Lapkas Umsu (Herpes Zoster)
Lapkas Umsu (Herpes Zoster)
Disusun Oleh :
Deby Maharani (1808320059)
Arif Azhari Nasution (1808320048)
Khalisa Tsamarah (1808320061)
Fandy Novrian (1808320089)
Dinda Atika Suri (1808320058)
Pembimbing :
dr. Imanda Jasmine Siregar, Sp.KK
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul HERPES ZOSTER. Kendala dalam
pembuatan paper dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan
dukungan banyak pihak.
Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis menyadari bahwa masih jauh
dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran, pendapat,
koreksi, dan tanggapan yang membangun guna perbaikan selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
2.2 Epidemiologi
Insidensi HZ 1,5-3 orang per 1000 penduduk pada semua usia dan 7-11
orang per 1000 penduduk per tahunnya pada usia lebih 1 60 tahun di Eropa dan
Amerika Utara. Terdapat lebih dari 1 juta kasus HZ di Amerika Serikat setiap
tahunnya, dengan rata-rata 3-4 kasus per 1000 penduduk. Beberapa penelitian
menyebutkan terjadinya peningkatan insidensi HZ. Pasien yang tidak mendapat
vaksin yang berusia sekitar 85 tahun memiliki risiko mengalami HZ sebanyak 50%,
dan kurang lebih 3% 2 pasien memerlukan perawatan di rumah sakit.4
Walaupun herpes zoster merupakan penyakit yang sering dijumpai pada
orang dewasa, namun herpes zoster dapat juga terjadi pada bayi yang baru lahir
apabila ibunya menderita herpes zoster pada masa kehamilan. Dari hasil penelitian,
ditemukan sekitar 3% herpes zoster pada anak, biasanya ditemukan pada anak -
anak yang imunokompromis dan menderita penyakit keganasan.3,6,7
2.3 Patogenesis Herpes Zoster
Pada herpes zoster, patogenesisnya belum seluruhnya diketahui. Selama
terjadinya varicella, VZV berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa
ke ujung syaraf sensoris dan ditransportasikan secara sentripetal melalui serabut
syaraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion tersebut terjadi infeksi laten
(dorman), dimana virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi
tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius apabila terjadi
reaktivasi virus. Reaktivasi virus tersebut dapat diakibatkan oleh keadaan yang
menurunkan imunitas seluler seperti pada penderita karsinoma, penderita yang
mendapat pengobatan immunosuppressive termasuk kortikosteroid dan pada orang
penerima organ transplantasi. Pada saat terjadi reaktivasi, virus akan kembali
bermultiplikasi sehingga terjadi reaksi radang dan merusak ganglion sensoris.
Kemudian virus akan menyebar ke sumsum tulang serta batang otak dan
melalui syaraf sensoris akan sampai kekulit dan kemudian akan timbul gejala
klinis.3,6,7,8
PHN adalah nyeri yang masih menetap di area yang terkena walaupun
kelainan kulitnya sudah mengalami resolusi. Insidennya meningkat dengan
bertambahnya umur dimana lebih kurang 50 % penderita PHN berusia lebih dari
60 tahun dan PHN biasanya jarang terjadi pada anak-anak.
5. Meningoencephalitis.
6. Motor paresis.
7. Terbentuk scar.3,6,7,9
Obat antivirus
- Dosis anti virus (oral) untuk pengobatan varicella dan herpes zoster :
10. Sugito T L. Infeksi Virus Varicella - Zoster pada bayi dan anak. Dalam :
Boediardja S A editor. Infeksi Kulit Pada Bayi & Anak, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2003 : 17 - 33.
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : M. Ilham
Umur : 16 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jl. HM Yamin Gang Keluarga
Tanggal masuk : 29 April 2019
2. STATUS DERMATOLOGI
Ruam : - Vesikel-vesikel berkelompok
- Eritema
Lokasi : Regio Thoracal Dextra, Mid Axillaris
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tidak Dilakukan Pemeriksaan
V. RESUME
Seorang anak laki-laki usia 11 tahun datang ke poli kulit dan kelamin
RSUD Deli Serdang dengan keluhan benjolan merah berisi air pada
bagian dada sebelah kanan dan ketiak. Hal ini sudah dialami pasien ±1
minggu ini. Gatal dan panas dirasakan pada daerah bintil, eritema (+)
disekitar daerah benjolan berisi air. RPK (-), RPO (-), RPT Cacar air.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan ruam vesikel-vesikel eritema
berkelompok.
VIII. PENATALAKSANAAN
Umum :
1. Lesi yang masih berbentuk vesikel diberikan bedak agar tidak mudah
pecah dan menyebar
2. Vesikel yang sudah pecah dan berbentuk krusta diberikan salep antibiotik
untuk mencegah infeksi sekunder
3. Kuku jari tangan harus dipotong untuk mencegah terjadinya infeksi akibat
garukan
Khusus :
Topikal :
1. Acid Salycid 2% 1x/hari
Sistemik :
2. Acyclovir 4x20 mg/kgBB/hari
3. Methyl Prednisolon 1x4 mg
X. PROGNOSA
Dubia ad Bonam