Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA

No Keterampilan Tingkat
Keterampilan
PEMERIKSAAN FISIK

Korban Mati
118 Pemeriksaan Gigi Mayat 4A

Teknik Pengambilan Sampel


137 Pengambilan Sampel Gigi 2A

1
BAB 2

KERANGKA KONSEP

Pendahuluan

Definisi danKegunaan

Perdata

Odontologi
Ruang lingkup Pidana
Forensik

Riset

Profil Gigi, Perkembangan gigi

Bandingkan data antemortem dan postmortem

Identifikasi gigi, rahang, craniofasial

Identifikasi Penentuan umur, ras, jenis kelamin


Personal
dan
Bencana Dental jurisprudence berupa keterangan saksi ahli
Massal

DNA gigiidentifikasi personal

2
BAB 3
PENDAHULUAN
Ketika subjek kedokteran gigi forensik muncul, reaksi pertama pada
kebanyakan orang cenderung ke arah salah satu dari dua ekstrem: entah sangat
dingin atau sangat menjijikkan. Asumsi publik tampaknya bahwa kedokteran gigi
forensik berkaitan dengan "orang mati." Pandangan ini tidak sepenuhnya tidak
akurat. Meskipun sebagian besar kasus identifikasi gigi melibatkan orang mati,
ada lebih banyak lagi kasus yang berhubungan dengan orang hidup, dalam bidang
seni dan sains yang menarik ini.1
Menurut Keizer Neilsen (1970; dikutip dalam Cameron and Sims, 1974),
odontologi forensik adalah: cabang kedokteran gigi yang - untuk kepentingan
keadilan - berkaitan dengan penanganan dan pemeriksaan yang benar terhadap
bukti-bukti gigi dan dengan evaluasi dan presentasi yang tepat dari temuan gigi.1
Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah
tidak dikenal, jenazah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar dan pada
kecelakaan massal, bencana alam atau huru-hara yang mengakibatkan banyak
korban mati, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Selain itu identifikasi
forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi
yang tertukar atau diragukan orang tuanya. Identifikasi korban bencana, biasanya
menjadi tanggung jawab polisi, adalah latihan yang sulit dan menuntut yang
hanya dapat membawa kepada kesimpulan yang sukses jika direncanakan dengan
baik dan yang memang harus melibatkan partisipasi aktif dari banyak lembaga
lainnya.3
Tujuan utama pemeriksaan identifikasi pada kasus musibah bencana massal
adalah untuk mengenali korban serta membangun identitas setiap korban dengan
membandingkan dan mencocokkan hasil ante mortem dan post mortem. Dalam
banyak kasus, mengidentifikasi korban sungguh kompleks, dan dapat terjadi
permasalahan. Permasalahan yang dapat terjadi adalah tantangan untuk
mendapatkan informasi ante mortem dan post mortem sebagai perbandingan.
Dengan identifikasi yang tepat selanjutnya dapat dilakukan upayamerawat,
mendoakan serta akhirnya menyerahkan kepada keluarganya. Proses identifikasi
ini sangat penting bukan hanya untuk menganalisis penyebab bencana, tetapi

3
memberikan ketenangan psikologis bagi keluarga dengan adanya kepastian
identitas korban. 3,6,7

4
BAB 4
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI DAN KEGUNAAN ODONTOLOGI FORENSIK
Odontologi forensik adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang
mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara
evaluasi dan presentasi temuan gigi tersebut untuk kepentingan peradilan.6
Sebagai suatu metode identifikasi pemeriksaan gigi memiliki keunggulan
sbb:
1. Gigi merupakan jaringan keras yang resisten terhadap pembusukan dan
pengaruh lingkungan yang ekstrim.
2. Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi dan
restorasi gigi menyebabkan identifikasi dengan ketepatan yang tinggi.
3. Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk catatan
medis gigi (dental record) dan data radiologis.
4. Gigi geligi merupakan lengkungan anatomis, antropologis, dan
morfologis, yang mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir
dan pipi, sehingga apabila terjadi trauma akan mengenai otot-otot
tersebut terlebih dahulu.
5. Bentuk gigi geligi di dunia ini tidak sama, karena berdasarkan penelitian
bahwa gigi manusia kemungkinan sama satu banding dua miliar.
6. Gigi geligi tahan panas sampai suhu kira-kira 400ºC. Gigi geligi tahan
terhadap asam keras, terbukti pada peristiwa Haigh yang terbunuh dan
direndam dalam asam pekat, jaringan ikatnya hancur, sedangkan giginya
masih utuh.
Kegunaannya yaitu untuk kepentingan keadilan - berkaitan dengan
penanganan dan pemeriksaan yang benar terhadap bukti-bukti gigi dan dengan
evaluasi dan presentasi yang tepat dari temuan gigi.1
2.2 RUANG LINGKUP ODONTOLOGI FORENSIK
Ruang lingkup Odontologi Forensik dibagi atas tiga bidang yaitu6:
1. Bidang perdata (non kriminal), termasuk di dalamnya adalah malpraktek,
kelalaian dan penipuan
2. Bidang Pidana

5
a. Identifikasi gigi-geligi baik terhadap orang hidup ataupun orang
mati.
b. Identifikasi bekas gigitan pada makanan, diri tersangka, diri
korban, dapat karena perbuatan sendiri ataupun perbuatan orang
lain
3. Riset
a. Akademis dengan mengikuti latihan-latihan dan kursus-kursus
untuk tingkat pasca sarjana.
b. Identifikasi dari orang yang hidup, orang hilang atau terganggu
ingatannya.
c. Identifikasi dari sisa-sisa tubuh manusia dimana kematiannya
mencurigakan
d. Identifikasi pada kecelakaan massal.
4. Batasan forensik odontologi terdiri dari:2
1. Identifikasi dari mayat yang tidak dikenal melalui gigi, rahang dan
kraniofasial.
2. Penentuan umur dari gigi.
3. Pemeriksaan jejas gigit (bite-mark).
4. Penentuan ras dari gigi.
5. Analisis dari trauma oro-fasial yang berhubungan dengan tindakan
kekerasan.
6. Dental jurisprudence berupa keterangan saksi ahli.
7. Peranan pemeriksaan DNA dari bahan gigi dalam identifikasi personal.
2.3 GIGI
- Identifikasi Gigi
Ketika mempertimbangkan banyaknya proses yang terlibat dalam
kedokteran gigi forensik, sebagian besar orang awam terbiasa dengan
identifikasi individu yang meninggal melalui perbandingan radiografi gigi.
Identifikasi dengan gigi adalah metode yang cepat dan andal. Identifikasi
gigi paling sering dilakukan dengan membandingkan radiografi gigi
postmortem dari orang yang tidak dikenal dengan radiografi antemortem
dari individu yang diketahui. 1

6
- Manajemen Bencana Kematian Massal
Bencana Kematian Massal muncul ketika jumlah kematian dalam
insiden tersebut melebihi jumlah pemeriksa medis atau fasilitas koroner
yang dirancang untuk menangani bencana. Proses pengumpulan informasi
gigi pada korban dalam bencana massal identik dengan proses yang
digunakan dalam identifikasi satu kematian. Perbedaan utama dalam
proses ini adalah besarnya potensi bencana dan serangkaian keadaan unik
disekitar tempat bencana.1
- Pengumpulan dan Analisis Bekas Gigitan
Analisis bekas gigit adalah bidang odontologi forensik yang paling
kompleks dan kontroversial. Bekas gigit dapat terjadi di berbagai tempat,
meskipun yang paling umum adalah kulit manusia. Dokumentasi bekas
gigit yang tepat tidak terlalu rumit, dan teknik untuk mengumpulkan bukti
dapat dikelola oleh sebagian besar dokter gigi forensik dengan praktik dan
perhatian terhadap detail. Tempat gigitan dapat dievaluasi dalam tiga
dimensi dengan menggunakan bahan cetakan gigi yang sangat akurat dan
batu atau resin gigi untuk membuat model yang solid untuk dilihat di
bawah pembesaran, mikroskop cahaya, atau dengan pemindaian
mikroskop elektron. 1
- Pelecehan
Identifikasi dan pelaporan pelecehan adalah area yang kompleks
dan emosional. Praktisi kesehatan diharuskan oleh hukum di sebagian
besar yurisdiksi untuk melaporkan dugaan kasus pelecehan. Kepala dan
leher adalah target umum dalam penyalahgunaan. Cedera ekstraoral yang
konsisten dalam bentuk dan penampilan pada tangan atau objek dapat
diidentifikasi. 1
- Perkiraan Usia
Para peneliti telah mempelajari proses penuaan manusia dengan
berbagai metode. Ini termasuk teknik perkembangan, histologis, biokimia,
dan antropologis. Antropolog menganalisis perpaduan jahitan tengkorak
tengkorak, perkembangan tulang panjang, fitur korset panggul, dan
bersama dengan dokter gigi forensik, fitur gigi. Teknik-teknik ini sangat

7
berharga ketika membuat profil untuk orang yang tidak dikenal, baik yang
masih hidup maupun yang sudah meninggal. 1
- Kesaksian Ahli dalam Kriminal dan Sipil
Odontolog forensik sering dipanggil untuk memberikan kesaksian
bersumpah di ruang sidang. Kesaksian tersebut dapat melibatkan bidang
identifikasi gigi, analisis bitemark, atau estimasi usia yang disebutkan
sebelumnya. Dokter gigi yang berpartisipasi dalam kerja kasus forensik
harus mengharapkan bahwa pada titik tertentu mereka akan diminta untuk
memberikan kesaksian bersumpah. Dokter gigi forensik juga dapat
dipanggil untuk memberikan pendapat dalam standar perawatan, cedera
pribadi, penipuan gigi, atau kasus perdata lainnya.1
2.3.1 Profil Gigi
Bentuk gigi dan bentuk rahang merupakan ciri khusus seseorang,
sedemikian khususnya sehingga dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang yang
identik pada dua orang yang berbeda, menjadikan pemeriksaan gigi ini
mempunyai nilai tinggi dalam hal penentuan jati diri seseorang.

Gambar 1. Bagian – Bagian Gigi


Odontologi adalah cabang kedokteran forensik yang melibatkan dokter gigi.
Gigi adalah bagian tubuh yang paling keras dan yang paling tahan terhadap
trauma, pembusukan, air, dan api. Penentuan identifikasi forensik berdasarkan
pemeriksaan primer masih dapat dilakukan dengan pemeriksaan gigi geligi yaitu

8
pada jenazah terbakar karena gigi merupakan medium yang tidak mudah rusak
seperti fingerprint tissue dan memiliki daya tahan terhadap dekomposisi dan
panas. Gigi merupakan suatu sarana identifikasi yang dapat dipercaya, khususnya
bila rekam dan foto gigi pada waktu masih hidup yang pernah dibuat masih
tersimpan dengan baik. Pemeriksaan gigi ini menjadi amat penting apabila mayat
sudah dalam keadaan membusuk atau rusak, seperti halnya kebakaran. 2,7

Gambar 2. Gigi tetap dalam keadaan utuh pada suhu yang tinggi, walaupun
tubuh telah rusak, tetapi gigi masih dapat diidentifikasi.7
Gigi dapat juga dipakai untuk membantu dalam hal perkiraan umur serta
kebiasaan/pekerjaan dan kadang-kadang golongan suku tertentu. Kebiasaan
merokok akan meninggalkan pewarnaan akibat nikotin pada gigi, gigi yang
dipangur (diratakan) menujukkan ras/suku tertentu.2
2.4 IDENTIFIKASI PERSONAL DAN BENCANA MASSAL
2.4.1 Membandingkan Data Antemortem dan Postmortem
Identifikasi dapat diverifikasi apabila ada kecocokan dalam metode
identifikasi primer. Jika sebuah kecocokan hanya didasarkan pada metode
identifikasi sekunder, faktor pendukung tambahan harus dinilai sebelum
identifikasi dapat dikonfirmasi8.
Yang termasuk dalam metode identifikasi primer/utama yaitu8 :
1. Gigi geligi
Untuk memeriksa status gigi, dibutuhkan data-data antemortem berupa
rekam medik pemriksaan gigi pasien, radiografi konvensional ataupun
digital dari gigi, rahang, dan atau tengkorak pasien, model gigi pasien, dan
gigi palsu dan atau alat-alat gigi lainnya.

9
2. Sidik Jari, cetakan telapak tangan, jejak kaki
Ada dua jenis metode pengambilan sidik jari antemortem; yang sengaja
diambil untuk tujuan identifikasi (terkait dengan orang yang dikenal) dan
yang tersisa dalam bentuk laten di lingkungan tempat tinggal dan barang-
barang pribadi (donor tidak pasti)
3. DNA
Untuk sampel antemortem, diambil dari keluarga tingkat pertama, sample
darah atau biopsy terduga pasien, atau barang pribadi milik pasien. Untuk
sampel yg diambil dari keluarga tingkat pertama berupa buccal swabs atau
sampel darah.
Yang termasuk dalam metode identifikasi sekunder/pendukung yaitu8:
1. Visual
2. Properti
3. Medik
2.4.2 Identifikasi Gigi, Rahang, dan Craniofasial
Agar suatu fitur tubuh dapat digunakansebagai pengidentifikasi ilmiah,
mereka harus memenuhi tiga persyaratan: mereka harus memberi keunikan,
mereka harus stabil, dan mereka harus direkam sebagai milik individu yang
dikenal. Identifikasi kemudian dapat dibuat dengan membandingkan fitur-fitur
dengan catatan yang diketahui. Gigi dengan mudah memenuhi persyaratan
keunikan. Masing-masing dari 32 gigi memiliki lima permukaan yang
mengakomodasi pembusukan atau berbagai jenis tambalan. Jumlah gigi ini juga
bisa hilang. Kombinasi dan permutasi gigi yang hilang, rusak, dan terisi secara
efektif tidak terbatas. Orang tanpa tambalan atau ekstraksi masih menunjukkan
karakterisasi dalam anatomi gigi dan rahang mereka. 9
Selain itu, peningkatan jaringan lunak di anterior palatum (rugae), pola alur
mukosa bibir, dan radiografi morfologi sinus frontal cukup karakteristik untuk
ditetapkan. Bahkan individu yang tidak bermoral menunjukkan ciri khasnya
anatomi radiografi tulang rahang, sedangkan gigi tiruan dapat dibedakan oleh
naungan, ukuran, pola, pabrikan, dan komposisi. Karakteristik ini dapat dideteksi
oleh dokter gigi forensik dan dicocokkan dengan catatan gigi. 9

10
Stabilitas struktur wajah-dento sudah dikenal. Gigi adalah salah satu jaringan
manusia yang paling tahan lama setelah kematian, selamat dari pembusukan,
mutilasi, dan kebakaran paling hebat. Bahkan manusia prasejarah tetap
mempertahankan formasi gigi. Persyaratan terakhir untuk metode ilmiah adalah
sumber informasi antemortem . Kebanyakan orang Amerika telah dilihat oleh
seorang dokter gigi dan memiliki catatan dari gigi mereka dalam bentuk catatan
tertulis, sinar-X, gigi model, dan, kadang-kadang, foto close-up. 9
Saat ini, identifikasi gigi merupakan metode ilmiah yang paling berguna
dalam kondisi berikut 9:
1. Sisa-sisa pembusukan
2. Sisa kerangka
3. Sisa-sisa hangus
4. Tetap utuh di mana tidak ada korban diduga
5. Ketika kebutuhan untuk verifikasi ilmiah identitas (Pembunuhan,
penyelesaian asuransi besar)
6. Setiap kali banyak mayat dipindahkan dari lokasi umum untuk
memastikan penyortiran yang benar
7. Bencana massal
Ketika tidak ada tersangka untuk perbandingan, gigi dapat membantu
menentukan usia seseorang, jenis kelamin, ras, pekerjaan, kebiasaan, dan
status sosial ekonomi. Ini dapat membantu mempersempit pencarian
korban atau menguatkan calon korban.
2.4.3 Penentuan Umur, Jenis Kelamin, dan Ras
a. Penentuan Usia
Gigi berkembang secara teratur dan berurutan sampai usia 15
tahun, memungkinkan estimasi usia dalam 1 tahun. Pertumbuhan gigi
menawarkan presisi yang lebih baik daripada pengukuran antropologis
lainnya selama periode pengembangan ini. Pertumbuhan gigi eciduous
mulai berkembang selama minggu ke-6 kehidupan intra-uterin.
Mineralisasi gigi ini dimulai pada 14 ± 2 minggu dan berlanjut setelah
kelahiran. Trauma saat melahirkan menyebabkan stres metabolik pada sel-
sel pembentuk gigi. Gangguan seluler ini menghasilkan pita tipis enamel

11
dan dentin yang diubah yang disebut garis neonatal. Garis neonatal secara
tak terhapuskan menguraikan peristiwa kelahiran pada setiap gigi yang
mengalami aposisi enamel dan dentin pada saat itu. Ketika terdeteksi pada
sisa-sisa bayi, itu membuktikan bahwa anak itu dilahirkan hidup-hidup.9
Sejak enamel dan bentuk dentin pada tingkat harian yang relatif
tetap, penilaian usia kasar secara teori dimungkinkan pada anak yang
meninggal dengan mengukur ketebalan struktur gigi di luar garis neonatal.
Gigi permanen mulai kalsifikasi saat lahir, dimulai dengan molar pertama
dan berlanjut sampai akar molar kedua selesai pada usia 15 ± 1 tahun.
Sejumlah referensi standar memungkinkan penentuan usia berdasarkan
tahap klinis atau radiografi perkembangan gigi.9
Penentuan usia antara 15 dan 22 tahun tergantung pada
perkembangan gigi molar ketiga (gigi bungsu) yang paling bervariasi
dalam pertumbuhan gigi. Margin kesalahan turun menjadi ± 2 tahun
selama waktu ini. Setelah usia 22, perubahan degeneratif posteruptif
digunakan untuk penuaan. Perubahan ini dipengaruhi oleh proses patologis
yang bekerja lambat dan terlalu bervariasi untuk sebagian besar aplikasi
forensik. 9
Perkembangan dan Erupsi Gigi-Geligi sebagai Teori Dasar dalam Perkiraan
Usia
Proses perkembangan gigi - atau odontogenesis - adalah serangkaian
interaksi seluler resiprokal yang kompleks, di mana gigi terbentuk dari sel epitel
dan mesenkimal di stomatodeum. Enamel, dentin, sementum, dan periodonsium
harus berkembang selama tahap perkembangan embrionik yang sesuai. Gigi
primer mulai terbentuk antara minggu keenam dan kedelapan kehidupan
intrauterin (IU), dan gigi permanen mulai terbentuk pada minggu kedua puluh.
Jika gigi tidak mulai tumbuh sekitar waktu-waktu itu, kemungkinan mereka tidak
akan berkembang sama sekali dan hilang. 4
Perkiraan usia secara forensik adalah bagian penting dari forensik
odontostomatologi, tidak hanya dalam hal verifikasi identitas tetapi juga pada
orang yang masih hidup yang tidak mengetahui usia mereka sendiri atau membuat

12
pernyataan usia palsu karena berbagai alasan. Estimasi usia juga penting bagi
antropologi dan arkeologi. Estimasi usia berdasarkan status gigi dimungkinkan. 4
Metode estimasi usia menggunakan gigi termasuk menganalisis
perkembangan dan erupsi gigi, mempelajari degradasi gigi, dan mengukur
perubahan biokimia dan elemen jejak dalam struktur gigi. Masing-masing metode
ini memiliki kelebihan dan keterbatasan dalam akurasi dan kemudahan
penggunaan. Beberapa dapat dilakukan melalui analisis radiografi gigi atau
lainnya atau dengan pemeriksaan klinis; yang lain membutuhkan pengujian
laboratorium atau kerusakan gigi. Persyaratan yurisdiksi individu dan
keterampilan serta pengetahuan odontologis akan membantu membangun teknik
yang tepat untuk setiap kasus. 4
Perkembangan gigi secara regular terjadi sampai usia 15 tahun. Identifikasi
melalui pertumbuhan gigi ini memberikan hasil yang lebih baik daripada
pemeriksaan antropologi lainnya pada masa pertumbuhan. Pertumbuhan gigi
desidua diawali pada minggu ke 6 intra uteri. Sebagian besar ahli setuju bahwa
data perkembangan dan erupsi gigi-geligi merupakan alat bantu yang paling
akurat dalam perkiraan usia. Pada kenyataannya gigi mempunyai ketahanan yang
tinggi terhadap faktor-faktor fisik seperti air dan api juga mempunyai struktur
yang sangat kompleks dan khas pada setiap individu sehingga pola perkembangan
erupsi gigi-geligi dijadikan sebagai metoda pilihan untuk memperkirakan usia
dalam bidang forensik.4
Perkiraan usia dilakukan dengan membandingkan status perkembangan
gigi-geligi dari individu yang tidak diketahui identitasnya dengan teori
perkembangan dan erupsi gigi-geligi yang telah dipublikasikan berdasarkan
survey dari para ahli. Salah satu teori yang dipakai perkiraan usia postmortem
adalah yang dikembangkan oleh Schour dan Massler (1941) yang
mempublikasikan grafik perkembangan dan erupsi gigi-geligi permanen maupun
decidui. Grafik ini terus diperbaharui secara periodik dan dipublikasikan dalam
ukuran yang sebenarnya oleh American Dental Association.4
Berdasarkan grafik dari Schour dan Massler (1941) di atas, dapat ditentukan
lima kelompok usia berdasarkan perkembangan dan erupsi gigi-geligi yaitu2:
a. Kelompok usia prenatal: 5-7 bulan intra uteri

13
b. Kelompok infant: saat lahir sampai 1,5 tahun
c. Kelompok usia kanak-kanak awal (pra sekolah): 2-6 tahun
d. Kelompok usia kanak-kanak akhir (usia sekolah): 7-10 tahun
e. Kelompok usia remaja dan dewasa: 11-35 tahun
Perkembangan dan Erupsi Gigi-geligi Decidui
Mahkota gigi-geligi decidui mulai berkalsifikasi pada usia 3-4 bulan intra
uteri. Kalsifikasi ini terus berlanjut selama usia prenatal sampai mendekati
periode neo-natal. Akar gigi-geligi decidui biasanya terbentuk pada usia 1,5
sampai 3 tahun setelah lahir. Pada umur 2 sampai 2,5 tahun, semua gigi decidui
telah erupsi di mulut dan fungsi pengunyahnya sudah baik. Gigi-geligi decidui
lengkap berada di mulut dan fungsi penguyahannya sudah baik. Gigi geligi
decidui lengkap berada di mulut tanpa mengalami banyak perubahan berlangsung
pada usia 2,5 sampai 5 tahun. Pada umur sekitar 3 tahun semua akar gigi-geligi
decidui telah sempurna terbentuk.5
Urutan erupsi gigi-geligi decidui adalah sebagai berikut. Insisivus sentralis-
insisivus lateralis-molar pertama-caninus-molar kedua. Pedoman yang harus
dingat adalah bahwa gigi mandibula biasanya erupsi lebih awal daripada gigi
maksila dan gigi di kedua rahang erupsi secara berpasangan, satu di kiri dan satu
di kanan.5
Tabel 1. Perkembangan dan Erupsi Gigi-geligi decidui
Gigi-Geligi Kalsifikasi Mahkota Erupsi Akar
Pertama Lengkap lengkap
Rahang I Sentralis 14 mgg IU 1 ½ bln 10 bln 1 ½thn
Atas I lateralis 16 mgg IU 2½ bln 11 bln 2 thn
Caninus 17 mgg IU 9 bln 19 bln 3 ¼ thn
Molar I 15½mggIU 6 bln 16 bln 2 ½ thn
Molar II 19 mgg IU 11 bln 29 bln 3 thn
Rahang I Sentralis 14 mgg IU 2½ bln 8 bln 1 ½ thn
Bawah I lateralis 16 mgg IU 3 bln 13 bln 1 ½ thn
Caninus 17 mgg IU 9 bln 20 bln 3¼ thn
Molar I 15½mggIU 5 bln 16 bln 2¼ thn
Molar II 18 mgg IU 10 bln 27 bln 3 thn

14
(Wheeler, C Russel. Wheeler’s Dental Anatomy, Physiology and Oclusion. WB
Saunders Company. 2010;24)
Perkembangan dan Erupsi Gigi-geligi Permanen
Perkembangan dan erupsi gigi-geligi permanen berlangsung dari saat
kelahiran sampai umur sekitar 14 tahun. Molar permanen pertama mulai
berkalsifikasi pada saat kelahiran dan kalsifikasi gigi permanen lainnya
berlangsung sampai umur 9 tahun, kecuali gigi molar ketiga tidak mengalami
pembentukan jaringan keras sampai umur 8-9 tahun.5
Dan umur 14 sampai 23 tahun, perkembangan molar kedua dan molar ketiga
mempunyai arti penting dalam perkiraan usia.Hal ini disebabkan pada usia ini
terjadi perkembangan yang lebih lanjut dari akar molar kedua, juga terjadi
penutupan foramen apikal dari molar ketiga. Urutan erupsi pada gigi permanen
adalah sebagai berikut: Molar pertama-insisivus sentralis dan lateralis mandibula-
insisivus sentralis maksila-insisivus lateralis maksila-caninus mandibula-premolar
pertama-premolar kedua-caninus maksila-molar kedua-molar ketiga.5
Perkembangan dan erupsi gigi-geligi permanen berlangsung dari saat
kelahiran sampai umur sekitar 14 tahun. Molar permanen pertama mulai
berkalsifikasi pada saat kelahiran dan kalsifikasi gigi permanen lainnya
berlangsung sampai umur 9 tahun, kecuali gigi molar ketiga tidak mengalami
pembentukan jaringan keras sampai umur 8-9 tahun.9
Dan umur 14 sampai 23 tahun, perkembangan molar kedua dan molar ketiga
mempunyai arti penting dalam perkiraan usia.Hal ini disebabkan pada usia ini
terjadi perkembangan yang lebih lanjut dari akar molar kedua, juga terjadi
penutupan foramen apikal dari molar ketiga. Urutan erupsi pada gigi permanen
adalah sebagai berikut: Molar pertama-insisivus sentralis dan lateralis mandibula-
insisivus sentralis maksila-insisivus lateralis maksila-caninus mandibula-premolar
pertama-premolar kedua-caninus maksila-molar kedua-molar ketiga.10
Tabel 2. Perkembangan dan Erupsi Gigi-geligi Permanen
Gigi-Geligi Kalsifikasi Mahkota Erupsi Akar
Pertama Lengkap lengkap
Rahang I Sentralis 3-4 bln 4-5 thn 7-8 thn 10 thn
Atas I lateralis 10-12bln 4-5 thn 8-9 thn 11 thn

15
Caninus 4-5 bln 6-7 thn 11-12 thn 13-15 thn
Premolar I 1½-1¾ thn 5-6 thn 10-11 thn 12-13 thn
Premolar II 2-2 ½ thn 6-7 thn 10-12 thn 12-14 thn
Molar I Waktu lahir 2 ½ - 3 thn 6-7thn 9-10 thn
Molar II 2 ½ - 3 thn 7-8 thn 12-13 thn 14-16 thn
Molar III 7-9 thn 12-16 thn 17-21 thn 18-25 thn
Rahang I Sentralis 3-4 bln 4-5 thn 6-7thn 9 thn
Bawah I lateralis 10 bln 4-5 thn 7-8 thn 10 thn
Caninus 4-5 bln 6-7 thn 9-10 thn 12-14 thn
Premolar I 1 1/4 -2 thn 5-6 thn 10-12 thn 12-13 thn
Premolar II 2¼- 2½ thn 6-7 thn 11-12 thn 13-14 thn
Molar I Waktu lahir 2 ½ -3 thn 6-7 thn 9-10 thn
Molar II 2 ½ - 3 thn 7-8 thn 11-13 thn 15 thn
Molar III 8-10 thn 12-16 thn 17-21 thn 18-25 thn
Perkembangan dan erupsi gigi-geligi hanyalah sebagai alat bantu dalam
perkiraan usia, karena tidak ada dua individu yang sama persis dalam hal
perkembangan. Proses perkembangan gigi antara lain dipengaruhi oleh jenis
kelamin dimana pada perempuan biasanya perkembangannya lebih cepat daripada
laki-laki. Juga dipengaruhi oleh faktor nutrisi dimana pada kasus malnutrisi yang
hebat perkembangan giginya akan lebih lambat.5
b. Penentuan Jenis Kelamin
Ukuran dan bentuk gigi terlalu mirip antara pria dan wanita untuk
memungkinkan penentuan jenis kelamin yang dapat diandalkan. Gigi yang
menunjukkan dimorfisme seksual terbesar adalah cuspid mandibula. Anderson
mencatat bahwa diameter mesio-distal kurang dari 6,7 mm = perempuan,
sedangkan pengukuran lebih besar dari 7 mm = laki-laki pada 74% kasus yang
dievaluasi. Cuspid rahang atas juga menunjukkan perbedaan seksual dengan
panjang akar rata-rata 3 mm pada pria 9.
Pengukuran ini hanya valid pada gigi yang sepenuhnya terbentuk dan
nonabrasi. Dorion telah menunjukkan bahwa jenis kelamin dapat ditentukan dari
mandibula dengan mengalikan jarak dalam sentimeter antara ujung proses
koronoid dengan jarak eksternal antara sudut rahang. 9

16
Sebuah produk lebih dari 90 cm hampir selalu laki-laki sementara produk di
bawah 78 mm hampir selalu perempuan. Seks juga dapat ditentukan dari jaringan
pulpa. Lengan panjang kromosom Y menunjukkan fluoresensi ultraviolet
istimewa saat diwarnai dengan 0,5% quinacrine dihydrochloride. Sayangnya, tes
ini tidak sensitif atau spesifik, dengan hubungan seks yang salah berkisar hingga
30% dalam satu studi. 9
Baru-baru ini, probe DNA dari pulpa gigi telah digunakan untuk menentukan
jenis kelamin.
c. Penentuan Ras
Penentuan rasial tidak dapat diandalkan berdasarkan gigi dan rahang,
meskipun atribut morfologis tertentu menunjukkan perbedaan statistik dalam
frekuensi antara ras. Tidak ada satu sifat yang diagnostik dan sekelompok sifat
lebih aman memprediksi ras. 9
Ras di dunia ini dahulu terdapat 3 ras besar yaitu ras caucasoid, mongoloid,
dan ras negroid. Setelah jaman penjajahan, maka terdapat perkawinan campuran
sehingga terdapat ras khusus dan ras australoid, yakni ras aborigin dan ras-ras
kecil di kepulauan.
Ras tersebut memiliki ciri-ciri sendiri yang dapat digunakan sebagai sarana
identifikasi. Menurut Hoebel ciri-ciri ras yang berbeda tersebut disebabkan hal
berikut13:
1. Komponen masyarakat setempat/sekitarnya
2. Komponen perkawinan (pernikahan/garis keturunan)
3. Komponen genetik
4. Komponen ciri-ciri fisik, gigi, dan mulut

i. Identifikasi Ras dari Ciri-ciri Gigi


Ciri-ciri kelima ras tersebut ditinjau dari gigi insisive, premolar, dan
molar, yakni dari gigi insisive dari cingulum, gigi premolar dari jarak
mesiodistal dengan bucopalatal atau relasi jarak mesiodistal dengan
bucolingual dan gigi molar dari visurnya, jumlah pitnya dan adanya caraballi
ataupun jumlah gigi molarnya.12
Identifikasi masing-masing ras tersebut antara lain:

17
1. Ras caucasoid dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Permukaan lingual rata (Kiernberger’ 55 dan Pederson’ 49) pada
gigi seri/insisive 1.21.1,2.12.2
b. Sering gigi-geligi (crowded)
c. Gigi molar pertama bawah (3.6,4.6) lebih panjang, tapered
d. Dalberg (1956): Bukopalatal < (P2, 1.5, 2.5), mesio-distal
e. Sering, cusp carabeli pada 1.6, 2.6 (palatal)
f. Lengkung rahang sempit

Gambar 3. Gambar Gigi Insisive atas Bagian Atas tidak Terdapat Cingulum dan
Gigi Molar I dengan Visur dan Dua Pit yakni Pit Distal dan Pit Mesial

Gambar 4. Cusp Carabeli pada Molar I atas pada Bagian Mesiopalatal

2. Ras mongoloid dengan ciri-ciri sebagai berikut:


a. Menurut Herdlicka (1921) bahwa gigi insisive mempunyai
perkembangan penuh pada permukaan palatal bahkan lingual

18
sehingga ‘shovel shaped incisor cungulum jelas dominan {(pada
gigi 1.1 1.2, 2.1 2.2)}
b. Fisur-fisur gigi molar
c. Bentuk gigi molar segiempat dominan
Oleh karena itu satu individu tidak murni satu ras. Maka gigi sesuai
untuk pnentuan ras yang didapat dari phenotype gigi dari genotypenya.

Gambar 5 cingulum pada Permukaan Palatal pada Gigi Insisive Atas

3. Ras negroid dengan ciri-ciri sebagai berikut:


a. Menurut “R. Biggerstaf” bahwa premolar (1.4 1.5, 2.4 2.5) akan
cenderung membelah atau terdapat tiga akar yakni trifurkasi
b. Bahwa cenderung bimaxillary protrusion (monyong)
c. Premolar pertama bahwa (3.4, 4.4) terdapat 2 atau 3 cusp
d. Gigi molar berbentuk segiempat

Gambar 6 Visura pada Gigi Molar I seperti Sarang Laba-laba dan Memperlihatkan Gigi
Insisive Tidak Terdapat Cingulum

19
4. Ras Australoid
Ras suku ini adalah: suku aborigin dan suku-suku di kepulauan kecil
pasifik.
Ras ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

Gambar 7 Gigi Depan Ras Australoid Suku Aborigin


5. Ras Khusus
Menurut Nursial Luth dan Daniel Fernandez (1995) yakni:
a. Bushman: suku ini bermukim di spanyol
b. Vedoid: suku ini bermukim di Afrika Tengah.
c. Polynesian: suku ini bermukim di pulau-pulau terkecil di lautan
Hindia dan lautan Arfika
d. Ainu: suku ini bermukim di kepulauan kecil Jepang.

20
Gambar 8 Gigi Depan Ras Khusus yang Relatif Semua Gigi Insisive Hampir Sama
ii. Identifikasi Ras Korban dari Lengkung Gigi

Tabel 3. Perbedaan Lengkungan Rahang antar Ras13


Lengkung Rahang Elipsoid Berbentuk U Paraboloid
Ras Mongoloid (+)
Ras Negroid (+)
Ras Caucasoid (+)
Ras Australoid (+) lebar, insisive
besar-besar
Ras Khusus (+) sangat nyata,
insisive kecil-kecil

Gambar 9. Memperlihatkan Lengkung Rahang Ras Mongoloid, Negroid, dan Caucasoid

Gambar 10. Memperlihatkan Lengkung Rahang Ras Australoid dan Khusus

2.4.4 Dental Jurisprudence


Etika adalah ilmu tentang karakter dan perilaku manusia yang ideal dalam
situasi di mana perbedaan harus dibuat antara apa yang benar dan yang salah,
tugas harus diikuti, dan hubungan interpersonal yang baik harus dipertahankan.
Etika gigi adalah kewajiban moral yang mencakup profesional perilaku dan

21
penilaian yang dipaksakan oleh anggota profesi gigi. Peraturan dokter gigi (Kode
Etik) ditetapkan oleh Dewan Gigi India (DCI) pada tahun 1976 dan kemudian
direvisi pada tahun 2014. Adalah tugas setiap dokter gigi yang terdaftar untuk
membaca peraturan ini, memahami tanggung jawabnya, dan mematuhi yang
sama11.
Yurisprudensi adalah filosofi hukum atau ilmu yang memperlakukan
prinsip hukum dan hubungan hukum. Yurisprudensi dapat dibagi menjadi tiga
cabang, yaitu analitis, sosiologis, dan teoretis. Cabang analitis mendefinisikan
istilah dan menetapkan metode yang paling memungkinkan seseorang untuk
melihat tatanan hukum sebagai sistem logis yang konsisten secara internal.
Cabang sosiologis meneliti efek aktual hukum dalam masyarakat dan pengaruh
fenomena sosial pada aspek substantif dan prosedural hukum. Cabang teoretis
mengevaluasi dan mengkritik hukum dalam hal cita-cita atau tujuan yang
didalilkan untuk itu11.
Yurisprudensi gigi adalah seperangkat peraturan hukum yang ditetapkan
oleh setiap badan legislatif negara bagian yang menjelaskan batasan hukum dan
peraturan yang berkaitan dengan praktik kedokteran gigi, kebersihan gigi, dan
bantuan gigi. Ada beberapa tindakan yang memiliki pengaruh langsung dan tidak
langsung pada profesi gigi. Undang-Undang Dokter Gigi tahun 1948 secara
langsung berkaitan dengan peraturan perundang-undangan profesi dokter gigi.
Ada peraturan lain yang dalam situasi tertentu tertentu memiliki efek pada dokter
gigi yang berpraktik. Ini termasuk Undang-Undang Perlindungan Konsumen
(COPRA), Undang-Undang Kontrak India, dan Hukum Pidana India. Seorang
dokter gigi harus memiliki kenalan dengan ketentuan utama dari tindakan ini.
Dokter gigi harus mengetahui tanggung jawab dan tindakan pencegahan yang
harus diambil untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, termasuk
masalah hukum. Ia juga harus memahami kewajiban hukumnya dan arti dari
beberapa istilah yang digunakan 11.
2.4.5 Pengertian dan Definisi Saksi Ahli
Saksi ahli adalah seseorang yang dapat menyimpulkan berdasarkan
pengalaman keahliannya tentang fakta atau data suatau kejadian, baik yang
ditemukan sendiri maupun oleh orang lain, serta mampu menyampaikan

22
pendapatnya tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagai saksi ahli
harus dapat menarik kesimpulan, serta menyatakan pendapat sesuai dengan
keahliannya. Berdasarkan pasal 184 KUHAP ayat (1), keterangan ahli yang
diberikan oleh saksi ahli di pengadilan adalah merupakan salah satu alat bukti
yang syah 12.
2.4.6 DNA Gigi Sebagai Identifikasi Personal
Identifikasi personal menggunakan gigi merupakan hal yang sudah lama
dilakukan. Menurut Heinemann, sebagaimana dikutip oleh Svensson, penggunaan
sampel gigi ini ditemukan pertama kali sejak permulaan abad 49 sebelum Masehi
yaitu Agrippina dari Romawi dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik dari
gigi. Darah merupakan spesimen identifikasi forensik yang sering digunakan dan
merupakan gold standard akan tetapi ketika terjadi suatu peristiwa yang
menyebabkan tubuh seseorang hancur, maka diperlukan spesimen lain yang
digunakan sebagai sampel yaitu gigi. Apabila kecelakaan terjadi di mana anggota
tubuh yang lain telah hancur atau rusak akan tetapi kondisi gigi masih relatif baik
maka akan didapatkan DNA mitokondria pulpa gigi. Menurut Tsutsumi hal
tersebut disebabkan dentin dan enamel memberikan semacam perlindungan bagi
DNA gigi. Perlindungan tersebut menyebabkan DNA gigi 100% secara tepat
masih dapat digunakan untuk analisis gender dengan analisa polymerase chain
reaction (PCR) setelah gigi dipanaskan pada suhu 100°C selama 15 menit 13.

23
DAFTAR PUSTAKA
1. Schrader BA, Senn DR. Scope of Forensic Odontology. In: Forensic
Dentistry 2nd Ed. Boca Raton: CRC Press. 2010. Chap. 3.
2. Wagner GN. Scientific Method of Identification. In: Forensic Dentistry.
Boca Raton: CRC Press LLC. 1997. Chap. 1
3. Bernstein M. Forensic Odontology. In: Introduction to Forensic Sciences
2nd Ed. New York: Elsevier. 1997. Chap. 12.
4. Harris FE, Mincer HH, Anderson MK, Senn DR. Age Estimation from
Oral and Dental Structures. In: Forensic Dentistry 2nd Ed. Boca Raton:
CRC Press. 2010. Chap. 13
5. Nelson JS. Wheeler’s Dental Anatomy, Physiology and Oclusion. WB
Saunders Company. 10th Ed. Missouri: Elsevier. 2010; p. 21-31
6. Situmorang, E. 2003. Perkiraan Usia Berdasarkan Perkembangan Dan
Erupsi Gigi-Geligi Dengan Bantuan Foto Foto Roentgen Dalam Bidang
Odontologi Forensik. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas
Sumatra Utara. Medan
7. Morlang WM. Mass Disaster Management. In: Forensic Dentistry. Boca
Raton: CRC Press LLC. 1997. Chap. 9.
8. Disaster Victim Identification Guide, Interpool. 2009.
9. Eckert, W. G. Introduction to Forensic Sciences 2nd Edition. Boca Raton:
CRC Press LLC. 1997.
10. Wheeler, C Russel. Wheeler’s Dental Anatomy, Physiology and Oclusion.
WB Saunders Company. 2010;24.
11. Kesavan, R., A. Vinita Mary, M. Priyanka, B. Reashmi. Knowlwdge of
Dental Ethics and Jurisprudence among Dental Practitioners in Chennai,
India: A Cross-sectional Questionnaire Study. 2016. Jurnal of Orofacial
Sciences. Published by Wolters Kluwer- Medknow. p.129.
12. Ardan, Rachmat. Dokter Gigi Sebagai Saksi Ahli dalam Perkara Pidana.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran Bandung. 2007. p.5.
13. K., Ardyni Febri, Retno Pudji Rahayu, Agung Sosiawan. Analisis
Heteroplasmy DNA Mitokondria Pulpa Gigi pada Identifikasi Personal

24
Forensik. Dental Jurnal Makalah Kedokteran Gigi Volume 46 Number 3.
2013. p.131.

25

Anda mungkin juga menyukai