Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia skrotalis.
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak dapat
direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan
ke kranial melalui anulus eksternus2.
Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat
dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya2.
4. Hemoroid
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus saling berhubungan secara longgar
dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum sebelah bawah dan
anus.Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke v.hemoroidalis superior dan selanjutnya
ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melelui
daerah perineum dan lipat paha ke v.iliaka.
I. Klasifikasi
2. Hemoroid interna derajat II. Hemoroid berupa benjolan yang lebih besar, yang
tidak hanya menonjol ke dalam kanalis anal, tapi juga turun kearah lubang anus.
Benjolan ini muncul keluar ketika penderita mengejan, tapi secara spontan masuk
kembali kedalam kanalis anal bila proses defekasi telah selesai.
3. Hemoroid interna derajat III. Benjolan hemoroid tidak dapat masuk kembali
secara spontan. Benjolan baru masuk kembali setelah dikembalikan dengan tangan
ke dalam anus.
4. Hemoroid interna derajat IV. Hemoroid yang telah berlangsung sangat lama
dengan bagian yang tertutup kulit cukup luas, sehingga tidak dapat dikembalikan
dengan baik ke dalam kanalis anal.
Gambar. Stadium hemoroid
1. Hemoroid eksterna akut. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma. Bentuk ini sering sangat nyeri
dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
2. Hemoroid eksterna kronik. Disebut juga skin tag, berupa satu atau lebih lipatan kulit
anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
IV. Patofisiologi
Kebiasaan mengedan lama dan berlangsung kronik merupakan salah satu
risiko untuk terjadinya hemorrhoid. Peninggian tekanan saluran anus sewaktu
beristirahat akan menurunkan venous return sehingga vena membesar dan
merusak jar. ikat penunjang Kejadian hemorrhoid diduga berhubungan dengan
faktor endokrin dan usia.
Hubungan terjadinya hemorrhoid dengan seringnya seseorang mengalami
konstipasi, feses yang keras, multipara, riwayat hipertensi dan kondisi yang
menyebabkan vena-vena dilatasi hubungannya dengan kejadian hemmorhoid
masih belum jelas hubungannya.
Hemorhoid interna yang merupakan pelebaran cabang-cabang v. rectalis
superior (v. hemoroidalis) dan diliputi oleh mukosa. Cabang vena yang terletak
pada colllum analis posisi jam 3,7, dan 11 bila dilihat saat pasien dalam posisi
litotomi mudah sekali menjadi varises. Penyebab hemoroid interna diduga
kelemahan kongenital dinding vena karena sering ditemukan pada anggota
keluarga yang sama. Vena rectalis superior merupakan bagian paling bergantung
pada sirkulasi portal dan tidak berkatup. Jadi berat kolom darah vena paling besar
pada vena yang terletak pada paruh atas canalis ani. Disini jaringan ikat longgar
submukosa sedikit memberi penyokong pada dinding vena. Selanjutnya aliran
balik darah vena dihambat oleh kontraksi lapisan otot dinding rectum selama
defekasi. Konstipasi kronik yang dikaitkan dengan mengedan yang lama
merupakan faktor predisposisi. Hemoroid kehamilan sering terjadi akibat
penekanan vena rectalis superior oleh uterus gravid. Hipertensi portal akibat
sirosis hati juga dapat menyebabkan hemoroid. Kemungkinan kanker rectum juga
menghambat vena rectalis superior.
V. Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
A. Inspeksi
Dilihat kulit di sekitar perineum dan dilihat secara teliti adakah
jaringan / tonjolan yang muncul.
B. Palpasi
C. Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol
keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat
kuadran.Penderita dalam posisi litotomi.Anoskop dan penyumbatnya
dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan
penderita disuruh bernafas panjang.Hemoroid interna terlihat sebagai
struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan,
derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip,
fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.6,8
D. Proktosigmoidoskopi
Perdarahan rektum merupakan manifestasi utama hemoroid interna yang juga terjadi
pada :
1. Karsinoma kolorektum
2. Penyakit divertikel
3. Polip
4. Kolitis ulserosa
Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan.Foto barium kolon dan kolonoskopi perlu dipilih
secara selektif, bergantung pada keluhan dan gejala penderita. Prolaps rektum juga harus
dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemoroid interna.6
VII. Penatalaksanaan
Non Invasive Treatment
vesikolitiasis sering terjadi pada pasien yang menderita gangguan miksi (misalnya pada
pasien hyperplasia prostat, striktura uretra, divertikel buli–buli atau buli–buli neurogenik)
atau terdapat benda asing di buli–buli (misalnya kateter yang terpasang pada buli–buli dalam
waktu yang lama, adanya benda asing yang secara tidak sengaja dimasukkan ke dalam buli–
buli sering kali menjadi inti batu). Selain itu, batu ginjal atau ureter yang turun ke buli–buli
dapat juga menjadi batu buli–buli (misalnya pada anak–anak yang kurang gizi atau yang
sering menderita dehidrasi atau diare).
Gejala klinis
Gejala khas, yaitu berupa gejala iritasi seperti nyeri pada saat miksi/ disuria hingga
stranguria, perasaan tidak enak sewaktu kencing dan kencing tiba – tiba terhenti kemudian
menjadi lancar kembali dengan perubahan posisi tubuh. Nyeri pada saat miksi sering
dirasakan (refered pain) pada ujung penis, skrotum, perineum, pinggang sampai kaki. Pada
anak seringkali mengeluh adanya enuresis nokturna, di samping sering menarik–narik
penisnya (pada laki-laki) atau menggosok vulva (pada perempuan). Jika terjadi infeksi dapat
ditemukan tanda–tanda sistitis dan kadang–kadang terjadi hematuri.
Pada pemeriksaan fisis ditemukan adanya nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi atau
teraba urine yang banyak (retensi). Pada batu yang ukurannya besar dapat diraba secara
bimanual dan pada pria dengan usia dia atas 50 tahun dapat ditemukan pembesaran prostat.
Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan foto polos abdomen batu buli–buli tidak tampak sebagai bayangan opak
pada kavum pelvis, karena komposisi batu buli–buli terdiri atas asam urat atau struvit (jika
penyebabnya infeksi). Pemeriksaan IVP pada fase sistogram memberikan gambaran sebagai
bayangan negatif. Pemeriksaan USG dapat digunakan untuk mendeteksi batu radiolusen pada
buli–buli.
Penatalaksanaan
Batu buli dapat dipecahkan dengan litotripsi ataupun jika terlalu besar dapat dilakukan
pembedahan terbuka (vesikolitotomi). Ada hal yang perlu diperhatikan pada kasus ini, yaitu
melakukan koreksi terhadap penyakit yang penyebab timbulnya stasis urine.
1. Sjamsuhidayat, R.; Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC,
pp. 519-37
2. Nicks, Bret A. 2012. Hernias. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/775630-overview#showall pada tanggal 11
Nov 2014
3. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery 17th Edition.
Philadelphia: Elsevier Saunders. 1199-1217
4. Grace PA, Borley NR. At A Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2007. Hal 114-5.
5. Silvia A.P, Lorraine M.W, Hemoroid, 2005. Dalam: Konsep – konsep Klinis Proses
Penyakit, Edisi VI, Patofisiologi Vol.1. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal:
467
6. Nelson, Heidi MD., Roger R. Dozois, MD., Anus, in Sabiston Text Book of Surgery,
Saunders Company, Phyladelphia 2001
7. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hemoroid, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2,
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 672 – 675
8. Purnomo, BB. Dasar-dasar Urologi ed. 2. Sagung Seto. Jakarta, 2003. hal 57-68