Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

MIKROBIOLOGI FARMASI

(TINEA UNGUIUM)

NAMA : NUR ASNI H. ASAPA

NIM : 917312906201.008

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

INSTITUT TEKHNOLOGI KESEHATAN AVICENNA KENDARI

TAHUN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb...

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul “Tinea Unguium” makalah ini saya susun guna untuk memenuhi
tugas saya untuk matakuliah “ Mikrobiologi Farmasi“

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dkarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetehuan yang saya
miliki. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan masukan maupun kritik
yang membangun dari selaga pihak agar dalam penyusunan makalah
selanjutnya saya bisa lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna
untuk lebih mengembangkan wawasan kita mengenai generasi muda dan
bahaya narkoba.

Sabtu, 22 Juni 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Penyakit
B. Epidemiologi
C. Patogenesis
D. Jamur Penyebab Penyakit
E. Morfologi Jamur
F. Gejala Infeksinya
G. Gambar Kasus
H. Penanganan (secara self felling) Pencegahan dan Pengobatan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang melindungi


tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang
terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15 persen dari berat tubuh dan
luasnya 1,50-1,75 m2 . Rata-rata tebal kulit 1-2 mm.
Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis
atau korium, dan jaringan subkutan(subkutis).
Kuku merupakan lempeng yang terbuat darisel tanduk yang
menutupi permukaan dorsalujung jari tengan dan kuku, fungsi kuku
menjadi sangat penting dalam mengutip benda-benda yang kecil.Kulit
mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan tubuh
dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah sebagai berikut :
1. Pelindung
2. Pengatur suhu
3. Penyerap
4. Indera perasa
5. Faal pergetahan (faal sekretoris). (marwali harahap,
2013).

Infeksi jamur kulit cukup banyak ditemukan di indonesia


yang merupakan negara tropis beriklim panas dan lembab apalagi bila
hiegenitas yang kurang sempurna.
Dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut
dan mukosa yang disebabkan infeksi jamur. Pada umumnya golongan
penyakit ini dibagi atas 3 golongan yaitu ;
1. Infeksi superficial
2. Infeksikutan

4
3. Infeksi subkutan

Dermatofitosis adalah infeksi jamur superfisial disebabkan oleh


dermatofita yang memiliki kemampuan untuk melekat pada keratin dan
menggunakannya sebagai sumber nutrisiseperti stratum korneum pada
epidermis, rambut, dan kuku. (Verma, 2008).
Dermatofita merupakan kelompok taksonomi jamur kulit
superfisial yang terdiri dari 3 genus, yaitu Microsporum, Trichophyton,
dan Epidermophyton (Djuanda, 2010).
Kemampuannya untuk membentuk ikatan molekuler terhadap
keratin dan menggunakannya sebagai sumber makanan menyebabkan
mereka mampu berkolonisasi pada jaringan keratin. (Koksal, 2009).
Dermatofitosis tersebar diseluruh dunia dengan prevalensi
berbeda-beda pada tiap negara (Abbas, 2012). Penelitian World Health
9 Organization (WHO) terhadap insiden dari infeksi dermatofit
menyatakan 20% orang dari seluruh dunia mengalami infeksi kutaneus
dengan infeksi Tinea korporis merupakan tipe yang paling dominan dan
diikuti dengan Tinea kruris, Tinea pedis, dan onychomycosis(Tinea
unguium). (Lakshmipathy, 2013).
Mikosis superficial dapat dibagi 2 yaitu golongan dermatophyta
dan non dermatophyta. Penyakit jamur yang di sebabkan oleh golongan
Dermatophyta yang menghinggapi bagian yang mengandung keratin
dan tidak pernah menghinggapi alat-alat dalam karena tidak ada
penyebaran baik hematogen maupun limfogen. Dermatomikosis yang
sulit sembuh dan banyak terdapat di indonesia yang disebabkan oleh
 T. rubrum
 T. mentagrophytes
 C. albicans
 Fusarium
 Scopukariopsis
 E.floccosum ( kadang-kadang )

5
Di antaranya adalah tinea unguium dan tinea favosa (Tinea flavus).
(1989, mikologi medik, jakarta : pusat pendidikan tenaga kesehatan)

A. Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi penyakit tinea unguium ?
2. Morfologi dari jamur penyebab penyakit tinea unguium ?
3. Bagaimana cara mengetahui gejala dari infeksi jamur tinea
unguium ?
4. Bagaimana gambar kasus penyebab dari jamur unguium ?
5. Bagaimana cara penanganan dan pengobatan ?

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa
dapat mengetahui apa saja definisi penyakit tinea unguium, morfologi dari
jamur penyebab penyakit tinea unguium, cara mengetahui gejala dari
infeksi jamur tinea unguium, gambar kasusnya, dan juga penanganan
secara self felling dan pencegahan dan pengobatan.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Tinea unguium adalah infeksi pada kuku yang disebabkan jamur


dermatofita, jamur non dermatofita atau ragi.
Tinea unguium menular melalui kontak langsung dengan sumber (
manusia atau hewan terinfeksi ), atau lingkungan yang mengandung spora jamu
misalnya tempat mandi umum. Faktor predisposisi antara lain kelembaban,
trauma pada kuku, dan penurunan sistem imun. Kebiasaan penggunaan
kaos kaki dan sepatu yang lama, dan penggunaan pemandian umum ikut
meningkatkan risiko tertular penyakit-penyakit.
Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur
dermatofita. Tinea unguium dapat disebabkan oleh T.minthagrophytes dan
T. rubrum, lebih sering pada orang dewasa baik pria maupun wanita. Tinea
unguium dapat menyerangsemua orang dari berbagai bangsa terutama
orang yang bertempat tinggal di derah yang beriklim tropis.
Distrofi kuku dari jari kaki karena jamur sangat sering terdapat
pada orang dewasa, dan hal ini selalu berkaitan dengan adanya Tinea
pedis. Infeksi kuku bisa mengikuti tinea pedis yang berkepanjangan,
dengan invasi hifa, kuku menjadi kuning, rapuh, menebal dan lunak.
Tinea unguium bisa mengenai lebih dari satu kaki atau tangan.
Bagian yang diserang biasanya mulai dari bagian distal berupa guratan-
guratan kekuningan pada lempengan kuku.Tinea unguiumadalah penyakit
dari gaya hidup yang tidak bersih dan banyak bekerja dengan air
kotor.(jawetz, dkk, 2001

B. Epidemiologi
Tinea unguium merupakan penyakit global, dengan prevalensi
bervariasi, lebih banyak ditemukan di daerah beriklim dingin, dan lebih

7
sedikit di iklim tropis. Di Negara Barat dilaporkan prevalensi berkisar 2-
18 % dari populasi; tetapi proyek Achilles, satu survei khusus kelainan
kuku di Eropa menunjukkan prevalensi 26,9%, sedangkan survei serupa
di Negara tropis Asia mendapatkan prevalensi 8,1%. Di Indonesia, studi
prevalensi yang pernah dilakukan menunjukkan kisaran yang rendah,
yakni 3,5-4,7% di antara kasus dermatomikosis.
Tinea unguium dapat terkena anak-anak atau orang dewasa.Sekali
diperoleh, biasanya tidak berkurang secara spontan. Oleh karena itu,
kenaikan insiden dengan usia lanjut; 1% dari individu <18 tahun yang
terkena dampak; hampir 50% dari mereka > 70 tahun. Lebih sering terjadi
pada pria.
Semua ras dapat terkena tinea unguium yang bermukim di daerah tropis. Pada
orang yang banyak bekerja dengan air kotor dan lembab atau basah bisa
menyebabkan tinea unguium

C. Patogenesis
Faktor predisposisi yang memudahkan terjadinya tinea unguium
serupa dengan penyakit jamur superfisial lain, yakni kelembaban, oklusi,
trauma berulang pada kuku, kerusakan kuku oleh sebab lain, penurunan imunitas,
pertumbuhan kuku yang lambat, permukaan kuku yang lebar dan faktor
genetik. Sehubungan dengan itu, berbagai hal terbukti sebagai faktor risiko
mendapat tinea unguium, antara lain gaya hidup tertentu misalnya
penggunaan kaos kaki dan sepatu tertutup terus menerus, olahraga,
penggunaan tempat mandi umum. Usia tua, kanker, psoriasis, infeksi
dermatofita pada lokasi lain juga merupakan faktor risiko. Pada anak-anak
jarang ditemukan tinea unguium, kemungkinan karena pajanan terhadap
penyebab relatif jarang, permukaan kuku sempit, pertumbuhan kuku yang
lebih cepat, dan prevalensi tinea pedis yang rendah. Jamur menyerang
memalui beberapa rute yang akan memberikan gambaran klinis berbeda, tetapi
pada stadium lanjut, seluruh kuku dapat rusak

8
D. Penyebab Tinea unguium
Jamur yang paling sering menyebabkan Tinea unguium adalah
 Trichopyton rubrum

Jamur Trichopyton rubrum adalah suatu jamur dermatofita yang hidup


di tanah, binatang atau manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas
anthropophilic, zoophilic, dan geophilic.

Gambar 2.1 (a) Bentuk koloni tinea unguium pada media kultur (b)
morfologi tinea unguium.(Sumber gambar pdf : BIKKK_vol 20 no 3_des
2008_Acc_3)
a. Koloni:
 putih bertumpuk di tengah dan maroon pada tepinya berwarna merah cheri
 pertumbuhan pada PDA(potato Dextrose Agar).
b. Gambaran mikroskopik:
 beberapa mikrokonida berbentuk airmata, sedikit makrokonidia berbentuk
pensil.
 T. mentagrophytes

9
Gambar 2.2 (a) Bentuk koloni tinea ungium pada media kultur SDA (b)
morfologi tinea unguium(sumber gambar pdf :BIKKK_vol 20 no 3_des
2008_Acc_3)

a. Koloni :
 Putih hingga krem dengan permukaan seperti tumpukan kapas.
 Pada PDA tidak muncul pigmen.
b. Gambaran mikroskopik :
 mikrokonidia yang bergerombol,
 bentuk cerutu yang jarang,terkadang hifa spiral.(harahap,
marwali.2013

E. Gejala Infeksi
Seseorang kemungkinan mengalami jamur kuku jika di tanda-tanda di
bawah ini terjadi pada kukunya:
 Kusam dan tidak cerah.
 Menebal
 Berubah bentuk
 Berwarna kehitaman (akibat penumpukan kotoran di bawah kuku).
 Rapuh atau retak.
Kuku yang terinfeksi jamur juga dapat terpisah dari alas kuku, sehingga
penderita akan merasakan nyeri pada ujung kuku kaki atau jari. Selain itu,
kuku juga dapat mengeluarkan bau yang tidak sedap.

10
F. Morfologi Jamur
Jamur tinea unguium ini termaksud dalam Khamir/yeast : Sel-sel yang
berbentuk bulat atau lonjong dan berkembang biak dengan membentuk
(blastospora). Membentuk koloni basah berbau seperti ragi. yeast ini
merupakan jamur yang uniselluler yang berkembang biak dengan cara
membelah diri (asexual) membentuk tunas atau bundding sel.
Kapang/mold terdiri dari sel-sel memanjang bercabang yang di sebut
hifa, serta membentuk anyaman hifa disebut miselium. Kapang/mold ini
juga merupakan jamur yang multiselluler yang membentuk benang-benang
hifa/filament, kumpulan dari hifa yang di sebut miselium yang membentuk
suatu anyaman. Hifa yang berada di atas permukaan media di sebut hifa
aerial Yang berfungsi sebagai alat perkembang biakan. Sedangkan hifa
yang berada di dalam media di sebut hifa vegetatif yang berfungsi sebagai
alat untuk menyerap makanan.

G. Gambaran Kasus
Penyakit ini biasanya menyertai Tinea pedis atau Tinea manus. Keluhan
penderita berupa kuku menjadi rusak dan warnanya menjadi suram.
Bergantung penyebabnya destruksi kuku dapat dimulai dari distal, lateral,
ataupun keseluruhan. Bila disertai dengan paranokia sekitar kuku maka
akan terasa nyeri dan gatal. Pada umumnya Tinea unguium berlangsung
secara kronik dan sukar penyembuhannya.

a. Struktur an anatomi kuku

Gambar1.Anatomi kuku

11
Bagian-bagian kuku
 Matriks kuku
merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru-baru.
 Dinding kuku ( nail wall )
merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi bagian pinggir dan atas
 Dasar kuku ( nail bed )
merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku.
 Alur kuku ( nail groove )
merupakan celah antara dinding dan dasar.
 Akar kuku ( nail root )
merupakan bagian proksimal kuku.
 Lempeng kuku ( nail plate )
merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi dinding kuku.
 Lunula
merupakan bagian lempeng kuku yang warna putih di dekat akar kuku
berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit.
 Eponikium
merupakan dinding kuku bagian proksimal, kulit arinya menutupi
bagian permukaan lempeng kuku.
 Hiponikium
Merupakan dasar kuku, kulit ari dibawah kuku yang bebas (free
edge) menebal.

Kutikula ialah stratum yang terbentuk dari lipatan kuku proksimal, yang
lengket dengan lempeng kuku (nail plate). Jari-jari tangan mendapat
vaskularisasi pembuluh darah yang berjalan paralel dan pembuluh darah
tersebut beranastromosis pada ruangan pulpa dibawah falangs terminal
membentuk lengkungan di sekitar tulang dan mevaskularisasi jaringan lipatan
kuku, di bantalan kuku juga terdapat glomus yang merupakan struktur
vaskuler khusus yang bekerja sebagai anterivenosa untuk mengatur aliran
darah pada cuaca dingin.

12
Ada 3 bentuk klinis tergantung penyebab dan permulaan dari
destruksi kuku yaitu ;

a. Bentuk subungual distalis


Bentuk ini dimulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini
menjalar ke proksimal dan dibawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh.
Kalau proses berjalan terus, maka permukaan kuku bagian distal akan
hancur dan yang terlihat hanya kuku rapuh yang menyerupai kapur.

Gambar 2.3 Tinea unguium subungual distal

b. Leukonikia trofita (leukonikia mikotika)


Kelainan kuku bentuk ini merupakan leukonikia atau keputihan di
permukaan kuku yang dapat dikerok untuk membuktikan adanya elemen
jamur. Oleh RAVANT dan RABEAU (1921) kelainan ini dihubungkan
dengan Trichophyton mentagrophytes sebagai penyebabnya.

Gambar 2.4 Tinea unguium bentuk leukonikia mikotika

13
c. Bentuk subungual proksimalis
Bentuk ini dimulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama
menyerang kuku dan membentuk gambaran klinis yang khas, yaitu
terlihat kuku dibagian distal masih utuh, sedangkan bagian proksimal
rusak. Biasanya penderita unguium mempunyai dermatofitosis ditempat
lain yang sudah sembuh atau yang belum sembuh. Kuku kaki lebih sering
diserang daripada kuku tangan.
(ilmu penyakit kulit dan kelamin.2007)

Gambar 2.5 Tinea unguium subungual proksimal

d. Psoriasis Kuku
Psoriasis kuku adalah kelainan kulit kronis yang sering muncul
kemudian hilang. Penyakit ini umumnya ditandai dengan munculnya
ruam merah, kulit kering, terkelupas, bersisik, dan menebal. Selain itu,
psoriasis juga terkadang disertai dengan rasa gatal yang intens. Semua
bagian tubuh bisa saja terserang psoriasis termasuk kuku.
Setengah dari orang yang memiliki psoriasis kulit juga akhirnya
mengalami psoriasis kuku. Sampai saat ini, para ahli dan dokter belum
mengetahui kenapa hal tersebut bisa terjadi. Akan tetapi, alasan
terkuatnya karena kuku merupakan bagian dari kulit.
Kuku memang bisa jadi indikator kesehatan seseorang. Namun dalam
kasus yang jarang terjadi, kuku adalah satu-satunya bagian tubuh yang
menunjukkan tanda-tanda psoriasis. Berikut ini beberapa perubahan pada
kuku jari kaki dan kuku jari tangan yang harus Anda waspadai sebagai
tanda-tanda psoriasis kuku:

14
1. Perubahan warna

Kuku Anda akan berubah warna menjadi kekuningan, kecokelatan,


atau bahkan sedikit kehijauan. Selain itu terdapat pula bintik merah atau
bintik putih kecil di sekitar kuku Anda.

2. Pitting kuku (kuku berlekuk/ berlubang)

Pelat kuku adalah permukaan keras yang membentuk bagian atas


kuku Anda. Pelat ini terbuat dari sel keratin. Sayangnya, psoriasis kuku
menyebabkan lempeng kuku Anda kehilangan sel. Nah, hal tersebut
menyebabkan munculnya lubang-lubang kecil berbentuk di kuku jari
tangan atau kuku kaki Anda.

Banyaknya dan besarnya lubang ini berbeda-beda pada setiap


orang. Beberapa orang mungkin hanya memiliki satu lubang pada masing-
masing kuku, sementara lainnya memiliki lebih banyak lubang. Lubang ini
pun bisa dangkal atau dalam.

3. Perubahan bentuk dan ketebalan kuku

Selain pitting, Anda mungkin akan melihat perubahan bentuk dan


tekstur kuku Anda. Kelemahan struktur yang menopang kuku bisa
menyebabkan kuku Anda jadi rapuh dan mudah hancur sehingga tidak lagi
berbentuk utuh.

15
Selain itu, kuku Anda bisa menjadi lebih tebal karena infeksi jamur
yang disebut onikomikosis, yang umum terjadi pada orang dengan
psoriasis. Selain itu, psoriasis juga dapat menyebabkan kemunculan garis
Beau, yaitu lekukan segaris di kuku.

4. Kuku lepas

Terkadang psoriasis bisa menyebabkan lempeng kuku Anda


terlepas dari dasar kuku. Pemisahan kuku dari dasar kuku ini disebut
onkolisis. Akibatnya, hal ini meninggalkan ruang kosong atau celah di
bawah kuku Anda sehingga memungkinkan munculnya infeksi. Ujung
kuku Anda juga mungkin akan mengembangkan patch kekuningan atau
keputihan yang bisa meluas ke bagian kutikula.

5. Subungual hyperkeratosis

Gumpalan zat putih kapur dapat berkembang di bawah kuku dan


menyebabkan celah. Anda mungkin terasa tidak nyaman dan terasa sakit
saat ditekan. Jika ini terjadi di kuku kaki, ada kemungkinan Anda juga
akan merasakan sakit atau nyeri saat memakai sepatu.

Beberapa perubahan kuku yang sudah disebutkan di atas bisa


membuat Anda kesulitan untuk menggerakkan jari kuku tangan dan jari
kuku kaki. Akibatnya, ini akan sedikit menghambat Anda dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, seperti menggenggam benda atau sekedar
berjalan

 Cara mengobati psoriasis kuku

Karena psoriasis sendiri merupakan penyakit yang berhubungan


dengan sistem imun, maka untuk pengobatan psoriasis kuku bisa dibilang
tidak mudah. Anda sebaiknya melakukan konsultasi ke dokter lebih dulu
supaya bisa mendapatkan penanganan yang tepat sesuai dengan kebutuhan

16
Anda. Namun, berikut ini beberapa pilihan pengobatan yang umum
dilakukan dokter untuk mengatasi psoriasis kuku:

 Pemberian obat steroid topikal yang dioleskan di tempat kuku yang


bermasalah.
 Dokter juga biasanya memberikan suntikan kortikosteroid ke
dalam kuku. Dalam banyak kasus suntikan kortikosteriod telah
menghasilkan hasil positif, terutama bila digunakan bersamaan
dengan perawatan topikal.
 Pemberiaan obat minum antijamur.
 Fototerapi di area yang terkena dampak psoriasis terhadap sinar
UV.
 Pembedahan untuk pengangkatan atau cabut kuku.
 Jika kuku yang terinfeksi sakit, dokter mungkin meresepkan obat
penghilang rasa sakit.
 Jika psoriasis kuku menyebabkan cacat berat, seperti tidak bisa
berjalan, maka dokter mungkin meresepkan obat sistemik. Obat ini
mempengaruhi seluruh tubuh seseorang, bukan hanya area
masalah. Contoh obat sistemik meliputi metotreksat, siklosporin,
atau biologis. Namun, butuh waktu lama agar kuku membaik.

 Mencegah psoriasis kuku

Perawatan kuku yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah


Anda terkena psoriasis kuku. Ikuti beberapa langkah-langkah di
bawah ini jika Anda ingin mencegah psoriasis kuku:

 Rutin potong kuku, tapi pastikan tidak terlalu pendek saat


memotongnya.
 Pakai sarung tangan untuk membersihkan dan melakukan
pekerjaan lain yang bersinggungan dengan tangan Anda.

17
 Pakai pelembab kuku dan kutikula setiap hari, terutama setelah
Anda bersentuhan dengan air.
 Kenakan sepatu yang nyaman dan tidak kekecilan sehingga
memiliki cukup ruang untuk jari kaki Anda.
 Hindari membersihkan kuku dengan sikat kuku atau benda tajam.
Hal ini dilakukan untuk mencegah kuku Anda lepas.

e. Paronikia Kronik

Paronikia adalah infeksi kulit di sekitar kuku tangan atau kuku


kaki, yang umumnya disebabkan oleh bakteri, namun bisa juga terjadi
akibat infeksi jamur. Paronikia bisa terjadi secara mendadak dan
berkembang cepat (akut), atau bertahap dan berlangsung dalam jangka
panjang (kronis).

Paronikia akut hampir selalu terjadi di area sekitar kuku tangan,


sedangkan paronikia kronis bisa terjadi di kuku di tangan atau di kuku
kaki, dan infeksi bisa menyebar ke bawah kulit.

Gejala paronikia akut atau kronis umumnya sama, dan hanya


dibedakan dari lama atau cepatnya gejala berkembang. Gejala awal

18
paronikia umumnya adalah kondisi jari di sekitar kuku yang bengkak,
kemerahan, dan sakit jika disentuh. Pada sebagian kasus, dapat terbentuk
abses (kumpulan nanah).

Hal ini dijumpai pada pasien dengan gangguan status imun


(misalnya pasien diabetes ) dan pada orang yang tangannya sering basah.

 Dijumpai eritema dan edema lipat kuku proksimal.


 Kutikula lenyap.
 Kuku mengalami distrofi.
 Biakan untuk candida dan/atau bakteri mungkin positif.

Gambar 5. Paronikia kronk. Perhatikan pembengkakan lipat kuk


proksimal,hilangnya kutikel, dan distrofi lempeng kuku.

 Penyebab Paronikia

Paronikia akut disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus


yang masuk ke kulit kuku yang rusak, sehingga menyebabkan infeksi
pada lipatan kuku. Sedangkan paronikia kronis umumnya disebabkan
oleh infeksi jamur Candida, meski bisa juga disebabkan oleh bakteri.

19
Paronikia kronis bisa terjadi di kuku tangan atau kuku kaki, dan
umumnya dialami oleh orang yang kaki atau tangannya sering terendam
air.

 Faktor Risiko Paronikia

Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang


mengalami paronikia adalah:

 Pekerjaan

Pekerjaan yang bisa meningkatkan risiko paronikia adalah:

Nelayan.
Tukang cuci baju atau piring.
Bartender.
Pemerah susu.

 Luka

Kulit yang terbuka bisa menyebabkan kuman masuk ke lapisan di


dalamnya. Kondisi ini bisa terjadi disebabkan beberapa faktor
seperti:

 Kebiasaan menggigit kuku.


 Teknik manikur kuku yang kurang baik.
 Kuku yang rusak akibat eksim atau dermatitis kontak.

 Kondisi Kuku

Mengenakan kuku palsu dalam waktu lama bisa membuat


kuku menjadi lembab. Kondisi tersebut mendukung
perkembangan kuman, yang pada akhirnya menyebabkan infeksi.
Cantengan akibat arah pertumbuhan kuku yang salah, juga
berisiko menimbulkan paronikia.

20
 Pengobatan Paronikia

Dokter akan meresepkan antibiotik minum seperti erythromycin


jika infeksi pada pasien disebabkan oleh bakteri. Namun jika infeksi
tidak terlalu parah, pasien cukup diberikan krim antibiotik berisi asam
fusidat. Sedangkan pada pasien dengan paronikia kronis, dokter akan
meresepkan salep kortikosteroid, seperti hidrokortison atau betametason,
atau salep anti jamur, misalnya clotrimazole dan miconazole. Obat
antijamur dalam bentuk tablet seperti itraconazole atau terbinafine juga
bisa menjadi pilihan.

Jika abses sudah terbentuk dan bengkak di jari kaki sudah sangat
membesar, dokter bedah akan membuat irisan pada abses untuk
membuang nanah. Dalam proses ini, dokter bisa mengambil sampel
nanah untuk diperiksa, sehingga penyebab infeksi bisa diketahui. Jari
pasien akan dibius sebelum dokter menjalankan prosedur ini. Pada
kondisi kuku yang sedikit tumbuh ke dalam (cantengan), dokter bisa
mengangkat sebagian atau seluruh kuku tersebut.

Untuk membantu proses penyembuhan, pasien bisa melakukan


sejumlah hal berikut:

 Rendam kaki di air hangat selama 15 hingga 20 menit, 3 hingga 5


kali sehari, untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.
 Konsumsi obat pereda rasa sakit, seperti paracetamol atau
ibuprofen.
 Pilih alas kaki yang nyaman, terutama yang terbuka di bagian jari,
bila paronikia terjadi pada area di sekitar kuku kaki.

 Cara Mencegah Paronikia

Bakteri apa sih yang menyebabkan masalah kuku ini? Nah,


paronikia akut ini disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Ketika

21
masuk ke kuku yang rusak, ia akan menyebabkan infeksi pada lipatan
kuku. Sedangkan paronikia kronis, biasanya disebabkan oleh infeksi
jamur candida, namun beberapa juga bisa dikarenakan oleh bakteri.

Lalu, bagaimana sih cara mencegah paronikia? Cara terbaik


mencegah paronikia akut adalah dengan merawat kuku dengan baik.
Selain itu:

 Jaga kuku tetap rapi dan halus.


 Hindari melukai kuku dan ujung jari.
 Jangan menggigit atau mencabut kuku.
 Gunakan gunting kuku atau gunting kuku yang bersih.
 Hindari memotong kuku terlalu pendek dan mengikis atau
memotong kutikula, karena ini dapat melukai kulit.

Paronikia kronis dapat dihindari dengan menjaga tangan tetap


kering dan bebas dari bahan kimia. Gunakan sarung tangan saat bekerja
dengan air atau bahan kimia yang keras. Ganti kaus kaki setidaknya
setiap hari, dan jangan memakai sepatu yang sama selama dua hari
berturut-turut untuk memungkinkan mereka mengering sepenuhnya.

Selain itu, paronikia juga bisa dicegah dengan:

 Hindari kebiasaan menggigit kuku atau mencungkil kulit di


sekitar kuku.
 Bagi pengidap diabetes, sebaiknya periksalah kaki tiap hari untuk
mewaspadai paronikia atau gangguan lain di kaki, sebab kelainan
pada kaki sering dialami pengidap diabetes.
 Jangan memotong kuku terlalu pendek. Pastikan memotongnya
sejajar dengan ujung jari.
 Jangan mengenakan kuku palsu dalam waktu lama.

22
 Kenakan sarung tangan karet bila aktivitas atau pekerjaan
membuat sering bersentuhan dengan air.
 Keringkan tangan dan kaki tiap selesai menyentuh air.

f. Infeksi kuku oleh Pseudomonas (sindrom kuku hijau)


 Terjadi onikolisis disertai kolonisasi bakteri sekunder
(pseudomonas).
 Tampak jelas warna kehijauan.
 Hal ini biasanya dijumpai pada wanita yang kukunya
panjang.

Gambar 6. Kuku hijau, onikolisis. Warna hijau terjadi karena infeksi sekunder oleh
pseudomonas.

H. Penanganan (secara self felling) Pencegahan dan Pengobatan

Produk yang dijual bebas biasanya tidak disarankan untuk


mengobati infeksi jamur kuku karena tidak memberikan hasil yang dapat
diandalkan sepenuhnya. Oleh karena itu, dokter mungkin meresepkan obat
antijamur oral (minum), seperti:

 Terbinafine
 Itraconazole
 Flukonazol
 Griseofulvin.

23
Anda mungkin diharuskan menggunakan obat-obatan oral ini selama
beberapa bulan karena solusi topikal umumnya tidak efektif dalam
menyembuhkan infeksi jamur kuku.

Anda dapat menggunakan perawatan antijamur lainnya, seperti lacquer


kuku antijamur atau larutan topikal. Perawatan ini dilakukan dengan cara
yang sama seperti Anda menggunakan cat kuku namun hal ini tergantung
pada jenis jamur yang menyebabkan infeksi, serta tingkat infeksi.

Perawatan tidak menjamin bahwa tubuh dapat bersih dari infeksi jamur
sepenuhnya. Dari beberapa kasus, infeksi kuku jamur akan kembali.

Pencegahan
Pencegahan yang bisa kita lakukan di sini supaya tidak dapat
terkena jamur tinea unguium yaitu :
 Menjaga kuku tetap pendek dan kering
 Kita harus kenakan sarung tangan karet, untuk melindungi
tangan dari paparan air yang berlebihan.
 Hindari menggunakan sepatu lama
 Jangan memotong atau mengikis kulit di sekitar kuku
 Pilihlah sepatu yang dapat mengurangi kelembapan kaki
 Hindari bertelanjang kaki di tempat umum
 Kenakan kaus kaki yang menyerap keringat.
 Cucilah tangan dan kaki secara rutin
Cara pengobatan Tinea unguium
Pengobatan infeksi kuku memerlukan ketekunan, pengertian,
kerjasama, antara penderita dan dokter. Kelainan kuku merupakan
kelainan yang banyak penyebabnya. Diagnosis harus ditegakkan
dengan pemeriksaan mikroskopis sebelum pengobatan spesifik
diberikan. Pengobatannya sendiri sulit dan lama. Pemberian
griseovulvin 500 mg sehari selama 3-6 bulan untuk kuku jari tangan
dan 9-12 bulan untuk kaki jari kaki merupakan pengobatan standar.

24
Pemberian intra konazol atau terbenafil peroral selama 3-6 bulan
juga memberikan hasil yang baik. Bedah skalpel tidak di anjurkan
terutama untuk kuku jari kaki, karena kuku residif akan mengganggu
pengobatan berikutnya. Obat topikal bisa diberikan dalam bentuk
losio ataukombinasi krim bifonazol dengan urea 40%.(marwali
harahap,2013)

25
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat saya ambil dari makalah ini adalah :
a. Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang melindungi tubuh
dari pengaruh lingkungan.
b. Dermatofitosis adalah infeksi jamur superfisial disebabkan oleh
dermatofita yang memiliki kemampuan untuk melekat pada keratin
dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi.
c. Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur
dermatofita.
d. Tinea unguium dapat disebabkan oleh T. minthagrophytes dan T.
rubrum, lebih sering pada orang dewasa baik pria maupun wanita.
e. Gambaran klinik penyakit tinea unguium biasanya menyertai tinea
pedis atau tinea manus.
f. Diagnosis tenia unguium ditegakkan dengan ditemukannya elemen
jamur pada pemeriksaan mikroskopis langsung dengan prepaat
KOH 10-20%.
g. Pengobatan infeksi kuku Tinea pemberian griseovulvin 500 mg
sehari selama 3-6 bulan untuk kuku jari tangan dan 9-12 bulan
untuk kaki jari.. Pemberian intra konazol atau terbenafil peroral
selama 3-6 bulan juga memberikan hasil yang baik.
B. Saran
Adapun saran dari makalah ini adalah mahasiswa harus mampu mengetahui
apa itu jamur tinea unguium,gejalah penyebabnya apa, morfologi dari jamur tinea
unguium,gambar kasusnya,penangananya,pencegahan, serta pengobatannya

26
DAFTAR PUSTAKA

 harahap, marwali.2013.ilmu penyakit dalam.jakarta : hipokrates.


 http/ www. Scribd. Com
 ilmu penyakit kulit dan kelamin.2007. Edisi kelima, jakarta. fakultas
kedokteran universitas indonesia
 jawetz, Melnick, & adelberg’s, 2001. Mikrobiologi kedokteran, edisi
pertama, jakarta : Penerbit Salemba Medica
 1989, mikologi medik, jakarta : pusat pendidikan tenaga kesehatan.
 sumber gambar pdf : BIKKK_vol 20 no 3_des 2008_Acc_3
Leggit, J. (2017). Acute and Chronic Paronychia. Am Fam Physician.
96(1),pp.44-51.
 Relhan, V. et. al. (2014). Management of Chronic Paronychia. Indian J
Dermatol. 59(1), pp. 15–20.

27
28

Anda mungkin juga menyukai