Anda di halaman 1dari 12

Nama Mahasiswa : Dyan Nuli Angrenggani

NIM : P27904114010
Judul Kasus : Bronchopneumonia
Tanggal Praktek : 30 Oktober – 04 November 2017
Ruangan : ICU RSUD Kabupaten Tangerang

BRONCHOPNEUMONIA

A. DEFINISI
Bronchopneumonia merupakan proses inflamasi paru yang umumnya
disebabkan oleh agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih area
terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas ke parenkim paru yang terdekat
(Nursalam, 2005).
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di
dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya
(Smeltzer & Suzanne C, 2002).
Bronchopneumonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak
dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan
bronchi (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 1995).
Jadi, bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh
agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.

B. TANDA DAN GEJALA


Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran
pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita
bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil,
demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat
bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis (Barbara C.
Long, 1996).

1
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika
terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat).

C. PENYEBAB
Secara umum bronchopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Oran normal dan
sehat mempunyai pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri
atas: Reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang
menggerakan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsi. Menurut (Sandra M. Nettiria,
2001) antara lain:
1. Bakteri: Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus: Legionella Pneumoniae.
3. Jamur: Aspergillus Species, Candida Albicans.
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-
paru.
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Peneriksaan Laboratorium.
a. Pemeriksaan darah.
b. Pemeriksaan sputum.
c. Analisa gas darah.
d. Kultur darah.
e. Sampel darah, sputum, dan urine.
2. Pemeriksaan Radiologi.
a. Rontgen Thoraks.
b. Laringoskopi/Bronkoskopi.

E. PATOFISIOLOGI

 Penderita yang dirawat di RS. Jamur, virus, bakteri, protozoa


 Penderita yang mengalami supresi sistem pertahanan tubuh.
 Kontaminasi peralatan RS.
Infeksi saluran pernafasan bawah Saluran pernafasan atas

Proses peradangan Kuman berlebih di bronkus Kuman terbawa di saluran cerna


Akumulasi sekret di bronkus Ketidakefektifan bersihan Infeksi saluran pencernaan
jalan nafas
Mucus bronkus meningkat Peningkatan peristaltik Peningkatan flora normal dalam usus
Resiko ketidakseimbangan
Bau mulut tidak sedap usus Malabsorbsi 2 elektrolit
Anoreksia Diare
Intake kurang
Eksplorasi meningkat
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh Peningkatan metabolisme
Dilatasi pembuluh darah Peningkatan suhu Septikimia
Ketidakefektifan bersihan
Eksudat plasma masuk alveoli Gangguan difusi dalam plasma
Edema antara kapiler dan alveoli Iritan PMN eritrosit pecah jalan nafas
Edema paru
Hipoksia Suplai O2 menurun Penurunan capliance paru Pergeseran dinding paru
Metabolik anaerob Hiperventilasi Dispneu Retraksi dada/nafas cuping hidung
meningkat
Intoleransi Gangguan pertukaran gas
Akumulasi asam laktat Fatique
aktivitas

F. PENGKAJIAN
1. PRIMARY SURVEY
a. Airway.
Ada tidaknya sumbatan jalan nafas, baik obstruksi total maupun
parsial.
b. Breathing.
 Pola nafas.
 Irama nafas.
 Bunyi nafas.
 Frekuensi nafas.
 Retraksi dinding dada.
c. Circulation.
 Kekuatan nadi.
 Frekuensi nadi.
 Keteraturan nadi.
 Tekanan darah.
 Tanda-tanda perdarahan.
 Disability.
 Keadaan Pupil.
 Reflek cahaya.
 Reflek patella.
 Kemampuan ekstermitas.
 Kekuatan otot.
 Tanda- tanda trauma.
2. SECONDARY SURVEY
3
a. Keadaan umum dan riwayat kesehatan sekarang.
b. Pemeriksaan fisik.
c. Aktivitas istirahat.
Gejala: Kelemahan, keletihan, tidak bisa tidur.
Tanda: Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
d. Sirkulasi.
Gejala: Riwayat adanya gagal jantung kronik.
Tanda: Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat.
e. Makanan/cairan.
Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual/muntah.
Tanda: Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan
turgor buruk, penampilan kaheksia (malnutrisi).
f. Neurosensori.
Gejala: Sakit kepala daerah frontal (influensa).
Tanda: Perubahan mental (bingung somnolen).
g. Nyeri/kenyamanan.
Gejala: Sakit kepala, nyeri dada meningkat saat batuk, mialgia,
atralgia.
Tanda: Melindungi area yang sakit.
h. Pernafasan.
Gejala: Riwayat PPOM, takipnea, dispnea, pernafasan dangkal,
pelebaran nasal.
Tanda: Sputum (merah muda, purulen), perkusi (pekak diatas area yang
konsolidasi), fremitus (traktil dan vokal bertahap meningkat dengan
konsolidasi), bunyi nafas (menurun atau tidak ada), warna (pucat atau
sianosis bibir/kuku).
i. Keamanan.
Gejala: Riwayat gangguan sistem imun, demam.
Tanda: Berkeringat, menggigil, gemetar, kemerahan.

G. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.

4
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan
pengiriman oksigen.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi,
anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum,
distensi abdomen atau gas.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufisiensi O2 untuk aktivitas
sehari-hari.
5. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan perubahan kadar
elektrolit dalam serum (diare).

H. PERENCANAAN DAN RASIONAL


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.

NOC NIC
a. Respiratory status: Ventilation. Airway Suction
b. Respiratory status: Airway patency. a. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
c. Aspiration Control. suctioning.
b. Auskultasi suara nafas sebelum dan
Kriteria Hasil: sesudah suctioning.
a. Mendemonstrasikan batuk efektif c. Informasikan pada klien dan keluarga
dan suara nafas yang bersih, tidak tentang suctioning.
ada sianosis dan dyspneu (mampu d. Minta klien nafas dalam sebelum
mengeluarkan sputum, mampu suction dilakukan.
bernafas dengan mudah, tidak ada e. Berikan O2 dengan menggunakan
pursed lips). nasal untuk memfasilitasi suksion
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten nasotrakeal.
(klien tidak merasa tercekik, irama f. Gunakan alat yang steril sitiap
nafas, frekuensi pernafasan dalam melakukan tindakan.
rentang normal, tidak ada suara nafas g. Anjurkan klien untuk istirahat dan
abnormal). napas dalam setelah kateter
c. Mampu mengidentifikasikan dan dikeluarkan dari nasotrakeal.

5
mencegah factor yang dapat h. Monitor status oksigen klien.
menghambat jalan nafas. i. Ajarkan keluarga bagaimana cara
melakukan suksion.
j. Hentikan suksion dan berikan
oksigen apabila klien menunjukkan
bradikardi, peningkatan saturasi O2,
dll.

Airway Management
a. Buka jalan nafas, guanakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu.
b. Posisikan klien untuk
memaksimalkan ventilasi.
c. Identifikasi klien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan.
d. Pasang mayo bila perlu.
e. Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
f. Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction.
g. Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan.
h. Lakukan suction pada mayo.
i. Berikan bronkodilator bila perlu.
j. Berikan pelembab udara kassa basah
NaCl lembab.
k. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
l. Monitor respirasi dan status O2

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran


alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan
pengiriman oksigen.
6
NOC NIC
a. Respiratory Status: Gas exchange. Airway Management
b. Respiratory Status: Ventilation. a. Buka jalan nafas, gunakan teknik
c. Vital Sign Status.
chin lift atau jaw thrust bila perlu.
b. Posisikan klien untuk
Kriteria Hasil:
a. Mendemonstrasikan peningkatan memaksimalkan ventilasi.
c. Identifikasi klien perlunya
ventilasi dan oksigenasi yang
pemasangan alat jalan nafas buatan.
adekuat.
d. Pasang mayo bila perlu.
b. Memelihara kebersihan paru-paru
e. Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
dan bebas dari tanda distress f. Keluarkan sekret dengan batuk atau
pernafasan. suction.
c. Mendemonstrasikan batuk efektif g. Auskultasi suara nafas, catat adanya
dan suara nafas yang bersih, tidak suara tambahan.
h. Lakukan suction pada mayo.
ada sianosis dan dispnea (mampu
i. Berikan bronkodilator bila perlu.
mengeluarkan sputum, mampu j. Berikan pelembab udara.
k. Atur intake untuk cairan
bernafas dengan mudah, tidak ada
mengoptimalkan keseimbangan.
pursed lips).
l. Monitor respirasi dan status O2.
d. Tanda-tanda vital dalam rentang
normal. Respiratory Monitoring
a. Monitor rata-rata kedalaman, irama
dan usaha respirasi.
b. Catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal.
c. Monitor suara nafas, seperti dengkur.
d. Monitor pola nafas: Bradipnea,
takipnea, kusmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot.
e. Catat lokasi trakea.
f. Monitor kelelahan otot diafragma
(gerakan paradoksis).
g. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan/tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan.
h. Tentukan kebutuhan suction dengan

7
mengauskultasi crakles dan ronkhi
pada jalan nafas utama.
i. Auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui hasilnya.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi,
anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum,
distensi abdomen atau gas.

NOC NIC
a. Nutritional Status: Food and Fluid Nutrition Management
a. Kaji adanya alergi makanan.
Intake.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
b. Nutritional Status: Nutrient Intake.
c. Weight Control. menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan klien.
Kriteria Hasil:
c. Anjurkan klien untuk meningkatkan
a. Adanya peningkatan berat badan
intake Fe.
sesuai dengan tujuan.
d. Anjurkan klien untuk meningkatkan
b. Berat badan ideal sesuai dengan
protein dan vitamin C.
tinggi badan.
e. Berikan substansi gula.
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan
f. Yakinkan diet yang dimakan
nutrisi.
mengandung tinggi serat untuk
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
e. Menunjukkan peningkatan fungsi mencegah konstipasi.
g. Berikan makanan yang terpilih
pengecapan dari menelan.
f. Tidak terjadi penurunan berat badan (sudah dikonsultasikan dengan ahli
yang berarti. gizi).
h. Ajarkan klien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
i. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori.
j. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi.
k. Kaji kemampuan klien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan.

8
Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalam batas normal.
b. Monitor adanya penurunan berat
badan.
c. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan.
d. Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan.
e. Monitor lingkungan selama makan.
f. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan.
g. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi.
h. Monitor tugor kulit.
i. Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah.
j. Monitor mual dan muntah.
k. Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht.
l. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan.
m. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva.
n. Monitor kalori dan intake nutrisi.
o. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oral.
p. Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufisiensi O2 untuk aktivitas


sehari-hari.

NOC NIC
a. Energy Conservation. Activity Therapy
b. Activity Tolerance. a. Kolaborasikan dengan tenaga
c. Self Care: ADLs.
rehabilitasi medik dalam
Kriteria Hasil: merencanakan program terapi yang

9
a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tepat.
b. Bantu klien untuk mengidentifikasi
tanpa disertai peningkatan tekanan
aktivitas yang mampu dilakukan.
darah, nadi, dan RR.
c. Bantu untuk memilih aktivitas
b. Mampu melakukan aktivitas sehari-
konsisten yang sesuai dengan
hari (ADLs) secara mandiri.
c. Tanda-tanda vital normal. kemampuan fisik, psikologi dan
d. Energi psikomotor.
sosial.
e. Level kelemahan.
d. Bantu untuk mengidentifikasi dan
f. Mampu berpindah: Dengan atau
mendapatkan sumber yang
tanpa bantuan alat.
g. Status kardiopulmonari adekuat. diperlukan untuk aktivitas yang
h. Sirkulasi status baik.
diinginkan.
i. Status respiratori: Pertukaran gas dan
e. Bantu untuk mendapatkan alat
ventilasi adekuat.
bantuan aktivitas seperti kursi roda,
krek.
f. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai.
g. Bantuk klien untuk membuat jadwal
latihan di waktu luang.
h. Bantuk klien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas.
i. Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas.
j. Bantu klien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan.
k. Monitor respon fisik, emosi, sosial,
dan spiritual.

5. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan perubahan kadar


elektrolit dalam serum (diare).

NOC NIC
a. Fluid Balance. Fluid Management
b. Hydration. a. Timbang popok/pembalut jika
c. Nutritional Status: Food dan Fluid.
diperlukan.
d. Intake.
b. Pertahankan catatan intake dan
Kriteria Hasil:

10
a. Mempertahankan urine output sesuai output yang akurat.
c. Monitor status hidrasi (kelembaban
dengan usia dan BB, BJ urine
membran mukosa, nadi adekuat,
normal, HT normal.
b. Tanda-tanda vital dalam batas tekanan darah ortostatik), jika
normal. diperlukan.
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, d. Monitor vital sign.
e. Monitor masukan makanan / cairan
elastisitas turgor kulit baik, membran
dan hitung intake kalori harian.
mukosa lembab, tidak ada rasa haus
f. Kolaborasikan pemberian cairan IV.
yang berlebihan. g. Monitor status nutrisi.
h. Berikan cairan IV pada suhu ruangan.
i. Dorong masukan oral.
j. Berikan penggantian nesogastrik
sesuai output.
k. Dorong keluarga untuk membantu
klien makan.
l. Tawarkan snack (jus buah, buah
segar).
m. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk.
n. Atur kemungkinan tranfusi.
o. Persiapan untuk tranfusi.

Hypovolemia Management
a. Monitor status cairan termasuk intake
dan output cairan.
b. Pelihara IV line.
c. Monitor tingkat Hb dan hematokrit.
d. Monitor tanda vital.
e. Monitor respon klien terhadap
penambahan cairan.
f. Monitor berat badan.
g. Dorong klien untuk menambah intake
oral.
h. Pemberian cairan IV monitor adanya
tanda dan gejala kelebihan volume
cairan.
i. Monitor adanya tanda gagal ginjal.

I. DAFTAR PUSTAKA

11
Doenges, E.M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Huda, Nurarif Amin, Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid
1. Yogyakarta: Mediaction.
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume
I. Jakarta : EGC.
Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
eprints.ums.ac.id/16761/2/BAB_I.pdf diakses tanggal 04 November 2017.
jtptunimus-gdl-ruffaedahg-6294-2-babii.pdf diakses tanggal 04 November
2017.
www.stikeskusumahusada.ac.id/images/file/37.pdf diakses tanggal 04
November 2017.

12

Anda mungkin juga menyukai