Anda di halaman 1dari 7

PENGORGANISASIAN INFORMASI/PENGETAHUAN

DALAM INGATAN MANUSIA

A. PENDAHULUAN
Manusia merupakan satu-satunya makhluk sempurna yang diciptakan
Tuhan Yang Maha Esa, karena selain dikaruniai fisik yang bagus juga
dikaruniai otak sebagai modalitas utama dalam proses berfikir dan
berperilaku, disamping hati sebagai pusat kendali dari perasaan manusia.
Oleh sebab itu, untuk mengetahui hakikat dirinya, manusia selalu memikirkan
apa, dan siapa dirinya, sehingga untuk menjawab berbagai pertanyaan
tersebut manusia berfilsafat untuk menemukan konsep teoritis dari
pertanyaan-pertanyaan itu.
Otak merupakan pusat kendali perilaku manusia, artinya setipa hal
yang dilakukan manusia akan melibatkan kerja otak. Otak merupakan tempat
menerima, menyimpan kemudian mengenali informasi yang ada, artinya otak
adalah pusat ingatan manusia. Di dalam otak tersimpan berbagai macam
informasi. Bermacam-macam jenis ingatan juga ada dalam otak manusia.
Selama otak dalam keadaan sehat manusia akan selalu melakukan proses
mengingat.

Proses mengingat adalahproses biologi yang secara alami pasti terjadi


pada manusia. Selain sebagai proses biologi, mengingat juga merupakan
proses mental. Proses ini bukan merupakan kemampuan bawaan yang
diturunkan dari orang tua kepada anak, artinya belum tentu orang tua yang
mempunyai kemampuan mengingat rendah anakanya akan mempunyai
kemampuan mengingat yang rendah pula.
Seseorang dapat mengingat informasi yang telah dipelajari pada
waktu yang lalu. Semakin banyak informasi yang diperoleh seseorang berarti
semakin sering terjadi kaitan antara informasi satu dengan informasi yang
lain. Setiap informasi yang dipelajari telah meninggalkan semacam jejak
dalam otak manusia dan jejak itulah yang akan dikeluarkan oleh otak berupa
informasi terdahulu yang telah tersimpan. Hal tersebut terjadi pada saat
seseorang mengingat informasi.
Betapapun kuatnya ingatan seseorang pada suatu waktu kemudian
ingatan itu akan mengalami suatu proses kelupaan. Ingatan pada suatu
ketika tidak dapat lagi menghadirkan suatu keterangan yang diperlukan
karena lupa. Kelupaan terjadi karena tiada penggunaan. Hal ini dijelaskan
dalam teori memudar pasif (passive decay theory), bahwa ingatan membuat
jejak fisik dalam otak seseorang yang lama-lama terhapus dengan berlalunya
waktu. Kelupaan dapat dikurangi dengan meningkatkan kemampuan
mengingat, sehingga informasi yang diterima maupun yang telah tersimpan
dalam ingatan dapat bertahan lebih lama.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan teori pengolahan informasi?
2. Apakah yang dimaksud dengan sistem memori manusia?
3. Apa saja aplikasi teori pengolahan informasi dalam belajar?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori pengolahan informasi
2. Untuk mengetahui sistem memori manusia
3. Untuk mengetahui aplikasi teori pengolahan informasi dalam belajar

D. PEMBAHASAN
1. Teori Pengolahan informasi
Pengolahan informasi merupakan proses mempersepsi,
mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima
individu dari lingkungan. Pengolahan informasi dapat pula dikatakan
sebagai proses bagaimana respon individu terhadap informasi yang
diberikan oleh lingkungan di sekitarnya.
Pengolahan informasi merupakan perluasan dari bidang kajian
ranah psikologi kognitif. Ranah psikologi kognitif ini sebagai upaya untuk
memahami mekanisme dasar yang mengatur cara berfikirnya orang
(Anderson, 1980). Teori pengolahan informasi memiliki suatu perbedaan
dengan teori belajar, yaitu pada derajat penekanan pada soal belajar.
Teori pengolahan informasi tidak memberlakukan belajar sebagai titik
pusat penelitian yang utama melainkan juga melihat sisi lainnya, seperti
pada informasi yang diperoleh ataupun melihat kemampuan memori
seorang individu. Penelitian pengolahan informasi memberikan
sumbangan atas pengertian proses belajar. Belajar dan pengolahan
informasi adalah dua aspek yang saling melengkapi.
Berdasarkan temuan riset linguistik, psikologi, antropologi dan
ilmu komputer, maka dikembangkan model berfikir. Pusat kajiannya pada
proses belajar dan menggambarkan cara individu memanipulasi simbol
dan memproses informasi. Model belajar memproses informasi Anita E.
Woolfolk (Parkay & Stanford, 1992) disajikan melalui skema yang dikutip
berikut ini.
Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model
kognitif information processing, karena dalam proses belajar ini tersedia 3
(tiga) taraf struktural sistem informasi, yaitu :
a) Sensory atau intake register. Informasi masuk ke sistem melalui
sensory register, tetapi hanya disimpan untuk periode waktu tertentu.
b) Working memory; pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di
working memory, dan di sini berlangsung berfikir yang sadar.
c) Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas
isinya sehingga mampu menampung seluruh informasi yang sudah
dimiliki peserta didik.
2. Sistem Memori Manusia
Memori adalah sebuah wadah yang berisi data-data yang belum
tentu saling berkaitan. Naisser (1967) mengatakan bahwa memori
manusia dipandang sebagai suatu struktur yang rumit untuk megolah
dan mengorganisasi semua pengetahuan. Memori juga dapat
dikatakan sebagai suatu alat yang berfungsi untuk menangkap,
mengolah dan menggunakannya di lain waktu ketika dibutuhkan.
Memori merupakan suatu sistem yang rumit dengan banyak
tahapannya dan saling berinteraksi. Ini berarti dalam memori terdapat
interaksi-interaksi antara data-data dan lapisan-lapisan atau tahapan-
tahapan yang ada di dalamnya.
Sebagian besar model-model yang dikembangkan tahun 1960-
an mengajukan tiga struktur memori yaitu:
a). Pencatatan Penginderaan (Sensoric Memori)
Rangsangan yang diterima oleh indera yang kemudian akan
diteruskan sebagai informasi ke sistem memori selanjutnya.
Informasi yang terdapat pada stimulus atau ransangan dari luar
akan diterima manusia melalui panca inderanya. Informasi tersebut
akan tersimpan di dalam ingatan selama tidak lebih dari satu detik
saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi tanpa disadari dan akan
diganti dengan informasi lainnya. Informasi sekilas atau sekelebat
yang didapat melalui panca indera ini biasanya disebut “sensory
memory” atau “ ingatan inderawi”. Berdasarkan apa yang
dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa, seperti yang telah
sering dalam proses pembelajaran pesan atau keterangan yang
disampaikan seorang guru dapat hilang seluruhnya dari ingatan
para siswa jika pesan atau keterangan tersebut terkategori sebagai
pencatatan penginderaan.
b). Penyimpanan jangka Pendek (Working Memory)
Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa, tentunya
akan berbeda dari informasi yang tidak mendapatakan perhatian
dari mereka. Suatu informasi baru yang mendapat perhatian
seorang siswa lalu terkategori sebagai penyimpanan jangka
pendek. Dengan kata lain, penyimpanan jangka pendek tidak akan
terbentuk di dalam otak siswa tanpa adanya perhatian dari siswa
terhadap informasi tersebut. Penyimpanan jangka pendek ini dapat
bertahan relatif lebih lama lagi yaitu sekitar 20 detik.
c). Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term Memory)
Penyimpanan jangka panjang merupakan suatu prosesb
penyimpanan informasi yang permanen. Memori jangka panjang ini
berasal dari memori jangka pendek yang selalu diulang-ulang dan
berkesan bagi individu sehingga informasi yang ia dapat bersifat
permanen dan bila suatu saat ia dibutuhkan maka akan teringat
lagi. Informasi yang sudah tersimpan di dalam penyimpanan jangka
panjang ini sulit untuk hilang. Selain pengulangan atau latihan,
beberapa hal penting yang harus diperhatikan Bapak dan Ibu guru
agar suatu pengetahuan dapat diingat siswa dengan mudah
adalah:
(a) Sesuatu yang sudah difahami akan lebih mudah diingat siswa
daripadasesuatu yang tidak difahaminya. Contohnya, proses
untuk mengingat bilangan 17.080.945 akan jauh lebih mudah
daripada proses mengingat bilangan 51.408.791 karena
bilangan pertama sudah dikenal para siswa, apalagi jika
dikaitkan dengan hari kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945
yang dapat ditulis menjadi 17-08-1945.
(b) Hal-hal yang sudah terorganisir dengan baik akan jauh lebih
mudah diingat siswa daripada hal-hal yang belum terorganisir.
Contohnya, mengingat susunan bilangan 4, 49, 1, 16, 9, 36,
dan 25 akan jauh lebih sulit daripada mengingat bilangan
berikut yang sudah terorganisir dengan baik: 1, 4, 9, 16, 25, 36,
dan 49.
(c) Sesuatu yang menarik perhatian siswa akan lebih mudah
diingat daripada sesuatu yang tidak menarik hatinya. Acara
televisi yang manarik perhatian para siswa akan memungkinkan
para siswa untuk duduk berjam-jam di depan televisi dan jalan
ceritanya akan mampu mereka ingat dengan mudah. Namunhal
yang sebaliknya akan terjadi juga, yaitu suatu proses
pembelajaran yang tidak menarik perhatian dapat menjadi
beban bagi siswa dan tentunya juga bagi para guru.

3. Aplikasi Teori Pengolahan Informasi Dalam Belajar


Penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar berasumsi
bahwa memoro manusia itu suatu sistem yang aktif, yang mampu
menyeleksi, mengorganisasi danmengubah menjadi suatu sandi-sandi
informasi dan keterampilan bagi penyimpanannya untuk dipelajari. Dalam
hal ini individu diartikan sebagai suatu objek yang memiliki kemampuan
untuk menghasilkan suatu penyeleksian, pengorganisasian dan
pengubahan terhadap informasi yang di dapat menjadi suatu sandi-sandi
yang berguna untukmemudahkan individu dalam proses belajar yang akan
dijalani dirinya.
Mengenai hal di atas, para ahli kognitif juga berasumsi bahwa
belajar yang berhasil sangat bergantung pada tindakan belajar daripada
hal-hal yang ada di lingkungnnya. Ini menunjukkan bahwa dalam proses
belajar ini tindakan dari peserta didik adalah hal utama yang
mempengaruhi terhadap hasil belajar yang akan dicapai dari peserta didik,
dalam hal ini menyangkut aspek perubahan seperti: aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik.
Komponen belajar menurut teori pengolahan informasi seperti
yang telah dijelaskan pada pembahasan di atas, bahwa komponen belajar
adalah perhatian yang ditujukan pada stimulus, pengkodean stimulus, dan
penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival). Atas dasar komponen
tersebut, selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran yaitu (a)
membimbing untuk menerima stimulus, (b) memperlancar pengkodean, (c)
memperlancar penyimpanan dan retrieval. Ketiganya merupakan kesatuan
yang harus dilakukan secara berurutan dan akan selalu memperngaruhi
hasil yang akan dicapai peserta didik.
Membimbing peserta didik untuk penerimaan stimulus dapat
dillakukan pendidik dengan (1) memusatkan perhatian ke stimulus-
stimulus tertentu yang dipilih. Dalam hal ini pendidik akan memberikan
perhatian khusu terhadap siswa mengenai stimulus-stimulus yang akan
dipilih. (2) Mengenali secara awal stimulus dengan kode-kode tertentu.
Dalam pengenalan awal stimulus melalui pengkodean yaitu bagaimana
individu mengubah stimulus yang ada sehingga dapat disimpan dan pada
waktu yang lain dapat dimunculkan kembali dengan mudah. Dalam
pengkodean ini akan terjadi proses pengulangan dan menghubungkan
dengan informasi yang sudah tertanam dalam memori manusia.
KESIMPULAN

Berdasarkan pada penjelasan-penjelasan di atas kami dapat


menarik beberapa kesimpulan diantaranya:
1. Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana
seorang individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat
sejumlah besar informasi yang diterima individu dari lingkungannya.
2. Terdapat tiga unsur srtruktur memori yaitu: Pencatatan penginderaan
(Sensiric Memory), penyimpanan Jangka Pendek (Working Memory),
dan Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term Memory).
3. Terdapat tiga tahapan belajar dalam teori pengolahan informasi, yaitu:
Perhatian ke stimulus, Mengkode stimulus dan Memperlancar
penyimpanan dan retrieval.

Anda mungkin juga menyukai