BAB I
PENDAHULUAN
yang sangat penting bagi manusia dan kesehatan sangat mahal harganya,
keseluruhan ini tidak bisa berjalan tanpa kesadaran dari setiap perorangan maupun
merujuk pada suatu tempat pelayanan kesehatan, apabila masalah terjadi dalam
ataupun melahirkan.
Puskesmas dan Rumah sakit (RS) merupakan suatu bentuk sarana
Nasional (SKN) sebagai bagian dari pelayanan publik (Litbangkes, 2011). Secara
pada tahun 2005 menjadi 41,8% pada tahun 2007 (Lampiran Perpres, 2012).
termasuk juga kesehatan rongga gigi dan mulut yaitu pelayanan yang belum
berjalan secara efektif pada setiap daerah di Indonesia yang disebabkan oleh
berbagai faktor. Hasil riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menunjukkan di
Sumatera Barat prevalensi penduduk yang ada masalah pada rongga gigi dan
2
mulut sebanyak 22,2% dan 35,3% masyarakt yang telah mendapatkan pelayanan
masyarakat. Pada zaman sekarang masyarakat semakin pintar dan teliti, baik
dalam fikiran ataupun tindakan. Hal ini memberi ancaman dan kesempatan bagi
organisasi / wadah yang berjalan di bidang jasa / pelayanan. Salah satu lembaga
yang berjalan di bidang jasa / pelayanan adalah Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Sumatera Barat pada umumnya. Pada zaman ini begitu ketat dalam pembangunan
ataupun persaingan yang ada di sekeliling kita. Tidak hanya terjadi pada dunia
bisnis, melainkan persaingan seperti ini juga terjadi pada setiap lembaga, dimana
semua orang bersaing dalam memberikan yang terbagus bagi lembaga maupun
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Pasal 1 UU No. 44 Tahun 2009).
Rumah sakit yang dipilih sebagai rujukan membuktikan adanya rasa kepercayaan
(trust) terhadap rumah sakit atau tenaga medis yang melayani di rumah sakit itu.
Tenaga medis adalah pemegang posisi penting karena sebagai tombak komunikasi
antara pasien dengan manajemen rumah sakit. Tahun 2014 Indonesia mempunyai
tenaga medis di rumah sakit yang terdaftar sebagai tenaga resmi di bagian
kesehatan yaitu 437.159 tenaga medis, sementara sebanyak 2.408 rumah sakit
3
yang terdaftar resmi di Indonesia dan jumlah penduduk yang ada di seluruh
Indonesia pada tahun 2014 berjumlah 252.124.458 jiwa (Kemenkes RI, 2015)13
Kota Padang adalah kota terbesar di pantai barat Pulau sumatera sekaligus
ibu kota dari provinsi Sumatera Barat dangan luas keseluruhan 694,96 km 2. Kota
Padang sebagai salah satu daerah yang memiliki pusat kesehatan di Pulau
Sumatera telah memiliki fasilitas kesehatan yang cukup lengkap, selain memiliki
beberapa rumah sakit bertaraf nasional juga memiliki rumah sakit bertaraf
internasional. Beberapa dari rumah sakit tersebut telah didukung oleh perguruan
contoh pelayanan kesehatan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut yang terletak
Juli 1994 oleh Yayasan Pendidikan Baiturrahmah. Yayasan ini didirikan pada
tahun 1979 dan telah berkecimpung pada semua jenjang pendidikan, mulai dari
dimulainya Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) ke lima pada tanggal 12-14
RSGM ini mempunyai gedung bertingkat tiga, pada tingkat pertama terdapat
Tingkat kedua ada tujuh bagian yaitu Bedah Mulut (Pencabutan), Ilmu Kesehatan
sedangkan lantai ketiga didominasi untuk ruang perkuliahan. Pasien bisa datang
dan dapat langsung dilakukan perawatan baik oleh mahasiswa Co-Ass, dokter gigi
maupun dokter gigi spesialis. Perawatan tersebut dapat dilakukan secara umum
atau melalui jalur VIP. Mayoritas pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
dilakukan pada lantai dua gedung RSGM, pada lantai tersebut terdapat ruang
perawatan dan pelayanan yang telah diatur sesuai dengan kebutuhan masing-
masing perawatan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang mendukung
2013)
Perkembangan RSGM Baiturrahmah Padang juga ditandai dengan
penting bagi masyarakat. Berikut adalah tabel jumlah kunjungan pasien rawat
jalan pada RSGM Baiturrahmah Padang dari tahun 2012 s.d tahun 2015:
Tabel 1.1
Perkembangan Pasien Rawat Jalan RSGM Baiturrahmah Padang
Tahun 2012-2015
5
pada RSGM Baiturrahmah Padang. Pasien lama merupakan pasien yang sering
datang berkunjung untuk berobat, sedangkan pasien baru adalah pasien yang
hanya satu kali datang berkunjung untuk berobat. Berdasarkan tabel 1.1 di atas
terjadi peningkatan jumlah pasien yang berkunjung dari tahun 2012 hingga 2015.
Berdasarkan data diatas dapat diperoleh bahwa jumlah pasien dari tahun ke tahun
secara lokal, tetapi pada tingkat global juga. Di Albania ekonomi sektor kesehatan
sektor kesehatan ini, pasien dapat berulang datang pengobatan baik dari rumah
sakit swasta atau publik. Sebagai perusahaan swasta yang menawarkan relatif
'murni', tapi layanan, rumah sakit swasta umumnya setelah bersaing secara agresif
untuk menarik pasien. Pasien adalah darah rumah sakit dan mereka berhak
hari ini konsumen yang baik informasi, lebih canggih dan lebih menuntut daripada
di masa lalu, para ahli sepakat bahwa kunci untuk kelangsungan hidup di industri
masih tidak bagus. Tidak bagusnya mutu komunikasi dokter memberi pengaruh
pada layanan pasien dalam berobat. Oleh sebab itu perlunya adanya upaya untuk
penilaian atas tanggapan yang diberikan oleh mereka yang menerima keluhan
hubungan ini kapan belum ditangani secara memadai. Penelitian ini adalah untuk
hasil perbandingan atas kinerja jasa yang diterima dan yang diharapkan (Philip
Kotler, 1998). Semakin tinggi kualitas pelayanan maka semakin tinggi pula
kepuasan yang diterima pasien. Pasien harus dipuaskan, sebab jika mereka tidak
ditentukan oleh 5 (lima) dimensi yaitu bukti langsung, kehandalan, daya tanggap,
keseimbangan yang dapat diterima antara biaya, nilai dan kualitas. Pelanggan
expectation maka pasien akan puas serta bila performance lebih besar
kualitas pelayanan yang diperoleh dari tenaga Medis. Perilaku tenaga medis
ataupun dokter di rumah sakit salah satu aspek yang sangat penting dalam
perawat di rumah sakit tersebut. Sebelum pasien menggunakan jasa suatu rumah
sakit, pasien memiliki harapan tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh
perawat serta tenaga fungsional medis lainnya yang didasarkan pada pengalaman
kualitas pelayanan yang diharapkan oleh pasien dengan apa yang benar-benar
mereka terima.
Pasien sebagai pengguna jasa rumah sakit tidak luput dari permasalahan
yang menyangkut kepuasan yang dialaminya. Hal ini terbukti dengan adanya
perawat, komunikasi yang macet antara pasien dengan administrasi dan perawat,
perawat yang kurang ramah, dan perawat yang kurang tanggap dalam memberikan
memburuk. Pada kasus diatas membuat pasien merasa tidak puas terhadap rumah
pasien dengan administrasi dan perawat di rumah sakit. Hal ini dikarenakan
keluarga pasien tersebut tidak puas dengan pelayanan yang diberikan administrasi
dan perawat. Selain itu kendala bahasa juga menghambat komunikasi antara
pasien dengan perawat maupun dokter yang ada di rumah sakit tersebut serta
Jasfar, 2009)
perilaku tertentu (Ajzen & Fishbein, 1977). Di bidang pemasaran, niat perilaku
merupakan indikator dari loyalitas pelanggan atau retensi pelanggan; dan tiga
istilah ini sering digunakan bergantian (Chen & Tsai, 2007). Untuk tujuan
penelitian ini, niat perilaku itu digunakan karena fenomena yang pembelian
10
layanan medis tidak terjadi pada sering dasar dalam pariwisata medis. Dalam
penelitian layanan pemasaran, pembelian kembali (atau revisit) niat dan kesediaan
mengukur niat perilaku (Ramkissoon & Uysal, 2011; Som, Marzuki, Yousefi, &
AbuKhalifeh, 2012).
terhadap harga.
Pelayanan terhadap pelanggan pada jasa rumah sakit sering disebut dengan
Kegagalan yang dirasakan pada pelayanan awal, menyebabkan apa yang disebut
sulit mencoba tentang berapa banyak suatu usaha yang mereka rencanakan untuk
oleh tiga komponen : sikap orang melakukan ke arah perilaku itu, tekanan sosial
yang dirasa, hubungan norma yang disebut dan kendali tingkah laku.
11
pelayanan kesehatan masyarakat semakin berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat
dari beberapa rumah sakit pesaing yang berdiri di Padang yang semuanya
kepuasan atas penanganan keluhan pada Rumah Sakit Gigi Mulut (RSGM)
Baiturrahmah Padang.
dianggap oleh pasien saat mengevaluasi kualitas di rumah sakit seperti prosedur
perilaku oleh dokter dan staf medis. Dalam hal ini saya ingin meneliti dan
sebagai berikut
Baiturrahmah Padang?
3. Bagaimanakah pengaruh kualitas pelayanan terhadap niat perilaku di RSGM
Baiturrahmah Padang?
4. Bagaimana pengaruh prosedur administrasi terhadap kepuasan pasien di
Baiturrahmah Padang?
6. Bagaimanakah pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien di
Baiturrahmah Padang?
8. Apakah Pengaruh Prosedur administrasi terhadap niat perilaku pada RSGM
maka penulis akan memberikan suatu masukan atau memberikan ide yang dapat
pasien harus diiringi dengan peningkatan jumlah tenaga perawat, sehingga dapat
kepada pasien agar pasien puas dengan pelayanan yang diterima dan pasien ada
dukungan dalam setiap kegiatan agar semuanya dapat berjalan dengan lancar.
penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
Baiturrahmah Padang
2. Pengaruh komunikasi terhadap niat perilaku di RSGM Baiturrahmah
Padang
14
Baiturrahmah Padang
4. Pengaruh prosedur administrasi terhadap kepuasan pasien di RSGM
Baiturrahmah Padang
5. Pengaruh komunikasi terhadap kepuasan pasien di RSGM Baiturrahmah
Padang
6. Pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien di RSGM
Baiturrahmah Padang.
7. Pengaruh kepuasan pasien terhadap niat perilaku di RSGM Baiturrahmah
Padang.
8. Pengaruh Prosedur administrasi terhadap niat perilaku pada RSGM
intervening.
9. Pengaruh Komunikasi terhadap niat perilaku pada RSGM Baiturrahmah
intervening.
1.4.2 Manfaat Penelitian
1. Keilmuan
Penelitian ini merupakan evaluasi terhadap pengetahuan teoritis yang telah
Hospitality
15
baik.
3. Peneliti Berikut
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti
BAB I PENDAHULUAN
penelitian.
BAB II
indikasi bagaimana orang-orang akan sulit mencoba tentang berapa banyak suatu
perilaku itu, yang dipengaruhi oleh 3 (tiga) komponen : sikap orang melakukan ke
arah perilaku itu, tekanan sosial yang dirasa, hubungan norma yang disebut dan
intentions adalah suatu indikasi dari bagaimana orang sanggup untuk mencoba
dan berapa banyak suatu usaha yang direncanakan untuk disampaikan dalam
Bolton (1998), Behavioral intentions diartikan sebagai hasil atas pemakaian yang
lain.
pasien karena ada hampir tidak ada teori yang kaya pada pembelian konsumen
niat (Söderlund dan O¨human, 2005). Oleh karena itu makalah ini mengusulkan
dengan memasukkan dua indikator yang lebih dari niat sebagaimana kepatuhan
pengobatan dan syukur selain revisit dan komunikasi word of mouth. kepatuhan
dengan minum obat, sesuai dengan rekomendasi yang disepakati dari penyedia
Syukur adalah emosi, yang terjadi setelah orang menerima bantuan, yang
dianggap mahal, berharga, dan altruistik (Wood et al., 2008). Tidak banyak
penelitian telah dilakukan pada rasa syukur sebagai emosi (Wood et al., 2007).
dipicu oleh layanan qualty dan kepuasan "(Zeithaml, Berry, & Parasuraman,
terkait dengan niat perilaku positif, yang bisa dilihat sebagai sinyal retensi atau
layanan memprediksi jumlah yang signifikan dari variasi di semua niat perilaku,
yaitu komunikasi word of mouth, niat untuk membeli dan harga kepekaan.
layanan seperti tangibles, reliability, assurance, dan empathy di satu sisi, dan
19
industri perbankan. Menurut Seth, Momaya dan Gupta (2005), banyak penelitian
juga telah menemukan hubungan positif langsung antara kualitas layanan dan
digunakan untuk mengukur behavior intentions dikutip oleh Shyh-Jane Li, dkk,
(2011) :
my first choice (Jika saya perlu pelayanan medis di masa yang akan
pertama saya)
4. If I need medical service in the future, I will go to the hospital more
kepada orang lain tentang layanan atau baik yang WOM positif. Namun, jika
20
pasien mengeluh kepada orang lain tentang layanan atau baik yang WOM negatif.
Tentu saja, pemasar mempromosikan WOM positif daripada WOM negatif. Tapi
di dunia nyata, situasinya berbeda. Menurut Penelitian Wang (Wang, X., 2011),
puas konsumen mungkin atau mungkin tidak menghasilkan WOM positif tentang
pengalaman buruk. Ennew et al. (2000) menunjukkan bahwa WOM positif dari
komunikasi WOM positif lebih mungkin untuk menjadi pelanggan setia. Selain
semua, dalam kenyataannya, WOM positif adalah alat iklan yang sangat penting
bagi perusahaan.
2.1.2.1 Pengertian
berarti “enough” atau cukup, dan “facere” yang berarti “to do” atau melakukan.
Dalam konteks teori consumer behavior, kepuasan lebih banyak didefinisikan dari
kinerja yang sudah disiapkan produk (atau hasil) terhadap ekspektasi mereka. Jika
21
kinerja sesuai dengan ekspektasi, pelanggan akan tidak puas. Jika kinerja melebihi
yang dirasakan oleh karena terpenuhinya secara relatif semua kebutuhan secara
tujuan, dan preferensi dipenuhi oleh penyedia perawatan kesehatan dan atau jasa
(Debono & Travaglia, 2009). Menurut Kirsner dan Federman (1997), kepuasan
kepuasan pasien adalah penting untuk layanan kesehatan penyedia dalam tiga
bidang berikut: (1) mempertahankan hubungan mereka dengan pasien yang pasien
pasien adalah indikator kunci sukses lain untuk penyedia layanan kesehatan
(Kotler, 2012), Secara sederhana hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
22
“ Satisfaction = f (performance-expectation)”
kecewa, bila performance sama dengan expectation maka pelanggan akan puas
mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk (Barang atau jasa) yang diberikan
Hall dan Dornan (1988, cit Pohan, 2007) mengatakan bahwa kepuasan
pasien adalah keluaran dari layanan kesehatan dan suatu perubahan dari sistem
layanan kesehatan yang ingin dilakukan tidak mungkin tepat sasaran dan berhasil
pasien akan digunakan sebagai dasar untuk mendukung perubahan sistem layanan
disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan tidak dipengaruhi oleh satu faktor saja
tersebut.
kenyataan. Bila harapan lebih rendah dari kenyataan yang dirasakan maka kondisi
ini dikatakan terdapatnya kepuasan. Sebaliknya bila harapan lebih tinggi dari
para pelanggan.
24
positif.
6. Laba yang diperoleh bisa meningkat.
sebagai berikut :
sesuatu secara berbeda dari orang lain walaupun dalam situasi yang sama.
akan melakukannya.
diperhatikan oleh perusahaan, yaitu sistem keluhan dan saran, suvey kepuasan
masing-masing elemen.
3. Ghost Shopping. Cara ini dilakukan dengan upaya memperkerjakan
evaluasi selanjutnya.
2.1.3.1. Pengertian
oleh sekelompok orang yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang telah
(Rahayu, 2005).
kedokteran, unit pelayanan kesehatan yang utama yaitu Rumah Sakit, baik yang
Cara – cara tersebut makin lama semakin canggih dan keahlian banyak
prosedur administrasi rumah sakit termasuk organisasi dan pengelolaan yang baik
Menurut Jhon M. Echols dan Hasan Shadily yang dikutip dari Pahlevi
(2009), admisi atau admission adalah hak atau izin masuk bagi pasien yang
berfungsi sebagai koordinator untuk penerimaan pasien rawat inap, baik yang
berasal pasien rawat darurat (emergency), rawat jalan (poliklinik) atau pasien
rawat inap. Admisi merupakan sangat penting dalam pelayanan di rumah sakit.
28
merupakan suatu proses formal ketika seseorang diterima di rumah sakit sebagai
pesien untuk menerima pengobatan dan pelayanan serta perawatan yang telah
baik. Bila dengan suatu organisasi tujuan yang dicapai akan lebih
berhasil.
4. Untuk mencapai tujuan yang sama diperlukan aktivitas dan dinamika
artinya yaitu meliputi segala sesuatu yang meliputi prasarana, sarana lunak dan
saran keras. Apabila dijelaskan lebih panjang, maka prosedur administrasi rumah
29
sakit mempunyai makna : suatu sistem yang digunakan untuk mengurus rumah
sakit sebagai sarana untuk pelayanan kesehatan yang meliputi pencapaian tujuan
sakit, ii) organisasi rumah sakit, iii) pengaturan staf administrasi rumah sakit
list.
d. Mengantarkan pasien keruangan bangsal dan menyerahkannya ke
kepala ruangan.
e. Memberikan konsultasi keuangan kepada pasien sebelum atau
terdiri atas:
2.1.4 Komunikasi
2.1.4.1. Pengertian
artinya gagasan dan informasi tidak hanya dapat dihantarkan dan ditanamkan
komunikasi sebagai suatu proses mengubah perilaku orang lain. Sedangkan Hall
karyawan.
oleh Djatmiko (2005), merupakan proses pertukaran informasi antara dua orang
31
mengendalikan dilaksanakan.
informasi yang diberikan oleh pemberi informasi, berarti tidak terjadi komunikasi
orang yang bekerja sama atau berinteraksi satu sama lain untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Interaksi yang harmonis diantara para anggota organisasi, baik
dalam hubungan timbal balik secara vertikal maupun dalam hubungan timbal
dibagi menjadi dua yaitu : komunikasi formal dan komunikasi non formal.
komunikasi non formal diartikan komunikasi yang lebih bersifat pribadi dan lebih
berbeda, baik dari atas ke bawah maupun dari bawah ke atas. komunikasi seperti
ini oleh Bahrum (2006) disebut sebagai komunikasi ke atas, komunikasi mendatar
mengalir dari satu tingkat dalam kelompok atau organisasi ke tingkat yang lebih
bawah. Komunikasi ini merupakan komunikasi antara atasan atau manajer dengan
Komunikasi personal yaitu komunikasi dengan kontak pribadi, tatap muka seperti
lain secara langsung baik verbal maupun non verbal. Sedangkan komunikasi non
2.1.5.1 Konsep
dan keinginan. Kualitas pelayanan merupakan keseluruhan ciri serta sifat sebuah
kebutuhan dan keinginan yang dinyatakan atau yang tersirat (Kotler dan Keller
(2011)).
Zeithaml, & Berry, 1988). Layanan kualitas adalah jantung dan jiwa dari setiap
organisasi jasa. Ini adalah faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan dan
kelangsungan hidup perusahaan (McCain, Jang, & Hu, 2005). Dalam industri
kesehatan, menerima baik perawatan berkualitas adalah hak semua pasien dan
semua penyedia layanan kesehatan (Zineldin, 2006). Hal ini paling penting bagi
Kualitas pelayanan yang baik dan bagus menjadi salah satu syarat
kesuksesan dalam perusahaan jasa. Kualitas layanan dalam perusahaan jasa sering
yang diterima secara nyata. Dalam penelitian ini, Rumah sakit yang mampu
memberikan layanan yang baik kepada pasien memiliki peluang besar untuk bisa
terus dikunjungi oleh pasiennya (Liu dan Li 2007). Dalam dunia kesehatan saat
ini, kualitas layanan kesehatan dimasukkan sebagai salah satu syarat utama dalam
upaya untuk memikat calon pasien atau untuk melayani pasien yang sudah ada
(existing customers).
oleh seseorang atau sekelompok orang dangan landasan faktor materil melalui
sistem, prosedur dan metode tertantu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan
orang lain sesuai dengan haknya. Dalam ilmu ekonomi, kualitas pelayanan
dari yang diharapkan maka masyarakat akan mengalami “lose interest” atau
terciptanya perilaku pasien yang diharapkan dalam Rumah Sakit. Hai ini karena
sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya, kinerja harus sesuai
sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap simpati dan dengan
pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Yang meliputi fasilitas fisik
Keandalan menjadi kualitas inti pelayanan, karena pelayanan yang tidak dapat
diandalkan adalah jasa yang buruk walaupun ada atribut lainnya. Jika pelayanan
tersebut tidak kompeten dan pelanggan akan berpindah ke penyedia jasa lainnya.
Perlu diketahui bahwa pelayanan yang diberikan oleh suatu perusahaan tidak
Pelanggan akan memilih pemberi layanan yang sesuai dengan harapannya dan
bebas kesalahan-kesalahan.
- Komponen dan keramahan dalam memberikan pelayanan, terutama
yang diteliti. Berikut ini akan penulis kemukakan penelitian terlebih dahulu yang
diatas maka hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
pasien RSUD H. Hanafi Muara Bungo dengan kepuasan pasien sebagai variabel
diatas maka hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
kualitas pelayanan (Shellyana dan Basu, 2002). Penelitian yaang dilakukan oleh
39
Seffy, dkk (2010) yang melakukan penelitian tentang analisa pengaruh kualitas
kepuasan pelanggan.
diatas maka hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
diatas maka hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
mendatar dan komunikasi ke bawah) dengan kepuasan kerja. Kepuasan kerja juga
dan juga kepuasan kerja didapati mempunyai hubungan positif yang signifikan
Indonesia di Jombang Jatim dengan nilai koefisen regresi 0,292 pada taraf
signifikansi 0,002.
pasien di IRNA Dewasa Kelas 3 RS. Baptis Kediri. Hasil dari penelitian
terdapat hubungan yang kuat antara komunikasi verbal dan non verbal dengan
41
bawahan dengan kepuasan kerja dan kesetiaan pegawai IAIN Sumatera Utara.
kepuasan kerja dan kesetiaan kepada lembaga IAIN SU. Tingkat hubungan antara
kesetiaan kepada lembaga mencapai p= 0,01. Nik Hasnaa Bt Nik Mahmoud yang
juga dikutip oleh Kholil (2007) meneliti tentang kesan komunikasi ketua-pekerja
ke atas kepuasan kerja dan pekerja kepada organisasi. Beliau menemukan adanya
diatas maka hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Seffy, dkk (2010) yang melakukan penelitian tentang analisa pengaruh kualitas
kepuasan pelanggan.
Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pasien Rawat Inap
Pelanggan pada Divisi Asuransi Kumpulan AJB Bumiputera 1912 (Studi Kasus di
diatas maka hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Salah satu faktor pentingnya yang dapat membuat pelanggan puas adalah
Seffy, dkk (2010) yang melakukan penelitian tentang analisa pengaruh kualitas
kepuasan pelanggan.
Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pasien Rawat Inap
diatas maka hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Pemberian Informasi Tagihan Pasien Rawat Inap di RS Graha Permata Ibu Tahun
dari persepsi kualitas layanan pelanggan dan kepuasan pada niat perilaku mereka.
44
Taylor dan Baker (1994) menganalisis hubungan antara tiga konstruksi di empat
sektor jasa (komunikasi, pelayanan lalu lintas, hiburan, dan perawatan kesehatan).
Mereka menemukan efek moderasi ada dalam tiga dari empat sektor (kecuali
pelayanan yang dirasakan kualitas. Pada tahun 1997, mereka diverifikasi peran
rumah sakit (Baker dan Taylor, 1997). Meskipun hasil mendukung perspektif
bahwa kepuasan lebih erat terkait dengan perilaku konsumen dari persepsi
kualitas, masih ada efek moderating signifikan dalam dua jenis pengaturan rumah
sakit. Bou-Llusar et al. (2001) yang dipilih industri keramik untuk menguji
diatas maka hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
variabel intervening.
Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan yang sudah dilakukan oleh
produk yang akan dibeli oleh pelanggan itu. hal ini jelas mempengaruhi
tinggi. Terakhir, dikatakan oleh Nasution (2004) bahwa komunikasi melalui iklan
kepada pelanggan, namun sikap ramah dan sopan senantiasa akan memberikan
kesan positif sehingga orang yang sudah percaya akan bertambah puas
dan pasien.
Berdasarkan deskripsi teori dan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan
diatas maka hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
H9 : Komunikasi berpengaruh signifikan positif terhadap niat perilaku pada
intervening.
2.2.10 Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Niat Perilaku Pada
RSGM Baiturrahmah Padang melalui Kepuasan Pasien
Sebagai variabel intervening.
diatas maka hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
variabel intervening.
berikut ini dapat digambarkan kerangka konseptual dalam penelitian ini sebagai
berikut :
Niat Perilaku
Komunikasi (X2) Kepuasan Pasien (Z) (Behaviour Intention)
(Y)
BAB III
METODE PENELITIAN
pendekatan atau observasi sekaligus pada satu saat / point time approach.
demikian yang dijadikan unit analisis dalam penelitian ini adalah pasien yang
sudah pernah datang pada RSGM Baiturrahmah Padang. Menurut Sekaran (2006)
perhatian peneliti untuk diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Pengambilan
sampel pada penelitian ini dilakukan metode simple random sampling, yaitu
48
setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel (Nasution, 2003). Sampel
25856 pasien diantaranya 4359 pasien lama dan 21497 pasien baru.
Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus slovin (Syuryanda,
2012) :
n = N / 1 + N (d)2
Keterangan :
n : Sampel
N : Populasi Semua (4359)
d : Derajat Kepercayaan (0,05)
n = 4359 / 1 + (4359) (0.05)2
n = 4359 / 11, 89
n = 366,30 = 365 pasien
3.3. Data Penelitian
Pengumpulan data primer menggunakan kuesioner. Kuesioner tersebut
berprilaku.
3.4. Jenis, Sumber Data dan Defenisi Operasional Variabel dan Metode
Pengukuran
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh langsung dari responden penelitian. Data primer yang dibutuhkan dalam
penelitian ini berupa data tentang skor jawaban responden tentang variabel yang
Padang, Bangin (2010) menyatakan bahwa data primer adalah data yang langsung
diperoleh sumber data pertama pada lokasi penelitian atau objek penelitian.
Penelitian ini menggunakan tiga jenis variabel yaitu variabel bebas,
variabel intervening dan variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari prosedur
49
kepuasan pasien, sedangkan variabel terikat adalah niat berprilaku (behavior) pada
RSGM Baiturrahmah. Bagian berikut ini akan diuraikan defenisi dan operasional
masing-masing variabel.
3.4.1. Niat Berprilaku (Y)
oleh sekelompok orang yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang telah
sampai keruangan.
pimpinan organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan
harapan dan kenyataan yang diukur dengan 4 item pernyataan yang bersumber
Tabel 3.1
Rekapitulasi Operasional Variabel
Uji Validitas adalah suatu uji statistik yang digunakan untuk mengetahui
dalam penelitian) yang digunakan layak atau tidak digunakan untuk pengambilan
suatu instrumen yang dibuat mengukur konsep tertentu yang ingin diukur
(Sekaran,2010)
(KMO) adalah analisa asumsi yang merupakan indeks perbandingan jarak antara
koefisien korelasi parsial di antara seluruh pasangan variabel bernilai kecil jika
nilai KMO mendekati 1, nilai KMO dianggap mencukupi jika lebih dari 0.5.
Alat Uji yang digunakan yaitu uji Barlett. Menurut (Snedecor dan
varians yang sama. Varians yang sama di seluruh sampel disebut homogenitas
varians sama di seluruh kelompok atau sampel. Uji barlett dapat digunakan untuk
2. Pengujian Reliabilitas
mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran lebih dari
satu kali terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama.Uji
sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran ulang
adalah dengan mengoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan Rtabel. Dari hasil
perhitungan pengolahan data, jika Rhitung lebih dari 0,2272 maka secara
merekomendasikan reliabilitas 0,70 lebih baik (tapi tidak lebih jauh dari 0,80),
untuk penelitian dasar antara 0,90 dan 0,95 dalam kasus dimana keputusan-
keputusan penting yang harus dibuat atas dasar nilai tes. Semakin dekat cronbach
variabel bebas, tetapi tidak menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya
Dimana:
(Arikunto,2002):
Dimana:
∑ fi = Total frekuensi ke i
W0 = Bobot
∑f = Total Frekuensi
sebagai berikut :
Setuju (S) 4
Ragu-Ragu (R) 3
gangguan-gangguan data yang ada dalam suatu model regresi yang ada, sehingga
nantinya dapat membiaskan hasil penelitian. Uji asumsi klasik terdiri dari uji
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2011) yang dimaksud dengan uji normalitas adalah uji
yang digunakan untuk melihat apakah dalam regresi, variabel pengganggu atau
56
apabila memiliki nilai asymp signifikan > alpha 0,05, namun jika nilai asymp
signifikan < alpha 0,05 dikatakan terdistribusi tidak normal. Jika signifikansi >
0,95, maka data adalah terdisribusi normal. Alat uji yang digunakan adalah uji
sesamanya, untuk itu harus dilihat hubungan dari masing-masing variabel dengan
multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor
(VIF). Nilai tolerance yang umum dipakai adalah >0,10 atau sama dengan nilai
digunakan sudah benar atau tidak. Dengan uji linearitas akan diperoleh informasi
apakah model empiris sebaiknya linear, kuadrat atau kubik (Ghozali, 2011). Untuk
signifikan dari Deviation from linearity, dengan tingkat signifikan yang digunakan
dimana apabila nilai signifikan lebih kecil dari tingkat signifikan, maka terjadi
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain, jika varians dari residual satu pengamatan
57
ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda
menggunakan uji Glejser. Dalam uji ini apabila signifikansi >α0,05 atau kesalahan
menolak data maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas, model yang baik
sebagai berikut :
Y = a + bZ + e
Dimana :
Y = Niat Berprilaku (Behavior Intentions)
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
Z = Kepuasan Pasien
e = Variabel Lain yang mempengaruhi
a = Konstanta
b1,2,3 = Koefisien Regresi
X1 = Prosedur Administrasi
X2 = Komunikasi
X3 = Kualitas pelayanan
Z = Kepuasan Pasien
e = Variabel Pengganggu
Pengaruh prosedur administrasi dan komunikasi terhadap kepuasan pasien
Dimana :
Z = Kepuasan Pasien
a = Konstanta
X1 = Prosedur administrasi
X2 = Komunikasi
X3 = Kualitas Pelayanan
Uji hipotesis terdiri dari regresi linear berganda, uji R2, uji F dan uji t.
1,2,3,4,...), yaitu pengaruh beban kerja dan efikasi diri terhadap kelelahan
emosional serta pengaruh beban kerja dan efikasi diri terhadap konflik kerja
keluarga.
kelelahan emosional. Nilai koefisien determinasi yaitu antara nol dan satu. Nilai
Untuk menguji hipotesis ini yaitu dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel
dengan ketentuan bila nilai F > 4 (dengan derajat kepercayaan 0,05) maka H0
variabel bebas signifikan berpengaruh terhadap variabel terikat, jika tidak ada pola
yang jelas serta titik-titik yang menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu
ketentuan apabila thitung> ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, apabila thitung< ttabel ,
prosedur yang dikembangkan oleh Sobel (1982) yang dikenal dengan Sobel Test.
Sobel test merupakan uji untuk mengetahui apakah pengaruh yang melalui sebuah
60
tersebut. Dalam hal ini variabel X1,X2 dan x3 terhadap Y dan M. Variabel M
(Hayes, A.F, 2013). Untuk menguji seberapa besar peran variabel M memediasi
pengaruh variabel tersebut digunakan uji Sobel test. Dimana Sobel test
Dimana :
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
yang dikembalikan sebanyak 250 kuesioner dan 115 kuesioner tidak dikembalikan
dan dikelola menggunakan spss. Rincian distribusi kuisioner dapat dilihat pada
tabel di bawah.
Tabel 4.1
Deskripsi Distribusi Kuisioner
Distribusi Kuisioner Jumlah %
Jumlah Kusioner di sebar 365 100
Jumlah Kusioner tidak Kembali 115 31,50
Jumlah Kusioner cacat 0 0
Jumlah Kusioner Bersih untuk di olah 250 68,50
Sumber: olah data primer 2017
dapat diketahui sejauh mana profil responden yang dimiliki pasien agar dapat
Tabel 4.2
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berjenis kelamin
perempuan adalah sebanyak 146 orang (58,40%), dan sisanya adalah laki-laki
sebanyak 104 orang (41,60%). Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya pasien
pada RSGM Baiturrahmah Padang adalah pasien perempuan. Data responden ini
63
orang (5,60%), SLTA sebanyak 120 orang (48%), D1, D2 dan D3 sebanyak 29
orang (0,40%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas tingkat pendidikan terakhir
tahun ada 1 0rang (0,40%), 15-24 tahun sebanyak 118 orang (47,20%), 25-34
tahun sebanyak 64 orang (25,60%), 35-44 tahun sebanyak 20 orang (8%), 45-54
orang sebanyak 14 orang (9,60%), 55-64 tahun sebanyak 17 orang (6,80%) dan
65-74 tahun sebanyak 6 orang (2,40%). Hal ini menunjukkan bahwa usia yang
data diatas diketahui bahwa umur responden paling banyak adalah 15-24 tahun
yaitu 47,20% responden, jenis kelamin paling banyak adalah perempuan yaitu
58,40%, pendidikan paling banyak SLTA yaitu 48% responden dan pekerjaan
yang digunakan dalam mengumpulkan informasi dan data yang dibutuhkan, yang
penelitian ini, uji validitas yang digunakan untuk mengukur tingkat interkorelasi
(KMO-MSA). Dengan alat uji KMO ini, dikatakan valid apabila nilainya > 0,50.
Dilihat dari tabel 4.3 diatas dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam
administrasi, komunikasi dan kualitas pelayanan adalah valid. Hal ini terbukti
dengan nilai KMO sebesar 0,751>0,50 pada variabel behavior intention, nilai
KMO sebesar 0,768>0,50 pada variabel kepuasan pasien, nilai KMO sebesar
pada variabel komunikasi, dan nilai KMO sebesar 0,897>0,50 pada variabel mutu
pelayanan.
Uji reliabilitas bertujuan untuk menilai sejauh mana jawaban dari pasien
dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda (konsisten) bila dilakukan
Instrument yang handal (reliable) apabila memiliki Cronbach’s Alpha lebih dari
Tabel 4.4
Hasil Uji Reabilitas
Cronbach’s Alpha, yang secara keseluruhan sudah reliable atau handal, dengan
nilai koefisien Cronbach’s Alpha besar dari 0.7. Oleh karena itu ke semua variabel
sebagai berikut:
dengan menggunakan 5 item pertanyaan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5
Hasil Skor Rata-Rata dan TCR Variabel Behavior Intention
frekuensi variabel behavior intention (Y) dilihat dari tingkat capaian pasien (TCR)
67
pada semua item pernyataan dengan kriteria baik. Hal ini berarti behavior
dengan menggunakan 4 item pertanyaan dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6
Hasil Skor Rata-Rata dan TCR Variabel Kepuasan Pasien
frekuensi variabel kepuasan pasien (Z) dilihat dari tingkat capaian pasien (TCR)
pada semua item pernyataan dengan kriteria baik kecuali pada item kedua dengan
kriteria cuku baik. Hal ini berarti kepuasan pasien pada kriteria baik.
dengan menggunakan 3 item pertanyaan dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7
Hasil Skor Rata-Rata dan TCR Variabel Prosedur Administrasi
68
frekuensi variabel prosedur administrasi (X1) dilihat dari tingkat capaian pasien
Tabel 4.8
Hasil Skor Rata-Rata dan TCR Variabel Komunikasi
Rata-rata TCR
No Variabel Komunikasi Kriteria
(mean) (%)
1 Item 1 3.76 75.28 Cukup Baik
2 Item 2 3.65 73.04 Cukup Baik
3 Item 3 3.90 77.92 Cukup Baik
4 Item 4 3.86 77.28 Cukup Baik
Rata-rata variabel 3.79 75.88 Cukup Baik
Sumber: olah data primer 2017
Berdasarkan hasil analisis deskriptif seperti terlihat pada tabel 4.8
frekuensi variabel komunikasi (X1) dilihat dari tingkat capaian pasien (TCR) pada
dengan menggunakan 17 item pertanyaan dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :
69
Tabel 4.9
Hasil Skor Rata-Rata dan TCR Variabel Kualitas Pelayanan
frekuensi variabel kualitas pelayanan (X3) dilihat dari tingkat capaian pasien
kesehatan, mereka menyatakan hal itu kepuasan dipengaruhi WOM. Penelitian ini
signifikan. Pada kepuasan pasien, sedangkan pada kasus reliabilitas dan empati
variabel komposit yang dihasilkan berkisar antara 3,05 sampai 4,00 dan standar
deviasi berkisar antara 0,84 sampai 1.323. Hasilnya juga menunjukkan bahwa
yang mencetak nilai tertinggi dan nilai rata-rata dan standar deviasi responden.
= 3,51), pembelian kembali (μ = 3,51) dan kata dari mulut ke mulut (μ = 3,51)
tidak tinggi tetapi di atas rata-rata Nilai 3. Dan juga, semua nilai rata-rata untuk
pernyataan yang berkaitan dengan dimensi kualitas layanan berada di atas nilai
dalam analisis regresi linear yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas,
kecondongan dan keruncingan data adalah simetris atau normal. Berikut uraian
Tabel 4.10
Hasil Uji Normality
Descriptive Statistics
N Skewness Kurtosis
sqrt(6/250) = -11,99. Atau nilai -1,96 < Z-Skewness = -11,99 < +1,96. Berarti
nilai -1,96 < Z-Kurtosis = -1,96 <38,72 . Berarti keruncingan data adalah
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi yang
kuat, maka dapat dikatakan telah terjadi masalah multikolinearitas dalam model
regresi. Ghozali (2002) menyatakan pedoman suatu model regresi yang bebas
kecil dari 10 serta mempunyai angka Tolerance mendekati 1. Dalam analisis ini
didapat nilai Variance Influence Faktor (VIF) dan angka tolerance untuk masing-
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk menentukan ada
72
inflation factor (VIF) dimana multikolonieritas terjadi apabila nilai VIF lebih
besar dari 10 atau jika nilai VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi
multikolinearitas.
Tabel 4.11
Hasil Uji Multikolinearitas
penelitian ini nilai VIF-nya di bawah 10 dan tolerance nya mendekati 1. Ini berarti
multikolinieritas.
berbentuk liner dapat dilihat dari nilai signifikan. Bila nilai signifikan lebih kecil
dari 0,05 berarti persamaan regresi yang digunakan berbentuk linear. (Gozhali,
2007). Uji linearitas ini dilakukan dengan menggunakan metode test of linearity
Tabel 4.12
Hasil Uji Linearitas
Berdasarkan hasil uji means diatas didapatkan nilai signifikan 0,000 >0,05
artinya hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya terjadi hubungan
yang linear.
Glejser dimana bila nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka berarti bebas gejala
Tabel 4.13
Hasil Uji Heteroskedastisitas
kualitas pelayanan dan kepuasan pasien memiliki nilai signifikan lebih besar dari
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi adalah baik atau tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Baiturrahmah Padang.
Tabel 4.14
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Pengaruh Prosedur Administrasi, Komunikasi dan Kualitas Pelayanan
Terhadap Behavior Intention
Konstanta dan Variabel Behavior Intention (Y) Keputusan
Bebas Koefisien Regresi Signifikan
Konstanta (a) 6.867 0.000 -
Prosedur Administrasi (X1) -.107 0.067 H1 ditolak
Komunikasi (X2) 0.116 0.076 H2 ditolak
Kualitas Pelayanan (X3) 0.188 0.000 H3 diterima
F hitung 37.259 0.000 Model layak
2
R 0,312 Kontribusi
31,2%
Sumber: olah data primer 2017
Berdasarkan hasil yang terdapat pada tabel 4.14 diatas, maka dapat
bahwa nilai konstanta sebesar 6.867 yang berarti bahwa tanpa adanya pengaruh
75
Hal ini berarti terdapat pengaruh negatif prosedur adminitrasi terhadap behaviour
behaviour intention akan menurun sebesar -0.107 dalam setiap satuannya dengan
asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan dan nilai signifikan
nlai komunikasi meningkat sebesar satu satuan maka behaviour intention akan
meningkat sebesar 0.116 dalam setiap satuannya dengan asumsi variabel lain tidak
ditolak dan H0 diterima dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
Baiturrahmah Padang.
intention, apabila nlai kualitas pelayanan meningkat sebesar satu satuan maka
behaviour intention akan meningkat sebesar 0.188 dalam setiap satuannya dengan
asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan dan nilai signifikan
76
Nilai F hitung sebesar 37,259 dengan signifikan 0,000 atau lebih kecil dari
Baiturrahmah Padang.
Tabel 4.15
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Pengaruh Prosedur Administrasi, Komunikasi dan Kualitas Pelayanan
Terhadap Kepuasan Pasien
Kepuasan Pasien (Z) Keputusan
77
bahwa nilai konstanta sebesar 4.368 yang berarti bahwa tanpa adanya pengaruh
Hal ini berarti terdapat pengaruh negatif prosedur adminitrasi terhadap kepuasan
pasien, apabila prosedur adminitrasi menurun sebesar satu satuan maka kepuasan
pasien akan menurun sebesar -0.037 dalam setiap satuannya dengan asumsi
variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan dan nilai signifikan
bahwa tidak terdapat pengaruh antara prosedur adminitrasi dengan kepuasan pada
nlai komunikasi menurun sebesar satu satuan maka kepuasan pasien akan
menurun sebesar -0.037 dalam setiap satuannya dengan asumsi variabel lain tidak
ditolak dan H0 diterima dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
Baiturrahmah Padang.
ini berarti terdapat pengaruh positif kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien,
apabila nlai kualitas pelayanan meningkat sebesar satu satuan maka kepuasan
pasien akan meningkat sebesar 0.179 dalam setiap satuannya dengan asumsi
variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan dan nilai signifikan
bahwa terdapat pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan pada pasien
Nilai F hitung sebesar 45.907 dengan signifikan 0,000 atau lebih kecil dari
Tabel 4.16
Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana
Pengaruh Kepuasan Terhadpa Behavior intention
Y= 11.969 + 0.530Z + e
bahwa nilai konstanta sebesar 11.969 yang berarti bahwa tanpa adanya pengaruh
Koefisien regresi variabel kepuasan (Z) adalah sebesar 0.530, artinya jika
kepuasan pasien meningkat satu satuan maka behaviour intention akan meningkat
sebesar 0.530 dengan signifikan 0,000 atau lebih kecil dari 0,05. Dengan
hubungan tersebut. Dalam hal ini variabel prosedur administasi, komunikasi dan
kepuasan memediasi pengaruh variabel tersebut digunakan uji Sobel test. (Hayes,
A.F, 2013).
Tabel 4.17
Sobel test
DIRECT And TOTAL EFFECTS
Coeff s.e. t Sig(two)
b(YX) ,3652 ,0549 6,6457 ,0000
b(MX) ,2673 ,0553 4,8304 ,0000
b(YM.X) ,4109 ,0575 7,1437 ,0000
b(YX.M) ,2553 ,0524 4,8701 ,0000
Jalur 1
koefisien regresi adalah 0,3652 dengan sig 0.000 (signifikan), artinya niat perilaku
regresi adalah 0.2673 dengan sig 0.000 (signifikan), artinya niat perilaku
koefisien regresi adalah ,4109 dengan sig 0.000 (signifikan), artinya prosedur
Kepuasan Pasien
(M)
82
a=-0,046 a=-0,529
SEa=0,062 SEa=0,075
Model di atas merupakan model yang terbentuk dari hasil regresi pertama
dan kedua sehingga membentuk model analisis jalur (path analysis) dengan
variabel kepuasan sebagai mediatornya. Nilai z dari Sobel test tidak dapat
dihasilkan langsung dari hasil regresi tetapi dengan perhitungan secara manual
dengan rumus sobel tes. Hasil perhitungan nilai z dari sobel test adalah :
Dari hasil perhitungan sobel test di atas mendapatkan nilai z sebesar -0,8,
karena nilai z yang diperoleh sebesar -0,8 < 0,19 dengan tingkat signifikansi 5%
sebagai mediasi
Kepuasan Pasien
(M)
83
a=-0,251 a=-0,445
SEa=0,061 SEa=0,075
Model di atas merupakan model yang terbentuk dari hasil regresi pertama
dan kedua sehingga membentuk model analisis jalur (path analysis) dengan
variabel kepuasan sebagai mediatornya. Nilai z dari Sobel test tidak dapat
dihasilkan langsung dari hasil regresi tetapi dengan perhitungan secara manual
dengan rumus sobel tes. Hasil perhitungan nilai z dari sobel test adalah :
Dari hasil perhitungan sobel test di atas mendapatkan nilai z sebesar 4,71,
Kepuasan Pasien
(M)
84
a=-0,177 a=-0,169
SEa=0,025 SEa=0,085
Model di atas merupakan model yang terbentuk dari hasil regresi pertama
dan kedua sehingga membentuk model analisis jalur (path analysis) dengan
variabel kepuasan sebagai mediatornya. Nilai z dari Sobel test tidak dapat
dihasilkan langsung dari hasil regresi tetapi dengan perhitungan secara manual
dengan rumus sobel tes. Hasil perhitungan nilai z dari sobel test adalah :
Dari hasil perhitungan sobel test di atas mendapatkan nilai z sebesar 2,07,
4.2 Pembahasan
adminitrasi sebesar 0.-107. Hal ini berarti terdapat pengaruh negatif prosedur
sebesar satu satuan maka behaviour intention akan menurun sebesar -0.107 dalam
setiap satuannya dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau
konstan dan nilai signifikan 0,067>0,05, berarti Ha ditolak dan H0 diterima dengan
Padang.
oleh sekelompok orang yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang telah
yaitu Rumah Sakit, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Selain
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamim
terhadap niat perilaku, hal ini bisa disebabkan oleh proses administrasi registrasi
RSGM Unbrah Padang yang sulit, kurang terjadinya informasi yang lengkap
dari pendaftaran sampai keruangan yang cukup lama, sehingga pasien bosan untuk
menunggu tanpa ada kepastian dari petugas kesehatan kapan mereka akan
sebesar 0.116. Hal ini berarti terdapat pengaruh positif komunikasi terhadap
behaviour intention, apabila nilai komunikasi meningkat sebesar satu satuan maka
behaviour intention akan meningkat sebesar 0.116 dalam setiap satuannya dengan
asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan dan nilai signifikan
Salah satu kecakapan utama yang dibutuhkan bagi seorang manajer adalah
artinya gagasan dan informasi tidak hanya dapat dihantarkan dan ditanamkan
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamim
positif antara komunikasi terhadap behaviour intention, akan tetapi tidak terdapat
menjelaskan aturan minum obat, sebelum memberikan resep obat, staf Farmasi
pasien apa efek samping obat, para dokter, perawat atau anggota lain dari staf
dilakukan pasca perawatan dan staf RSGM Unbrah Padang sangat jarang
88
pasca perawatan, untuk itu keinginan pasien untuk berkunjung kembali bisa
menjadi berkurang.
sebesar 0.188. Hal ini berarti terdapat pengaruh positif kualitas pelayanan
satu satuan maka behaviour intention akan meningkat sebesar 0.188 dalam setiap
satuannya dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan
Zeithaml, & Berry, 1988). Layanan kualitas adalah jantung dan jiwa dari setiap
organisasi jasa. Ini adalah faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan dan
kelangsungan hidup perusahaan (McCain, Jang, & Hu, 2005). Dalam industri
kesehatan, menerima baik perawatan berkualitas adalah hak semua pasien dan
semua penyedia layanan kesehatan (Zineldin, 2006). Hal ini paling penting bagi
kepuasan dan behavior intention pada pasien rawat inap di Rumah Sakit
Salah satu faktor penting yang dapat membuat pelanggan puas adalah
kualitas pelayanan (Shellyana dan Basu, 2002). Penelitian yaang dilakukan oleh
Seffy, dkk (2010) yang melakukan penelitian tentang analisa pengaruh kualitas
kepuasan pelanggan.
positif dan signifikan antara kualitas layanan terhadap behaviour intention pada
pasien di RSGM Baiturrahmah, hal ini terlihat dari respon dari responden bahwa
kondisi fisik rumah sakit yang nyaman, adanya perhatian sangat cepat oleh dokter
dan staf medis dalam merespon pasien, adanya kehandalan dari para Dokter dan
staf dalam menggunakan peralatan dan memberikan pelayanan yang akurat, daya
tanggap dari Dokter dan staf medis RSGM yang cepat seperti terampil dalam
menjawab pertanyaan pasien dan perilaku Dokter dan staf medis menanamkan
keeprcayaan pada pasien serta jaminan dari rumah sakit yang baik seperti adanya
ketepatan waktu atau jadwal rumah sakit dalam memberikan pelayanan serta
adminitrasi sebesar -0.037. Hal ini berarti terdapat pengaruh negatif prosedur
sebesar satu satuan maka kepuasan pasien akan menurun sebesar -0.037 dalam
setiap satuannya dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau
konstan dan nilai signifikan 0,388>0,05, berarti Ha ditolak dan H0 diterima dengan
Menurut Hall dan Dornan (1988, cit Pohan, 2007) mengatakan bahwa
kepuasan pasien adalah keluaran dari layanan kesehatan dan suatu perubahan dari
sistem layanan kesehatan yang ingin dilakukan tidak mungkin tepat sasaran dan
Berbeda dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Hamim Asrori (2009)
kepuasan responden.
puas terhadap prosedur administrasi yang diterapkan oleh pihak rumah sakit,
91
prosedur dirasakan sulit dan butuh waktu yang cukup lama, sehingga pasien harus
dengan petugas lainnya dalam hal menentukan ruangan serta penangangan yang
akan dilakukan, sehingga pasien memang harus menunggu untuk hal tersebut.
sebesar -0.037. Hal ini berarti terdapat pengaruh negatif komunikasi terhadap
kepuasan pasien, apabila nlai komunikasi menurun sebesar satu satuan maka
kepuasan pasien akan menurun sebesar -0.037 dalam setiap satuannya dengan
asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan dan nilai signifikan
bahwa tidak terdapat pengaruh antara komunikasi terhadap kepuasan pada pasien
informasi yang di berikan oleh pemberi informasi, berarti tidak terjadi komunikasi
secara efektif yang pada akhirnya dapat menimbulkan konflik. Komunikasi sangat
penting dalam suatu organisasi terdiri dari sejumlah orang yang bekerja sama atau
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Interaksi yang
harmonis diantara para anggota organisasi, baik dalam hubungan timbal balik
92
secara vertikal maupun dalam hubungan timbal balik secara horizontal adalah
dkarenakan komunikasi.
pasien di IRNA Dewasa Kelas 3 RS. Baptis Kediri. Hasil dari penelitian
yang kuat antara komunikasi verbal dan non verbal dengan kepuasan pasien.
berpengaruh negatif terhadap kepuasan pasien, komunikasi yang tidak baik seperti
pelayanan sebesar 0.179. Hal ini berarti terdapat pengaruh positif kualitas
sebesar satu satuan maka kepuasan pasien akan meningkat sebesar 0.179 dalam
93
setiap satuannya dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau
konstan dan nilai signifikan 0,000<0,05, berarti Ha ditolak dan H0 diterima dengan
hubungan antar manusia. Kualitas erat hubungannya dengan sikap dan perilaku
ciri serta sifat sebuah produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuan
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan yang dinyatakan atau yang tersirat
terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit St.Elisabeth
AJB Bumiputera 1912 (Studi Kasus di Jawa Tengah)”, yang membuktikan bahwa
rumah sakit memiliki pengaruh terhadap kepuasan pasien, hal ini dapat
baik, hal tersebut terlihat dari tingkat capaian responden pada umumnya
menyatakan bahwa kualitas layanna dari segala dimensi sudah baik, hanya
beberapa dimensi pada kategori cukup baik, sehingga hal ini memberikan
(Z) adalah sebesar 0.530, artinya jika kepuasan pasien meningkat satu satuan
maka behaviour intention akan meningkat sebesar 0.530 dengan signifikan 0,000
atau lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepuasan
tujuan, dan preferensi dipenuhi oleh penyedia perawatan kesehatan dan atau jasa
(Debono & Travaglia, 2009). Menurut Kirsner dan Federman (1997), kepuasan
kepuasan pasien adalah penting untuk layanan kesehatan penyedia dalam tiga
bidang berikut: (1) mempertahankan hubungan mereka dengan pasien yang pasien
95
pasien adalah indikator kunci sukses lain untuk penyedia layanan kesehatan
intentions yang dimaksud pada penelitian ini adalah keinginan pasien dan
masih berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap behavior intention (Y)
bahwa kepuasan (Z) tidak berperan sebagai partial intervening antara prosedur
administrasi (X1) dan behavior intention (Y), sehingga hipotesis H8 tidak dapat
nilai pengaruh tidak langsung lebih kecil dibandingkan dengan pengaruh langsung
kinerja yang telah dipersepsikan produk (atau hasil) terhadap ekspektasi mereka.
Jika kinerja gagal memenuhi ekspektasi, pelanggan akan tidak puas. Jika kinerja
sesuai dengan ekspektasi, pelanggan akan puas. Jika kinerja melebihi ekspektasi,
pelanggan akan sangat puas atau senang. Menurut Mirnawati (2014) menjelaskan
oleh karena terpenuhinya secara relatif semua kebutuhan secara memadai meliputi
sosial yang baik, adanya penghargaan, adanya perasaan diri diakui dan bermanfaat
Penelitian lain yang dilakukan oleh Indra Kesuma Ramlan (2012), dalam
keinginan pasien sehingga hal tersebut mampu membuat pasien ingin melakukan
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap behavior intention (Y) karena
nilai signifikan sebesar 0,067> 0,05. Dengan demikian dapat diartikan bahwa
kepuasan (Z) tidak berperan sebagai partial intervening antara komunikasi (X2)
intention melalui kepuasan pasien, yang dibuktikan dari nilai pengaruh tidak
intention.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
harapan pelanggan antara lain adalah pengalaman pribadi masa lalu ketika
pelanggan, namun sikap ramah dan sopan senantiasa akan memberikan kesan
98
pikiran bahwa jika mereka memerlukan perawatan diri maka RSGM baiturrahmah
Kota Padang adalah tempat yang nyaman dan puas untuk dikunjungi kembali.
berpengaruh positif dan signifikan terhadap behavior intention (Y) karena nilai
signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat diartikan bahwa
kepuasan (Z) berperan sebagai partial intervening antara kualitas pelayanan (X3)
dan behavior intention (Y), sehingga hipotesis H10 dapat diterima. Hasil analisi
intention melalui kepuasan pasien, yang dibuktikan dari nilai pengaruh tidak
intention.
secara relatif semua kebutuhan secara memadai meliputi terciptanya rasa aman,
99
lingkungan.
RSUD H. Hanafie.
Kesimpulan peneliti terhadap hasil penelitian bahwa kepuasan mampu
tersebut terjadi karena responden merasakan bahwa kualitas pelayanan dari semua
sektor sudah memberikan rasa puas, sehingga semakin puas seseorang maka akan
tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
behavior intention.
behavior intention.
Kepuasan Pasien.
Kepuasan Pasien.
intention.
partial intervening.
intervening.
101
1. Bagi Keilmuan
2. Bagi Praktisi
b. Bagi RSGM
5.4 Saran
sektor.
administrasi.
103
cek kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Fishbein, M., & Ajzen, I (1975). Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An
Introduction to Theory and Research. Reading, MA: Addison-Wesley.
Gremler, D.D. and Brown, S.W. (1996), “Service loyalty: its nature, importance,
and implications”, in Edvardsson, B., Brown, S.W. and Johnston, R. (Eds),
Advancing Service Quality: A Global Perspective, International Service
Quality Association, Jamaica, NY, pp. 171-80.