MIKROBIOLOGI FARMASI
(TINEA UNGUIUM)
NIM : 917312906201.008
TAHUN 2018/2019
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb...
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul “Tinea Unguium” makalah ini saya susun guna untuk memenuhi
tugas saya untuk matakuliah “ Mikrobiologi Farmasi“
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dkarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetehuan yang saya
miliki. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan masukan maupun kritik
yang membangun dari selaga pihak agar dalam penyusunan makalah
selanjutnya saya bisa lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna
untuk lebih mengembangkan wawasan kita mengenai generasi muda dan
bahaya narkoba.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Penyakit
B. Epidemiologi
C. Patogenesis
D. Jamur Penyebab Penyakit
E. Morfologi Jamur
F. Gejala Infeksinya
G. Gambar Kasus
H. Penanganan (secara self felling) Pencegahan dan Pengobatan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
4
3. Infeksi subkutan
5
Di antaranya adalah tinea unguium dan tinea favosa (Tinea flavus).
(1989, mikologi medik, jakarta : pusat pendidikan tenaga kesehatan)
A. Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi penyakit tinea unguium ?
2. Morfologi dari jamur penyebab penyakit tinea unguium ?
3. Bagaimana cara mengetahui gejala dari infeksi jamur tinea
unguium ?
4. Bagaimana gambar kasus penyebab dari jamur unguium ?
5. Bagaimana cara penanganan dan pengobatan ?
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa
dapat mengetahui apa saja definisi penyakit tinea unguium, morfologi dari
jamur penyebab penyakit tinea unguium, cara mengetahui gejala dari
infeksi jamur tinea unguium, gambar kasusnya, dan juga penanganan
secara self felling dan pencegahan dan pengobatan.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
B. Epidemiologi
Tinea unguium merupakan penyakit global, dengan prevalensi
bervariasi, lebih banyak ditemukan di daerah beriklim dingin, dan lebih
7
sedikit di iklim tropis. Di Negara Barat dilaporkan prevalensi berkisar 2-
18 % dari populasi; tetapi proyek Achilles, satu survei khusus kelainan
kuku di Eropa menunjukkan prevalensi 26,9%, sedangkan survei serupa
di Negara tropis Asia mendapatkan prevalensi 8,1%. Di Indonesia, studi
prevalensi yang pernah dilakukan menunjukkan kisaran yang rendah,
yakni 3,5-4,7% di antara kasus dermatomikosis.
Tinea unguium dapat terkena anak-anak atau orang dewasa.Sekali
diperoleh, biasanya tidak berkurang secara spontan. Oleh karena itu,
kenaikan insiden dengan usia lanjut; 1% dari individu <18 tahun yang
terkena dampak; hampir 50% dari mereka > 70 tahun. Lebih sering terjadi
pada pria.
Semua ras dapat terkena tinea unguium yang bermukim di daerah tropis. Pada
orang yang banyak bekerja dengan air kotor dan lembab atau basah bisa
menyebabkan tinea unguium
C. Patogenesis
Faktor predisposisi yang memudahkan terjadinya tinea unguium
serupa dengan penyakit jamur superfisial lain, yakni kelembaban, oklusi,
trauma berulang pada kuku, kerusakan kuku oleh sebab lain, penurunan imunitas,
pertumbuhan kuku yang lambat, permukaan kuku yang lebar dan faktor
genetik. Sehubungan dengan itu, berbagai hal terbukti sebagai faktor risiko
mendapat tinea unguium, antara lain gaya hidup tertentu misalnya
penggunaan kaos kaki dan sepatu tertutup terus menerus, olahraga,
penggunaan tempat mandi umum. Usia tua, kanker, psoriasis, infeksi
dermatofita pada lokasi lain juga merupakan faktor risiko. Pada anak-anak
jarang ditemukan tinea unguium, kemungkinan karena pajanan terhadap
penyebab relatif jarang, permukaan kuku sempit, pertumbuhan kuku yang
lebih cepat, dan prevalensi tinea pedis yang rendah. Jamur menyerang
memalui beberapa rute yang akan memberikan gambaran klinis berbeda, tetapi
pada stadium lanjut, seluruh kuku dapat rusak
8
D. Penyebab Tinea unguium
Jamur yang paling sering menyebabkan Tinea unguium adalah
Trichopyton rubrum
Gambar 2.1 (a) Bentuk koloni tinea unguium pada media kultur (b)
morfologi tinea unguium.(Sumber gambar pdf : BIKKK_vol 20 no 3_des
2008_Acc_3)
a. Koloni:
putih bertumpuk di tengah dan maroon pada tepinya berwarna merah cheri
pertumbuhan pada PDA(potato Dextrose Agar).
b. Gambaran mikroskopik:
beberapa mikrokonida berbentuk airmata, sedikit makrokonidia berbentuk
pensil.
T. mentagrophytes
9
Gambar 2.2 (a) Bentuk koloni tinea ungium pada media kultur SDA (b)
morfologi tinea unguium(sumber gambar pdf :BIKKK_vol 20 no 3_des
2008_Acc_3)
a. Koloni :
Putih hingga krem dengan permukaan seperti tumpukan kapas.
Pada PDA tidak muncul pigmen.
b. Gambaran mikroskopik :
mikrokonidia yang bergerombol,
bentuk cerutu yang jarang,terkadang hifa spiral.(harahap,
marwali.2013
E. Gejala Infeksi
Seseorang kemungkinan mengalami jamur kuku jika di tanda-tanda di
bawah ini terjadi pada kukunya:
Kusam dan tidak cerah.
Menebal
Berubah bentuk
Berwarna kehitaman (akibat penumpukan kotoran di bawah kuku).
Rapuh atau retak.
Kuku yang terinfeksi jamur juga dapat terpisah dari alas kuku, sehingga
penderita akan merasakan nyeri pada ujung kuku kaki atau jari. Selain itu,
kuku juga dapat mengeluarkan bau yang tidak sedap.
10
F. Morfologi Jamur
Jamur tinea unguium ini termaksud dalam Khamir/yeast : Sel-sel yang
berbentuk bulat atau lonjong dan berkembang biak dengan membentuk
(blastospora). Membentuk koloni basah berbau seperti ragi. yeast ini
merupakan jamur yang uniselluler yang berkembang biak dengan cara
membelah diri (asexual) membentuk tunas atau bundding sel.
Kapang/mold terdiri dari sel-sel memanjang bercabang yang di sebut
hifa, serta membentuk anyaman hifa disebut miselium. Kapang/mold ini
juga merupakan jamur yang multiselluler yang membentuk benang-benang
hifa/filament, kumpulan dari hifa yang di sebut miselium yang membentuk
suatu anyaman. Hifa yang berada di atas permukaan media di sebut hifa
aerial Yang berfungsi sebagai alat perkembang biakan. Sedangkan hifa
yang berada di dalam media di sebut hifa vegetatif yang berfungsi sebagai
alat untuk menyerap makanan.
G. Gambaran Kasus
Penyakit ini biasanya menyertai Tinea pedis atau Tinea manus. Keluhan
penderita berupa kuku menjadi rusak dan warnanya menjadi suram.
Bergantung penyebabnya destruksi kuku dapat dimulai dari distal, lateral,
ataupun keseluruhan. Bila disertai dengan paranokia sekitar kuku maka
akan terasa nyeri dan gatal. Pada umumnya Tinea unguium berlangsung
secara kronik dan sukar penyembuhannya.
Gambar1.Anatomi kuku
11
Bagian-bagian kuku
Matriks kuku
merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru-baru.
Dinding kuku ( nail wall )
merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi bagian pinggir dan atas
Dasar kuku ( nail bed )
merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku.
Alur kuku ( nail groove )
merupakan celah antara dinding dan dasar.
Akar kuku ( nail root )
merupakan bagian proksimal kuku.
Lempeng kuku ( nail plate )
merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi dinding kuku.
Lunula
merupakan bagian lempeng kuku yang warna putih di dekat akar kuku
berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit.
Eponikium
merupakan dinding kuku bagian proksimal, kulit arinya menutupi
bagian permukaan lempeng kuku.
Hiponikium
Merupakan dasar kuku, kulit ari dibawah kuku yang bebas (free
edge) menebal.
Kutikula ialah stratum yang terbentuk dari lipatan kuku proksimal, yang
lengket dengan lempeng kuku (nail plate). Jari-jari tangan mendapat
vaskularisasi pembuluh darah yang berjalan paralel dan pembuluh darah
tersebut beranastromosis pada ruangan pulpa dibawah falangs terminal
membentuk lengkungan di sekitar tulang dan mevaskularisasi jaringan lipatan
kuku, di bantalan kuku juga terdapat glomus yang merupakan struktur
vaskuler khusus yang bekerja sebagai anterivenosa untuk mengatur aliran
darah pada cuaca dingin.
12
Ada 3 bentuk klinis tergantung penyebab dan permulaan dari
destruksi kuku yaitu ;
13
c. Bentuk subungual proksimalis
Bentuk ini dimulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama
menyerang kuku dan membentuk gambaran klinis yang khas, yaitu
terlihat kuku dibagian distal masih utuh, sedangkan bagian proksimal
rusak. Biasanya penderita unguium mempunyai dermatofitosis ditempat
lain yang sudah sembuh atau yang belum sembuh. Kuku kaki lebih sering
diserang daripada kuku tangan.
(ilmu penyakit kulit dan kelamin.2007)
d. Psoriasis Kuku
Psoriasis kuku adalah kelainan kulit kronis yang sering muncul
kemudian hilang. Penyakit ini umumnya ditandai dengan munculnya
ruam merah, kulit kering, terkelupas, bersisik, dan menebal. Selain itu,
psoriasis juga terkadang disertai dengan rasa gatal yang intens. Semua
bagian tubuh bisa saja terserang psoriasis termasuk kuku.
Setengah dari orang yang memiliki psoriasis kulit juga akhirnya
mengalami psoriasis kuku. Sampai saat ini, para ahli dan dokter belum
mengetahui kenapa hal tersebut bisa terjadi. Akan tetapi, alasan
terkuatnya karena kuku merupakan bagian dari kulit.
Kuku memang bisa jadi indikator kesehatan seseorang. Namun dalam
kasus yang jarang terjadi, kuku adalah satu-satunya bagian tubuh yang
menunjukkan tanda-tanda psoriasis. Berikut ini beberapa perubahan pada
kuku jari kaki dan kuku jari tangan yang harus Anda waspadai sebagai
tanda-tanda psoriasis kuku:
14
1. Perubahan warna
15
Selain itu, kuku Anda bisa menjadi lebih tebal karena infeksi jamur
yang disebut onikomikosis, yang umum terjadi pada orang dengan
psoriasis. Selain itu, psoriasis juga dapat menyebabkan kemunculan garis
Beau, yaitu lekukan segaris di kuku.
4. Kuku lepas
5. Subungual hyperkeratosis
16
Anda. Namun, berikut ini beberapa pilihan pengobatan yang umum
dilakukan dokter untuk mengatasi psoriasis kuku:
17
Pakai pelembab kuku dan kutikula setiap hari, terutama setelah
Anda bersentuhan dengan air.
Kenakan sepatu yang nyaman dan tidak kekecilan sehingga
memiliki cukup ruang untuk jari kaki Anda.
Hindari membersihkan kuku dengan sikat kuku atau benda tajam.
Hal ini dilakukan untuk mencegah kuku Anda lepas.
e. Paronikia Kronik
18
paronikia umumnya adalah kondisi jari di sekitar kuku yang bengkak,
kemerahan, dan sakit jika disentuh. Pada sebagian kasus, dapat terbentuk
abses (kumpulan nanah).
Penyebab Paronikia
19
Paronikia kronis bisa terjadi di kuku tangan atau kuku kaki, dan
umumnya dialami oleh orang yang kaki atau tangannya sering terendam
air.
Pekerjaan
Nelayan.
Tukang cuci baju atau piring.
Bartender.
Pemerah susu.
Luka
Kondisi Kuku
20
Pengobatan Paronikia
Jika abses sudah terbentuk dan bengkak di jari kaki sudah sangat
membesar, dokter bedah akan membuat irisan pada abses untuk
membuang nanah. Dalam proses ini, dokter bisa mengambil sampel
nanah untuk diperiksa, sehingga penyebab infeksi bisa diketahui. Jari
pasien akan dibius sebelum dokter menjalankan prosedur ini. Pada
kondisi kuku yang sedikit tumbuh ke dalam (cantengan), dokter bisa
mengangkat sebagian atau seluruh kuku tersebut.
21
masuk ke kuku yang rusak, ia akan menyebabkan infeksi pada lipatan
kuku. Sedangkan paronikia kronis, biasanya disebabkan oleh infeksi
jamur candida, namun beberapa juga bisa dikarenakan oleh bakteri.
22
Kenakan sarung tangan karet bila aktivitas atau pekerjaan
membuat sering bersentuhan dengan air.
Keringkan tangan dan kaki tiap selesai menyentuh air.
Gambar 6. Kuku hijau, onikolisis. Warna hijau terjadi karena infeksi sekunder oleh
pseudomonas.
Terbinafine
Itraconazole
Flukonazol
Griseofulvin.
23
Anda mungkin diharuskan menggunakan obat-obatan oral ini selama
beberapa bulan karena solusi topikal umumnya tidak efektif dalam
menyembuhkan infeksi jamur kuku.
Perawatan tidak menjamin bahwa tubuh dapat bersih dari infeksi jamur
sepenuhnya. Dari beberapa kasus, infeksi kuku jamur akan kembali.
Pencegahan
Pencegahan yang bisa kita lakukan di sini supaya tidak dapat
terkena jamur tinea unguium yaitu :
Menjaga kuku tetap pendek dan kering
Kita harus kenakan sarung tangan karet, untuk melindungi
tangan dari paparan air yang berlebihan.
Hindari menggunakan sepatu lama
Jangan memotong atau mengikis kulit di sekitar kuku
Pilihlah sepatu yang dapat mengurangi kelembapan kaki
Hindari bertelanjang kaki di tempat umum
Kenakan kaus kaki yang menyerap keringat.
Cucilah tangan dan kaki secara rutin
Cara pengobatan Tinea unguium
Pengobatan infeksi kuku memerlukan ketekunan, pengertian,
kerjasama, antara penderita dan dokter. Kelainan kuku merupakan
kelainan yang banyak penyebabnya. Diagnosis harus ditegakkan
dengan pemeriksaan mikroskopis sebelum pengobatan spesifik
diberikan. Pengobatannya sendiri sulit dan lama. Pemberian
griseovulvin 500 mg sehari selama 3-6 bulan untuk kuku jari tangan
dan 9-12 bulan untuk kaki jari kaki merupakan pengobatan standar.
24
Pemberian intra konazol atau terbenafil peroral selama 3-6 bulan
juga memberikan hasil yang baik. Bedah skalpel tidak di anjurkan
terutama untuk kuku jari kaki, karena kuku residif akan mengganggu
pengobatan berikutnya. Obat topikal bisa diberikan dalam bentuk
losio ataukombinasi krim bifonazol dengan urea 40%.(marwali
harahap,2013)
25
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat saya ambil dari makalah ini adalah :
a. Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang melindungi tubuh
dari pengaruh lingkungan.
b. Dermatofitosis adalah infeksi jamur superfisial disebabkan oleh
dermatofita yang memiliki kemampuan untuk melekat pada keratin
dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi.
c. Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur
dermatofita.
d. Tinea unguium dapat disebabkan oleh T. minthagrophytes dan T.
rubrum, lebih sering pada orang dewasa baik pria maupun wanita.
e. Gambaran klinik penyakit tinea unguium biasanya menyertai tinea
pedis atau tinea manus.
f. Diagnosis tenia unguium ditegakkan dengan ditemukannya elemen
jamur pada pemeriksaan mikroskopis langsung dengan prepaat
KOH 10-20%.
g. Pengobatan infeksi kuku Tinea pemberian griseovulvin 500 mg
sehari selama 3-6 bulan untuk kuku jari tangan dan 9-12 bulan
untuk kaki jari.. Pemberian intra konazol atau terbenafil peroral
selama 3-6 bulan juga memberikan hasil yang baik.
B. Saran
Adapun saran dari makalah ini adalah mahasiswa harus mampu mengetahui
apa itu jamur tinea unguium,gejalah penyebabnya apa, morfologi dari jamur tinea
unguium,gambar kasusnya,penangananya,pencegahan, serta pengobatannya
26
DAFTAR PUSTAKA
27
28