SARI
Sulawesi Tenggara adalah salah satu provinsi yang memiliki sumber daya bahan galian yang cukup melimpah dan variatif.
Namun sampai sejauh ini belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga kontribusi terhadap produk domestik regional
bruto (PDRB) provinsi ini sangat rendah. Luas penyebaran bahan galian di provinsi ini diperkirakan mencapai 2.171.480
ha atau sekitar 56,94% dari luas wilayah. Lokasinya tersebar di 595 lokasi di seluruh wilayah kota/kabupaten. Metode
yang digunakan untuk mengetahui kawasan tersebut yang berada dalam hutan lindung adalah dengan menggunakan
metode tumpang tindih (superimpose) dengan bantuan perangkat lunak MapInfo. Berdasarkan hasil pengolahan data,
terdapat 169 lokasi sebaran bahan galian berada dalam kawasan hutan lindung yang luasnya mencapai 659.965 ha,
sedangkan yang berada di luar hutan lindung mencapai 1.511.515 ha. Sumber daya bahan galian tersebut berada di
426 lokasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa dari luas 1.511.515 ha dengan sumber daya berada di 426 lokasi, ternyata
hanya 1.102.107 ha saja yang sumber dayanya memiliki prospek untuk dikembangkan dan lokasinya berada di 174
lokasi (kecamatan) di provinsi ini. Berdasarkan metode analisis faktor, emas, nikel, aspal, batugamping, mangan, kromit
dan pasir kuarsa adalah komoditas tambang yang menjadi prioritas utama untuk diusahakan karena memiliki keterkaitan
manfaat yang tinggi terhadap berbagai sektor industri hilir.
ABSTRACT
Southeast Sulawesi is a province that has variously huge minerals resources. However, so far the minerals resources
are not used optimally yet. Accordingly, the contribution to the gross regional domestic product of this province due to
minerals resources is very low. Distribution area of the minerals is assumed to reach 2,171,480 ha, or approximately
56.94% of the area of this province. The minerals are distributed in 595 localities in all cities/regencies. Methodology
used to know the area that is located in a protected forest is superimpose using MapInfo software. Based on the processing
data, there are 169 localities of the mineral distribution within the protected forest with an area of 659,965 ha; whereas
the areas outside the protected forest are 1,511,515 ha. The mineral resources are located in 426 localities. The result
reveals that from the area of 1,511,515 ha with the resources in 426 localities, in fact it is only 1,102,107 ha having a
prospect to be developed and their locations are situated in 174 districts in this province. According to a factor analysis
method, gold, nickel, asphalt, limestone, manganese, chromite and quartz sand are mining product commodities that
have a priority to be exploited, because they have a high benefit linkage towards downstream industry sector.
Naskah masuk : 01 Februari 2012, revisi pertama : 08 Juni 2012, revisi kedua : 15 Agustus 2012, revisi terakhir : September 2012 119
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 8, Nomor 3, September 2012 : 119 – 131
Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki potensi sum- a) Jenis dan Metode Pengumpulan Data
ber daya mineral logam dan nonlogam seperti nikel, Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
emas, aspal yang tersebar di berbagai lokasi sep- adalah data primer dan data sekunder, baik
erti Kolaka Utara, Konawe Utara, Konawe Selatan, bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data
Bombana dan di Pulau Buton, akan tetapi penge- primer diperoleh melalui pengamatan dan
lolaannya belum optimal. Salah satu upaya untuk pencatatan secara langsung di lokasi penelitian
meningkatkan peran/kontribusi sektor pertamban- di beberapa lokasi yang memiliki potensi sum-
gan di wilayah ini adalah dengan memanfaatkan ber daya mineral. Pemilihan lokasi ditentukan
semua potensi sumber daya mineral tersebut secara dengan sengaja (purposive). Data sekunder
optimal dalam rangka mendukung pengembangan diperoleh dari berbagai pustaka, Badan Pusat
wilayah yang berwawasan lingkungan, sehingga Statistik, Dinas Energi dan Sumber Daya Mine-
120
Konsep Pengembangan Wilayah Sulawesi Tenggara Berbasis Komoditas ... Triswan Suseno dan Endang Mulyani
121
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 8, Nomor 3, September 2012 : 119 – 131
122
Konsep Pengembangan Wilayah Sulawesi Tenggara Berbasis Komoditas ... Triswan Suseno dan Endang Mulyani
Keterangan
Bahan Galian
Batas Kabupaten
Emas
Ibu Kota Kabupaten
Jalan Nikel
Sungai Kromit
Marmer
Pasir Kuarsa
Tanah Liat
Aspal
123
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 8, Nomor 3, September 2012 : 119 – 131
Tabel 2. Variabel pengukuran dan pembobotan bahan galian di Provinsi Sulawesi Tenggara
diusahakan dan dapat dijadikan sebagai mata permukiman), 2 (kawasan hutan), 3 (kawasan
pencaharian masyarakat setempat. Penetapan persawahan), 4 (kawasan perkebunan), 5 (ka-
sumber daya ini dilakukan berdasarkan 3 wasan semak), 6 (kawasan tanah kosong).
klasifikasi nilai interval sumber daya setiap - Rencana tata ruang adalah variabel yang di-
bahan galian. Masing-masing klasifikasi adalah jadikan sebagai pedoman arah pengembangan
sebagai berikut: klasifikasi pertama sebagai wilayah dalam RTRW disesuaikan dengan
potensi terbesar diberi bobot 3, klasifikasi peruntukannya. Lokasi usaha tambang yang se-
kedua sebagai potensi sedang diberi bobot 2 suai dengan peruntukannya diberi bobot, yaitu
dan klasifikasi ketiga dengan potensi terkecil 1 (kawasan lindung di luar, hutan lindung), 2
diberi bobot 1. (kawasan hutan produksi), 3 (kawasan budi
- Jenis bahan galian, pemilihan ditentukan ber- daya), 4 (kawasan areal penggunaan lain).
dasarkan nilai keekonomiannya yang meliputi - Jarak tempuh adalah variabel untuk menge-
nilai manfaat, nilai jual dan nilai tambah jenis tahui pencapaian ke lokasi bahan galian dari
bahan galian itu sendiri. Jenis bahan galian jalan raya dan kemudahan untuk mencapainya
yang terdapat di daerah ini adalah nikel, as- (aksesibilitas) berdasarkan jarak pencapaian/
pal, marmer, emas, pasir besi, batugamping, tempuh ke lokasi. Pencapaian lokasi dan
kromit, marmer, lempung, pasir kuarsa. infrastruktur menuju lokasi tambang sangat
- Nilai jual/ekonomi adalah daya jual jenis menentukan bagi para pengusaha tambang
bahan galian dilihat dari nilai manfaat dan untuk berinvestasi. Oleh karena itu, lokasi
nilai keekonomian bahan galian itu sendiri. merupakan hal yang penting bagi pengem-
Pembobotan jenis bahan galian tersebut adalah bangan usaha bahan galian.
sebagai berikut : 1 adalah bahan galian dengan
nilai jual rendah, 2 bahan galian dengan nilai Variabel-variabel tersebut di atas diberi bobot yang
jual sedang dan 3 bahan galian dengan nilai disesuaikan dengan kondisi lahan/lokasi masing-
jual tinggi. masing bahan galian tersebut. Untuk memudahkan
- Penggunaan lahan merupakan variabel yang analisis, selanjutnya variabel-variabel tersebut
mengelompokkan lokasi penyebaran bahan diberi simbol sebagai berikut : X1 = sumber daya,
galian ke dalam kawasan lindung atau ka- X2 = nilai ekonomi, X3 = penggunaan lahan, X4
wasan budi daya. Pembobotan berdasarkan = penggunaan rencana tata ruang dan X5 = jarak
lokasi keruangan yang tercantum dalam tempuh. Pembobotan terhadap variabel-variabel ini
RTRW Sulawesi Tenggara, yaitu 1 (kawasan dapat dilihat dalam Tabel 2.
124
Konsep Pengembangan Wilayah Sulawesi Tenggara Berbasis Komoditas ... Triswan Suseno dan Endang Mulyani
Penentuan Prioritas sebaran tapi berada pada dua atau lebih wilayah/
kecamatan, sehingga penilaian bobot pada variabel
Analisis berikutnya adalah menentukan pri- tersebut akan berbeda. Hasilnya menunjukkan bah-
oritas pengembangan bahan galian menggunakan wa dari luas 1.511.515 ha dengan sumber dayanya
pendekatan analisis faktor yang dihitung dengan berada di 426 lokasi, ternyata hanya 1.102.107 ha
bantuan paket program komputer yang disebut saja yang sumber dayanya memiliki prospek untuk
statistical package for social science (SPSS). Dengan dikembangkan dan lokasinya berada di 174 lokasi
perhitungan ini terdapat beberapa faktor utama (kecamatan) se Sulawesi Tenggara (Tabel 3).
yang mempunyai nilai eigen relative yang lebih
besar atau sama dengan 1. Berdasarkan program Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, analisis
SPSS diperoleh lima komponen utama/variabel faktor menginformasikan tingkat keunggulan ko-
yang ternyata dapat dikelompokkan menjadi tiga moditas sektor pertambangan daerah dalam suatu
faktor, karena faktor/kelompok ini telah mampu wilayah. Dalam konteks wilayah Sulawesi Teng-
menerangkan 97,32% keragaman data. Hal ini gara, nilai skor masing-masing daerah menunjukkan
diperkuat pula oleh hasil penghitungan analisis konfigurasi keunggulan dari setiap provinsi tersebut
faktor terdapat 3 nilai eigen yang lebih besar atau dalam wilayah Sulawesi Tenggara. Suatu komoditas
sama dengan satu. Ketiga faktor ini memiliki kon- tambang merupakan sektor basis kabupaten/kota
tribusi terhadap masing-masing variabel, dengan bila memiliki nilai skor lebih besar dari satu, tidak
pengelompokan sebagai berikut : demikian apabila terjadi sebaliknya.
- faktor pertama (F1), meliputi variabel status
sumber daya (X1) dan nilai ekonomi (X 2), Dalam Tabel 3 dapat dilihat bahwa terdapat perbe-
karena keduanya berkorelasi secara signifikan daan struktur basis komoditas dari setiap daerah di
sebesar 98,21% dengan F1; Sulawesi Tenggara. Hal ini terlihat dari nilai skor
- faktor kedua (F 2), meliputi variabel peng- faktor yang dihitung. Buton, Buton Selatan dan
gunaan lahan (X3), karena berkorelasi secara Buton Utara yang berada dalam satu pulau dengan
signifikan sebesar 96,53% dengan F2; ciri khas tambang aspal, memiliki potensi untuk
- faktor ketiga (F3), meliputi variabel rencana diusahakan, karena nilai skor faktornya lebih besar
tata ruang (X4) dan kondisi jalan (X5), karena dari satu. Komoditas tambang lain yang memiliki
keduanya berkorelasi secara signifikan sebesar peluang untuk diusahakan di Pulau Buton adalah
94,27% dengan F3. batubara, batugamping dan pasir besi. Komoditas
nikel merupakan komoditas yang tersebar diseluruh
Analisis berikutnya adalah menentukan setiap daerah dan daerah yang memiliki prospek untuk
individu dari setiap variabel baru dengan cara mengembangkan usaha nikel antara lain Kolaka,
menghitung skor ketiga faktor tersebut di atas. Skor Konawe, Konawe Selatan, Konawe Utara, Bombana,
faktor ini akan mencerminkan keadaan karakteristik Kolaka Utara, Buton Selatan, dan lintas Bombana-
individu yang diwakili oleh ketiga faktor tersebut. Buton. Kromit secara ekonomis dapat diusahakan
Semakin tinggi nilai skor individu yang diwakili di daerah Bombana. Emas adalah komoditas yang
oleh faktor tersebut, semakin mencerminkan karak- memiliki prospek untuk diusahakan di tiga daerah,
teristik individu tersebut di dalam faktor yang yaitu Konawe, Kolaka dan Bombana. Potensi lain
mewakilinya. Nilai-nilai tersebut menjadi indikator yang memiliki prospek untuk diusahakan adalah
dalam menentukan prioritas utama yang dipilih kobal, kalsit, krisopras, kuarsit, lempung, marmer,
untuk mewakili individu lainnya. Dengan kata lain, pasir kuarsa, talk dan tras.
hasil penilaian terhadap jenis bahan galian yang
memiliki prioritas utama untuk dikembangkan/ Langkah-langkah strategis sektor pertambangan da-
diusahakan ditentukan berdasarkan nilai skor faktor lam mendukung pengembangan wilayah Sulawesi
masing-masing jenis bahan galian. Tenggara :
1. Meningkatkan kualitas aspal buton dilakukan
Pengelompokan jenis bahan galian berdasarkan dengan mencampur aspal panas dengan ba-
pendekatan geologis dimungkinkan dilakukan pada han tambah aspal buton atau Asbuton (BGA),
satu sebaran, sedangkan berdasarkan pendekatan campuran dingin aspal emulsi dengan bahan
geografis dilakukan untuk mengelompokkan bahan tambah Asbuton (BGA) perkerasan jalan cam-
galian yang secara geografis letaknya berdekatan. puran beraspal panas asbuton (BGA) yang
Pendekatan ini dilakukan karena sangat mungkin diremajakan, campuran beraspal panas asbu-
bahan galian yang secara geologis terletak pada satu ton Lawele dan dengan lapis penetrasi mastik
125
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 8, Nomor 3, September 2012 : 119 – 131
Tabel 3. Lokasi potensi bahan galian di Sulawesi Tenggara yang memiliki prospek untuk dikembangkan
126
Konsep Pengembangan Wilayah Sulawesi Tenggara Berbasis Komoditas ... Triswan Suseno dan Endang Mulyani
asbuton (asbuton Lawele) (Hermadi, 2011). 2. Kegiatan penambangan nikel adalah kegiatan
Metode tersebut telah diterapkan di Gorontalo penambangan yang paling banyak diminati
dan Muna (Sulawesi Tenggara). Teknologi oleh para penanam modal dan yang paling
tersebut di atas memberikan harapan baru luas cakupan penggunaan lahannya. Hal ini
terhadap optimisme perkembangan permin- bisa dimaklumi, mengingat permintaan nikel
taan asbuton di masa mendatang, sehingga dunia saat ini sangat tinggi dan harganya yang
produksi asbuton akan meningkat. Pemerintah terus mengalami kenaikan. Nikel digunakan
perlu segera meningkatkan produksi serta untuk bahan campuran dalam industri besi
pemanfaatan aspal Buton (asbuton). Selain baja agar kuat dan tahan karat. Komoditas
memiliki banyak kelebihan, juga karena dalam ini memiliki sumbetr daya yang cukup besar
beberapa tahun terakhir, aspal minyak me- dan menyebar di beberapa kabupaten/kota di
ngalami kenaikan harga seiring harga minyak Sulawesi Tenggara. PT. Antam Tbk dan PT.
dunia yang semakin mahal. Di samping itu, Inco Tbk adalah dua perusahaan yang sudah
perkembangan teknologi pengolahan minyak sejak lama mengelola nikel. Sebelum tahun
bumi juga semakin maju, sehingga jumlah 2014 keduanya telah siap untuk mengolah
residu berupa aspal yang dihasilkan semakin nikel menjadi bahan jadi atau setengah jadi
kecil. Hal ini akan menyebabkan harga aspal di dalam negeri.
minyak akan semakin mahal.
127
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 8, Nomor 3, September 2012 : 119 – 131
3. Selain dua perusahaan besar tersebut, terdapat kebutuhan PT. Inco Tbk di Soroako Sulawesi
banyak perusahaan-perusahaan kecil peme- Selatan sebagai bahan pendukung untuk me-
gang izin usaha pertambangan (IUP) yang menuhi kebutuhan dalam proses pengolahan
melakukan penambangan, kemudian dijual (ke bijih nikel menjadi nickel matte.
Cina) dalam bentuk bijih tanpa melalui pengo-
lahan/pemurnian terlebih dahulu. Perkembang- 7. Kromit merupakan salah satu jenis mineral
an pertambangan nikel di Sulawesi Tenggara yang berkomposisi kimia FeCr2O3 dan ternyata
saat ini menunjukkan peningkatan yang tinggi. memiliki nilai strategis, karena mineral tersebut
Penambangan dilakukan secara besar-besaran berasal dari ekstraksi mineral dan sangat dibu-
karena pada tahun 2014 ekspor dalam bentuk tuhkan dalam perkembangan industri-industri
bijih akan dihentikan. Dikhawatirkan apabila rekayasa, pesawat terbang, ruang angkasa dan
hal ini terus berlangsung, maka pada tahun kemiliteran serta industri teknologi tinggi lain-
2014 nanti sudah tidak ada lagi sumber daya nya (Hasan, 1998). Oleh karena mineral terse-
nikel yang tersisa. but memiliki nilai yang strategis, maka sangat
perlu dikembangkan dan diteliti lebih rinci
4. Untuk mencegah ekspor dalam bentuk bijih, terutama di daerah-daerah yang kemungkinan
maka harus dibangun pabrik pengolahan nikel terdapat endapan mineral-mineral tersebut.
di daerah ini untuk menampung kesulitan
pemegang IUP menjual bijih nikel. Konsep Pengembangan Wilayah
5. Salah satu material yang digunakan dalam pe- Langkah-langkah kebijakan pembangunan per-
ngolahan nikel adalah batugamping yang bisa tambangan di Sulawesi Tenggara dalam kerangka
didatangkan dari Buton yang cadangannya cu- pengembangan wilayah dalam mendukung pem-
kup melimpah. Batugamping ini dapat diting- bangunan berkelanjutan adalah sebagai berikut :
katkan kualitasnya menjadi kapur tohor yang - Penataan fungsi kawasan hutan melalui pe-
dapat digunakan untuk berbagai keperluan di rubahan tata ruang wilayah Sulawesi Teng-
berbagai industri. Selain itu, batugamping juga gara melalui penurunan kriteria sesuai kondisi
dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan kawasan hutan saat ini.
semen pozolan. Penentuan lokasi pabrik harus - Penataan kembali lahan-lahan konsesi pertam-
berdasarkan pertimbangan dari berbagai aspek bangan untuk menghindari adanya kepemili-
seperti infrastruktur jalan, jarak, lokasi pasar kan lahan ganda.
agar menghasilkan biaya produksi dan biaya - Mendorong pembangunan industri pengolahan
distribusi yang minimal. Selain itu, apabila guna memperluas kesempatan kerja, kesem-
melihat potensi batugamping di Sulawesi Teng- patan berusaha dan multiplier effect lainnya.
gara ternyata cukup besar, upaya lain dalam Industri-industri yang memiliki prospek baik
mendukung pengembangan wilayah adalah tersebut antara lain pengolahan untuk nikel,
dengan menggagas membangun satu kawasan mangan, batugamping, kromit dan aspal.
industri semen di sekitar Poleang atau Poleang - Mengembangkan kawasan industri pertam-
Timur (Bombana), karena selain batugamping bangan nasional sesuai dengan Peraturan
sebagai bahan baku utama juga terdapat pasir Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
kuarsa, tanah liat serta ketersediaan lahan dan 2011 Tentang Masterplan Percepatan dan
air. Upaya-upaya tersebut tiada lain untuk Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
meningkatkan pendapatan masyarakat, penda- (MP3EI) 2011-2025 (KESDM, 2010). Berdasar-
patan daerah dan peningkatan pertumbuhan kan kebijakan tersebut, Pemerintah Provinsi
ekonomi. Sulawesi Tenggara mencanangkan areal pen-
gelolaan kawasan hutan seluas 481 ribu ha
6. Pembangunan industri pengolahan pasir kuarsa yang akan dimanfaatkan untuk kebutuhan are-
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan al pertambangan, pertanian dan perkebunan
industri gelas kaca, semen, tegel, mosaik dalam rangka mewujudkan kawasan industri
keramik, bahan baku fero silikon, silikon kar- pertambangan nasional.
bit bahan abrasit (ampelas dan sand blasting).
Sedangkan sebagai bahan ikutan, misal dalam MP3EI diselenggarakan berdasarkan pendekatan
industri cor, industri perminyakan dan per- pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi,
tambangan, bata tahan api (refraktori). Selain baik yang telah ada maupun yang baru. Pendekatan
itu, pengusahaan pasir kuarsa dapat memasok ini yang menjadi keunggulannya. Tujuan pengem-
128
Konsep Pengembangan Wilayah Sulawesi Tenggara Berbasis Komoditas ... Triswan Suseno dan Endang Mulyani
bangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi tersebut kuarsa dan kromit. Konawe Utara disarankan
adalah untuk memaksimalkan keuntungan aglo- sebagai kawasan industri pengolahan nikel
merasi, menggali potensi dan keunggulan daerah untuk menampung bahan baku dari wilayah
serta memperbaiki pengembangan pusat-pusat sekitarnya, karena pemilik IUP jumlahnya
pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan mengem- cukup banyak.
bangkan klaster industri dan kegiatan ekonomi serta - Hasil pengolahan bahan tambang dari berbagai
infrastruktur pendukungnya. kawasan tersebut tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan di dalam provinsi tersebut, me-
Kebijakan pengembangan sektor pertambangan dan lainkan dapat dijual ke luar daerah (antarpulau/
penggalian memerhatikan hal-hal berikut : provinsi) atau ke luar negeri (ekspor). Daerah-
- Berorientasi pada kekuatan pasar (market daerah yang kemungkinan sangat membutuh-
driven), melalui pemberdayaan masyarakat kan pasokan produk hasil pengolahan komodi-
dan kemitraan; tas tambang dari Sulawesi Tenggara seperti
- Penyediaan sarana dan prasarana pendukung Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo
pengembangan usaha sektor pertambangan; dan Pulau Jawa. Tujuan ekspor ke luar negeri
- Komoditas yang dikembangkan bersifat export antara lain Cina, Korea Selatan, Jepang dan
base (luar negeri dan antarpulau) bukan raw negara-negara Eropa.
base.
129
130
Tabel 4. Konsep pengembangan wilayah Sulawesi Tenggara berbasis komoditas unggulan sektor pertambangan
Kawasan Kawasan industri Komoditas Jenis industri (dasar) yang dapat Keterkaitan hilir Tujuan Perkiraan kebu-
pertambangan pengolahan tambang diusahakan (industri pemakai) pemasaran tuhan listrik
- Industri baja, stainless steel
Mangan, as- - Pengolahan logam (feromangan) - Konstruksi/bangunan
IPP : PLTU Bau-
Buton pal, batugam- - Pengolahan peningkatan kualitas aspal - Industri pengolahan nikel
Bau (3x10 MW) *
ping - Pengolahan kapur tohor - Industri pertanian Sulawesi Teng-
Kabupaten Bomba- - Industri kimia gara, Sulawesi Se-
na, Buton Selatan, latan, Gorontalo, PT. Antam Tbk.
Buton Utara, Ko- - Pengolahan nikel (feronikel) Sulawesi Utara, (108 MW)
laka, Kolaka Utara, - Industri pengolahan nikel Pulau Jawa dan
Nikel, pasir - Stainless steel PT. Inco (125 MW)
Konawe, Konawe Kolaka - Industri logam dasar luar negeri (Cina,
kuarsa - Nikel hidroksida akan dipasok dari
Selatan, Konawe - Bangunan/konstruksi Korea Selatan,
- Industri semen Karebe (Sulawesi
Utara, Muna, Waka- Jepang, Belgia, Selatan)
tobi, Bau-Bau Jerman dan Ing-
- Pengolahan nikel dan kromit - Industri logam dasar gris)
Konawe Utara Nikel, kromit
- Pig iron - Industri baja, stainless steel
Emas, kromit, - Pengolahan nikel dan kromit - Industri logam dasar PT. Billy Intl. (600
Bombana
nikel - Pengolahan emas - Industri perhiasan emas MW) **
Sumber :
*) KESDM (2011) dan www.esdm.go.id (2011)
**) www.regionalinvestment.com (2011)
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 8, Nomor 3, September 2012 : 119 – 131
Konsep Pengembangan Wilayah Sulawesi Tenggara Berbasis Komoditas ... Triswan Suseno dan Endang Mulyani
2) Kawasan pertambangan sesuai dengan hasil Hermadi, M., 2011. Peluang dan tantangan dalam Peng-
tumpang tindih lembar tata guna lahan disa- gunaan asbuton sebagai bahan pengikat pada perk-
rankan untuk diusahakan dalam mendukung erasan jalan, www.bai.co.id, 2011, 23 hal.
industri pengolahan tersebut antara lain di Ka-
Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik
bupaten Kolaka, Kolaka Utara, Konawe Utara,
Indonesia, 2010. Master plan pembangunan ketena-
Konawe Selatan, Muna, Bombana dan Buton. galistrikan 2010 - 2014, Jakarta, 108 hal.
3) Mengingat besarnya manfaat dari kelima www.esdm.go.id/, 2011. Pemerintah siap bangun 93
komoditas tersebut perlu dibangun industri pembangkit listrik baru Sultra, November 2011,
pengolahan dan penentuan lokasi yang dapat 19:53.
dijadikan kawasan industri tersebut, yaitu di
kawasan industri pengolahan mangan, aspal, www.regionalinvestment.com, 2011. Billy Interna-
kapur dan semen di Buton. Kolaka sebagai tional bangun pembangkit listrik di Kabaena, 2011,
11:32).
131