Anda di halaman 1dari 16

HERPES ZOSTER

Disusun Oleh :
Deby Maharani (1808320059)
Arif Azhari Nasution (1808320048)
Khalisa Tsamarah (1808320061)
Fandy Novrian (1808320089)
Dinda Atika Suri (1808320058)

Pembimbing :
dr. Imanda Jasmine Siregar, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UMSU
MEDAN
2019

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul HERPES ZOSTER. Kendala dalam
pembuatan paper dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan
dukungan banyak pihak.

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada dr. Imanda Jasmine,


Sp.KK selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin serta dalam penyelesaian tugas laporan kasus ini.

Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis menyadari bahwa masih jauh
dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran, pendapat,
koreksi, dan tanggapan yang membangun guna perbaikan selanjutnya.

Lubuk Pakam, 14 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3

2.1 Definisi Herpes Zoster ...................................................................................... 3

2.2 Epidemiologi Herpes Zoster ............................................................................. 3

2.3 Patogenesis Herpes Zoster ................................................................................ 4

2.4 Manifestasi Klinis Herpes Zoster ..................................................................... 4

2.5 Komplikasi Herpes Zoster................................................................................. 5

2.6 Diagnosis Herpes Zoster ................................................................................... 6

2.7 Diagnosis Banding Herpes Zoster ..................................................................... 7

2.8 Tatalaksana Herpes Zoster ................................................................................ 7

2.9 Pencegahan Herpes Zoster ................................................................................ 8

2.10 Prognosis Herpes Zoster ................................................................................. 8

BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 10


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Herpes Zoster atau Shingles adalah penyakit neurokutan dengan manifestasi
erupsi vesikular berkelompok dengan dasar eritematosa disertai nyeri radikular
unilateral yang umumnya terbatas di satu dermatom. Insidensi HZ 1,5-3 orang per
1000 penduduk pada semua usia dan 7-11 orang per 1000 penduduk per tahunnya
pada usia lebih 1 60 tahun di Eropa dan Amerika Utara. Terdapat lebih dari 1 juta
kasus HZ di Amerika Serikat setiap tahunnya, dengan rata-rata 3-4 kasus per 1000
penduduk.1
Sebelum timbul gejala kulit, diawali dengan gejala prodormal. Tanda awal
dari herpes zoster adalah nyeri dan parestesia. Biasanya gejala ini berlangsung
dalam beberapa hari, dan bervariasi dari gatal, kesemutan atau rasa terbakar, sampai
yang berat, nyeri yang sangat dalam. Lesi awal berupa makula dan papula yang
eritematous, kemudian dalam waktu 12 - 24 jam akan berkembang menjadi vesikel
dan akan berlanjut menjadi pustula pada hari ke 3 - 4 dan akhirnya pada hari ke 7 -
10 akan terbentuk krusta dan dapat sembuh tanpa parut, kecuali terjadi infeksi
sekunder bakterial.2
Komplikasi yang dapat dijumpai pada herpes zoster Posherpetic neuralgia
(PHN) Insidennya meningkat dengan bertambahnya umur dimana lebih kurang 50
% penderita PHN berusia lebih dari 60 tahun dan PHN biasanya jarang terjadi pada
anak-anak.3 Untuk menegakkan diagnosis secara pasti dapat dilakukan
pemeriksaan laboratorium polymerase chain reaction (PCR), membutuhkan
setidaknya satu hari untuk mendapatkan hasilnya.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Herpes Zoster atau Shingles adalah penyakit neurokutan dengan manifestasi
erupsi vesikular berkelompok dengan dasar eritematosa disertai nyeri radikular
unilateral yang umumnya terbatas di satu dermatom. Herpes zoster merupakan
manifestasi reaktivasi infeksi laten endogen virus varisela zoster di dalam neuron
ganglion sensoris radiks dorsalis, ganglion saraf kranialis atau ganglion saraf
autonomik yang menyebar ke jaringan saraf dan kulit dengan segmen yang sama.1
Pada tahun 1943, Garland mengetahui terjadinya herpes zoster akibat
reaktivasi virus yang laten. Pada tahun 1952, Weller dan Stoddard melakukan
penelitian secara invitro, mereka menemukan varicella dan herpes zoster
disebabkan oleh virus yang sama.5

2.2 Epidemiologi
Insidensi HZ 1,5-3 orang per 1000 penduduk pada semua usia dan 7-11
orang per 1000 penduduk per tahunnya pada usia lebih 1 60 tahun di Eropa dan
Amerika Utara. Terdapat lebih dari 1 juta kasus HZ di Amerika Serikat setiap
tahunnya, dengan rata-rata 3-4 kasus per 1000 penduduk. Beberapa penelitian
menyebutkan terjadinya peningkatan insidensi HZ. Pasien yang tidak mendapat
vaksin yang berusia sekitar 85 tahun memiliki risiko mengalami HZ sebanyak 50%,
dan kurang lebih 3% 2 pasien memerlukan perawatan di rumah sakit.4
Walaupun herpes zoster merupakan penyakit yang sering dijumpai pada
orang dewasa, namun herpes zoster dapat juga terjadi pada bayi yang baru lahir
apabila ibunya menderita herpes zoster pada masa kehamilan. Dari hasil penelitian,
ditemukan sekitar 3% herpes zoster pada anak, biasanya ditemukan pada anak -
anak yang imunokompromis dan menderita penyakit keganasan.3,6,7
2.3 Patogenesis Herpes Zoster
Pada herpes zoster, patogenesisnya belum seluruhnya diketahui. Selama
terjadinya varicella, VZV berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa
ke ujung syaraf sensoris dan ditransportasikan secara sentripetal melalui serabut
syaraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion tersebut terjadi infeksi laten
(dorman), dimana virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi
tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius apabila terjadi
reaktivasi virus. Reaktivasi virus tersebut dapat diakibatkan oleh keadaan yang
menurunkan imunitas seluler seperti pada penderita karsinoma, penderita yang
mendapat pengobatan immunosuppressive termasuk kortikosteroid dan pada orang
penerima organ transplantasi. Pada saat terjadi reaktivasi, virus akan kembali
bermultiplikasi sehingga terjadi reaksi radang dan merusak ganglion sensoris.
Kemudian virus akan menyebar ke sumsum tulang serta batang otak dan
melalui syaraf sensoris akan sampai kekulit dan kemudian akan timbul gejala
klinis.3,6,7,8

2.4 Manifestasi Klinis Herpes Zoster


Sebelum timbul gejala kulit, diawali dengan gejala prodormal. Tanda awal
dari herpes zoster adalah nyeri dan parestesia. Biasanya gejala ini berlangsung
dalam beberapa hari, dan bervariasi dari gatal, kesemutan atau rasa terbakar,
sampai yang berat, nyeri yang sangat dalam. Biasanya diikuti juga dengan gejala
konstitusional seperti nyeri kepala, malaise, dan demam, dan berkembang menjadi
ruam dalam 5 hari. Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi
vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa dan edema.
Vesikel ini berisi cairan jernih, kemudian menjadi keruh, dapat menjadi pustul dan
krusta. Kadang – kadang vesikel mengandung darah dan disebut dengan herpes
zoster hemoragik. Dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan
ulkus dengan penyembuhan berupa sikatriks.2
Herpes zoster pada anak-anak jarang didahului gejala prodormal. Gejala
prodormal yang dapat dijumpai yaitu nyeri radikuler, parestesia, malese, nyeri
kepala dan demam, biasanya terjadi 1-3 minggu sebelum timbul ruam dikulit.6,7
Lesi kulit yang khas dari herpes zoster yaitu lokalisasinya biasanya
unilateral dan jarang melewatii garis tengah tubuh. Lokasi yang sering dijumpai
yaitu pada dermatom T3 hingga L2 dan nervus ke V dan VII.6,7
Lesi awal berupa makula dan papula yang eritematous, kemudian dalam
waktu 12 - 24 jam akan berkembang menjadi vesikel dan akan berlanjut menjadi
pustula pada hari ke 3 - 4 dan akhirnya pada hari ke 7 - 10 akan terbentuk krusta
dan dapat sembuh tanpa parut, kecuali terjadi infeksi sekunder bakterial. Pada
pasien imunokompromais dapat terjadi herpes zoster desiminata dan dapat
mengenai alat visceral seperti paru, hati, otak dan disseminated intravascular
coagulophaty (DIC) sehingga dapat berakibat fatal. Lesi pada kulitnya biasanya
sembuh lebih lama dan dapat mengalami nekrosis, hemoragik dan dapat terbentuk
parut. 3,6,7,8
Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai
dengan tempat persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik,
tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion
kranialis memungkinkan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena
memberi gejala yang khas. Kelainan pada muka sering disebabkan oleh karena
gangguan pada nervus trigeminus atau nervus fasialis dan otikus.2

2.5 Komplikasi Herpes Zoster


Komplikasi yang dapat dijumpai pada herpes zoster yaitu :

1. Infeksi sekunder pada kulit yang disebabkan bakteri.

2. Posherpetic neuralgia (PHN)

PHN adalah nyeri yang masih menetap di area yang terkena walaupun
kelainan kulitnya sudah mengalami resolusi. Insidennya meningkat dengan
bertambahnya umur dimana lebih kurang 50 % penderita PHN berusia lebih dari
60 tahun dan PHN biasanya jarang terjadi pada anak-anak.

3. Herpes zoster oftalmikus, bila virus menyerang cabang pertama nervus


trigeminus. Bila mengenai anak cabang nasosiliaris (timbul vesikel di
puncak hidung yang dikenal sebagai tanda Hutchinson) kemungkinan besar
terjadi kelainan mata. Walaupun jarang dapat terjadi keterlibatan organ
dalam.

4. Herpes zoster yang desiminata yang dapat mengenai organ tubuh


seperti otak, paru dan organ lain dan dapat berakibat fatal.

5. Meningoencephalitis.

6. Motor paresis.

7. Terbentuk scar.3,6,7,9

2.6 Diagnosis Herpes Zoster


Untuk menegakkan diagnosis secara pasti dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium polymerase chain reaction (PCR) merupakan tes yang paling
sensitif dan spesifik dengan sensitifitas berkisar 97- 100%, membutuhkan
setidaknya satu hari untuk mendapatkan hasilnya. Dengan metode ini dapat
digunakan berbagai jenis preparat seperti scraping dasar vesikel dan apabila
sudah berbentuk krusta dapat juga digunakan sebagai preparat. Tes ini
dapat menemukan asam nukleat dari virus varicella zoster. Dapat juga
dilakukan pemeriksaan directfluorescent assay (DFA) hasil dari pemeriksan ini
cepat untuk mendiagnosis herpes zoster. Preparat diambil dari scraping
dasar vesikel. Tes ini dapat menemukan antigen virus varicella zoster dan
dapat membedakan antara virus herpes zoster dan virus herpes simpleks
dengan sensitivitas 90%.4
Dapat dilakukan pemeriksan tes Tzank, preparat diambil dari discraping
dasar vesikel yang masih baru kemudian diwarnai dengan Hematoxylin Eosin,
Giemsa, Wright toluidine blue. Preparat diperiksa dengan menggunakan
mikroskop cahaya. Hasil positif akan menunjukkan sel giant multinuleat. Tes ini
tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan herpes
simpleks virus. Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%. Pemeriksaan kultur
virus merupakan pemeriksaan yang sangat spesifik tetapi hasilnya ditunggu
1-2 minggu dan VZV hanya terdeteksi 60%-70% dari spesimen.4
2.7 Diagnosis Banding Herpes Zoster
Diagnosis banding yaitu herpes simpleks, biasanya didahului gejala
sistemik seperti demam, anoreksia dan malaise dengan gejala klinis ditemukan
vesikel yang berkelompok diatas kulit yang eritematosa, terdapat cairan yang
jernih kemudian bisa menjadi seropurulen. Bisa ditemukan krusta dan ulserasi
yang dangkal. Lokasi pada bibir atau genitalia. Dermatitis venenata, dengan gejala
klinis ditemukan eritema, edema, vesikel, bula, dan rasa panas di daerah kontak.1

2.8 Tatalaksana Herpes Zoster

Pada anak imunokompeten, biasanya tidak diperlukan pengobatan yang


spesifik dan pengobatan yang diberikan bersifat simtomatis yaitu :
- Lesi masih berbentuk vesikel, dapat diberikan bedak agar tidak mudah pecah.
- Vesikel yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat diberikan salap
antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.
- Dapat diberikan antipiretik dan analgetik, tetapi tidak boleh golongan
salisilat (aspirin) untuk menghindari terjadinya terjadi sindroma Reye.
- Kuku jari tangan harus dipotong untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder
akibat garukan.5,6,10

Obat antivirus

- Pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan waktu


penyembuhan akan lebih singkat.

- Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48 - 72


jam setelah erupsi dikulit muncul.

- Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu asiklovir, valasiklovir


dan famasiklovir.

- Dosis anti virus (oral) untuk pengobatan varicella dan herpes zoster :

Neonatus : Asiklovir 500 mg / m2 IV setiap 8 jam selama 10 hari.


Anak ( 2 -12 tahun) : Asiklovir 4 x 20 mg / kg BB / hari / oral selama 5
hari.
Pubertas dan dewasa :

- Asiklovir 5 x 800 mg / hari / oral selama 7 hari.

- Valasiklovir 3 x 1 gr / hari / oral selama 7 hari.

- Famasiklovir 3 x 500 mg / hari / oral selama 7 hari. 1,2,6,7

2.10 Pencegahan Herpes Zoster

Telah diketahui bahwa herpes zoster terkait vaksinasi lebih ringan


dibandingkan herpes zoster setelah varisela tipe liar. Maka dari itu dibutuhkan
sebuah upaya pencegahan infeksi virus varicella-zoster melalui imunisasi anak
universal. Pemberian booster vaksin varisela strain Oka terhadap orangtua harus
dipikirkan untuk meningkatkan kekebalan spesifik terhadap VVZ sehingga dapat
memodifikasi perjalanan penyakit herpes zoster.1

2.11 Prognosis Herpes Zoster

Herpes zoster pada anak imunokompeten tanpa disertai komplikasi


prognosis biasanya sangat baik sedangkan pada anak imunokompromais, angka
morbiditas dan mortalitasnya signifikan.1
BAB III
KESIMPULAN

Herpes Zoster atau Shingles disebabkan oleh reaktivasi virus varicella


zoster laten endogen yang berasal dari akar ganglion sensori bagian dorsalis
biasanya setelah infeksi primer dengan virus varicella zoster (varisela atau cacar
air). Herpes zoster setelah suatu infeksi primer atau vaksinasi varisela. Virus yang
teraktivasi akan berjalan kembali pada saraf kulit yang sesuai dengan kulit yang
berdekatan menyebabkan nyeri, erupsi vesikular unilateral dalam distribusi
dermatom yang terbatas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Menaldi SL.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia;2015.p.121-124.
2. Sinaga D. Pengobatan Herpes Zoster (HZ) Ophtalmica Dextra dalam Jangka
Pendek Serta Pencegahan PostHerpetic Neuralgia (PHN). Jakarta: Jurnal
Ilmiyah Widya; 2014.p.23-29
3. Hurwitz S. Herpes zoster. In : Clinical Pediatric Dermatology A Texbook
nd
of skin Disease of Childhood and Adolescence, 2 edition, Philadelphia ;
W.B. Saunders Company, 1993 : 324 - 27.
4. Ayuningati LK, Indramaya DM. Studi Retrospektif : Karakteristik Pasien
Herpes Zoster. Surabaya: Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin;2015.27(3)p. 211-217
5. Lichenstein R. Pediatrics, Chicken Pox or Varicella , October 21, 2002.
www.emedicinemedscape.com.

6. Mc Cary M L. Varicella zoster virus. American


Academy of Dermatology, Inc. 1999.
7. Driano A N. Zoster - pediatric, October 11, 2002. www.emedicine. com.
8. Frieden I J, Penney N S. Varicella - Zoster Infection. In : Schchner L A,
Hansen R C editor. Pediatric Dermatology, second edition, vol 2, Churchill
Livingstone, NewYork, 1995 : 1272 - 75.

9. Harper J. Herpes zoster. In : Textbook of Pediatric Dermatology, volume


1, Blackwell Science, 2000 : 339 - 40.

10. Sugito T L. Infeksi Virus Varicella - Zoster pada bayi dan anak. Dalam :
Boediardja S A editor. Infeksi Kulit Pada Bayi & Anak, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2003 : 17 - 33.
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : M. Ilham
Umur : 16 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jl. HM Yamin Gang Keluarga
Tanggal masuk : 29 April 2019

II. ANAMNESE PENYAKIT PASIEN


Keluhan Utama : Bintil merah berisi cairan dibagian dada sebelah
kanan, lipatan ketiak dan punggung sebelah kiri.
Telaah : Hal ini sudah dialami pasien ± 1 minggu ini.
Keluhan Tambahan : Gatal dan panas pada daerah bintil
RPP : Os merasakan bintil merah atau gelembung muncul
pada bagian dada sebelah kanan, kemudian
membesar lalu berkelompok dan terasa panas serta
nyeri. Hal ini sudah dialami os ± 1 minggu
RPK : (-)
RPO : (-)
Rpt : Cacar air

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. STATUS PRESENT
KU/KP/KG : baik/sedang/buruk
Sensorium : compos mentis
HR : 88x/i
RR : 24x/i
Temperatur :37oC
Rasa Sakit : Sedang
KEADAAN SPESIFIK
- Kepala : Dalam Batas Normal
- Leher : Dalam Batas Normal
- Thoraks : Vesikel-vesikel eritema
- Axilla : Vesikel-vesikel eritema pada mid axillaris
- Abdomen : Dalam Batas Normal
- Genitalia : Dalam Batas Normal
- Ekstremitas Superior : Dalam Batas Normal
- Ekstremitas Inferior : Dalam Batas Normal

2. STATUS DERMATOLOGI
Ruam : - Vesikel-vesikel berkelompok
- Eritema
Lokasi : Regio Thoracal Dextra, Mid Axillaris
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tidak Dilakukan Pemeriksaan

V. RESUME
Seorang anak laki-laki usia 11 tahun datang ke poli kulit dan kelamin
RSUD Deli Serdang dengan keluhan benjolan merah berisi air pada
bagian dada sebelah kanan dan ketiak. Hal ini sudah dialami pasien ±1
minggu ini. Gatal dan panas dirasakan pada daerah bintil, eritema (+)
disekitar daerah benjolan berisi air. RPK (-), RPO (-), RPT Cacar air.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan ruam vesikel-vesikel eritema
berkelompok.

VI. DIAGNOSA BANDING


1. Herpes Zoster
2. Herpes Simpleks
3. Folikulitis
4. Dermatitis Kontak

VII. DIAGNOSA SEMENTARA


Herpes Zoster

VIII. PENATALAKSANAAN
Umum :
1. Lesi yang masih berbentuk vesikel diberikan bedak agar tidak mudah
pecah dan menyebar
2. Vesikel yang sudah pecah dan berbentuk krusta diberikan salep antibiotik
untuk mencegah infeksi sekunder
3. Kuku jari tangan harus dipotong untuk mencegah terjadinya infeksi akibat
garukan
Khusus :
Topikal :
1. Acid Salycid 2% 1x/hari
Sistemik :
2. Acyclovir 4x20 mg/kgBB/hari
3. Methyl Prednisolon 1x4 mg

IX. PEMERIKSAAN ANJURAN


-

X. PROGNOSA
Dubia ad Bonam

Anda mungkin juga menyukai