fisiologi sebuah kebiasaan atau bahkan proses-proses perkembangan yang terjadi
karakter. sejak usia dini. Dengan demikian, berbagai
Otak memang memiliki kemampuan pengetahuan dan pengalaman anak pada masa
yang menakjubkan untuk menerima pikiran kecil memiliki pengaruh dalam
atau perilaku yang berulang dan menyam- perkembangan perilaku dalam usia-usia
bungkannya ke dalam pola atau kebiasaan berikutnya.
yang bersifat otomatis dan berada di alam ba- Perkembangan perilaku akan menuju
wah sadar. Proses ini dimulai dengan pemilih- pada kualitas yang handal apabila dilakukan
an sadar yang pertama, dan melalui sejak usia dini. Pada usia dini, mendidik
pengulangan, kebiasaan itu mulai berpindah karakter seperti menggoreskan tinta emas
ke bagian belakang pikiran bawah sadar yang yang akan meninggalkan jejak bagi anak pada
tenang. Apabila seorang anak senantiasa usia selanjutnya. Karakter yang dibangun
mendapatkan dukungan positif dalam sejak usia dini sangat menentukan kualitas
mengembangkan karakter mulia, maka akan sumber daya manusia selanjutnya, dan
mengembangkan pikiran positif atau yang karakter sebuah individu, masyarakat dan
bersifat konstruktif, sehingga jalur ini akan bangsa akan sangat tergantung pada kualitas
semakin tebal dan terbentuk secara otomatis sumber daya manusia.
dalam alam bawah sadar, demikian pula Freud (Papalia 2008 dalam Puspita,
sebaliknya. Ketika seseorang mengembang- Fardhana 2011) menyatakan bahwa
kan pikiran yang bersifat destruktif, maka ini kegagalan penanaman kepribadian yang baik
pulalah yang akan menjadi jalur yang tebal di usia dini akan membentuk pribadi yang
dan bebas hambatan. Hal ini dapat dipahami bermasalah di masa dewasanya kelak.
ketika seseorang mengembangkan perilaku Kesuksesan orang tua membimbing anaknya
respons terhadap kesulitan dengan baik, akan dalam mengatasi konflik kepribadian di usia
menjadi kebiasaan baik yang menetap, dini sangat menentukan kesuksesan anak
demikian pula sebaliknya. Kebiasaan ini akan dalam kehidupan sosial di masa dewasanya
semakin kuat ketika sudah berada dalam otak kelak. Oleh karena itu melalui pembelajaran
bawah sadar. Oleh karena itu, kebiasaan yang Penjasor dari usia dini akan dapat
buruk dapat diubah secara berulang dengan menanamkan nilai yang akan menentukan
mengembangkan kebiasaan baik (Stoltz prilaku dan karakter anak pada fase
2000). perkembangan selanjutnya. Hal tersebut dapat
Berbagai peneliti, antara lain Campbel kita lihat pada gambar berikut:
& Bond (1982 dalam Papalia, E.D., dkk, 2008
102 Jurnal Parameter Volume 27 No.2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.01
P-ISSN : 0216-26IX

Behaviour
Individual
values
Sport
values
Sport
Activity

Bagan 1. Model Konseptual Hubungan Olahraga-Nilai


Kita telah menyadari bahwa wahana pembentukan manusia secara utuh
pendidikan jasmani adalah laboratorium bagi yang harmonis dalam usaha membangun su-
pengalaman manusia, oleh sebab itu guru atu masyarakat yang damai dengan saling
pendidikan jasmani harus mengajarkan etika menghormati. Mealui penerapan sistem nilai
dan nilai dalam proses belajar mengajar, yang olahraga dan keteladanan yang ditampilkan
mengarah pada kesempatan untuk guru (penjasor PAUD) diharapakan nilai
membentuk karakter anak. Karakter anak luhur olahraga yang dicanangkan gerakan
didik yang dimaksud tentunya tidak lepas dari olimpade melalui olypism adalah keunggulan,
karakter bangsa Indonesia serta kepribadian persahabatan dan toleransi.
utuh anak, selain harus dilakukan oleh setiap Keunggulan: bukan hanya
orangtua dalam keluarga, juga dapat olahragawan saja tetetapi untuk setiap orang,
diupayakan melainkan pendidikan nilai di bukan hanya di lapangan dalam olahraga saja
sekolah. tetetapi dalam kehidupan dan berperilaku.
Salah satu hal yang dapat diangkat Keunggulan dicapai melalui pembentukan
sebagai sarana adalah tindakan nyata dan badan yang kuat, pikiran dan perasaan yang
penghayatan hidup dari para pendidik atau jernih dan kemauan yang kuat.
sikap keteladanan mereka dalam menghayati Persahabatan: Hubungan dalam
nilai-nilai yang mereka ajarkan akan dapat kebersamaan antar sesama manusia, dibangun
secara instingtif mengimbas dan efektif melalui kedamaian, solidaritas, kegembiraan
berpengaruh pada peserta didik. Sebagai dan selalu berpikir optimis. Penjasor sangat
contoh, kalau guru sendiri memberi berperan. Toleransi/ saling menghormati:
kesaksikan hidup sebagai pribadi yang selalu menghormati diri sendiri, orang lain,
berdisiplin, maka kalau ia mengajarkan sikap peraturan dan juga menghormati lingkungan.
dan nilai disiplin pada peserta didiknya, ia Hal demikian dalah perilaku fair play yang
akan lebih disegani. Semua pendidik di harus dimiliki setiap orang (khususnya
sekolah, terutama para guru pendidikan olahragawan) dan termasuk menghindari hal-
jasmani perlu jeli melihat peluang-peluang hal seperti doping.
yang ada, baik secara kurikuler maupun Dalam banyak teori memberikan
non/ekstra kurikuler, untuk menyadarkan pendapat bahwa bagi anak usia dini sesuai
pentingnya sikap dan perilaku positif dalam dengan hukum perkembangan, bermain
hidup bersama dengan orang lain, baik dalam adalah media yang paling tepat dalam
keluarga, sekolah, maupun dalam masyarakat. membentuk pengetahuan, nilai dan sikap
Misalnya sebelum pelajaran dimulai, guru bagai anaka usia dini
menegaskan bila anak tidak mengikuti
pelajaran karena membolos, maka nilai Perkembangan Kosep Bermain Bagi Anak
pelajaran akan dikurangi. Usia Dini
Tujuan gerakan ollimpiade adalah Walaupun para ilmuwan sulit untuk
menempatkan olahraga dimana saja sebagai mengetahui kapan pendidikan anak usia dini
Jurnal Parameter Volume 27 No.2
103
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.01
P-ISSN : 0216-26IX

dilaksanakan untuk pertama kali, namun Dia menulis buku tentang informatorium.
diperkirakan sejak para ahli filsafat seperti Buku tersebut berisi tentang cara bagaimana
Plato (427-374 B.C) dan Aristoteles (394-332 orang tua mendidik anaknya menjadi seorang
B.C) pendidikan ini telah dilaksanakan Kristen Protestan yang baik. Menurutnya
(Seefeldt dan Barbour, 1994:2). seorang ibu adalah seorang pendidik di
Plato mengemukakan bahwa waktu rumah, ibu harus mengajarkan dengan
yang paling tepat untuk pendidikan anak ada- mengoptimalkan fungsi panca indera melalui
lah sebelum usia 6 tahun. Menurut Comenius, peragaan dan mengurangi verbalisme.
pendidikan anak itu berlangsung sejalan de- Pada abad 18 atau zaman rasionalisme
ngan bermain karena bermain adalah realisasi merupakan zaman perubahan yang hebat. Hal
dari pengembangan diri dalam kehidupan ini karena untuk memperoleh ilmu
anak. Selanjutnya Johan Pastalozi (1746- pengetahuan harus yang hebat. Dalam hal ini,
1827) berpendapat bahwa pendidikan dimulai untuk memperoleh ilmu pengetahuan harus
dari rumah, melalui berbagai kegiatan yang dilakukan melalui percobaan, pengamatan
dilakukan anak pada waktu bermain dan dan pengalaman. Dalam konteks belajar
berbagai pengalaman indera yang dialaminya. sekarang ini, maka konsep belajar di atas
Adapun pendapat yang menyatakan, hampir setara dengan konsep learning to
bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah know, learning to do, learning to be dan
usia sekolah dasar, yaitu usia tujuh tahun, learning to live together.
ternyata tidaklah benar. Hasil penelitian di John Lock (1932-1704) adalah
bidang neurologi yang dilakukan Benyamin seorang pedagogik. Lock menjelaskan kosep
S. Bloom, seorang ahli pendidikan home Schooling. Anak usia dini harus dididik
memperlihatkan, bahwa pertumbuhan sel dan diajarkan tentang pendidikan jasmani,
jaringan otak pada anak usia 0-4 tahun pendidikan scholastik, pendidikan moral, pen-
mencapai 50%, hingga usia 8 tahun mencapai didikan agama melalui permainan. Pemikiran
80%. Artinya apabila pada usia tersebut otak Locke dianjurkan oleh Jean Jacques Rousseau
anak tidak mendapatkan rangsangan yang (1712-1778). Ia mengajarkan pendidikan
optimal maka perkembangan otak anak tidak rohani, moral, jasmani, berenang, pemahaman
akan berkembang secara maksimal. jender, melatih indera anak, kebebasan
Semakin dini penanganan dan bentuk- bermain, pengamatan, pengalaman, bahasa
bentuk rangsangan yang dilakukan orang tua/ asing, menyanyi, menggambar pada anak usia
pendidik terhadap anaknya maka hasilnya dini melalui pengenalan alam sekitar dimana
akan semakin baik. Sebaliknya, semakin lama anak berada.
(lambat) anak mendapatkan penanganan dan Henrich Pestaloozi (1746-1827)
bentuk-bentuk rangsangan yang baik, maka menjelaskan konsep bermain dengan praktik
semakin buruk hasilnya. langsung sehingga anak mempunyai
Plato adalah filsuf pertama yang pengalaman dan latihan. Rumah adalah
memandang arti penting bermain bagi tempat anak bermain. Konsep bermain bagi
seorang anak. Plato melihat pentingnya nilai anak usia dini memberi peluang tentang
praktis yang ada dalam permainan. Misalnya berhitung, menulis, bercakap-cakap, gerak
pelajaran Aritmatika untuk soal pembagian badan, berjalan-jalan dengan bermain.
akan mudah diterima oleh anak-anak dengan Pestalozzi menjelaskan bahwa melalui
cara membagikan apel kepada mereka. bermain maka anak usia dini secara alamiah
Sejarah perkembangan teori bermain akan berusaha mengembangkan kemampuan-
juga berdampak positif terhadap reformasi kemampuan dasarnya untuk belajar. Friedrich
pendidikan pada zaman realisme atau zaman Froebel (1782- 1852) menjelaskan bahwa
baru. Zaman realisme abad 17 dipelopori oleh konsep bermain merupakan proses belajar
Johan Amos Comenius (1592-1670). bagi anak usia dini. Anak diajak bekerja di
Comenius mempelajari teologi dan menjadi kebun, bermain dengan pimpinan, bernyanyi,
pendeta serta memimpin sekolah di Fulneck. pekerjaan tangan atau keterampilan,
104 Jurnal Parameter Volume 27 No.2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.01
P-ISSN : 0216-26IX

bersosialisasi, berfantasi, adalah merupakan manfaat secara biologis untuk mempertahan-


proses belajar sambil bekerja. Konsep belajar kan kelangsungan hidup.
seraya bermain ini sampai saat ini masih Pada zaman modern sekarang ini
menjadi trend untuk pendidikan anak usia memang sudah banyak sekali para ahli
dini. pendidikan yang membicarakan tentang
Abad 19 terdapat Spencer, Lazarus, G. bermain dan hubungannya dengan
Stanley H., Hal Groos. Dll. Teori-teori perkembangan anak, antara lain:
tentang bermain dapat dikelompokan dalam 2 1. Teori Psikoanalis Sigmund Freud
bagian, yaitu: (1) bermain yang didasarkan 2. Teori Kognitifa, Jean Piaget, Lev
pada teori surplus energi dan teori rekreasi, Vygotsky, dst.
(2) teori rekapitulasi dan praktis. Herbert 3. Teori Perkembangan sosial, dls.
Spencer (kakek moyang Lady Diana) dari Peran bermain dalam perkembangan
Inggris dalam bukunya Principles of sosial anak misalnya, menurut pandangan
Psychology berpendapat bahwa kegiatan psikoanalisis adalah untuk mengatasi
bermain seperti berlari, berlompat, berguling pengalaman traumatik dan keluar dari rasa
terjadi akibat anak kelebihan energi. frustasi. Tampaknya Freud melihatnya dalam
Sebagai contoh, Saila, umur 9 bulan, pengalaman lahir. Dalam peristiwa kelahiran
begitu ia terjaga dari tidur maka ia langsung seorang bayi menyiratkan kesan tidak enak,
tertawa dan merangkak lalu berpegangan trauma dan mungkin juga frustasi keluar dari
kedinding tangga dan meraih benda atau rahim ibunya, sehingga anak akan merasa
mainan apa saja yang menarik hatinya tenang dalam dekapan ibunya, dan bermain
kemudian memainkannya lewat tangan, atau menyebabkan anak ceria dan menimbulkan
mulutnya sampai bosan kemudian beralih ke kreatifitas.
benda lain, seperti kertas dan plastik atau Bagi Piaget, peran bermain terhadap
mainan lainnya untuk dimainkannya sampai perkembangan sosial anak adalah untuk
capek dan tidur. Begitulah anak bermain dan memperaktikkan dan melakukan konsolidasi
ia belajar dari apa yang ia lihat, dengar, cium konsep-konsep serta keterampilan yang telah
dan pegang dalam kehidupannya, seolah tan- dipelajari sebelumnya. Menurut Vygotsky,
pa lelah, karena ia memang kelebihan energi bermain dapat memajukan berpikir abstrak
dan merasa puas bereksplorasi dengan dan dengan belajar ia akan dapat mengatur
menyenangkan. Bila ia diganggu, dirampas dirinya.
apa yang ia pegang atau apa yang ia mainkan, Dalam teori perkembangan sosial, se-
maka ia akan menangis, kecuali diberikan perti yang dikemukakan oleh Mildred Farten,
benda pengganti yang sama-sama menarik menyatakan bahwa kegiatan bermain meru-
untuk dirinya. pakan sarana sosialisasi. Dengan bermain
Moritz Lazarus dengan teori rekreasi kadar interaksi sosialnya akan meningkat.
menjelaskan, bahwa tujuan bermain adalah Kadar interaksi sosial tersebut dimulai dari
untuk memulihkan energi yang sudah terkuras bermain sendiri dan dilanjutkan dengan
saat bergerak atau melakukan sesuatu. bermain secara bersama. Karena itu dalam
Melakukan sesuatu atau bekerja dapat konteks ini akan tampak, bahwa anak yang
menyebabkan berkurangnya tenaga. Tenaga dibiasakan bermain akan lebih mudah
ini dapat dipulihkan kembali dengan cara menerima kehadiran orang lain dan
tidur atau melibatkan dalam kegiatan yang berinteraksi dengan orang lain. Semakin
sangat berbeda dengan bekerja. banyak ia disosialisasikan dengan orang lain,
Karl Groos, seorang filsuf maka akan semakin mudah ia berinteraksi
menguraikan bahwa bermain berfungsi untuk dengan dan menerima (kehadiran) orang lain.
memperkuat insting yang diperlukan untuk Dalam kontes agama Islam, setelah
kelangsungan hidup anak di masa yang akan persalinan anak akan diadzankan oleh orang
datang. Ia mendasarkan teorinya itu pada tuanya kemudian setelah tujuh hari ia akan
prinsip seleksi alamiah yang dijelaskan oleh diberi nama dan diakekahkan serta dipotong
Charles Darwin. Fungsi bermain mempunyai rambutnya di hadapan undangan yang diiringi
Jurnal Parameter Volume 27 No.2
105
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.01
P-ISSN : 0216-26IX

dengan lagu-lagu pujian. Semua itu akan Semakin intens pengalaman itu dilalui anak
sangat menyenangkan bagi anak dan akan semakin kuat juga interaksi sosialnya
merupakan pengalaman interaksi sosial yang dalam proses sosialisasi tersebut.
sangat baik dari proses sosialisasi. Jean Piaget menyatakan, bahwa ber-
main menunjukkan dua realitas anak-anak,
Makna Bermain yaitu adaptasi terhadap apa yang sudah
Para ahli mendefinisikan bermain mereka ketahui dan respon mereka terhadap
sebagai suatu perilaku yang mengandung hal-hal baru. Dalam bermain, sarana sering
motivasi internal yang berorientasi pada menjadi tujuan. Banyak respon muncul, ya
proses yang dipilih secara bebas dan bukan demi respon itu sendiri. Anak berlari,
hanya prilaku pura-pura yang berorientasi misalnya, bukan demi kesehatan tetetapi demi
pada suatu tujuan menyenangkan yang lari itu sendiri. Lari ya lari, titik. Jadi bagi
diperintahkan. Kegiatan bermain ini adalah anak, bermain adalah sarana untuk mengubah
fungsi dari seluruh manusia. Sandra J, Stone kekuatan potensial di dalam diri menjadi
(1993). Karena itu, bermain dilakukan oleh berbagai kemampuan dan kecakapan.
siapa saja di berbagai belahan dunia, baik Bermain juga bisa menjadi sarana penyaluran
laki-laki maupun perempuan dari anak-anak kelebihan energi dan relaksasi.
sampai orang dewasa. Stone mengatakan Sebagai implementasi olahraga mela-
bahwa bermain ada di setiap negara, budaya, lui bermain yang dapat ditetapkan pada anak
bahasa, dimana saja anak-anak dunia usia dini antara lain; Usia 2-3 tahun Olahraga
bermain. yang sifatnya belum terstruktur, seperti
Menurut Karl Buhler dan Schenk berlari, berayun-ayun, memanjat, dan bermain
Danziger, bermain adalah ”kegiatan yang air. Pada usia 2 tahun, anak sudah mampu
menimbulkan kenikmatan”. Dan kenikmatan melompat dengan satu atau kedua kaki, dan
itu menjadi rangsangan bagi perilaku lainnya. berlari (di usia ahun sudah bisa divariasikan
Ketika anak-anak mulai mampu berbicara dan arahnya kanan-kiri dan lain sebagainya).Usia
berfantasi, misalnya, fungsi kenikmatan 4-5tahun, Biasanya, anak sudah bisa meng-
meluas menjadi schaffensfreude (kenikmatan gelindingkan bola besar, menangkap bola,
berkreasi). Konsep ini dikembangkan lebih serta piawai dengan sepeda roda tiga. Ia juga
lanjut oleh Charlotte Buhler yang mulai suka berenang atau bersenam (tetapi
menganggap bermain sebagai pemicu tanpa diprogram).
kreativitas. Menurutnya anak yang banyak
bermain akan meningkatkan kreativitasnya. PENUTUP
Kendati bermain bukanlah bekerja dan Simpulan
tidak sungguh-sungguh, Sigmund Freud yakin Pendidikan karakter merupakan upa-
bahwa anak-anak menganggap bermain ya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan
sebagai sesuatu yang serius. Dalam bermain secara sistematis untuk menanamkan nilai-
anak-anak menumpahkan seluruh perasaan- nilai perilaku peserta didik yang berhubungan
nya. Bahkan mampu ”mengatur dunia dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
dalamnya” agar sesuai dengan ”dunia luar”. sesama manusia, lingkungan, dan kebang-
Ia berusaha mengatur, menguasai, berpikir saan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
dan berencana. Karenanya menurut Erik perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasar-
Erikson, bermain berfungsi memelihara ego kan norma-norma agama, hukum, tata krama,
anak-anak. Hal ini dapat dipahami karena budaya, dan adat istiadat.
anak yang sedang bermain merasakan senang Pendidikan Jasmani Olahraga dan
sehingga terpaksa ia harus mempertahankan Kesehatan (penjasor) pada hakikatnya adalah
kesenangannya itu atau sebaliknya ia akan proses pendidikan yang memanfaatkan
memelihara egonya secara proporsional, aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan
sehingga menimbulkan rasionalitas dan holistik dalam kualitas individu, baik dalam
tenggang rasa terhadap anak lainnya. hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan
106 Jurnal Parameter Volume 27 No.2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.01
P-ISSN : 0216-26IX

jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah Farihen, H. (2011). Konsep Bermain Bagi
kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya Anak Usia Dini. Dalam
menganggapnya sebagai seseorang yang ter- Farihenhttp://www. fai.umj.ac.id/:
pisah kualitas fisik dan mentalnya. diunduh pada tanggal 24 Desember
Melalui proses pembelajaran Penjasor 2011
meruapakan media yang dipandang sangat
tepat dan ampuh dalam pemebntukan sistem Kemdiknas. (2011). Pedoman Pelaksanaan
nilai dan karakter. Itu aka terwujud bila Pendidikan Karakter [Berdasarkan
diberikan rangsangan sedini mungkin sesuai Pengalaman di Satuan Pendidikan
dengan hukum perkembangan anak. Oleh Rintisan] Jakarta: Badan Penelitian
karena itu metode bermain dan permainan dan Pengembangan, Pusat Kurikulum
sangat baik dilakukan bagi anak usia dini dan Perbukuan. hal 4.
dengan mengedepankan keutuhan gerak anak
dan menampilakan keteladanan yang baik Arief, M. (2008). Olahraga Untuk Usia 2–6
dari para instruktur dan pendidik. Tahun. Dalam http://ariefboy. Multi-
ply.com/reviews/ item/ 4?&show _in-
DAFTAR PUSTAKA terstitial=1&u=%2Freviews%2Fitem
(diunduh 05 Mei 2012)
Alim, S. (2011). Pengembangan Nilai-nilai
Etika Inti dalam Pendidikan Karakter. Nana, P. (2011). Membangun Karakter Anak
Dalam http://blog.elearning. Usia Dini dalam eBulletin dirjen
unesa.ac.id/alim-sumarno/. (diunduh PAUDNI no 21. dalam http://
05 Mei 2012) www.paud.kemdiknas.go.id/ diun-
duh tanggal 05 mei 2012)
Depdiknas. (2007). Kerangka
DasarKurikulum Pendidikan Anak Puspita, F. (2011). Pendidikan Karakter Bagi
Usia Dini. Jakarta: Pusat Kurikulum Anak Usia Dini. Dalam Jurnal
Direktorat Pendidikan Anak Usia Pendidikan Non Formal. Edisi 8
Dini. Direktorat Pembinaan TK dan tahun 2011. hal 131 – 144.
SDUniversitas Negeri Jakarta Tim
Pengembang: dalam Rencana Strategis Kementrian Pendidikan
http://hidayatsoeryana word press. Nasional (Renstra Dikans) 2010 –
com/2008/05/05/kerangka-dasar - 2014.
kurikulum-paud-lengkap/ (diunduh
pa-da 23 November 2011). Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang
sistem Pendidikan Nasional. Pasal 28
Fidesrinur. (2010). Pemerataan Dan
Perluasan Akses Layanan Paud Suatu Widya, A. P. (2010). Pendidik Pendidikan
Alternatif Solusi Komprehensif Anak Usia Dini (Paud) sebagai
Terhadap Pelayanan Pendidikan Anak Model Perilaku Anak Usia Dini:
Usia Dini (PAUD) Di Indonesia. dalam http: //www.bppnfi-reg4. net.
Makalah Rembuk Nasioanl diunduh pada tanggal 27 De-sember
Pendidikan 2011. 2011.

Anda mungkin juga menyukai