Anda di halaman 1dari 13

Konsep Pengembangan Wilayah

Jurnal Teknologi Sulawesi


Mineral TenggaraVolume
dan Batubara Berbasis
8, Komoditas ... Triswan 2012
Nomor 3, September Suseno: 119
dan Endang
– 131 Mulyani

KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI


TENGGARA BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN
SEKTOR PERTAMBANGAN
Southeast Sulawesi Regional Development Concept Based on
Mining Sector Leading Commodities

TRISWAN SUSENO dan ENDANG MULYANI

Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara


Jalan Jenderal Sudirman 623, Bandung 40211
Telp. 022 6030483, Fax. 022 6003373
e-mail: triswan@tekmira.esdm.go.id

SARI

Sulawesi Tenggara adalah salah satu provinsi yang memiliki sumber daya bahan galian yang cukup melimpah dan variatif.
Namun sampai sejauh ini belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga kontribusi terhadap produk domestik regional
bruto (PDRB) provinsi ini sangat rendah. Luas penyebaran bahan galian di provinsi ini diperkirakan mencapai 2.171.480
ha atau sekitar 56,94% dari luas wilayah. Lokasinya tersebar di 595 lokasi di seluruh wilayah kota/kabupaten. Metode
yang digunakan untuk mengetahui kawasan tersebut yang berada dalam hutan lindung adalah dengan menggunakan
metode tumpang tindih (superimpose) dengan bantuan perangkat lunak MapInfo. Berdasarkan hasil pengolahan data,
terdapat 169 lokasi sebaran bahan galian berada dalam kawasan hutan lindung yang luasnya mencapai 659.965 ha,
sedangkan yang berada di luar hutan lindung mencapai 1.511.515 ha. Sumber daya bahan galian tersebut berada di
426 lokasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa dari luas 1.511.515 ha dengan sumber daya berada di 426 lokasi, ternyata
hanya 1.102.107 ha saja yang sumber dayanya memiliki prospek untuk dikembangkan dan lokasinya berada di 174
lokasi (kecamatan) di provinsi ini. Berdasarkan metode analisis faktor, emas, nikel, aspal, batugamping, mangan, kromit
dan pasir kuarsa adalah komoditas tambang yang menjadi prioritas utama untuk diusahakan karena memiliki keterkaitan
manfaat yang tinggi terhadap berbagai sektor industri hilir.

Kata kunci : konsep, prioritas, komoditas unggulan, sektor pertambangan

ABSTRACT

Southeast Sulawesi is a province that has variously huge minerals resources. However, so far the minerals resources
are not used optimally yet. Accordingly, the contribution to the gross regional domestic product of this province due to
minerals resources is very low. Distribution area of the minerals is assumed to reach 2,171,480 ha, or approximately
56.94% of the area of this province. The minerals are distributed in 595 localities in all cities/regencies. Methodology
used to know the area that is located in a protected forest is superimpose using MapInfo software. Based on the processing
data, there are 169 localities of the mineral distribution within the protected forest with an area of 659,965 ha; whereas
the areas outside the protected forest are 1,511,515 ha. The mineral resources are located in 426 localities. The result
reveals that from the area of 1,511,515 ha with the resources in 426 localities, in fact it is only 1,102,107 ha having a
prospect to be developed and their locations are situated in 174 districts in this province. According to a factor analysis
method, gold, nickel, asphalt, limestone, manganese, chromite and quartz sand are mining product commodities that
have a priority to be exploited, because they have a high benefit linkage towards downstream industry sector.

Keywords: concept, priority, prime commodity, mining sector

Naskah masuk : 01 Februari 2012, revisi pertama : 08 Juni 2012, revisi kedua : 15 Agustus 2012, revisi terakhir : September 2012 119
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 8, Nomor 3, September 2012 : 119 – 131

PENDAHULUAN tercapai pembangunan yang berkelanjutan. Kajian


pengembangan wilayah di wilayah ini berdasarkan
Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi pendekatan sektoral yaitu sektor pertambangan
yang masuk ke dalam koridor 4, yaitu Koridor yang memanfaatkan keruangan, agar bersinergi de-
Ekonomi Sulawesi - Maluku Utara dalam kerangka ngan sektor lainnya. Penentuan kawasan pengem-
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangu- bangan usaha sektor pertambangan mineral meru-
nan Ekonomi Indonesia sebagai Pusat Produksi pakan salah satu faktor penting dalam mengelola
dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, dan sumber daya tersebut agar dalam pelaksanaannya
Perikanan Nasional. Program ini dituangkan ke da- tidak berbenturan dengan sektor lainnya. Upaya-
lam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor upaya tersebut dapat tercapai apabila sumber
32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan daya tersebut dikelola secara terintegrasi dengan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia memerhatikan komoditas unggulan yang dijadikan
(MP3EI) 2011-2025. Di samping itu, Sulawesi sebagai bagian dari konsep pengembangan wilayah
Tenggara diarahkan pula untuk menjadi kawasan berdasarkan analisis faktor. Tujuan kajian pengem-
pusat industri pertambangan nasional, mengingat bangan wilayah berbasis sektor pertambangan ini
wilayah ini memiliki berbagai sumber daya bahan adalah menyusun konsep pengelolaan sumber daya
galian yang cukup beragam, memiliki sumber daya sektor pertambangan yang meliputi inventarisasi
yang cukup besar dan memiliki nilai ekonomi yang sektor pertambangan, pengukuran peran/kontri-
cukup tinggi. busi, penentuan kawasan pertambangan, prioritas
pengembangan usaha tambang dan kemungkinan
Sesuai amanat Undang-Undang Republik Indonesia pendirian industri pengolahan dan pemurnian-
No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral nya dalam kerangka pengembangan wilayah dan
dan Batubara, di dalam salah satu pasalnya me- pembangunan berkelanjutan. Sasarannya adalah
nyebutkan adanya larangan untuk mengekspor tersusunnya konsep optimalisasi pengelolaan
bahan galian dalam bentuk bahan baku. Dengan sumber daya sektor pertambangan dalam kerangka
kata lain bahwa sebelum diekspor, bahan baku pengembangan wilayah pertambangan. Lokasi yang
harus melalui proses pengolahan menjadi barang menjadi objek penelitian dan kajian adalah Provinsi
setengah jadi. Artinya harus ada pabrik pengolahan Sulawesi Tenggara.
di dalam negeri.

Sejak tahun 2005-2009, pertumbuhan ekonomi METODOLOGI


Sulawesi Tenggara yang ditunjukkan oleh PDRB
mengalami kenaikan rata-rata sebesar 8,15%, di Kegiatan penelitian ini meliputi pengumpulan,
atas laju pertumbuhan ekonomi Indonesia 6,10%. pengolahan dan analisis data. Kajian ini meliputi
Bahkan tertinggi ketiga setelah Papua dan Sulawesi penetapan lokasi kawasan pertambangan, penen-
Tengah. Namun, ternyata sektor pertambangan dan tuan komoditas tambang yang diprioritaskan untuk
penggalian belum memberikan peran yang signifi- diusahakan, penentuan komoditas tambang yang
kan terhadap perekonomian Sulawesi Tenggara, unggul secara ekonomi dan simulasi penetapan
karena kontribusi dari sektor ini pada tahun 2010 kawasan pengolahan sektor pertambangan dalam
hanya sebesar 4,64% (BPS, 2010). kerangka pengembangan wilayah.

Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki potensi sum- a) Jenis dan Metode Pengumpulan Data
ber daya mineral logam dan nonlogam seperti nikel, Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
emas, aspal yang tersebar di berbagai lokasi sep- adalah data primer dan data sekunder, baik
erti Kolaka Utara, Konawe Utara, Konawe Selatan, bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data
Bombana dan di Pulau Buton, akan tetapi penge- primer diperoleh melalui pengamatan dan
lolaannya belum optimal. Salah satu upaya untuk pencatatan secara langsung di lokasi penelitian
meningkatkan peran/kontribusi sektor pertamban- di beberapa lokasi yang memiliki potensi sum-
gan di wilayah ini adalah dengan memanfaatkan ber daya mineral. Pemilihan lokasi ditentukan
semua potensi sumber daya mineral tersebut secara dengan sengaja (purposive). Data sekunder
optimal dalam rangka mendukung pengembangan diperoleh dari berbagai pustaka, Badan Pusat
wilayah yang berwawasan lingkungan, sehingga Statistik, Dinas Energi dan Sumber Daya Mine-

120
Konsep Pengembangan Wilayah Sulawesi Tenggara Berbasis Komoditas ... Triswan Suseno dan Endang Mulyani

ral, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Metode Analisis Faktor


Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,
hasil-hasil penelitian sebelumnya dan pustaka Analisis ini akan digunakan untuk mengetahui
lainnya yang berkaitan dengan kegiatan pene- jenis bahan galian potensial dan memiliki prioritas
litian ini. untuk dikembangkan di daerah berdasarkan kriteria
b) Teknik Pengambilan Percontoh (Sampling tertentu. Analisis faktor adalah suatu studi yang
Technique) mempelajari hubungan antarvariabel yang berasal
Teknik pengambilan yang dipilih adalah dari variabel awal (X) untuk mendapatkan himpu-
pengambilan percontoh tertentu (purposive nan variabel baru (Analisis Komponen Utama/AKU)
sampling) artinya bahwa lokasi penelitian di- yang disebut sebagai faktor (F) (Basilevsky, 1994).
tentukan dengan pertimbangan memiliki jenis Hubungan fungsional antara faktor (F) dengan
tambang yang bervariasi dan memiliki potensi variabel awal X dinyatakan dalam bentuk model
sumber daya yang besar. Percontoh dipilih sebagai berikut :
berdasarkan penilaian bahwa lokasi tersebut
merupakan yang paling baik untuk dijadikan F1 = w(1)1X1 +w(1)2X2 + ... + w(1)pXp .......... (1)
percontoh penelitian.
c) Pengolahan Data W adalah nilai pembobotan yang telah ditetapkan
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah sedemikian rupa sehingga rasio F1 terhadap total
dan dianalisis dengan dua cara, yaitu secara varians maksimum dengan syarat : Σa2(i)j > 0. De-
kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif diolah mikian pula sebaliknya, F1, F2, ... , Fp merupakan
dan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar kombinasi linier dari variabel-variabel X yang saling
melalui proses tabulasi data. Data dan infor- bebas. Faktor kedua F2 menjelaskan sisa varians
masi yang telah dikumpulkan kemudian diolah yang belum dijelaskan oleh F1. Faktor ketiga men-
dengan menggunakan bantuan komputer, jelaskan sisa varians yang belum dijelaskan oleh F2,
yakni program Microsoft Excel 2007. begitu seterusnya. Model faktor liniernya adalah:
d) Metode Analisis
Penetapan lokasi kawasan pertambangan, Xi = wijf1 + wijf2 + ... + wijfq + ei .............. (2)
penentuan komoditas tambang yang priori-
tas untuk diusahakan, penentuan komoditas Untuk memperoleh faktor-faktor dalam AKU, yang
tambang yang unggul secara ekonomi, meng- harus dilakukan adalah :
gunakan metode : - Menentukan matriks korelasi rij
- Metode Tumpang-Tindih (Superimpose) - Menentukan eigenvalue dari matriks korelasi
Metode ini merupakan salah satu cara yang e1, e2, ... , ep, dimana e1> e2 > ... > ep.
digunakan untuk menetapkan kawasan per- - Menentukan eigenvektor ke-j untuk eigenvalue
tambangan dengan pertimbangan bahwa ke-j, yaitu λj = (λ(1)1, λ(2)2, ... , λ(j)p); j=1,2, ...
apabila tambang tersebut akan diusahakan , p.
lokasinya sudah tidak lagi berbenturan - Menghitung korelasi X1 dengan faktor fj.
dengan kawasan sektor lainnya. Model - Menghitung total varians = jumlah ej.
ini menggunakan bantuan komputer dan - Menghitung varians Fj = Σλ2ij/p dan menghi-
perangkat lunak (software) MapInfo dengan tung total komunalitas V=ΣVj; j =1,q.
cara menumpangtindihkan lembar (peta)
tata guna lahan berbagai sektor yang terkait Di dalam menentukan variabel baru, harus dihitung
dengan keberadaan kawasan tambang. skor dari faktor-faktor yang ada, karena skor faktor
- Metode Prioritas Pengembangan Usaha ini mencerminkan keadaan karakteristik individu
Prioritas pengusahaan potensi sumber daya yang diwakili oleh faktor. Faktor-faktor tersebut
tambang yang akan dikembangkan sangat merupakan variabel-variabel baru yang menghim-
ditentukan oleh lokasi, kualitas, kuantitas, pun beberapa variabel lama berdasarkan muatan
nilai ekonomi, nilai manfaat dan lain-lain signifikansi terbesar dari tiap faktor dan nilai setiap
yang tergabung dalam data spasial dan skor faktor untuk setiap data pengamatan yang di-
nonspasial. Ukuran yang digunakan untuk hitung akan menentukan prioritas pemilihan data
menetapkan komoditas unggulan tersebut pengamatan tersebut.
adalah metode analisis faktor.

121
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 8, Nomor 3, September 2012 : 119 – 131

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Lokasi bahan galian yang berada di


kawasan Lindung
Analisis Keruangan Lokasi Komoditas Sektor
Pertambangan Lokasi Luas
Bahan galian
(buah) (ha)
Salah satu kriteria pokok yang menjadi pembatas Aspal 15 13.330
untuk pemilihan lokasi usaha tambang adalah lahan
Batubara 4 5.710
yang ditetapkan menjadi kawasan lindung. Kawasan
ini berfungsi untuk melindungi kelestarian sumber Batugamping 34 89.885
daya alam, sumber daya buatan dan nilai serta buda- Batu sabak 11 27.880
ya bangsa untuk menunjang pembangunan berkelan- Besi 3 2.721
jutan. Wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan Emas 2 3.189
lindung pada dasarnya merupakan kawasan yang
Genis 5 26.893
secara teknis planologis tidak memungkinkan untuk
dijadikan kawasan pengembangan berbagai kegiatan Grafit 3 7.871
budi daya dan ekonomi karena fungsi perlindungan- Kalsit 6 14.479
nya. Dalam penetapan lokasi potensi bahan galian Kobal 3 2.297
yang dapat dijadikan kawasan usaha pertambangan,
Krisopras 2 1.432
baik di darat maupun di aliran sungai, harus berpedo-
man pada rencana tata ruang wilayah (RTRW), agar Kromit 2 3.037
kegiatan usaha pertambangan tersebut kelak tidak Kuarsit 10 44.595
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan Lempung 2 560
fisik alami dan buatan serta dapat menunjang pelak- Magnesit 4 7.932
sanaan pembangunan yang berkelanjutan.
Marmer 11 175.748
Deliniasi kawasan lindung yang dilakukan berpe- Mika 1 92
doman pada Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Nikel 29 194.885
pengelolaan kawasan lindung, yaitu kawasan yang Olivin 3 1.252
memberikan perlindungan bawahnya, kawasan
Opal 1 259
hutan suaka alam dan kawasan perlindungan
setempat. Wilayah yang merupakan bagian dari Pasir kuarsa 1 1
kawasan lindung tertuang dalam RTRW Provinsi Rijang 11 33.468
Sulawesi Tenggara. Talk 3 1.989
Tras 3 460
Luas penyebaran bahan galian di Sulawesi Tenggara
Jumlah 169 659.965
diperkirakan mencapai 2.171.480 ha atau sekitar
56,94% dari luas wilayah, lokasinya tersebar di 595 Sumber : - Bappeda Sulawesi Tenggara (2010)
lokasi di seluruh wilayah kota/kabupaten. - Dinas Pertambangan dan Energi Sulawesi Teng-
gara (2011)

Berdasarkan penerapan metode tumpang tindih,


ternyata terdapat 169 lokasi pengamatan berada
dalam kawasan hutan lindung yang luasnya men- jenis, karakteristik dan kondisi sebagaimana dijelas-
capai 659.965 ha (Tabel 1), sehingga tidak direko- kan di dalam Tabel 2.
mendasikan menjadi lokasi kegiatan pengusahaan
bahan galian. Penentuan prioritas pengusahaan bahan galian
di suatu lokasi sangat bergantung pada beberapa
Kriteria Pembobotan Variabel variabel. Variabel-variabel yang menjadi pertimban-
gan tersebut antara lain jenis bahan galian, lokasi
Langkah berikutnya adalah melakukan analisis penyebaran bahan galian, jumlah sumber daya,
terhadap sejumlah lokasi penyebaran bahan galian nilai ekonomi/nilai jual dan pencapaian lokasi/
yang diprioritaskan untuk diusahakan mengguna- aksesibilitas. Setiap variabel diberi bobot sesuai
kan berbagai kriteria prioritas. Luas lahan bahan dengan daya dukung dan nilai ekonomi lokasi
galian yang berada di luar hutan lindung mencapai bahan galian tersebut, yaitu :
1.511.515 ha (Gambar 1), sumber daya berada di - Sumber daya bahan galian merupakan salah
426 lokasi di Sulawesi Tenggara dengan berbagai satu potensi yang memungkinkan untuk

122
Konsep Pengembangan Wilayah Sulawesi Tenggara Berbasis Komoditas ... Triswan Suseno dan Endang Mulyani

Keterangan
Bahan Galian
Batas Kabupaten
Emas
Ibu Kota Kabupaten
Jalan Nikel

Sungai Kromit

Wilayah Kawasan Industri Pasir Besi


Pertambangan
Mangan
PETA INDEKS
Magnesit

Marmer

Pasir Kuarsa

Tanah Liat

Aspal

Lokasi Peta Batugamping

Sumber: Bappeda Provinsi Sulawesi Tenggara (2010)

Gambar 1. Kawasan usaha pertambangan di Provinsi Sulawesi Tenggara

123
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 8, Nomor 3, September 2012 : 119 – 131

Tabel 2. Variabel pengukuran dan pembobotan bahan galian di Provinsi Sulawesi Tenggara

No. Variabel Kriteria Bobot


1 Sumber daya - Besar 3
- Sedang 2
- Kecil 1
2 Nilai ekonomi - Tinggi 3
- Sedang 2
- Kecil 1
3 Penggunaan lahan - Tanah kosong 6
- Semak 5
- Kebun 4
- Sawah 3
- Hutan 2
- Permukiman 1
4 Rencana tata ruang - Kawasan lindung di luar, hutan lindung) 1
- Kawasan hutan produksi 2
- Kawasan budi daya 3
- Kawasan areal penggunaan lain. 4
5 Jarak tempuh - Baik/mendukung 2
- Kurang baik/tidak mendukung 1

diusahakan dan dapat dijadikan sebagai mata permukiman), 2 (kawasan hutan), 3 (kawasan
pencaharian masyarakat setempat. Penetapan persawahan), 4 (kawasan perkebunan), 5 (ka-
sumber daya ini dilakukan berdasarkan 3 wasan semak), 6 (kawasan tanah kosong).
klasifikasi nilai interval sumber daya setiap - Rencana tata ruang adalah variabel yang di-
bahan galian. Masing-masing klasifikasi adalah jadikan sebagai pedoman arah pengembangan
sebagai berikut: klasifikasi pertama sebagai wilayah dalam RTRW disesuaikan dengan
potensi terbesar diberi bobot 3, klasifikasi peruntukannya. Lokasi usaha tambang yang se-
kedua sebagai potensi sedang diberi bobot 2 suai dengan peruntukannya diberi bobot, yaitu
dan klasifikasi ketiga dengan potensi terkecil 1 (kawasan lindung di luar, hutan lindung), 2
diberi bobot 1. (kawasan hutan produksi), 3 (kawasan budi
- Jenis bahan galian, pemilihan ditentukan ber- daya), 4 (kawasan areal penggunaan lain).
dasarkan nilai keekonomiannya yang meliputi - Jarak tempuh adalah variabel untuk menge-
nilai manfaat, nilai jual dan nilai tambah jenis tahui pencapaian ke lokasi bahan galian dari
bahan galian itu sendiri. Jenis bahan galian jalan raya dan kemudahan untuk mencapainya
yang terdapat di daerah ini adalah nikel, as- (aksesibilitas) berdasarkan jarak pencapaian/
pal, marmer, emas, pasir besi, batugamping, tempuh ke lokasi. Pencapaian lokasi dan
kromit, marmer, lempung, pasir kuarsa. infrastruktur menuju lokasi tambang sangat
- Nilai jual/ekonomi adalah daya jual jenis menentukan bagi para pengusaha tambang
bahan galian dilihat dari nilai manfaat dan untuk berinvestasi. Oleh karena itu, lokasi
nilai keekonomian bahan galian itu sendiri. merupakan hal yang penting bagi pengem-
Pembobotan jenis bahan galian tersebut adalah bangan usaha bahan galian.
sebagai berikut : 1 adalah bahan galian dengan
nilai jual rendah, 2 bahan galian dengan nilai Variabel-variabel tersebut di atas diberi bobot yang
jual sedang dan 3 bahan galian dengan nilai disesuaikan dengan kondisi lahan/lokasi masing-
jual tinggi. masing bahan galian tersebut. Untuk memudahkan
- Penggunaan lahan merupakan variabel yang analisis, selanjutnya variabel-variabel tersebut
mengelompokkan lokasi penyebaran bahan diberi simbol sebagai berikut : X1 = sumber daya,
galian ke dalam kawasan lindung atau ka- X2 = nilai ekonomi, X3 = penggunaan lahan, X4
wasan budi daya. Pembobotan berdasarkan = penggunaan rencana tata ruang dan X5 = jarak
lokasi keruangan yang tercantum dalam tempuh. Pembobotan terhadap variabel-variabel ini
RTRW Sulawesi Tenggara, yaitu 1 (kawasan dapat dilihat dalam Tabel 2.

124
Konsep Pengembangan Wilayah Sulawesi Tenggara Berbasis Komoditas ... Triswan Suseno dan Endang Mulyani

Penentuan Prioritas sebaran tapi berada pada dua atau lebih wilayah/
kecamatan, sehingga penilaian bobot pada variabel
Analisis berikutnya adalah menentukan pri- tersebut akan berbeda. Hasilnya menunjukkan bah-
oritas pengembangan bahan galian menggunakan wa dari luas 1.511.515 ha dengan sumber dayanya
pendekatan analisis faktor yang dihitung dengan berada di 426 lokasi, ternyata hanya 1.102.107 ha
bantuan paket program komputer yang disebut saja yang sumber dayanya memiliki prospek untuk
statistical package for social science (SPSS). Dengan dikembangkan dan lokasinya berada di 174 lokasi
perhitungan ini terdapat beberapa faktor utama (kecamatan) se Sulawesi Tenggara (Tabel 3).
yang mempunyai nilai eigen relative yang lebih
besar atau sama dengan 1. Berdasarkan program Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, analisis
SPSS diperoleh lima komponen utama/variabel faktor menginformasikan tingkat keunggulan ko-
yang ternyata dapat dikelompokkan menjadi tiga moditas sektor pertambangan daerah dalam suatu
faktor, karena faktor/kelompok ini telah mampu wilayah. Dalam konteks wilayah Sulawesi Teng-
menerangkan 97,32% keragaman data. Hal ini gara, nilai skor masing-masing daerah menunjukkan
diperkuat pula oleh hasil penghitungan analisis konfigurasi keunggulan dari setiap provinsi tersebut
faktor terdapat 3 nilai eigen yang lebih besar atau dalam wilayah Sulawesi Tenggara. Suatu komoditas
sama dengan satu. Ketiga faktor ini memiliki kon- tambang merupakan sektor basis kabupaten/kota
tribusi terhadap masing-masing variabel, dengan bila memiliki nilai skor lebih besar dari satu, tidak
pengelompokan sebagai berikut : demikian apabila terjadi sebaliknya.
- faktor pertama (F1), meliputi variabel status
sumber daya (X1) dan nilai ekonomi (X 2), Dalam Tabel 3 dapat dilihat bahwa terdapat perbe-
karena keduanya berkorelasi secara signifikan daan struktur basis komoditas dari setiap daerah di
sebesar 98,21% dengan F1; Sulawesi Tenggara. Hal ini terlihat dari nilai skor
- faktor kedua (F 2), meliputi variabel peng- faktor yang dihitung. Buton, Buton Selatan dan
gunaan lahan (X3), karena berkorelasi secara Buton Utara yang berada dalam satu pulau dengan
signifikan sebesar 96,53% dengan F2; ciri khas tambang aspal, memiliki potensi untuk
- faktor ketiga (F3), meliputi variabel rencana diusahakan, karena nilai skor faktornya lebih besar
tata ruang (X4) dan kondisi jalan (X5), karena dari satu. Komoditas tambang lain yang memiliki
keduanya berkorelasi secara signifikan sebesar peluang untuk diusahakan di Pulau Buton adalah
94,27% dengan F3. batubara, batugamping dan pasir besi. Komoditas
nikel merupakan komoditas yang tersebar diseluruh
Analisis berikutnya adalah menentukan setiap daerah dan daerah yang memiliki prospek untuk
individu dari setiap variabel baru dengan cara mengembangkan usaha nikel antara lain Kolaka,
menghitung skor ketiga faktor tersebut di atas. Skor Konawe, Konawe Selatan, Konawe Utara, Bombana,
faktor ini akan mencerminkan keadaan karakteristik Kolaka Utara, Buton Selatan, dan lintas Bombana-
individu yang diwakili oleh ketiga faktor tersebut. Buton. Kromit secara ekonomis dapat diusahakan
Semakin tinggi nilai skor individu yang diwakili di daerah Bombana. Emas adalah komoditas yang
oleh faktor tersebut, semakin mencerminkan karak- memiliki prospek untuk diusahakan di tiga daerah,
teristik individu tersebut di dalam faktor yang yaitu Konawe, Kolaka dan Bombana. Potensi lain
mewakilinya. Nilai-nilai tersebut menjadi indikator yang memiliki prospek untuk diusahakan adalah
dalam menentukan prioritas utama yang dipilih kobal, kalsit, krisopras, kuarsit, lempung, marmer,
untuk mewakili individu lainnya. Dengan kata lain, pasir kuarsa, talk dan tras.
hasil penilaian terhadap jenis bahan galian yang
memiliki prioritas utama untuk dikembangkan/ Langkah-langkah strategis sektor pertambangan da-
diusahakan ditentukan berdasarkan nilai skor faktor lam mendukung pengembangan wilayah Sulawesi
masing-masing jenis bahan galian. Tenggara :
1. Meningkatkan kualitas aspal buton dilakukan
Pengelompokan jenis bahan galian berdasarkan dengan mencampur aspal panas dengan ba-
pendekatan geologis dimungkinkan dilakukan pada han tambah aspal buton atau Asbuton (BGA),
satu sebaran, sedangkan berdasarkan pendekatan campuran dingin aspal emulsi dengan bahan
geografis dilakukan untuk mengelompokkan bahan tambah Asbuton (BGA) perkerasan jalan cam-
galian yang secara geografis letaknya berdekatan. puran beraspal panas asbuton (BGA) yang
Pendekatan ini dilakukan karena sangat mungkin diremajakan, campuran beraspal panas asbu-
bahan galian yang secara geologis terletak pada satu ton Lawele dan dengan lapis penetrasi mastik

125
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 8, Nomor 3, September 2012 : 119 – 131

Tabel 3. Lokasi potensi bahan galian di Sulawesi Tenggara yang memiliki prospek untuk dikembangkan

Lokasi (Kabupaten/Kecamatan) Jenis bahan galian


Bombana
Rumbia, Poleang Batugamping
Kabaena Timur Besi
Rumbia, Poleang Timur Emas
Kabaena Kromit
Poleang Timur Lempung
Kabaena Timur, Kabaena Marmer
Kabaena Timur, Lasolo, Kabaena, Poleang Timur, Rumbia Nikel
Rumbia Tras
Buton Selatan
Kapontori, Batauga, Lasalimu, Sampolawa, Bungi, Pasarwajo, Bunyi Aspal
Lasalimu, Pasarwajo Batugamping
Batauga, Pasarwajo Besi
Kapontori, Bunyi, Batauga Nikel
Buton Utara
Bonegenu, Kalisusu, Wokorumba Selatan, Wokorumba, Aspal
Wakuramba Batubara
Kalisusu Batugamping
Kolaka
Watubangga Batugamping
Rumbia Emas
Kolaka Kalsit
Pomalaa Krisopras
Ladongi Lempung
Watubangga, Pomalaa Magnesit
Pomalaa, Watubangga, Ladongi Nikel
Watubangga Oker
Pomalaa Pasir kuarsa
Tirawuta Talk
Kolaka Utara
Lasusua Marmer
Mowewe Batugamping
Konawe
Sampara Batubara
Wawonii Batugamping
Tirawuta Batu sabak
Lambuya Besi
Abuki Emas
Pondidaha Krisopras
Wawotobi, Woworete Lempung
Waworete, Wawonii, Asera, Lambuya Nikel

126
Konsep Pengembangan Wilayah Sulawesi Tenggara Berbasis Komoditas ... Triswan Suseno dan Endang Mulyani

Tabel 3. Lanjutan ...

Lokasi (Kabupaten/Kecamatan) Jenis bahan galian


Konawe Selatan
Maramo, Lainea Batugamping
Tirawuta, Unaaha, Lainea Batusabak
Lambuya Besi
Tianggea, Lambuya Krikil
Lainea Kuarsit
Konda Lempung
Lainea Marmer
Tianggea Nikel
Lainea Pasir kuarsa
Tinanggea Tras
Konawe Utara
Lasolo Kobal
Asera Lempung
Asera, Lasusua, Lasolo, Pakue Nikel
Muna
Parigi, Tapabalano, Batauga, Tiworo Kepulauan, Napbalano, Tangkuno, Lalondo Batugamping
Tiworo Kepulauan Lempung
Wakatobi
Tomia, Kadelupa, Binongko, Wangi-wangi Batugamping
Bau Bau
Betoambari, Walio, Bungi Aspal
Betoambari Besi
Bungi Nikel

asbuton (asbuton Lawele) (Hermadi, 2011). 2. Kegiatan penambangan nikel adalah kegiatan
Metode tersebut telah diterapkan di Gorontalo penambangan yang paling banyak diminati
dan Muna (Sulawesi Tenggara). Teknologi oleh para penanam modal dan yang paling
tersebut di atas memberikan harapan baru luas cakupan penggunaan lahannya. Hal ini
terhadap optimisme perkembangan permin- bisa dimaklumi, mengingat permintaan nikel
taan asbuton di masa mendatang, sehingga dunia saat ini sangat tinggi dan harganya yang
produksi asbuton akan meningkat. Pemerintah terus mengalami kenaikan. Nikel digunakan
perlu segera meningkatkan produksi serta untuk bahan campuran dalam industri besi
pemanfaatan aspal Buton (asbuton). Selain baja agar kuat dan tahan karat. Komoditas
memiliki banyak kelebihan, juga karena dalam ini memiliki sumbetr daya yang cukup besar
beberapa tahun terakhir, aspal minyak me- dan menyebar di beberapa kabupaten/kota di
ngalami kenaikan harga seiring harga minyak Sulawesi Tenggara. PT. Antam Tbk dan PT.
dunia yang semakin mahal. Di samping itu, Inco Tbk adalah dua perusahaan yang sudah
perkembangan teknologi pengolahan minyak sejak lama mengelola nikel. Sebelum tahun
bumi juga semakin maju, sehingga jumlah 2014 keduanya telah siap untuk mengolah
residu berupa aspal yang dihasilkan semakin nikel menjadi bahan jadi atau setengah jadi
kecil. Hal ini akan menyebabkan harga aspal di dalam negeri.
minyak akan semakin mahal.

127
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 8, Nomor 3, September 2012 : 119 – 131

3. Selain dua perusahaan besar tersebut, terdapat kebutuhan PT. Inco Tbk di Soroako Sulawesi
banyak perusahaan-perusahaan kecil peme- Selatan sebagai bahan pendukung untuk me-
gang izin usaha pertambangan (IUP) yang menuhi kebutuhan dalam proses pengolahan
melakukan penambangan, kemudian dijual (ke bijih nikel menjadi nickel matte.
Cina) dalam bentuk bijih tanpa melalui pengo-
lahan/pemurnian terlebih dahulu. Perkembang- 7. Kromit merupakan salah satu jenis mineral
an pertambangan nikel di Sulawesi Tenggara yang berkomposisi kimia FeCr2O3 dan ternyata
saat ini menunjukkan peningkatan yang tinggi. memiliki nilai strategis, karena mineral tersebut
Penambangan dilakukan secara besar-besaran berasal dari ekstraksi mineral dan sangat dibu-
karena pada tahun 2014 ekspor dalam bentuk tuhkan dalam perkembangan industri-industri
bijih akan dihentikan. Dikhawatirkan apabila rekayasa, pesawat terbang, ruang angkasa dan
hal ini terus berlangsung, maka pada tahun kemiliteran serta industri teknologi tinggi lain-
2014 nanti sudah tidak ada lagi sumber daya nya (Hasan, 1998). Oleh karena mineral terse-
nikel yang tersisa. but memiliki nilai yang strategis, maka sangat
perlu dikembangkan dan diteliti lebih rinci
4. Untuk mencegah ekspor dalam bentuk bijih, terutama di daerah-daerah yang kemungkinan
maka harus dibangun pabrik pengolahan nikel terdapat endapan mineral-mineral tersebut.
di daerah ini untuk menampung kesulitan
pemegang IUP menjual bijih nikel. Konsep Pengembangan Wilayah

5. Salah satu material yang digunakan dalam pe- Langkah-langkah kebijakan pembangunan per-
ngolahan nikel adalah batugamping yang bisa tambangan di Sulawesi Tenggara dalam kerangka
didatangkan dari Buton yang cadangannya cu- pengembangan wilayah dalam mendukung pem-
kup melimpah. Batugamping ini dapat diting- bangunan berkelanjutan adalah sebagai berikut :
katkan kualitasnya menjadi kapur tohor yang - Penataan fungsi kawasan hutan melalui pe-
dapat digunakan untuk berbagai keperluan di rubahan tata ruang wilayah Sulawesi Teng-
berbagai industri. Selain itu, batugamping juga gara melalui penurunan kriteria sesuai kondisi
dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan kawasan hutan saat ini.
semen pozolan. Penentuan lokasi pabrik harus - Penataan kembali lahan-lahan konsesi pertam-
berdasarkan pertimbangan dari berbagai aspek bangan untuk menghindari adanya kepemili-
seperti infrastruktur jalan, jarak, lokasi pasar kan lahan ganda.
agar menghasilkan biaya produksi dan biaya - Mendorong pembangunan industri pengolahan
distribusi yang minimal. Selain itu, apabila guna memperluas kesempatan kerja, kesem-
melihat potensi batugamping di Sulawesi Teng- patan berusaha dan multiplier effect lainnya.
gara ternyata cukup besar, upaya lain dalam Industri-industri yang memiliki prospek baik
mendukung pengembangan wilayah adalah tersebut antara lain pengolahan untuk nikel,
dengan menggagas membangun satu kawasan mangan, batugamping, kromit dan aspal.
industri semen di sekitar Poleang atau Poleang - Mengembangkan kawasan industri pertam-
Timur (Bombana), karena selain batugamping bangan nasional sesuai dengan Peraturan
sebagai bahan baku utama juga terdapat pasir Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
kuarsa, tanah liat serta ketersediaan lahan dan 2011 Tentang Masterplan Percepatan dan
air. Upaya-upaya tersebut tiada lain untuk Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
meningkatkan pendapatan masyarakat, penda- (MP3EI) 2011-2025 (KESDM, 2010). Berdasar-
patan daerah dan peningkatan pertumbuhan kan kebijakan tersebut, Pemerintah Provinsi
ekonomi. Sulawesi Tenggara mencanangkan areal pen-
gelolaan kawasan hutan seluas 481 ribu ha
6. Pembangunan industri pengolahan pasir kuarsa yang akan dimanfaatkan untuk kebutuhan are-
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan al pertambangan, pertanian dan perkebunan
industri gelas kaca, semen, tegel, mosaik dalam rangka mewujudkan kawasan industri
keramik, bahan baku fero silikon, silikon kar- pertambangan nasional.
bit bahan abrasit (ampelas dan sand blasting).
Sedangkan sebagai bahan ikutan, misal dalam MP3EI diselenggarakan berdasarkan pendekatan
industri cor, industri perminyakan dan per- pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi,
tambangan, bata tahan api (refraktori). Selain baik yang telah ada maupun yang baru. Pendekatan
itu, pengusahaan pasir kuarsa dapat memasok ini yang menjadi keunggulannya. Tujuan pengem-

128
Konsep Pengembangan Wilayah Sulawesi Tenggara Berbasis Komoditas ... Triswan Suseno dan Endang Mulyani

bangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi tersebut kuarsa dan kromit. Konawe Utara disarankan
adalah untuk memaksimalkan keuntungan aglo- sebagai kawasan industri pengolahan nikel
merasi, menggali potensi dan keunggulan daerah untuk menampung bahan baku dari wilayah
serta memperbaiki pengembangan pusat-pusat sekitarnya, karena pemilik IUP jumlahnya
pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan mengem- cukup banyak.
bangkan klaster industri dan kegiatan ekonomi serta - Hasil pengolahan bahan tambang dari berbagai
infrastruktur pendukungnya. kawasan tersebut tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan di dalam provinsi tersebut, me-
Kebijakan pengembangan sektor pertambangan dan lainkan dapat dijual ke luar daerah (antarpulau/
penggalian memerhatikan hal-hal berikut : provinsi) atau ke luar negeri (ekspor). Daerah-
- Berorientasi pada kekuatan pasar (market daerah yang kemungkinan sangat membutuh-
driven), melalui pemberdayaan masyarakat kan pasokan produk hasil pengolahan komodi-
dan kemitraan; tas tambang dari Sulawesi Tenggara seperti
- Penyediaan sarana dan prasarana pendukung Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo
pengembangan usaha sektor pertambangan; dan Pulau Jawa. Tujuan ekspor ke luar negeri
- Komoditas yang dikembangkan bersifat export antara lain Cina, Korea Selatan, Jepang dan
base (luar negeri dan antarpulau) bukan raw negara-negara Eropa.
base.

Prioritas pengembangan usaha sektor pertam- KESIMPULAN DAN SARAN


bangan dalam kerangka pengembangan wilayah di
Sulawesi Tenggara berdasarkan hasil perhitungan Kesimpulan
analisis faktor. Prioritas pengembangan usaha ini
berdasarkan pula pada sumber daya yang dimiliki, Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat diambil
tingkat permintaan, manfaat hilir/keterkaitan hilir, kesimpulan yang berkaitan dengan pengembang-
nilai ekonomi dan harga (Tabel 4). Pengembangan an wilayah berbasis sektor pertambangan, antara
wilayah berbasis sektor pertambangan ini diwujud- lain :
kan dalam bentuk konsep sebagai berikut : 1) Sumber daya sektor pertambangan di Sulawesi
- Emas, nikel, aspal, batugamping, mangan, kro- Tenggara cukup melimpah dan variatif, namun
mit dan pasir kuarsa adalah komoditas tambang sampai sejauh ini belum dimanfaatkan secara
yang menjadi prioritas utama untuk diusahakan optimal sehingga kontribusi terhadap PDRB
karena memiliki keterkaitan hilir yang tinggi Sulawesi Tenggara sangat rendah.
terhadap sektor industri seperti industri logam,
kaca, konstruksi/bangunan dan lain-lain. 2) Komoditas sektor pertambangan yang memiliki
- Kawasan pertambangan sesuai dengan hasil peluang untuk diusahakan dan memiliki pros-
tumpang tindih lembar tata guna lahan disa- pek untuk dikembangkan adalah emas, aspal,
rankan untuk diusahakan dalam mendukung nikel, batugamping, pasir kuarsa, kromit dan
industri pengolahan tersebut, antara lain di mangan, karena memiliki keterkaitan hilir yang
Kabupaten Kolaka, Kolaka Utara, Konawe tinggi terhadap industri-industri manufaktur.
Utara, Konawe Selatan, Muna, Bombana dan
Buton. 3) Penataan ruang wilayah sektor pertambangan
- Mengingat besarnya manfaat dari kelima yang mengacu pada tata ruang wilayah Su-
komoditas tersebut, perlu dibangun industri lawesi Tenggara diharapkan mampu mendo-
pengolahan dan penentuan lokasi yang dapat rong pemanfaatan ruang sektor pertambangan
dijadikan kawasan industri tersebut, yaitu di yang optimal. Selanjutnya dinamika kegiatan
kawasan industri pengolahan mangan, aspal, pembangunan wilayah kabupaten bersifat
kapur dan semen di Buton. Kolaka sebagai global yang berwawasan lingkungan, baik yang
kawasan industri pengolahan pertambangan dilaksanakan oleh pemerintah, dunia usaha
selain pabrik pengolahan nikel yang sudah maupun masyarakat secara menyeluruh dan
ada, di daerah ini juga dapat dikembangkan transparan.
sebagai kawasan pabrik pengolahan pasir
kuarsa dan pasir besi (bahan baku dipasok dari 4) Sesuai dengan arahan MP3EI yang menya-
Kolaka Utara). Bombana selain sebagai lokasi takan Sulawesi Tenggara merupakan salah
pertambangan emas juga disarankan sebagai satu kawasan industri pengolahan sektor per-
kawasan industri pengolahan nikel, pasir tambangan, maka industri yang sesuai untuk

129
130
Tabel 4. Konsep pengembangan wilayah Sulawesi Tenggara berbasis komoditas unggulan sektor pertambangan

Kawasan Kawasan industri Komoditas Jenis industri (dasar) yang dapat Keterkaitan hilir Tujuan Perkiraan kebu-
pertambangan pengolahan tambang diusahakan (industri pemakai) pemasaran tuhan listrik
- Industri baja, stainless steel
Mangan, as- - Pengolahan logam (feromangan) - Konstruksi/bangunan
IPP : PLTU Bau-
Buton pal, batugam- - Pengolahan peningkatan kualitas aspal - Industri pengolahan nikel
Bau (3x10 MW) *
ping - Pengolahan kapur tohor - Industri pertanian Sulawesi Teng-
Kabupaten Bomba- - Industri kimia gara, Sulawesi Se-
na, Buton Selatan, latan, Gorontalo, PT. Antam Tbk.
Buton Utara, Ko- - Pengolahan nikel (feronikel) Sulawesi Utara, (108 MW)
laka, Kolaka Utara, - Industri pengolahan nikel Pulau Jawa dan
Nikel, pasir - Stainless steel PT. Inco (125 MW)
Konawe, Konawe Kolaka - Industri logam dasar luar negeri (Cina,
kuarsa - Nikel hidroksida akan dipasok dari
Selatan, Konawe - Bangunan/konstruksi Korea Selatan,
- Industri semen Karebe (Sulawesi
Utara, Muna, Waka- Jepang, Belgia, Selatan)
tobi, Bau-Bau Jerman dan Ing-
- Pengolahan nikel dan kromit - Industri logam dasar gris)
Konawe Utara Nikel, kromit
- Pig iron - Industri baja, stainless steel
Emas, kromit, - Pengolahan nikel dan kromit - Industri logam dasar PT. Billy Intl. (600
Bombana
nikel - Pengolahan emas - Industri perhiasan emas MW) **
Sumber :
*) KESDM (2011) dan www.esdm.go.id (2011)
**) www.regionalinvestment.com (2011)
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 8, Nomor 3, September 2012 : 119 – 131
Konsep Pengembangan Wilayah Sulawesi Tenggara Berbasis Komoditas ... Triswan Suseno dan Endang Mulyani

dikembangkan adalah industri pengolahan kawasan industri pengolahan pertambangan


logam seperti nikel, kromit dan mangan, in- selain pabrik pengolahan nikel yang sudah
dustri pengolahan kapur tohor, pengolahan ada, di daerah ini juga dapat dikembangkan
pasir kuarsa dan industri pengolahan dan sebagai kawasan pabrik pengolahan pasir
peningkatan kualitas aspal. kuarsa dan pasir besi (bahan baku dipasok dari
Kolaka Utara). Bombana selain sebagai lokasi
5) Lokasi industri pengolahan sektor pertam- pertambangan emas juga disarankan sebagai
bangan di daerah Buton, Kolaka dan Konawe kawasan industri pengolahan nikel, pasir
Utara, selain karena memiliki infrastruktur kuarsa dan kromit. Konawe Utara disarankan
yang mendukung seperti pelabuhan, jalan dan sebagai kawasan industri pengolahan nikel
rencana pembangunan pembangkit listrik. untuk menampung bahan baku dari wilayah
sekitarnya karena pemilik IUP jumlahnya cu-
6) Hasil pengolahan bahan tambang dari ber- kup banyak.
bagai kawasan tersebut tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan di dalam provinsi
tersebut, melainkan dapat dijual ke luar DAFTAR PUSTAKA
daerah (antarpulau/provinsi) atau ke luar negeri
(ekspor). Daerah-daerah yang kemungkinan Bappeda Sulawesi Tenggara, 2010. Kajian pengem-
sangat membutuhkan pasokan produk hasil bangan pusat kawasan industri pertambangan,
pengolahan komoditas tambang dari Sulawesi Kendari, 78 hal.
Tenggara adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi
Badan Pusat Statistik, 2010. Sulawesi Tenggara dalam
Utara, Gorontalo dan Pulau Jawa. angka, Kendari, 322 hal.

Saran Basilevsky, A., 1994. Statistical factor analysis and related


methods: theory and applications, Wiley Series in
1) Selain penyiapan infrastruktur jalan, energi Probability and Statistics, Copyright © 1994 John
(listrik) merupakan salah satu unsur pendukung Wiley & Sons, Inc, 319 hal.
terpenting dalam industri pengolahan sektor
pertambangan. Oleh karena itu perlu dibangun Dinas Pertambangan dan Energi Sulawesi Tenggara 2011.
Profil potensi bahan galian Sulawesi Tenggara,
pembangkit listrik seperti pembangkit listrik
Kendari, 65 hal.
tenaga uap batubara atau pembangkit listrik
tenaga air dengan memanfaatkan potensi sungai- Hasan, R.S, 1998. Mineral kromit di Indonesia, Puslitbang
sungai yang ada di Sulawesi Tenggara. Geologi, Bandung, 54 hal.

2) Kawasan pertambangan sesuai dengan hasil Hermadi, M., 2011. Peluang dan tantangan dalam Peng-
tumpang tindih lembar tata guna lahan disa- gunaan asbuton sebagai bahan pengikat pada perk-
rankan untuk diusahakan dalam mendukung erasan jalan, www.bai.co.id, 2011, 23 hal.
industri pengolahan tersebut antara lain di Ka-
Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik
bupaten Kolaka, Kolaka Utara, Konawe Utara,
Indonesia, 2010. Master plan pembangunan ketena-
Konawe Selatan, Muna, Bombana dan Buton. galistrikan 2010 - 2014, Jakarta, 108 hal.

3) Mengingat besarnya manfaat dari kelima www.esdm.go.id/, 2011. Pemerintah siap bangun 93
komoditas tersebut perlu dibangun industri pembangkit listrik baru Sultra, November 2011,
pengolahan dan penentuan lokasi yang dapat 19:53.
dijadikan kawasan industri tersebut, yaitu di
kawasan industri pengolahan mangan, aspal, www.regionalinvestment.com, 2011. Billy Interna-
kapur dan semen di Buton. Kolaka sebagai tional bangun pembangkit listrik di Kabaena, 2011,
11:32).

131

Anda mungkin juga menyukai