Anda di halaman 1dari 38

Ada 3 struktur anatomi telinga

a. Aurikulum.

Terdiri dari 2 bagian:


 Bagian yang bertulang rawan terdiri atas heliks, antiheliks, tragus, antitragus,
konka dan sulkus retroaurikuler.
 Bagian yang tidak bertulang rawan yaitu lobulus.

b. Meatus akustikus eksterna.


Terdiri dari 2 bagian:
 Pars kartilagenus.
merupakan bagian lateral dari meatus akustikus eksterna dan sebagai kelanjutan
dari aurikulum. Struktur ini memiliki rambut, kelenjar sebaseus dan kelenjar
serumenalis.Kulitnya melekat erat pada perikondrium.
 Pars osseus.
merupakan wilayah medial dari meatus akustikus eksterna dan sebagai bagian dari
os temporale. Struktur ini tidak berambut dan memiliki bagian sempit yang disebut
ismus meatus akustikus eksterna. Juga tidak mobil terhadap jaringan disekitarnya
c. Membrana timpani.
Ciri membrane timpani
 Posisi. Membrana timpani membentuk sudut 450 terhadap bidang horisontal dan
sagital. Tepi bawahnya 6 mm lebih ke medial daripada tepi atas. Letaknya lebih
horisontal & frontal pada bayi dibawah 1 tahun.
 Warna. Membrana timpani berwarna putih mengkilat seperti mutiara.
 Ukuran. Tingginya 9-10 mm & lebarnya 8-9 mm.
 Bentuk. Membrana timpani berbentuk oval dan lebih condong ke anterior.
Terdiri dari 2 bagian:
 Pars tensa.
Terdiri dari 6 bagian:
1. Manubrium mallei.
2. Umbo.
3. Prosesus brevis.
4. Refleks cahaya.
5. Plika anterior.
6. Plika posterior.
 Pars flaksida.
Pars flaksida dari membrana timpani yaitu membrana Schrapnelli. Pars flaksida
membrana timpani tidak memiliki membrana propia.

Prof. Dr. dr. Sardjono Soedjak, MHPEd, Sp.THT, dr. Sri Rukmini, Sp.THT, dr. Sri Herawati, Sp.THT &
dr. Sri Sukesi, Sp.THT. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok. Jakarta : EGC. 2000.

ANATOMI TELINGA
Telinga dibagi menjadi 3 :
1) Telinga luar (auris b. Meatus Acuticus Externus,
externa) terdiri dari :
2) Telinga tengah (auris media)  Pars cartilage : 1 cm
3) Telinga dalam (auris  Pars ossea : 2 cm
interna) Persarafan telinga luar :
a. Nervus auriculotemporalis
TELINGA LUAR b. Nervus occipitalis minor
Terdiri dari daun telinga dan liang c. Nervus auricularis major
telinga sampai membrane timpani. d. Ramus auricularis nervi vagi
1/3 lateral kartilago dan 2/3 medial e. Nervus facialis
tulang. Dilapisi kulit dan kelenjar Perdarahan telinga luar :
seruminase (modifikasi kelenjar a. Arteri temporalis superficial
keringat). b. Ramus auricularis profundus
Struktur :
arteri maxillaries
a. Auricular  terdiri dari tulang
c. Arteri auricularis posterior
rawan elastin dan kulit.

TELINGA TENGAH
Dipisahkan dengan telinga luar oleh membrane tympani.

Batas-batas :

a. Batas luar : membrane tympani


b. Batas depan : tuba eustachii
c. Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
d. Batas belakang : aditus ad antrum (lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan
antrum mastoid), kanalis fasialis pars vertikalis
e. Batas atas : segmen timpani (meningen/otak)
f. Batas dalam : dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis
fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round
window) dan promontorium.
Organ-organ yang terdapat di telinga tengah :

a. Membrane tympani
Memisahkan cavum tympani dengan meatus acisticus externum (m.a.e)
 Membrane tipis, semitransparan, oval, kedudukan miring caudomedial, 50 derajat
terhadap m.a.e.
 Terdiri dari pars flaccid/membrane Shrapnell (superior) dan pars tensa/membrane
propria (inferior)
 Dilekati oleh manubrium malei pada permukaan medialnya.
 Membrane timpani dibagi menjadi 4 kuadran :
o Antero-superior
o Postero-superior
o Antero-inferior Untuk menyatakan letak perforasi
o Postero-inferior
Bila melakukan miringotomi atau parasentesis, dibuat insisi di bagian postero-
inferior, sesuai dengan arah serabut

b. Cavum tympani

Rongga berisi udara di dalam pars petrosa ossis temporalis.


Struktur : memiliki 4 dinding, atap dan dasar.
DINDING
Terdiri dari dinding lateral, medial, anterior dan posterior
B. Dinding lateral
Terisi membrane tympani dan cincin tulang tempat perlekatan membrane
tympani, pars squamosa os temporalis.
Terdapat bangunan chorda tympani, yang menyilang pars flaccid
B. Dinding medial
Memisahkan cavum tympani dengan telinga dalam, terdapat beberapa bangunan
:
 Fenestra vestibule, menuju telinga dalam
o Lateral : basis stapedius
o Medial : perilymphe vestibuli
 Fenestra cochlearis, medial, perilymphe dari ujung saluran cochlea
 Promontorium : dibentuk dari tonjolan bagian cochlea dan mengandung
serabut saraf dari plexus tympanicus.
 Tonjolan dari canalis nervus facialis.
B. Dinding anterior
Terdapat bangunan :
 Tuba auditiva (eustachii), fungsi untuk menyamakan tekanan telinga tengah
dan faring
 Canalis untuk M. tensor tympanicus
 Cabang-cabang arteri carotis interna
B. Dinding posterior
Terdapat bangunan :
 Aditus dan antrum mastoideum
 Eminentia pyramidalis (M. stapedius)
ATAP
Tegmen tympani (bagian dari os petrosum), memisahkan cavum tympany dengan fosa
crania media
DASAR
Memisahkan cavum tympany dari A. carotis interna dan V. jugularis interna
Dibentuk oleh :
 Lamina tympanica (os petrosum)
 Fossa jugulare
 Canalis caroticus
 Nervus Jacobsen (cabang tympanica N.IX)

c. Ossicula auditiva

B. Malleus
Bagian-bagian :
 Caput : bersendi dengan incus
 Leher (collum mallei)
 Manubrium
o Tempat insertion M. tensor tympanicum
o Melekat pada membrane tympani
 Processus anterior : berhubungan dengan fissure petrotympanicum
 Processus lateralis : berhubungan dengan bagian atas membrane tympani
B. Incus
Bagian-bagian :
 Corpus : bersendi dengan caput mallei
 Crus longum : bersendi dengan caput stapedii
 Crus brevis : berhubungan dengan recessus epitympanicus
B. Stapes
 Caput : bersendi dengan incus
 Collum : tempat insertion M. stapedius
 Crus : menghubungkan collum dengan basis
 Basis : melekat pada fenestra ovalis
Persendian ossicula auditiva : articulation synovial
Fungsi : menghantarkan getaran suara ke telinga dalam

OTOT-OTOT
B. M. stapedius
 Origo : pyramida pada dd posterior
 Insertion : collum stapedii
 Persarafan : N. facialis
 Fungsi : relaksasi basis stapedii di fenestra ovalis, untuk
mengurangi tegangan di membrane tympani
B. M. tensor tympani
 Origo : pars cartilage tuba auditiva
 Insertion : manubrium mallei
 Persarafan : cabang N. pterygoidi medialis (N. mandibularis)
 Fungsi : menarik membrane tympani ke dalam dan menekan
basis stapedii pada fenestra ovalis, sehingga
membrane tympani menjadi lebih tegang.
d. Tuba auditiva

Menghubungkan C.timpani dengan nasofaring


Terdiri dari 2 bagian :
♦ pars osseus ; 1/3 bag. lateral (± 12 mm) dan selalu terbuka
♦ pars cartilaginosa/ membranasea ; 2/3 bag.medial (± 24 mm) dan
selalu tertutup

o Terbuka ok → kontraksi m. tensor timpani dan m.tensor


veli
palatini serta m. levator velipalatini, yaitu pada
saat meniup, menelan, buka mulut,
menghisap. Keadaan normal- istirahat.
o Pada anak ; lebih pendek, lebih lebar, lebih horisontal →sering terjadi
OMA

e. Adnexa mastoidea

a) Dibentuk oleh pars squamosa dan pars petrosa dari os temporal


b) Di sini melekat : m. sternokleidomastoideus dan m. digastrikus
venter posterior.
c) Mengandung rongga-rongga udara yg dis. selulae-selulae dan
berhub dg. Anthrum.
d) Anthrum sudah ada sejak lahir – selulae terbentuk sejak kehidupan
tahun-tahun pertama sampai usia 5-6 th.→ proses pneumatisasi
(Diktat)
f. Nervus facialis

TELINGA DALAM

Berfungsi untuk pendengaran dan keseimbangan.


LABYRINTH OSSEA
Struktur ini letaknya di dalam pars petrosa ossis temporalis, dilapisi periosteum dan
mengandung cairan perilymphe. Didalamnya terdapat labyrinth membranaceae yang terdiri
dari 3 bagian :
B. Vestibulum
 Letaknya diantara cochlea (depan) dan canalis semicircularis (belakang).
 Isi
o Sacculus
o Utriculus
o Sebagian dari ductus endolymphaticus
B. Cochlea
Berfungsi dalam proses pendengaran dan keseimbangan
 Berbentuk konus (seperti rumah keong)
 Modiolus adalah tulang pusat, sebagai sumbu dimana cochlea melingkar seperti
spiralis
 Isinya ductus cochlearis
 Membrane basilaris membagi saluran didalam cochlea menjadi dua (scala tympani
dan scala vestibuli) dan saling berhubungan di apeksnya
 Membrane vestibularis
Diantara membrane vestibularis dan membrane basilaris terdapat spiral organ
atau organ dari Corti.
B. Canalis semicircularis
Berfungsi dalam keseimbangan kinetic
Terdiri dari 3 buah canalis
 Anterior
 Posterior
 Lateral
 Semua canalis ini saling tegak lurus 90 derajat dan saling tegak lurus satu dengan
lain, dan terletak 45 derajat thd bidang sagital
 Semua canalis berbentuk 2/3 lingkaran
 Pada satu ujungnya melebar membentuk ampula

pinna : suatu pengumpul suara, sementara liang telinga krn bentuk dan dimensinya,
dpt sangat memperbesar suara dlm rentang 2 – 4 kHz.
Telinga tengah : suatu alat penghilang hambatan antara udara ( lingk.kita) dan
cairan ( telinga dalam)
Stapes : menghantarkan getaran suara lewat liang telinga dan telinga tengah ke
telinga dalam
Daun telinga : menampung gelombang suara yg datang
Liang telinga : meneruskan suara dari daun telinga ke membran timpani
Membran timpani : menggetarkan tulang pendengaran
Rongga telinga : menjaga antara tekanan udara dlm dan luar agar seimbang
Maleus, inkus : meneruskan getaran suara ke tingkap jorong
Tuba eustachii : saluran yg menghub antara rongga telinga dg naso faring
Pengatur agar tekanan didalam rongga telinga sama dg tekanan diluar
Sbg ventilasi agar selaput lendir dirongga telinga mendapat cukup oksigen / airasi.
cochlea : menerima rangsang dari skala vestibuli dan skala timpani untuk dianalisa
dan dibawa ke otak
vestibulum dan kanal semi sirkularis : berguna sbg alat keseimbangan
(ILMU PENYAKIT THT, FK UNDIP)

Struktur Letak Fungsi

Telinga luar Samping kiri kanan di bawah Mengumpulkan dan


temporal. memindahkan gelombang suara
ke telinga tengah.
Pinna (daun telinga) Lempeng tulang rawan yang Mengumpulkan gelombang suara
terbungkus kulit dan terletak ke memban timpani mengandung
di kedua sisi kepala. rambut-rambut penyaring dan
menyekresikan kotoran telnga
untu menangkap partikel-partikel
asing.
Meatus auditorius Saluran dari ekterior melalui Bergetar secara sinkron dengan
ekternus (liang tuang temporalis ke gelombang suara
telinga) membran timpani. yangmengenainya menyebabkan
tulang-tulang pendengaran telinga
tengah bergetar.
Telinga tegah Rangkaian tulang yang dapat Memindahkan getaran membran
bergerak yang berjalan timpani ke cairan di koklea,dalam
melintasi rongga telinga prosesnya memperkuat energi
tegah,maleus melekat ke suara.
membran timpani dan stapes
melekat pada jendela oval.
Maleus, inkus, stapes Membran tipis di pintu Bersilia secara sinkron dengan
masuk koklea,memisahkan getaran membran timpani,serta
menimbulkangetaran seperti
telinga tengah dengan skala gelombang di perlimfa koklea
vestibule dengan frekuensi yang sama.
Telinga dalam: koklea Kompartemen atas koklea Tempat sistem sensorik untuk
dan kompartemen bawah mendengar
koklea.
Jendela oval Kompartemen tengah koklea. Bergetar bersama dengan getaran
stpes yang melekat padanya.
Gerakan jendela oval
menyebabkan perlimfa koklea
bergerak.
Skala vestibuli, skala Membentuk lantai duktus Mengandung perlimfa yang dibuat
timpani koklearis. bergerak oleh gerakan jendela
oval yang didorang oleh getaran
tulang-tulang telinga tengah.
Duktus koklearis Terletak di bagian atas dan di Memgandung endolimfa: tempat
(skala media) sepanjang membran membran basilaris.
basilaris.

Membran basilaris Membran stasioner yang Mengandung endolimfe: tempat


tergantung di atas organ korti membran basilaris.
dan tempat sel-sel rambut
reseptor permukaan Mengandung sel rambut, reseptor
tertanam di dalamnya. untuk suara, yang mengeluarkan
potensial reseptor sewaktu
terbekuk akibat cairan di koklea.

Organ korti Membran tipis yang Tempat rambut sel-sel reseptor


memisahkan skala timpani tertanam di dalamnya menekuk
dari telinga tengah. dan membentuk potensial
reseptor ketika membrane
basilaris bergetar terhadap
membran tektorial yang stasioner.
Membran tectorial Tiga saluran semisirkuler Bergerak bersama dengan getaran
yang tersusun tiga dimensi cairan di perilimfe untuk meredam
dalam bidang-bidang yang tekanan di dalam koklea, tidak
tegak lurus satu sama lain di berperan di dalam penerimaan
dekat korteks jauh di dalam suara.
tulang temporalis.

Jendela bundar Struktur seperti kantong Tempat sistem sensoris untuk


rongga antara koklea dan keseimbangan dan memberikan
kanalis semisirkularis. masukan yang penting untuk
mempertahankan postur dan
keseimbangan.

Telinga dalam Terletak disamping utrikulus Mendeteksi: akselarasi


(aparatus (percepatan) deselarasi
vestibularis) (perlambatan) rotasional atau
angular.

Kanalis semi sirkularis Mendeteksi: 1) perubahan posisi


kepala menjauhi sumbu vertikal,
2) mengarahkan akselarasi dan
deselerasi linear secara horizontal.
Utrikulus Mendeteksi: 1) perubahan posisi
kepala menjauhi sumbu
horizontal, 2) mengarahkan
Sakulus akselarasi dan deselerasi linear
secara vertikal.

ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang
dialirkan melalui udara atau tulang ke cochlea  menggetarkan membrane
timpani  telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membrane timpani dan tingkap lonjong  Energi getar yang
telah diamplifikasi  ke stapes  Tulang stapes yang bergetar masuk-keluar dari
tingkat oval menimbulkan getaran pada  perilimfa pada skala vestibule bergerak
 getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa 
menimbulkan gerak relative antara membrane basilaris dan membrane tektoria
(Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi
stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel) menimbulkanproses depolarisasi sel rambut
melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis  potensial aksi pada saraf
auditorius  dilanjutkan ke nucleus auditorius  ke korteks pendengaran (area
39-40) di lobus temporalis.
Buku ajar ilmu kesehatan THT kepala leher,FKUI,Edisi kelima

Fisiologi Pendengaran Normal

Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang telinga dan mengenai membrana
timpani sehingga membrana timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran
yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya, stapes menggerakkan foramen ovale yang juga
menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan melalui membrana Reissner yang
mendorong endolimfe dan membrana basalis ke arah bawah. Perilimfe dalam skala timpani akan
bergerak sehingga foramen rotundum terdorong ke arah luar (Tortora dan Derrickson, 2009). Menurut
Ismail, pada waktu istirahat, ujung sel rambut Corti berkelok dan dengan terdorongnya membrana
basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik ini berubah menjadi rangsangan listrik
akibat adanya perbedaan ion Natrium dan Kalium yang diteruskan ke cabang-cabang nervus
vestibulokoklearis. Kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran di otak
melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.

Fisiologi Gangguan Pendengaran


Gangguan pada telinga luar, tengah, dan dalam dapat menyebabkan ketulian. Tuli dibagi atas tuli
konduktif, tuli sensorineural, dan tuli campur. Tuli konduktif terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti
infeksi, serumen atau kelainan telinga tengah seperti otitis media atau otosklerosis (Kliegman,
Behrman, Jenson, dan Stanton, 2004).
Tuli sensorineural melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Salah satu
penyebabnya adalah pemakaian obat-obat ototoksik seperti streptomisin yang dapat
merusak stria vaskularis. Selain tuli konduksi dan sensorineural, dapat juga terjadi tuli
campuran. Tuli campuran adalah tuli baik konduktif maupun sensorineural akibat disfungsi
konduksi udara maupun konduksi tulang (Lassman, Levine dan Greenfield, 1997).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21550/4/Chapter%20II.pdf

Fungsi telinga tengah adalah sebagai penghantar getaran suara ke telinga bagian dalam yaitu :
Suara ditangkap oleh daun telinga dan alirkan melalui liang telinga untuk menggetrkan membran
timphani, dan getaran tersebut diulajutkan ke tulang maleus,lalu ke inkus dan ke stapes sehingga
menimbulakn suatu gelombang di membrana basilaris dan organ corti dengan menggerkkan perilimfe
dan endolimfe sehingga terjadi potensial aksi pada serabut – serabut saraf pendengaran , disini
gelombang suara mekanis diubah menjadi energi elektrokimia lalu ditransmisikan ke saraf cranialis VIII
dan meneruskannya ke pusat saraf sensorik pendengaran di otak (area 39 – 40) melalu saraf pusat yang
ada di lobus temporalis
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan
membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran (maleus, inkus,
dan stapes). Rantai tulang ini bergerak dengan frekuensi yang sama, memindahkan getaran dari
membran timpani ke jendela oval yang menghubungkan ke telinga dalam. Tulang-tulang pendengaran
itu yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong.(6) Energi tulang yang telah diamplifikasi akan
diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibuli
bergetar. Getaran diteruskan melalui membrana Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan
menimbulkan gerak relatif antar membran basilaris dan membra tektorial. Proses ini merupakan
rangsangan mekanik yang mnyebabkan terjadinya defleksi stereosillia sel-sel rambut sehingga kanal
ion terbuka dan terjadi pengelepasan ion bermuatan listrik. Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke sinaps yang akan menimbulkan
potensial aksi pada saraf auditorius.(8)

ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau
tulang ke cochlea  menggetarkan membrane timpani  telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membrane timpani dan tingkap lonjong  Energi getar yang telah diamplifikasi 
ke stapes  Tulang stapes yang bergetar masuk-keluar dari tingkat oval menimbulkan getaran pada 
perilimfa pada skala vestibule bergerak  getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang
mendorong endolimfa  menimbulkan gerak relative antara membrane basilaris dan membrane tektoria
(Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel
rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel)
menimbulkanproses depolarisasi sel rambut melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis 
potensial aksi pada saraf auditorius  dilanjutkan ke nucleus auditorius  ke korteks pendengaran (area
39-40) di lobus temporalis.
Buku ajar ilmu kesehatan THT kepala leher,FKUI,Edisi kelima

Cara kerja indra pendengaran

Gelombang bunyi telinga luar menggetarkan gendang telingaditeruskan oleh ketiga tulang
dengarjendela oval. Getaran Struktur koklea pada jendela oval  ke cairan limfa yang ada di dalam
saluran vestibulum menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan
limfa dalam saluran tengahPerpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan
membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani.
Basilermenggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-rambut sel menyentuh
membran tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan membran basiler
akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke
pusat pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.

Berawal dari pengumpulan getaran udara oleh auricular dan diteruskan ke membrana tympani yang
akan melakukan reflek tympani yaitu penyesuaian transmisi atau frekuensi suara yang dapat diterima
pada reseptor – reseptor saraf dalam telinga dalam (N. VIII / N. koklearis) dan diteruskan ke batang
otak

Mekanisme lebih jelas dimulai dari telinga luar yang mengumpulkan gelombang suara dan
menghantarkannya ke membrane tymphani.Kemudian tiga tulang pendengaran yaitu maleus, inkus,
dan stapes dalam telinga tengah (sebelah dalam membrane tymphani) bertindak sebagai pengungkit
dan menghantarkan suara ke foramen ovale yang merupakan bagian dari telinga dalam.Telinga dalam
yang berisi cairan encer dan susunannya sedemikian rupa mengubah getaran udara yang besar tetapi
lemah menjadi getaran kecil tapi lebih keras.Mekanisme inilah yang disebut impedance matching.
Mekanisme Impedance Matching ini sendiri merupakan mekanisme ungkit dan mekanisme hidrolik
yang akan memperbesar impuls suara menjadi 18,2 kali (setara dengan 25 dB). Dari mekanisme ungkit
antara manubrium malei dan krus longus inkudis dengan perbandingan luas 1,3 : 1 akan memperbesar
impuls suara pada membrane tymphani sebesar 1,3 kali pada foramen ovale. Sedangkan dari
mekanisme hidrolik perbandingan luas membrane tymphani dan foramen ovale adalah 20 : 1, akan
tetapi yang efektif menghantarkan suara adalah pars tensa yang merupakan 2/3 bagian dari luas
membrane tymphani sehingga perbandingan efektifnya menjadi 14 : 1 dan total penguatan suara
menjadi 1,3 x 14 = 18, 2 kali
Telinga tengah yang berisi udara dan berhubungan dengan nasofaring melalui tuba auditorius (tuba
eustachius) yang dalam keadaan normal tertutup, namun sewaktu menelan akan terbuka. Sewaktu
terbuka tekanan di sebelah dalam dari membrane tymphani menjadi sama dengan tekanan di luar. ini
penting karena membrane tymphani baru akan bergetar baik kalau tekanan pada kedua sisinya sama.
Kalau tidak sama maka akan timbul ketulian. ini bisa juga disebabkan karena tersumbatnya tuba
auditorius misalnya oleh mucus pada influenza
Getaran dalam cairan telinga diubah menjadi impuls saraf di cochlea.Cochlea terdiri dari serangkaian
pipa melingkar membentuk 2¾ gulungan yang bersumbu tengah.Struktur keseluruhan menyerupai
rumah siput.Foramen ovale yang merupakan awal dari pipa pertama disebut skala vestibule.Pipa ini
berisi cairan yang disebut perilymph yang komposisinya mirip dengan cairan cerebrospinal.Skala
vestibuli dipisahkan oleh membrane dari skala media. Skala media berisi cairan endolymph yang mirip
dengan cairan pada sel dan mempunyai kadar kalium yang tinggi. Skala media dipisahakan dari pipa
ketiga, skala tymphani oleh membrane basilaris
Getaran suara dalam cairan skala vestibule diteruskan ke cairan dalam skala media, membrane
basilaris, dan ke cairan dalam skala tymphani. Bila membrane ovale bergerak ke dalam maka
membrane rotundum akan bergerak ke luar dan sebaliknya. Getaran dari membrane basilaris ini yang
akan menghasilkan impuls saraf dalam nervus auditorius. Di bagian pangkal dekat membrane ovale,
membrane basilaris adalah pendek, kearah ujung panjangnya bertambah dan mencapai maksimum di
apeks.Ujung – ujung saraf dijumpai di dasar sel rambut dari organ corti.Bagian ini terletak di atas dari
membrane basilaris.Rambutnya sendiri terbenam dalam membrane tektoria. Suara berfrekuensi
rendah menyebabkan seluruh membrane basilaris bergetar
Di telinga dalam, untuk bisa ditransmisikan ke N. VIII, gelombang suara mekanis harus diubah menjadi
energy elektro kimia. Terjadinya peristiwa listrik pada organ corti ini dikenal dengan proses transduksi.
Terjadinya proses tranduksi dimulai dari bersentuhannya ujung silia atau rambut sel sensoris pada
organ corti dengan membrane tektoria. Pergerakan sel rambut ini akan menimbulkan reaksi biokimiawi
pada sel sensorik sehingga timbul muatan listrik negatif pada dinding sel. Ujung N. VIII yang menempel
pada sel sensorik akan menampung mikroponik yang terbentuk. Lintasan impuls auditorik selanjutnya
menuju ganglion spiralis corti, N. VIII, nucleus cochlearis di medulla oblongata, kolikulus superior,
korpus genikulatum medial, dan korteks auditori di lobus temporalis serebriFisiologi Ganong, Fisiologi
Green & Othorhynolaryngologi Ballenger
1. Mengapa anak mengeluh nyeri terutama saat aurikula ditarik dan ditekan tragusnya,
sakitnya sampai ke kepala dan saat menelan, sakit telinga kiri dan pendengarannya
berkurang?

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang
telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di
telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya
sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan
gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga
juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya
dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.
Otitis eksterna difusa
Infeksi ini dikenal dengan nama ”swimmer’s ear”.Biasanya terjadi pada cuaca yang panas dan
lembab, terutama disebabkan oleh kelompok Pseudomonas dan kadang2 juga Staphylococcus
albus , escherichia coli dan Enterobacter aerogenes.Danau dan kolam renang pribadi
merupakan sumber potensi untk infeksi ini.Gambaran diagnostik antara lain :

i. Nyeri tekan tragus


ii. Nyeri hebat
iii. Pembengkakan sebagian besar dinding kanalis
iv. Sekret yang sedikitpendengaran normal atau sedikit berkurang
v. Tidak adanya partikel jamur
vi. Mungkin ada adenopati regional yang nyeri tekan
BOIES Buku Ajar Penyakit THT edisi 6 Adams , Boies , Higler

Fungsi utama dari vagus adalah untuk fonasi/ berbicara dan menelan. Saraf vagus juga
berperan dalam mentransmisikan serat sensorik dari kulit bagian posterior dari meatus auditori
eksternal dan membran timpani. Saraf ini juga meyarafi lajur usus sejauh lengkungan lienalis
dari usus besar transversal (kasar), dan jantung, cabang trakeobronkial dan bagian interna
abdomen.
STANLEY MONKHOUSE MA, MB, BChir, PhD (2006). Cranial Nerve Functional
Anatomy. Cambridge University Press. ISBN-13 978-0-511-13272-8.
Vagus adalah saraf yang paling luas distribusinya dari semua saraf kranialis. Namanya
mencerminkan distribusi yang luas dan jenis sensasi yang disampaikannya (Arti Vagus dalam
bahasa Latin: samar, tidak terbatas, mengembara).

Saraf Vagus berkembang dari medula


Kemudian saraf ini meninggalkan fosa kranial posterior melalui foramen jugularis. Di bawah
foramen tersebut terdapat dua ganglia sensorik yakni: jugularis dan nodose, keduanya
mengandung badan sel dari serat sensorik. Cabang aurikuler dari saraf vagus melewati kanal
dalam tulang temporal dan menyampaikan impuls sensorik dari meatus akustik eksternal dan
membran timpani.
Selanjutnya saraf vagus turun melalui selubung karotis posterior di belakang vena jugularis
interna
dan arteri karotid internal. Dan diujungnya terbagi menjadi 2 saraf yakni saraf faringeal dan
saraf laringeal superior yang terbagi kembali menjadi 2 yakni saraf internal ( berperan dalam
persarafan sensorik di atas pita suara) dan cabang eksternal (krikotiroid).

Cabang cardiac dan trakea timbul pada bagian dada leher dan bagian atas. Cabang trakealis
berperan dalam fungsi sensoris sedangkan bagian cardiac memiliki fungsi otonom yakni
melambatkan denyut jantung
Adapula saraf laring rekuren yang berawal di mediastinum superior.
Terakhir terdapat pembentukan pleksus esofagus. Melalui hiatus esofagus pada diafragma
sebagai cabang anterior dan posterior yang memberikan kontribusi serat saraf untuk organ
visera abdomen dan celiac, pleksus mesenterika superior dan pleksus myenteric.

Nyeri yang disalurkan


Rasa nyeri di faring dan /atau laring bisa jadi merupakan nyeri yang bersumber dari telinga
yang kemudian disalurkan ke faring atau laring. Ini merupakan salah satu karakteristik khas
dari tumor hypopharyngeal.
STANLEY MONKHOUSE MA, MB, BChir, PhD (2006). Cranial Nerve Functional
Anatomy. Cambridge University Press. ISBN-13 978-0-511-13272-8

Jaras pendengaran

Ganglion spiralis corti

Akson sentral membentuk saraf koklearis


bergabung dgn saraf vestibularis

Lewat meatus akustikus


interna

Nucleus koklearis ventralis Nucleus koklearis dorsalis


2. Hubungan keluhan dengan mengorek telinga 2 hari yang lalu?
3. DD

4.

Otitis media akut

Otitis Media Akut (OMA)


i. Etiologi
- Sumbatan tuba eustachius, karena fungsi tuba eustachius terganggu,
pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu,
sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi
peradangan.
- ISPA
Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI

ii. Patofisiologi
iii. Stadium
- Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah adanya
gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan
negative di dalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara.

Kadang-kadang membrane timpani tampak normal (tidak


ada kelainan) atau berwarna keruh pucat.

- Stadium Hiperemis (Stadium Presupurasi)


Tampak pembuluh darah yang melebar di membran
timpani atau seluruh membrane timpani tampak hiperemis serta
edem.

Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat


eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.

- Stadium Supurasi
Edem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan
hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang
purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani
menonjol (bulging) kearah liang telinga luar.

Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu
meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.

Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang,


maka terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timul
pada tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan
submukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani terlihat sebagai
daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan, ditempat
tersebut akan terjadi ruptur.

Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup


kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat
rupture (perforasi) tidak mudah menutup kembali.

- Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian
antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi
rupture membrane timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga
tengah ke lian telinga luar.

Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu


badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak.

- Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran
timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi
perforasi, maka secret akan bekurang dan akhirnya kering..
Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah,
maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan.

Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI

Patogenesis terjadi otitis media OMA-OME-OMSK

Patogenesis
 Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.
 Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat  menyebabkan infeksi di saluran tersebut
sehingga  terjadi pembengkakan di sekitar saluran,  tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel
darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri  Sebagai hasilnya
terbentuklah nanah dalam telinga tengah  Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran
Eustachius  menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang
gendang telinga.

 Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena
gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran
di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas
iv. Gejala
Stadium 1: Salphingitis ( radang Tuba Eustachii)
- telinga terasa tersumbat (oklusio tuba)

- gembrebeg (tinitus low frequency)

- ‹ dengar (tipe CHL)

- otofoni (mendengar suara sendiri)

- otoskopi → MT normal
- otalgia (kadang)

Stadium 2 : Pre supuratif ( radang mukoperios telinga tengah)


- gejala stadium 1 bertambah hebat

- panas/otalgia

- Membran timpani merah (vaskularisasi jelas)

- manubrium malei ke perifer

Stadium 3 : Supurasi / pustulasi → perforasi


- gejala stadium 1 lbh hebat lagi

- anak-anak : sering rewel / kejang

- Membran Timpani bullging (otalgia)

- gejala mereda

- keluar discharge purulen

- Membran Timpani merah membara

Stadium 4: Resolusi
● MT utuh :

- sakit/panas hilang

- berlanjut menjadi OME

● MT perforasi :

- dpt menutup kembali → sikatrik

tanpa stratum fibrosum

- menjadi OMK (otitis media kronik)

Ilmu Penyakit THT FK UNDIP

v. Pemeriksaan
- Inspeksi
- Palpasi
- Auskultasi:
Dengan Otoskopi : (melihat gendang telinga/MT)

MT: merah muda→ merah membara (rubor)

bulging (adanya pustulasi)

bercak kuning (daerah nekrosis)→ perforasi


Pemeriksaan dg. garpu tala:

→ adanya tuli hantaran (CHL)

- Rinne : positif , BC > AC

- Weber : lateralisasi ke yg sakit

- Scwabach : memanjang

Ilmu Penyakit THT FK UNDIP

Pemeriksaan otoskopi

- Stadium peradangan:
Pada pemeriksaan tampak membran timpani suram atau kebiruan
dengan corakan pembuluh darah sepanjang maleus dan annulus. Bila
penyakit berlanjut, membran timpani menebal dan memerah. Pars
tensa mengembung dan bagianya tak jelas. Hal ini menunjukkan
bahwa membran timpani terancan perforasi.

- Stadium supurasi:
Pada pemeriksaan tampak sekret mukopurulen yang sering
berpulsasi, keluar melalui perforasi pada pars tensa membran
timpani. Bila dapat terlihat, tampak mukosa menebal, berwarna
merah dan lembut seperti beludru. Pada perforasi yang kecil mungkin
tampak mukosa yang edem menonjol keluar melalui lubang perforasi
dan sekret keluar dari tengahnya, biasa disebut perforasi puting susu.

- Stadium komplikasi
Tampak dinding postero superior liang telinga menggantung
(sagging). Gambaran membran timpani tidak jelas berbeda dengan
sebelumnya.

Penyakit THT, Kepala dan Leher, John Jacob Ballenger

Pemeriksaan Penunjang :

- Pemeriksaan rontgen mastoid : untuk melihat perluasan infeksi dari telinga tengah ke daerah
tulang mastoid, serta adanya gambaran kolesteatoma
- Pemeriksaan CT scan kepala : untuk melihat kelainan di intrakranial. Sebelum ada CT scan,
dilakukan pemeriksaan angiografi dan pemeriksaan ventrikulografi untuk mendiagnosis kelainan
intrakranial. Tetapi, pemeriksaan ini sangat infasif
- Pungsi lumbal : diperlukan untuk melihat adanya infeksi di likuor serebrospinal, susunan
kimiawi, dan peninggian tekanan likuor, serta untuk pemeriksaan mikroresistensi kuman. Pungsi
lumbal sebaiknya tidak dilakukan bila terdapat tanda tekanan intrakranial yang tinggi, terutama
bila terdapat sakit kepala yang hebat, serta kesadaran yang menurun. Pada keadaan demikian
harus dikonsulkan ke dokter ahli saraf
- Pemeriksaan mikroresistensi kuman yang diambil dari sekret telinga
( Panduan Penatalaksanaan Gawat Darurat Telinga Hidung Tenggorok, FKUI )

vi. Pengobatan
- Stadium Oklusi
Pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba
eustachius, sehinggan tekanan negative di telinga tengah hilang.

Maka diberikan :

HCL efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak < 12 tahun

HCL efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk usia > 12 tahun

- Stadium Presupurasi/Hiperemis
Antibiotika, tetes hidung dan analgetika.

Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus,


sebaiknya dilakukan miringotomi.

Antibiotika yang dianjurkan adalah gologan penisilin atau


ampisilin.

Terapi awal diberikan penisilin intramuskular


agardidapatkan konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga
tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengaran
sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Pemberian antibiotika
dianjurkan minimal 7 hari.

Bila pasien alergi penisilin, diberikan eritromisin.

Pada anak:

Ampisilin diberikan dengan dosis 50-100mg/BB per hari dibagi


dalam 4 dosis.

Amoksisilin 40 mg/BB per hari dibagi dalam 3 dosis.

Eritromisin 40 mg/BB per hari.

- Stadium Supurasi
Antibiotika disertai dengan miringotomi, bila membran
timpani masih utuh.

- Stadium Perforasi
Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3 hari disertai
antiniotika.

Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup


kembali dalam waktu 7-10 hari.
- Stadium Resolusi
Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak
ada dan perforasi membran timpani menutup.

Bila tidak terjadi resolusi tampak sekret mengalir di liang


telinga luar melalui perforasi di membran timpani, maka antibiotika
dapat dilanjutkana sampai 3 minggu.

Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI

vii. Komplikasi
Sebelum ada antiboitika, OMA dapat menimbulkan komplikasi yaitu
abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat ( meningitis dan abses
otak)

Setelah ada antibiotika, semua jenis komplikasi biasanya didapatkan


sebagai komplikasi miringotomi.

Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI

viii. Prognosis
Sembuh setelah std. Resolusi.
- sembuh spontan tanpa perforasi

- sembuh dg perforasi→ bila menutup → sikatrik

- sembuh setelah parasentesis

TIDAK sembuh.
- tanpa perforasi → OME → sekret kental → Glue ear

- dg. perforasi → OMK

→ bila sembuh dan tetap perforasi

→ Dry ear
Ilmu Penyakit THT FK UNDIP

Otitis media kronis


Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)

Otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membrane
timpani dan sekret yang keluar dari tengah terus-menerus atau hilang timbul dan sekretnya mungkin
encer, kental, bening atau berupa nanah.
Terdapat beberapa etiologi dari otitis media diantaranya adalah:
 Gangguan fungsi tuba

Pada otitis media kronis aktif tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi apakah hal ini
merupakan fenomena primer atau sekunder masih belum diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai
metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa
tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani yang menetap pada OMSK
adalah:
Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret telinga
purulen berlanjut.
Obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada perforasi.
Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme migrasi epitel.
Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat diatas sisi
medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.
 Infeksi

Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervariasi pada otitis
media kronik yang aktif. Keadaan ini menunjukkan bahwa metode kultur yang digunakan adalah tepat.
Organisme yang terutama dijumpai adalah bakteri Gram (-), flora tipe usus, dan beberapa organisme
lainnya.
 Riwayat infeksi telinga tengah

 Sumbatan (secret,tumor,tampon)

 Perubahan tekanan udara yang tiba-tiba

 Alergi

Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang bukan alergi.
Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau
bakteri atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.
 Autoimune
 Lingkungan

Hubungan penderita OMSK dan faktor sosioekonomi belum jelas, tetapi kelompok sosioekonomi
rendah memiliki insiden OMSK yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan
dengan kesehatan secara umum, diet, dan tempat tinggal yang padat.
Hal-hal tersebut menyebabkan gangguan pada tuba eustachius. Terjadi perubahan tekanan udara di
telinga dari tekanan positif menjadi negative sehingga terbentuklah efusi. Efusi di liang telinga tengah
dapat sembuh dengan sendiri. Dapat juga terjadi otitis media efusi (OME) bila efusi tetap ada karena
tuba eustachius tetap terganggu tetapi tidak terdapat infeksi. Bila tuba eusthacius tetap terganggu dan
terdapat infeksi maka terjadi otitis media akut (OMA). Otitis media akut dapat sembuh sendiri tetapi
dapat juga terus berlanjut menjadi otitis media supuratif kronis (OMSK). Faktor predisposisi yang
menyebabkan OMA dapat berlanjut menjadi OMSK adalah sbb:
1. Terapi yang terlambat

2. Terapi yang tidak adekuat

3. Virulensi kuman tinggi

4. Daya tahan tubuh rendah

5. Hygiene yang kurang terjaga.

Pada anak, semakin sering terkena infeksi saluran napas, makin tinggi resiko terkena OMA yang bila
penanganannya dan terapinya terlambat dan tidak adekuat dapat berlanjut menjadi OMSK. Pada bayi
terjadinya otitis media dipermudah karena tuba eustachiusnya yang pendek, lebar dan horizontal.
PATOGENESIS
Sebagian besar OMSK merupakan kelanjutan dari OMA dengan perforasi membrane timpani
yang sudah terjadi lebih dari 2 bulan. Berdasarkan perubahan mukosa tengah maka terdapat 5 stadium
terjadinya Otitis Media Akut (OMA) yang bila berlangsung terus-menerus selama 2 bulan dapat
menjadi Otitis Media Supuratif Akut (OMSK).
1. Stadium oklusi tuba Eustachius
Tanda adanya oklusi tuba yaitu gambaran retraksi membrane timpani akibat terjadinya tekanan
negative di dalam telinga tengah akibat absorpsi udara. Kadang-kadang membrane timpani tampak
normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat
dideteksi. Stadium ini susah dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau
alergi.
2. Stadium hiperemis (pre-supuratif)
Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang melebar di membrane timpani atau seluruh membrane
timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat
yang serosa sehingga sukar dilihat.
3. Stadium supuratif
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial serta terbentuknya
eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan membrane timpani menonjol (bulging) kea rah
liang telinga luar. Pada stadium ini pasien tampak sangat sakit,, nadi dan suhu meningkat serta rasa
nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan pus di kavum tidak berkurang maka terjadi ischemia
akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis
mukosa dan sub-mukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani tampak sebagai daerah yang lebih
lembek dan berwarna kekuningan dan di tempat ini akan terjadi rupture. Bila tidak dilakukan insisi
membran timpani (miringitomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar membrane timpani akan
rupture dan pus keluar ke liang telinga luar.
4. Stadium perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya diberikan antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi,
maka dapat terjadi rupture membrane timpani dan pus mengalir keluar dari telinga tengah ke liang
telinga luar. Anaknya yang tadinya gelisah menjadi tenang, suhu badan turun, dan dapat tertidur
nyenyak.
5. Stadium resolusi
Bila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membrane timpani perlahan-lahan akan normal
kembali. Bila sudah terjadi perforasi maka secret akan berkurang dan akhirnya kering. OMA berubah
menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan secret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul.
Letak perforasi di membrane timpani penting untuk menentukan tipe/jenis OMSK. Perforasi
membrane timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik.
1. Perforasi sentral = Perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan diseluruh tepi perforasi
masih ada sisa membrane timpani.

2. Perforasi marginal = Pada perforasi marginal ini maka sebagian tepi perforasi langsung berhubungan
dengan annulus atau sulkus timpanikum.

3. Perforasi atik = Perforasi ini adalah perforasi yang terletak di pars flaksida.
JENIS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)
1. OMSK tipe aman (tipe mukosa/benigna) = Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas
pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang dan perforasinya terletak di sentral. Umumnya
OMSK tipe aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak
terdapat kolesteatoma.

2. OMSK tipe bahaya (tipe tulang/maligna), Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna yaitu
OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Perforasi pada OMSK tipe ini terletak di marginal atau di
atik, kadang-kadang juga terdapat kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar
komplikasi timbul pada OMSK tipe ini.

Berdasarkan secret yang keluar maka dikenal juga 2 jenis OMSK yaitu:
1. OMSK tipe aktif

OMSK tipe aktif merupakan OMSK dengan secret yang keluar dari kavum timpani secara aktif.
1. OMSK tipe tenang

OMSK tipe tenang merupakan keadaan dimana kavum timpani terlihat basah atau kering.
GEJALA KLINIS
1. Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK tipe jinak, cairan
yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga
tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada
OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan
sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang
bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan
tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah
kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian tergantung
dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran
suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat.
3. Otalgia (Nyeri Telinga)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya
ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus
lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi
OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin
oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau
pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran
timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran
infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat
komplikasi serebelum.
KOMPLIKASI
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan
otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan, akan
menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi
suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna
pun dapat menyebabkan komplikasi. Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada
eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom.
A. Komplikasi ditelinga tengah : 3. Petrositis
1. Perforasi persisten D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
2. Erosi tulang pendengaran 1. Meningitis
3. Paralisis nervus fasial 2. Abses otak
B. Komplikasi telinga dalam 3. Hindrosefalus otitis
1. Fistel labirin Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah
2. Labirinitis supuratif ke intra kranial harus melewati 3 macam
3. Tuli saraf ( sensorineural) lintasan:
C. Komplikasi ekstradural 1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak
1. Abses ekstradural 2. Menembus selaput otak.
2. Trombosis sinus lateralis 3. Masuk kejaringan otak.
PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan OMSK adalah:
1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani.
2. Pemberian antibiotika:
A. a. Topikal antibiotik ( antimikroba)
Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak tanpa dibersihkan dulu,
adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak progresif lagi diberikan obat tetes yang mengandung
antibiotik dan kortikosteroid.Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk sampai
telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak
lebih dari 1 minggu. Cara pemilihan antibiotik yang paling baik dengan berdasarkan kultur kuman
penyebab dan uji resistesni. Bubuk telinga yang digunakan seperti:
 Acidum boricum dengan atau tanpa iodine

 Terramycin

 Asidum borikum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg

Pengobatan antibiotik topikal dapat digunakan secara luas untuk OMSK aktif yang dikombinasi dengan
pembersihan telinga. Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah :
 Polimiksin B atau polimiksin E

Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E. Koli Klebeilla,
Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B. fragilis Toksik terhadap ginjal dan
susunan saraf.
 Neomisin

Obat bakterisid pada kuma gram positif dan negatif, misalnya : Stafilokokus aureus, Proteus sp.
Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap ginjal dan telinga.
 Kloramfenikol

Obat ini bersifat bakterisid


1. sistemik antibiotik
Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret profus. Bila
terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita
tersebut. Antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama daya bunuhnya tergantung
kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida
dengan kuinolon. Golongan kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya
paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya
golongan beta laktam. Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah:
 Pseudomonas : Aminoglikosida ± karbenisilin

 P. mirabilis : Ampisilin atau sefalosforin

 P. morganii, P. vulgaris : Aminoglikosida ± Karbenisilin

 Klebsiella : Sefalosforin atau aminoglikosida

 E. coli : Ampisilin atau sefalosforin

 S. Aureus : penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida

 Streptokokus : Penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida

 B. fragilis : Klindamisin

Antibiotika golongan kuinolon (siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat derivat asam nalidiksat yang
mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral. Tetapi tidak dianjurkan untuk
anak dengan umur dibawah 16 tahun. Golongan sefalosforin generasi III ( sefotaksim, seftazidinm dan
seftriakson) juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral. Terapi ini
sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK belum pasti cukup, meskipun dapat mengatasi OMSK.
Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman anaerob. Menurut Browsing dkk metronidazol
dapat diberikan dengan dan tanpa antibiotik ( sefaleksin dan kotrimoksasol) pada OMSK aktif, dosis
400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu.

Otitis Media Eksterna (OME)

Otitis eksterna adalah radang merata kulit liang telinga yang disebabkan oleh kuman maupun
jamur (otomikosis) dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret
di liang telinga dan kecenderungan untuk kambuhan. Pengobatan amat sederhana tetapi
membutuhkan kepatuhan penderita terutama dalam menjaga kebersihan liang telinga. 8

Etiologi

Swimmer’s ear (otitis eksterna) sering dijumpai, didapati 4 dari 1000 orang, kebanyakan pada
usia remaja dan dewasa muda.Terdiri dari inflamasi, iritasi atau infeksi pada telinga bagian luar.
Dijumpai riwayat pemaparan terhadap air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang
telinga. Berenang dalam air yang tercemar merupakan salah satu cara terjadinya otitis eksterna
(swimmer’s ear).3Bentuk yang paling umum adalah bentuk boil (Furunkulosis) salah satu dari satu
kelenjar sebasea 1/3 liang telinga luar. Pada otitis eksterna difusa disini proses patologis membatasi
kulit sebagian kartilago dari otitis liang telinga luar, konka daun telinga penyebabnya idiopatik, trauma,
iritan, bakteri atau fungal, alergi dan lingkungan. Kebanyakan disebabkan alergi pemakaian topikal obat
tetes telinga. Alergen yang paling sering adalah antibiotik, contohnya: neomycin, framycetyn,
gentamicin, polimixin, anti bakteri (clioquinol, Holmes dkk, 1982) dan anti histamin. Sensitifitas poten
lainnya adalah metal dan khususnya nikel yang sering muncul pada kertas dan klip rambut yang
mungkin digunakan untuk mengorek telinga. Infeksi merupakan penyakit yang paling umum dari liang
telinga luar seperti otitis eksterna difusa akut pada lingkungan yang lembab.2

Patofisiologi

Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-sel kulit yang

mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran telinga dengan cotton

bud (kapas pembersih) bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit
yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air yang

masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan lembut pada saluran telinga

lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur. 7

Klasifikasi Otitis Eksterna

4.1. Penyebab tidak diketahui :

· Malfungsi kulit : dermatitis seboroita, hiperseruminosis, asteotosis


· Eksema infantil : intertigo, dermatitis infantil.
· Otitis eksterna membranosa.
· Meningitis kronik idiopatik
· Lupus erimatosus, psoriasis
4.2. Penyebab infeksi

· Bakteri gram (+) : furunkulosis, impetigo, pioderma, ektima, sellulitis, erisipelas.


· Bakteri gram (-) : Otitis eksterna diffusa, otitis eksterna bullosa, otitis eksterna granulosa,
perikondritis.
· Bakteri tahan asam : mikrobakterium TBC.
· Jamur dan ragi (otomikosis) : saprofit atau patogen.
· Meningitis bullosa, herpes simplek, herpes zoster, moluskum kontangiosum, variola dan
varicella.
· Protozoa
· Parasit
4.3. Erupsi neurogenik : proritus simpek, neurodermatitis lokalisata/desiminata, ekskoriasi,
neurogenik.

4.4. Dermatitis alergika, dermatitis kontakta (venenat), dermatis atopik, erupsi karena obat, dermatitis
eksamatoid infeksiosa, alergi fisik.

4.5. Lesi traumatika : kontusio dan laserasi, insisi bedah, hemorhagi (hematom vesikel dan bulla),
trauma (terbakar, frosbite, radiasi dan kimiawi).

4.6. Perubahan senilitas.

4.7. Deskrasia vitamin

4.8. Diskrasia endokrin.2


Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel/ bisul)

Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel rambut di liang telinga yang
disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan menimbulkan furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Sering
timbul pada seseorang yang menderita diabetes.

Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit (biasanya dari ringan sampai berat, dapat
sangat mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila mengunyah makanan). Keluhan kurang pendengaran,
bila furunkel menutup liang telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan. Terdapat tanda
infiltrat atau abses pada 1/3 luar liang telinga.

Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta : 8

· Lokal : pada stadium infiltrat diberikan tampon yang dibasahi dengan 10% ichthamol dalam
glycerine, diganti setiap hari. Pada stadium abses dilakukan insisi pada abses dan
tampon larutan rivanol 0,1%.

· Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup berat. Diberikan
pada orang dewasa ampisillin 250 mg qid, eritromisin 250 qid. Anak-anak diberikan
dosis 40-50 mg per kg BB.

· Analgetik : Parasetamol 500 mg qid (dewasa). Antalgin 500 mg qid (dewasa).

Pada kasus-kasus berulang tidak lupa untuk mencari faktor sistemik yaitu adanya
penyakit diabetes melitus.8

Otitis Eksterna Difus

Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat infeksi bakteri.

Umumnya bakteri penyebab yaitu Pseudomonas. Bakteri penyebab lainnya yaitu Staphylococcus albus,

Escheria coli, dan sebagainya. Kulit liang telinga terlihat hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas.

Tidak terdapat furunkel (bisul). Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna sirkumskripta (furunkel =

bisul). Kandang-kadang kita temukan sekret yang berbau namun tidak bercampur lendir (musin). Lendir

(musin) merupakan sekret yang berasal dari kavum timpani dan kita temukan pada kasus otitis media. 5

Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan memasukkan tampon yang mengandung

antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang.

Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik. 6

Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di daerah tersebut.
Yang tersering ialah jamur aspergilus. Kadang-kadang ditemukan juga kandida albikans atau jamur lain.

Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi sering pula tanpa
keluhan. Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang telinga. Larutan asam asetat 2-5% dalam
alkohol yang diteteskan ke liang telinga biasanya dapat menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan
juga obat anti-jamur (sebagai salep) yang diberikan secara topikal. 6

Gejala Klinis

Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak sedikit,
perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat, serta
berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering
merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan
derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar
langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan
serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang
telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari
daun telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa
sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.

Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis
eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga.

Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit yang
berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan
rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta. Pada otitis
eksterna kronik merupakan keluhan utama.

Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna akut. Edema
kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen, penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna
yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang
deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup
lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.2
Tanda-Tanda Klinis

Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi : 4


1. Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga menyempit.

2. Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif

3. Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak

4. Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif.

Menurut Senturia HB (1980) :

Eritema kulit, sekret yang kehijau-hijauan dan edema kulit liang telinga merupakan tanda-tanda klasik
dari otitis diffusa akuta. Bau busuk dari sekret tidak terjadi. Otitis eksterna diffusa dapat dibagi atas 3
stadium yaitu : 2

1. “Pre Inflammatory“

2. Peradangan akut (ringan/ sedang/ berat)

3. Radang kronik

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari keadaan yang serupa dengan otitis eksterna antara lain meliputi :

Otitis eksterna nekrotik - Kondritis

- Otitis eksterna bullosa - Furunkulosis dan karbunkulosis

- Otitis eksterna granulosa - dermatitis, seperti psoriasis dan dermatitis


seboroika.
- Perikondritis yang berulang

Karsinoma liang telinga luar yang mungkin tampak seperti infeksi stadium dini diragukan
dengan proses infeksi, sering diobati kurang sempurna. Tumor ganas yang paling sering adalah
squamous sel karsinoma, walaupun tumor primer seperti seruminoma, kista adenoid, metastase
karsinoma mamma, karsinoma prostat, small (oat) cell“ dan karsinoma sel renal. Adanya rasa sakit
pada daerah mastoid terutama dari tumor ganas dan dapat disingkirkan dengan melakukan
pemeriksaan biopsi.2

Perbedaan OMA dan Otitis Media dengan Efusi

OMA dapat dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA. Efusi telinga tengah
(middle ear effusion) merupakan tanda yang ada pada OMA danotitis media dengan efusi. Efusi telinga
tengah dapat menimbulkan gangguan pendengaran dengan 0-50 decibels hearing loss.
Table 2.2. Perbedaan Gejala dan Tanda Antara OMA dan Otitis Media dengan Efusi

5. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis? Di DD


6. Penatalaksanaan skenario? Di DD
7. Komplikasi penyakit?
8. Mekanisme nyeri alih (refered pain)?
9. Penurunan pendengaran karena faktor serumen atau penyakitnya?
10. Cotton bud: trauma infected atau non infected? Reasoning penggunaan antibiotik.
11. Proses inflamasi, jika trauma oleh cotton bud, bagaimana proses inflamasinya (reaksi
tubuh)? Pelajari imunologinya.

Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud terlalu sering bisa mendorong sel-sel kulit yang
mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.

Penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang, kulit pada saluran telinga
menjadi basah sehingga mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur

Kandungan air pada permukaan luar kulit diduga memegang peranan yg nyata didalam
mudahnya terjadinya infeksi telinga luar

Stratum korneum menyerap kelembaban dari lingkungan

suhu yang tinggi ,kelembaban yang tinggi (berenang)

Peningkatan kelembaban dari keratin didalam serta disekitar unit-unit apopilo sebasea

menunjang pembengkakan & pyumbatan folikel

berkurangnya aliran serumen kepermukan kulit

Serumen bsifat asam (pH 4-5) → mencegah pertumbuhan bakteri & jamur juga mencegah kerusakan
kulit→kalau berkurang tidak ada yang mencegah

Gatal
Garuk/cedera

invasi organisme eksogen melalui permukaan superficial epidermis yang biasanya resisten terhadap
bakteri

MANIFESTASI KLINIS

12. Gangguan pendengaran?


a. Tuli dibagi menjadi tiga yaitu tuli konduktif, tuli sensoneural, dan tuli campur. Pada tuli
konduktif, terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan oleh kelainan atau penyakit di
telinga luar atau telinga tengah seperti infeksi (otitis media), sumbatan tuba eustachius,
tumor, dll. Sedangkan pada tuli sensoneural kelainan terdapat pada cochlea, nervus VIII,
atau pusat pendengaran oleh karena tumor, radang, dll. Pada tuli campur biasanya
merupakan satu penyakit misalnya radang telinga tengah yang berkomplikasi ke telinga
dalam atau merupakan dua penyakit yang berlainan seperti tumor pada N. VIII (tuli
saraf) dengan radang telinga tengah (tuli konduktif).
Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT FK UI

Jenis Gangguan Pendengaran


Ada tiga jenis gangguan pendengaran, yaitu konduktif, sensorineural, dan campuran. Menurut Centers
for Disease Control and Prevention pada gangguan pendengaran konduktif terdapat masalah di dalam
telinga luar atau tengah, sedangkan pada gangguan pendengaran sensorineural terdapat masalah di
telinga bagian dalam dan saraf pendengaran. Sedangkan, tuli campuran disebabkan oleh kombinasi tuli
konduktif dan tuli sensorineural. Menurut WHO-SEARO (South East Asia Regional Office) Intercountry
Meeting (Colombo, 2002) faktor penyebab gangguan pendengaran adalah otitis media suppuratif
kronik (OMSK), tuli sejak lahir, pemakaian obat ototoksik, pemaparan bising, dan serumen prop.

Gangguan Pendengaran Jenis Konduktif

Pada gangguan pendengaran jenis ini, transmisi gelombang suara tidak dapat mencapai telinga dalam
secara efektif. Ini disebabkan karena beberapa gangguan atau lesi pada kanal telinga luar, rantai tulang
pendengaran, ruang telinga tengah, fenestra ovalis, fenestra rotunda, dan tuba auditiva. Pada bentuk
yang murni (tanpa komplikasi) biasanya tidak ada kerusakan pada telinga dalam, maupun jalur
persyarafan pendengaran nervus vestibulokoklearis (N.VIII).

Gejala yang ditemui pada gangguan pendengaran jenis ini adalah seperti berikut:

1. Ada riwayat keluarnya carian dari telinga atau riwayat infeksi telinga sebelumnya.
2. Perasaan seperti ada cairan dalam telinga dan seolah-olah bergerak dengan perubahan posisi kepala.
3. Dapat disertai tinitus (biasanya suara nada rendah atau mendengung).
4. Bila kedua telinga terkena, biasanya penderita berbicara dengan suara lembut (soft voice) khususnya
pada penderita otosklerosis.
5. Kadang-kadang penderita mendengar lebih jelas pada suasana ramai.
Menurut Lalwani, pada pemeriksaan fisik atau otoskopi, dijumpai ada sekret dalam kanal telinga luar,
perforasi gendang telinga, ataupun keluarnya cairan dari telinga tengah. Kanal telinga luar atau selaput
gendang telinga tampak normal pada otosklerosis. Pada otosklerosis terdapat gangguan pada rantai
tulang pendengaran.
Pada tes fungsi pendengaran, yaitu tes bisik, dijumpai penderita tidak dapat mendengar suara bisik
pada jarak lima meter dan sukar mendengar kata-kata yang mengandung nada rendah. Melalui tes
garputala dijumpai Rinne negatif. Dengan menggunakan garputala 250 Hz dijumpai hantaran tulang
lebih baik dari hantaran udara dan tes Weber didapati lateralisasi ke arah yang sakit. Dengan
menggunakan garputala 512 Hz, tes Scwabach didapati Schwabach memanjang (Soepardi dan
Iskandar, 2001).

Gangguan Pendengaran Jenis Sensorineural


Gangguan pendengaran jenis ini umumnya irreversibel. Gejala yang ditemui pada gangguan
pendengaran jenis ini adalah seperti berikut:
1. Bila gangguan pendengaran bilateral dan sudah diderita lama, suara percakapan penderita biasanya
lebih keras dan memberi kesan seperti suasana yang tegang dibanding orang normal. Perbedaan ini
lebih jelas bila dibandingkan dengan suara yang lembut dari penderita gangguan pendengaran jenis
hantaran, khususnya otosklerosis.
2. Penderita lebih sukar mengartikan atau mendengar suara atau percakapan dalam suasana gaduh
dibanding suasana sunyi.
3. Terdapat riwayat trauma kepala, trauma akustik, riwayat pemakaian obat-obat ototoksik, ataupun
penyakit sistemik sebelumnya.
Menurut Soetirto, Hendarmin dan Bashiruddin, pada pemeriksaan fisik atau otoskopi, kanal telinga
luar maupun selaput gendang telinga tampak normal. Pada tes fungsi pendengaran, yaitu tes bisik,
dijumpai penderita tidak dapat mendengar percakapan bisik pada jarak lima meter dan sukar
mendengar kata-kata yang mengundang nada tinggi (huruf konsonan).
Pada tes garputala Rinne positif, hantaran udara lebih baik dari pada hantaran tulang. Tes Weber ada
lateralisasi ke arah telinga sehat. Tes Schwabach ada pemendekan hantaran tulang.

Gangguan Pendengaran Jenis Campuran


Gangguan jenis ini merupakan kombinasi dari gangguan pendengaran jenis konduktif dan gangguan
pendengaran jenis sensorineural. Mula-mula gangguan pendengaran jenis ini adalah jenis hantaran
(misalnya otosklerosis), kemudian berkembang lebih lanjut menjadi gangguan sensorineural. Dapat
pula sebaliknya, mula-mula gangguan pendengaran jenis sensorineural, lalu kemudian disertai dengan
gangguan hantaran (misalnya presbikusis), kemudian terkena infeksi otitis media. Kedua gangguan
tersebut dapat terjadi bersama-sama. Misalnya trauma kepala yang berat sekaligus mengenai telinga
tengah dan telinga dalam (Miyoso, Mewengkang dan Aritomoyo, 1985).
Gejala yang timbul juga merupakan kombinasi dari kedua komponen gejala gangguan
pendengaran jenis hantaran dan sensorineural. Pada pemeriksaan fisik atau otoskopi tanda-
tanda yang dijumpai sama seperti pada gangguan pendengaran jenis sensorineural. Pada tes
bisik dijumpai penderita tidak dapat mendengar suara bisik pada jarak lima meter dan sukar
mendengar kata-kata baik yang mengandung nada rendah maupun nada tinggi. Tes
garputala Rinne negatif. Weber lateralisasi ke arah yang sehat. Schwabach memendek
(Bhargava, Bhargava and Shah, 2002).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21550/4/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai