Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH IKM

TENTANG
PELAYANAN OBSTETRIN NEONATUS ESSENSIAL / PONED

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6

VINI YULIANI 14211636


RIRI YULISYAH FITRI 14211641
MELA OKTARIZA 14211650
PUJA AKSARA 14211640
SISKA MARJU ANDILA 14211665
LISA NOVITA SARI 14211634
APRILIA 13211455

Dosen Pembimbing :
Yani Maidelwita, SKM. M.Biomed

PRODI D III.KEBIDANAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

TA.2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
psikologi ini dengan judul “Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar / PONED ”
Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah ikm Program
Studi DIII Kebidanan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta bimbingan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dosen mata kuliah ikm
2. Segala pihak yang telah membantu penyusun dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
sempurnanya makalah ini.
Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun
khsusunya dan bagi pembaca umumnya.

Padang, 12 Maret 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI . ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 2
1.3 Tujuan................................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pengertian Poned................................................................................................ 3


2.2. Tujuan Poned..................................................................................................... 4
2.3. Penanggungjawab.............................................................................................. 4
2.4. Kriteria Poned.................................................................................................... 4
2.5. Kebijaksanaan Poned.......................................................................................... 5
2.6. Batasan Dalam Poned......................................................................................... 5
2.7. Dukungan Pihak Terkait..................................................................................... 5
2.8. Distribusi Poned................................................................................................. 6
2.9. Indikator Kelangsungan Dari Puskesmas Poned................................................ 6
2.10. Tugas Puskesmas Poned..................................................................................... 6

2.11 Syarat Puskesmas Poned.................................................................................... 7

2.12 Petugas Pelaksana Poned................................................................................... 7

2.13 Pelayanan Yang Dilaksanakan Pelayanan Poned.............................................. 7

2.14 Faktor Pendukung Keberhasilan Poned............................................................. 8


2.15 PelaksanaanPoned.............................................................................................. 8
2.16 Pencatatan Poned................................................................................................ 9
2.17 Pelaporan Poned.................................................................................................. 10
2.18 Pemantauan Poned............................................................................................... 11
2.19 Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Poned............................................................... 11
2.20 Rujukan Dan Transportasi..................................................................................... 12
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan............................................................................................................. 15
3.2. Saran....................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, merupakan suatu masalah
yang sejak tahun 1990-an mendapat perhatian besar dari berbagai pihak. AKI di Indonesia
tahun 2003 adalah 307/100.000 kelahiran hidup dan penurunan AKI pada tahun tersebut
mencapai 32% dari kondisi tahun 1990. Keadaan ini masih jauh dari target harapan yaitu
75% atau 125/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 35/1000
kelahiran hidup pada tahun 2010 (Dinas kesehatan Provinsi Lampung, 2006 : 1).
Penyebab kematian ibu adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas yang
tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu. Menurut data Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2001 sebab kematian ibu karena perdarahan 28%, eklamsi 24%,
infeksi 11%, komplikasi puerperium 8%, emboli Obstetri 3% dan lain-lain 11%. Sedangkan
penyebab kematian neonatal karena BBLR 29%, asfiksia 27%, masalah pemberian minum
10%, tetanus 10%, gangguan hematologi 6%, infeksi 5% dan lain-lain 13% (Rachmawaty,
2006 : 1).
Upaya menurunkan AKI dan AKB beberapa upaya telah dilakukan. Upaya tersebut
diantaranya adalah mulai tahun 1987 telah dimulai program safe motherhood dan mulai tahun
2001 telah dilancarkan Rencana Strategi Nasional making pregnancy safer (MPS). Adapun
pesan kunci MPS adalah :
a. Setiap persalinan, ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
b. Setiap komplikasi Obstetri dan neonatal mendapatkan pelayanan yang adekuat
c. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Realisasi dari MPS tersebut di tingkat Puskesmas yang mempunyai dokter umum dan
bidan, khususnya puskesmas dengan rawat inap dikembangkan menjadi Puskesmas mampu
memberikan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) (Koesno, 2004 :
3).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut diatas, maka dapat di asumsikan
permasalahan AKI dan AKB, sehingga bagaimana hubungan AKI dan AKB dengan
PONED?
1.3 Tujuan
Agar dapat mengetahui garis besar poned di puskesmas, bagaimana kinerja poned di
puskesmas, dan peran serta bidan dalam pelaksanaan poned.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Poned

PONED merupakan kepanjangan dari Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar.


PONED dilakukan di Puskesmas induk dengan pengawasan dokter. Petugas kesehatan yang
boleh memberikan PONED yaitu dokter, bidan, perawat dan tim PONED Puskesmas beserta
penanggung jawab terlatih.
Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar dapat dilayani oleh puskesmas yang
mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penangan kegawatdaruratan obstetri dan
neonatal dasar. Puskesmas PONED merupakan puskesmas yang siap 24 jam, sebagai rujukan
antara kasus-kasus rujukan dari polindes dan puskesmas. Polindes dan puskesmas non
perawatan disipakan untuk mealkukuan pertolongan pertama gawat darurat obstetri dan
neonatal (PPGDON) dan tidak disiapkan untuk melakukan PONED.
PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) merupakan pelayanan untuk
menggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetric neonatal yang meliputi segi :
a. Pelayanan obstetric : pemberian oksitosin parenteral, antibiotika perenteral dan sedative
perenteral, pengeluaran plasenta manual/kuret serta pertolongan persalinan menggunakan
vakum ekstraksi/forcep ekstraksi.
b. Pelayanan neonatal : resusitasi untuk bayi asfiksia, pemberian antibiotika parenteral,
pemberian antikonvulsan parenteral, pemberian bic-nat intraumbilical/Phenobarbital
untuk mengatasi ikterus, pelaksanaan thermal control untuk mencegah hipotermia dan
penganggulangan gangguan pemberian nutrisi

2.2 Tujuan Poned


PONED diadakan bertujuan untuk menghindari rujukan yang lebih dari 2 jam dan
untuk memutuskan mata rantai rujukan itu sendiri.

2.3 Penanggungjawab
Penanggung jawab puskesmas mampu PONED adalah dokter.

2.4 Kriteria Poned


Puskesmas mampu PONED yang merupakan bagian dari jaringan pelayanan obstetric
dan neonatal di Kabupaten/ Kota sangat spesifik daerah, namun untuk menjamin kualitas,
perlu ditetapkan beberapa criteria pengembangan :
 Puskesmas dengan sarana pertolongan persalinan. Diutamakan puskesmas dengan
tempat perawatan/ puskesmas dengan ruang rawat inap.
 Puskesmas sudah berfungsi/ menolong persalinan.
 Mempunyai fungsi sebagai sub senter rujukan
 Melayani sekitar 50.000 – 100.000 penduduk yang tercakup oleh puskesmas
(termasuk penduduk di luar wilayah puskesmas PONED).
 Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan puskesmas biasa
ke puskesmas mampu PONED paling lama 1 jam dengan transportasi umum
setempat, mengingat waktu pertolongan hanya 2 jam untuk kasus perdarahan.
 Jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang perlu tersedia, sekurang-kurangnya seorang
dokter dan seorang bidan terlatih GDON dan seorang perawat terlatih PPGDON.
Tenaga tersebut bertempat tinggal di sekitar lokasi puskesmas mampu PONED.
 Jumlah dan jenis sarana kesehatan yang perlu tersedia sekurang-kurangnya :
a. Alat dan obat
b. Ruangan tempat menolong persalinan

Ruangan ini dapat memanfaatkan ruangan yang sehari-hari digunakan oleh pengelola
program KIA.
a) Luas minimal 3 x 3 m
b) Ventilasi dan penerangan memenuhi syarat
c) Suasana aseptik bisa dilaksanakan
d) Tempat tidur minimal dua buah dan dapat dipergunakan untuk melaksanakan
tindakan.
e) Air bersih tersedia
f) Kamar mandi/ WC tersedia
 Jenis pelayanan yang diberikan dikaitkan dengan sebab kematian ibu yang
utama yaitu : perdarahan, eklampsi, infeksi, partus lama, abortus, dan sebab kematian
neonatal yang utama yaitu : asfiksia, tetanus neonatorum dan hipotermia.

2.5 Kebijaksanaan Poned


Ketersediaan pelayanan kegawatdaruratan untuk ibu hamil beserta janinnya sangat
menentukan kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir. Misalnya, perdarahan sebagai sebab
kematian langsung terbesar dari ibu bersalin perlu mendapat tindakan dalam waktu kurang
dari 2 jam, dengan demikian keberadaan puskesmas mampu PONED menjadi sangat strategis

2.6 Batasan Dalam Poned


Dalam PONED bidan boleh memberikan:
a. Injeksi antibiotika
b. Injeksi uterotonika
c. Injeksi sedative
d. Plasenta manual
e. Ekstraksi vacuum
f. Tranfusi darah
g. Operasi SC

2.7 Dukungan Pihak Terkait


Dalam pengembangan PONED harus melibatkan secara aktif pihak-pihak terkait,
seperti :
 Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
 Rumah Sakit Kabupaten/ Kota
 Organisasi Profesi : IBI. IDAI, POGI, IDI
 Lembaga swadaya masyarakat (LSM)

2.8 Distribusi Poned


Untuk satu wilayah kabupaten/ kota minimal ada 4 puskesmas mampu PONED,
dengan sebaran yang merata. Jangkauan pelayanan kesehatan diutamakan gawat darurat
obstetric neonatal (GDON) di seluruh kabupaten/ kota.

2.9 Indikator Kelangsungan Dari Puskesmas Poned


a. Kebijakan tingkat PUSKESMAS
b. SOP (Sarana Obat Peralatan)
c. Kerjasama RS PONED
d. Dukungan Diskes
e. Kerjasama SpOG
f. Kerjasama bidan desa
g. Kerjasama Puskesmas Non PONED
h. Pembinaan AMP
i. Jarak Puskesmas PONED dengan RS
2.10 Tugas Puskesmas Poned
a) Menerima rujukan dari fasilitas rujukan dibawahnya, Puskesmas pembantu dan
Pondok bersalin Desa
b) Melakukan pelayanan kegawatdaruratan obstetrik neonatal sebatas wewenang
c) Melakukan rujukan kasus secara aman ke rumah sakit dengan penanganan pra
hospital.

2.11 Syarat Puskesmas Poned


a. Pelayanan buka 24 jam
b. Mempunyai Dokter, bidan, perawat terlatih PONED dan siap melayani 24 jam
c. Tersedia alat transportasi siap 24 jam
d. Mempunyai hubungan kerjasama dengan Rumah Sakit terdekat dan Dokter Spesialis
Obgyn dan spesialis anak

2.12 Petugas Pelaksana Poned


a. Dokter umum 2 orang
b. Bidan 8 orang
c. Perawat
d. Petugas yang telah mendapat pelatihan PONED

2.13 Pelayanan Yang Dilaksanakan Pelayanan Poned


1) Pelayanan KIA/KB
2) Pelayanan ANC & PNC
3) Pertolongan Persalinan normal
4) Pendeteksian Resiko tinggi Bumil
5) Penatalaksanaan Bumil Resti
6) Perawatan Bumil sakit
7) Persalinan Sungsang
8) Partus Lama
9) KPD
10) Gemeli
11) Pre Eklamsia
12) Perdarahan Post Partum
13) Ab. Incomplitus
14) Distosia Bahu
15) Asfiksia
16) BBLR
17) Hypotermia
18) Komponen pelayanan maternal
 Pre eklamsia/eklamsia
 Tindakan obstetri pada pertolongan persalinan
 Perdarahan postpartum
 Infeksi nifas
19 Komponen pelayanan neonatal
 Bayi berat lahir rendah
 Hipotermi
 Hipoglikemi
 Ikterus/hiperbilirubinemia
 Masalah pemberian nutrisi
 Asfiksia pada bayi
 Gangguan nafas
 Kejang pada bayi baru lahir
 Infeksi neonatal
 Rujukan dan transportasi bayi baru lahir
2.14 Faktor Pendukung Keberhasilan Poned
Faktor pendukung keberhasilan PONED Puskesmas antara lain
a) Adanya Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JKRS, Jamkesmas)
b) Sistem rujukan yang mantap dan berhasil
c) Peran serta aktif bidan desa
d) Tersedianya sarana/prasarana, obat dan bahan habis pakai
e) Peran serta masyarakat, LSM, lintas sektoral dan Stage Holder yang harmonis.
f) Peningkatan mutu pelayanan perlu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi serta kebutuhan masyarakat dan sesuai dengan
standart pelayanan minimal.
2.15 PelaksanaanPoned
Pelaksanaan PONED yaitu :
1. Persiapan pelaksanaan
Dalam tahap ini ditentukan :
 Biaya operasional PONED
2. Lokasi pelayanan emergensi di puskesmas
Pengaturan petugas dalam memberikan pelayanan gawat darurat obstetric neonatal.
3. Format-format
 Rujukan
 Pencatatan dan pelaporan (Kartu Ibu, Partograf, dll)
4. Sosialisasi
Dalam pemasaran social ini yang perlu diketahui oleh masyarakat antara lain adalah
jenis pelayanan yang diberikan dan tariff pelayanan. Pemasaran social dapat
dlaksanakan antara lain oleh petugas kesehatan dan sector terkait, dari tingkat
kecamatan sampai ke desa, a.l dukun/ kader dan satgas GSI melalui berbagai forum
yang ada seperti rapat koordinasi tingkat kecamatan/ desa, lokakarya mini dan
kelompok pengajian dan lain-lainnya.
5. Alur pelayanan di puskesmas mampu PONED
Setiap kasus emergensi yang datang ke puskesmas mampu PONED harus langsung
ditangani, setelah itu baru pengurusan administrasi (pendaftaran, pembayaran → alur
pasien.
Pelayanan gawat darurat obstetric dan neonatal yang diberikan harus mengikuti
prosedur tetap (protap).

2.16 Pencatatan Poned


Dalam pelaksanaan PONED ini, diperlukan pencatatan yang akurat baik ditingkat
Kabupaten/ Kota (RS PONED) maupun di tingkat puskesmas.
Format-format yang digunakan adalah yang sudah baku seperti :
a) Pencatatan System Informasi manajemen Puskesmas (SP2PT)
b) KMS ibu hamil/ buku KIA
c) Register Kohort Ibu dan Bayi
d) Partograf
e) Format-format AMP

1. Tingkat Puskesmas
 Formulir Rujukan maternal dan Neonatal (Form R)
Formulir ini dipakai oleh puskesmas, bidan di desa maupun bidan swasta, untuk
merujuk kasus ibu maupun neonatus.
 Formulir Otopsi Verbal Maternal dan Neonatal (Form OM dan OP).
Form OM digunakan untuk otopsi verbal ibu hamil/ bersalin/nifas yang meninggal.
Sedangkan Form OP digunakan untuk otopsi verbal bayi baru lahir yang meninggal.
Untuk mengisi formulir tersebut dilakukan wawancara terhadap keluarga yang
meninggal oleh petugas puskesmas.
2. Tingkat Rumah Sakit
 Formulir Maternal dan Neonatal (Form MP)
Formulir ini mencatat data dasar semua ibu bersalin/ nifas dan bayi baru lahir yang
masuk ke RS. Pengisiannya dapat dilakukan oleh bidan atau perawat.
 Formulir Medical Audit (Form MA)
Form ini dipakai untuk menulis hasil/ kesimpulan data dari audit maternal dan audit
neonatal. Yang mengisi formulir ini adalah dokter yang bertugas di bagian kebidanan
dan kandungan (untuk kasus ibu) atau bagian anak (untuk kasus anak neonatal).

2.17 Pelaporan Poned


Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang dengan menggunakan format
yang terdapat pada buku pedoman AMP, yaitu :
a) Laporan dari RS Kabupaten/ Kota ke Dinkes Kabupaten/ kota (Form RS)
 Laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian (serta
sebab kematian) ibu dan bayi baru lahir.
 Laporan dari puskesmas ke Dinkes Kabupaten/ Kota (Form Puskesmas).
 Laporan bulanan ini berisi informasi yang sama seperti diatas dan jumlah kasus
yang dirujuk ke RS Kabupaten/ Kota.

b) Laporan dari Dinkes kabupaten/ Kota ke tingkat propinsi/ Dinkes Propinsi.


Laporan triwulan ini berisi informasi mengenai kasus ibu dan neonatal yang
ditangani oleh RS kabupaten/ Kota dan puskesmas, serta tingkat kematian dari tiap jenis
komplikasi/ gangguan.

2.18 Pemantauan Poned


Pemantauan dilakukan oleh institusi yang berada secara fungsional satu tingkat
diatasnya secara berjenjang dalam satu kesatuan system.
Hasil pemantauan harus dimanfaatkan oleh unit kesehatan masing-masing dan menjadi dasar
untuk melakukan perbaikan serta perencanaan ulang manajemen pelayanan melalui :
a. Pemanfaatan laporan
Laporan yang diterima bermanfaat untuk melakukan penilaian kinerja dan pembinaan
b. Umpan Balik
Hasil analisa laporan dikirimkan sebagai umpan balik dalam jangka waktu 3 (tiga)
bulan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota ke RS PONEK dan Puskesmas PONED
atau disampaikan melalui pertemuan Review Program Kesehatan Ibu dan Anak secara
berkala di Kabupaten/ Kota dengan melibatkan ketiga unsur pelayanan kesehatan
tersebut diatas. Umpan balik dikirimkan kembali dengan tujuan untuk melakukan
tindak lanjut terhadap berbagai masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan PONED/
PONEK.

2.19 Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Poned


dilakukan secara berjenjang dan dilaksanakan pada setiap semester dalam bentuk
evaluasi tengah tahun dan akhir tahun. Kegiatan evaluasi dilakuan melalui pertemuan
evaluasi Kesehatan Ibu dan Anak.Hasil evaluasi disampaikan melalui Pertemuan Pemantapan
Sistem Rujukan kepada pihak yang terkait baik lintas program maupun lintas sektoral dalam
untuk dapat dilakukan penyelesaian masalah dan rencana tindak lanjut.

Beberapa aspek yang dievaluasi antara lain :


 Masukan (input)
 Tenaga
 Dana
 Sarana
 Obat dan alat
 Format pencatatan dan pelaporan
 Prosedur Tetap PONED/ PONEK
 Jumlah dan kualitas pengelolaan yang telah dilakukan termasuk Case Fatality
Rate
 Keluaran (output)
 Kuantitas
 Jumlah dan jenis kasus PONED/ PONEK yang dilayani
 Proporsi kasus terdaftar dan rujukan baru kasus PONED/ PONEK di tingkat
RS Kabupaten/ Kota
 Kualitas
 Case Fatality Rate
 Proporsi jenis morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi
 Response time

2.20 Rujukan Dan Transportasi


Keadaan yang paling ideal untuk merujuk adalah rujukan antepartum. Apabila terjadi
kedaruratan pada ibu maupun janin dan kehamilan harus segera diterminasi serta memerlukan
rujukan ke fasilitas yang paling lengkap, maka akan timbul masalah baik ibu maupun bayi.
Sistem Rujukan dan Transportasi
 Perhatikan regionalisasi. Rujukan perinatal dalam menentukan tujuan rujukan,
sehingga dapat merujuk dengan cepat, aman dan benar.
 Puskesmas merupakan penyaring kasus yang perlu dirujuk sesuai dengan resiko,
jarak dan factor lainnya
 Memberi informasi kesehatan dan prognosis pasien dan melibatkan keluarga
dalam mengambil keputusan untuk merujuk.
 Melengkapi syarat rujukan (persetujuan tindakan, surat rujukan, catatan medis)
 Merujuk pasien dalam keadaan stabil, menjaga kehangatan ruangan dalam
kendaraan yang digunakan untuk merujuk, dan menjaga jalan nafas tetap bersih
dan terbuka selama transtortasi.
Data yang Harus Disediakan
Data yang harus diinformasikan :
 Identitas pasien
 TTV
 Tindakan / prosedur klinik dan terapi lain yang sudah diberikan
 Bila tersedia data pemeriksaan penunjang yang ada.
Syarat untuk Melakukan Transportasi
 Pasien dalam keadaan stabil
 Pasien harus dalam keadaan hangat
 Kendaraan pengangkut juga harus dalam keadaan hangat
 Didampingi oleh tenaga kesehatan yang terampil melakukan tindakan, minimal
ventilasi
 Tersedia peralatan dan obat yang dibutuhkan
Peralatan dan Obat yang Diperlukan
 Idealnya untuk bayi, dirujuk dengan menggunakan incubator transport
 Peralatan dan obat-obatan minimal yang harus tersedia :
a) Alat resusitasi lengkap
b) Obat-obatan emergensi
c) Selimut penghangat
d) Alat untuk melakukan pemasangan jalur intravena
e) Oksigen dalam tabung

Pemberian oksigen (Bayi)


1) Indicator pemberian oksigen :
 Bayi mengalami sianosis sentral (warna kebiruan disekitar bibir) dan akral (warna
kebiruan di kuku, tangan dan kaki)
2) Bayi mengalami membutuhkan pengawasan
 Pemberian oksigen membutuhkan pengawasan
 Jumlah oksigen yang diberikan :
- Melalui kateter nasal 2-3 L/menit (konsentrasi 21%)
- Melalui sungkup 4-5 L/menit (konsentrasi 40%)
- Melalui headbox 6-8 L/menit (konsentrasi >50%)
 Kecukupan kebutuhan oksigen terlihat dari hilangnya sianosis sentral.
Pengawasan Suhu
Pengawasan suhu dan menjaga kehangatan, terutama bayi selama transportasi menjadi
suatu keharusan. Suhu normal axilla 36.5-37.5 °C.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar dapat dilayani oleh puskesmas yang
mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penangan kegawatdaruratan obstetri dan
neonatal dasar. Puskesmas PONED merupakan puskesmas yang siap 24 jam, sebagai rujukan
antara kasus-kasus rujukan dari polindes dan puskesmas. Polindes dan puskesmas non
perawatan disipakan untuk mealkukuan pertolongan pertama gawat darurat obstetri dan
neonatal (PPGDON) dan tidak disiapkan untuk melakukan PONED.

3.2 Saran
a. Kepada mahasiswa agar dapat lebih memahami tentang program pelaksanaan PONED
dan PONEK itu sendiri itu sehingga dapat menyalurkan pengetahuannya tersebut
kepada keluarganya, lingkungan sekitarnya serta dapat menerapkan terhadap diri
sendiri.
b. Untuk pihak rumah sakit yang terkait agar lebih meningkatkan pelyanannya serta
melengkapi sarana dan prasarana di rumah sakit agar kesehatan reproduksi ibu yang
baik dan pencapaian tumbuh kembang anak yang optimal sesuai dengan potensi
genetiknya.
c. Untuk pihak puskesmas yang terkait agar lebih mengoptimalkan pelyanan kesehatan
terhadap ibu dan anak sta menyediakan sarana dan prasarana puskesmas yang
dibutuhkan untuk menghindari terjadinya rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2005. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta
Departemen Kesehatan RI 2005. Kebijakan Pelayanan Ibu dan Perinatal di Indonesia. Jakarta.
Syafrudin 2009 Kebidanan Komunitas Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai