Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL TUGAS AKHIR

INTERPRETASI DATA SEISMIK 3D UNTUK PENENTUAN PROSPEK


HIDROKARBON PADA LAPANGAN X

Disusun Oleh :

AHMAD KHAIRUL AZMI

1508026003

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Nama Program : Tugas Akhir

Judul Penelitian : Interpretasi Data Seismik 3D untuk Penentuan Prospek


Hidrokarbon Pada Lapangan X

Tempat : Pertamina Ep Asset 3, Jl.Patra Raya No. 1, Klayan,


Cirebon

Waktu : Maret – April 2018 (sesuai kebijakan perusahaan)

Pemohon : Ahmad Khairul Azmi

Nomor Induk Mahasiswa : 1508026003

Semarang. 23 Oktober 2018

Dosen Pembimbing Pelaksana

Andi FadllanS.Si., M.Sc. Ahmad Khairul Azmi

Mengetahui,

Ketua Program Studi Fisika

Agus Sudarmanto, M.Si

NIP. 1977082322009121001
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayahNya serta nikmat kesehatan kepada hamba-hambaNya
termasuk juga penulis , sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “INTERPRETASI DATA SEISMIK 3D PADA LAPANGAN X untuk memenuhi
salah satu persyaratan kelulusan di Universitas Islam Negeri Walisongo,Fakultas Sains dan
Teknologi, Program Studi Fisika.

Dengan selesainya proposal tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa dalam
pelaksanaan kerja praktek ini banyak mendapatkan bimbingan serta bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya, kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa, berkat ridho-Nya penulis dapat melaksanakan kerja
praktik dengan lancar
2. Orang tua dan segenap keluarga, yang selalu mendukung, menyemangati dan
mendo’akan selama kerja praktik ini.
3. Pihak Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang dan pihak prodi
Fisika.
4. Kawan-kawan seperjuangan Fisika 2015
5. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung turut terlibat dalam
penyusunan laporan ini yang tidak bisa penulis sebut satu per satu.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dukungan, dan pengorbanan yang telah diberikan kepada
penulis menjadi amal baik dan mendapatkan balasan yang berlimpah serta Ridho Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisanproposal ini masih banyak terdapat kesalahan
karena keterbatasan pengetahuan penulis dan penulis akan dengan senang hati menerima
kritik dan saran untuk perbaikan di kesempatan yang lain. Terima Kasih.

Semarang, 23 Oktober 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dewasa ini, minyak dan gas bumi masih menjadi salah satu sumber energi yang
paling banyak digunakan untuk aktivitas manusia. Oleh karena itu, eksplorasi dan eksploitasi
sumber daya ini masih banyak terus dilakukan oleh berbagai pihak dan berbagai negara
termasuk di Indonesia ini. Dalam industri migas, tahap eksplorasi merupakan tahapan yang
penting. Karena dalam tahap ini, kehadiran hidrokarbon diteliti dan diamati dengan
pendekatan geologi maupun geofisika. Adapun untuk pendekatan secara geologi meliputi
studi terkait geologi regional, stratigrafi, kehadiran source rocks, seal, jalur migrasi, dsb.
Sedangkan pendekatan secara geofisika meliputi: gambaran reservoir dengan cakupan yang
luas sehingga mendapatkan lokasi sumur selanjutnya.
Metode seismik merupakan metode yang paling baik dibandingkan metode geofisika
lainnya dalam mendapatkan informasi bawah permukaan dengan resolusi yang tinggi. Dari
sebuah penampang seismik, seorang geofisikawan mampu memberikan interpretasi informasi
geologi bawah permukaan daerah penelitian. Tujuan dari interpretasi seismik adalah
menyajikan kondisi bawah permukaan yang paling mendekati model geologi daerah yang
didukung hasil analisa data yang ada. Ada tiga metode utama dalam melakukan interpretasi
seismik yaitu penyiapan data seismik, interpretasi dan penyajian hasil interpretasi. Dalam
penelitian ini, bermaksud untuk membantu menganalisa maupun memberikan informasi
mengenai keberadaan hidrokarbon daerah penelitian, yaitu dengan memetakan struktur
geologi pada penampang seismik dengan interpretasi data seismik. hasil interpretasi
kemudian dikumpulkan dan dianalisa sehingga mendapatkan kemungkinan sejarah geologi,
struktur, pengendapan, dan lain sebagainya. Daerah prospek hidrokarbon daerah penelitian
dapat ditentukan berdasarkan interpretasi statigrafi dan struktur daerah penelitian.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah bagaimana menganalisis


prospek hidrokarbon pada daerah penelitian berdasarkan hasil intepretasi setelah
melakukan proses analisa sumur, well-tie hingga dapat picking horizon agar terlihat
struktur yang dapat menentukan prospek hidrokarbon pada daerah penelitian.
1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran geologi struktur bawah


permukaan sehingga dapat diketahui zona yang memiliki prospek cadangan hidrokarbon.

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai geologi struktur


bawah permukaan sehingga dapat ditentukan langkah berikutnya untuk interpretasi lebih
jelas zona prospek cadangan hidrokarbon.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gelombang Seismik

Gelombang seismik dibedakan menjadi dua tipe berdasarkan medium


perambatannya, yaitu Gelombang Badan (Body Wave) dan Gelombang Permukaan
(Surface Wave). Gelombang Badan dibedakan lagi menjadi dua tipe berdasarkan cara
bergetarnya, yaitu Gelombang Longitudinal atau disebut Gelombang P (Primary) dan
Gelombang Transversal atau disebut Gelombang S (Shear). Sementara itu, Gelombang
Permukaan juga dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu Gelombang Rayleigh
(disebut ground-roll), Gelombang Love (disebut gelombang Shear-Horizontal) dan
Gelombang Stoneley (disebut gelombang Tabung). Pada saat dilakukan pengukuran yang
dalam eksplorasi seismik, Gelombang P, S dan Gelombang Permukaan terekam dengan
pola yang berbeda-beda sehingga gelombang-gelombang tersebut dapat dikenali dengan
mudah (Munadi, 2000).

2.2 Metode Seismik Refleksi

Metode seismik refleksi adalah satu metode geofisika eksplorasi yang


memanfaatkan gelombang pantul yang menembus batas bidang lapisan batuan bedasarkan
sifat fisisnya. Sumber gelombang seismik yang digunakan di darat umumnya adalah
ledakan dinamit, sedangkan di laut menggunakan sumber getar berupa air gun. Respon
yang yang ditangkap batuan diukur dengan sensor yang disebut geofon atau hidrofon.
Gelombang yang datang mengenai lapisan-lapisan batuan akan mengalami pemantulan,
pembiasan, dan penyerapan. Respon batuan terhadap gelombang yang datang akan
berbeda-beda tergantung sifat fisik batuan yang meliputi densitas, porositas, kepadatan,
dan kedalaman batuan. Gelombang yang dipantulkan akan ditangkap oleh geophone di
permukaan dan diteruskan ke instrumen untuk direkam. Hasil rekaman akan mendapatkan
penampang seismik.

2.3 Impedansi Akustik dan Koefisien Refleksi

Faktor kecepatan dari batuan lebih mempunyai arti penting dalam mengontrol
harga IA dibandingkan dengan densitas. Anstey (1977) menganalogikan IA dengan
acoustic hardness dimana batuan yang keras dan susah dimampatkan mempunyai IA yang
tinggi, sedangkan batuan lunak lebih mudah dimampatkan dan mempunyai IA yang
rendah.

Energi seismik yang terus menjalar ke dalam bumi akan diserap dalam tiga bentuk
berikut :

 Divergensi spherical dimana kekuatan gelombang (energi per unit area dari muka
gelombang) menurun sebanding dengan jarak akibat adanya spreading geometris.
Besar pengurangan densitas ini adalah berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
penjalaran gelombang.
 Absorbsi atau Q dimana energi berkurang karena terserap oleh massa batuan. Besar
energi yang terserap ini meningkat dengan frekuensi.
 Terpantulkan yang merupakan dasar penggunaan metode seismik refleksi.
Perbandingan antara energi yang dipantulkan dengan energi yang datang pada
keadaan normal (Koefisien Refleksi)

2.4 Resolusi Vertikal


Resolusi seismik adalah kemampuan untuk memisahkan dua reflektor yang
berdekatan. Didalam seismik, resolusi terbagi dua yakni resolusi vertikal (temporal) dan
lateral (spasial). Resolusi vertikal didefinisikan dengan ¼ panjang gelombang seismik (λ),
dimana λ= v/ f dengan v adalah kecepatan gelombang seismik (kompresi) dan f adalah
frekuensi.

Frekuensi dominan gelombang seismik bervariasi antara 50 and 20 Hz dan semakin


berkurang terhadap kedalaman (Sismanto, 2013). Tabel dibawah ini menunjukkan contoh
hubungan antara v, f dan λ :

Tabel 2.1 Hubungan antara v, f, dan f (Agus Abdullah, 2007)

Kedalaman (meter) v (meter/detik) f (Hz) λ/4 (meter)

1500 2500 50 12.5


3500 3500 40 21.9
5500 4500 30 37.5
6500 5500 20 68.8

Dari tabel diatas kita melihat bahwa untuk anomali dangkal dengan kecepatan
gelombang seismik 2500 m/s dan frekuensi 50Hz diperoleh resolusi vertikal 12.5 meter,
artinya batas minimal ketebalan lapisan (ketebalan tuning / tuning thickness) yang mampu
dilihat oleh gelombang seismik adalah 12.5 meter. (Widess, 1973) dalam papernya 'How
thin is a thin bed', Geophysics, mengusulkan 1/8λ sebagai batas minimal resolusi vertikal.
Akan tetapi dengan mempertimbangkan kehadiran noise dan efek pelebaran wavelet
terhadap kedalaman maka batas minimal resolusi vertikal yang dipakai adalah 1/4λ.

2.5 Efek Interferensi

Salah satu masalah yang timbul dalam metode seismik refleksi adalah timbulnya
interferensi respon seismik dari batas IA yang sangat rapat karena pada setiap perubahan
IA timbul gelombang seismik refleksi. Interferensi bisa bersifat positif atau negatif dan
peran panjang pulsa seismik sangat kritis dalam hal ini. Idealnya, pulsa gelombang berupa
spike dan akan mengakibatkan refleksi spike juga, tapi dalam prakteknya pulsa input akan
terdiri atas satu/dua peak dan satu/dua trough. Kenyataanya bahwa wavelet sering terdiri
atas beberapa siklus gelombang, bukannya spike, menunjukkan bahwa sebuah reflektor
tunggal dapat menghasilkan sebuah releksi yang terdiri atas refleksi primer yang diikuti
oleh satu atau lebih half-cycles.

2.6 Analisa Fasies Seismik

Merupakan usaha deskripsi dan interpretasi geologi dari parameter-parameter


pantulan seismik yang meliputi konfigurasi pantulan, kontinuitas pantulan, amplitudo,
frekuensi, kecepatan internal, dan geometri eksternal. Setiap parameter pantulan seismik
dapat memberikan informasi mengenai kondisi geologi terkait.

Analisa fasies seismik dilakukan dengan memperhatikan parameter parameter


refleksi dalam sekuens yakni :

- Geometri
- Kemenerusan
- Frekuensi dan amplitudo gross
- Kecepatan interval dan juga karakter dari refleksi individual seperti :
 Bentuk gelombang (waveform)
 Amplitudo
 Frekuensi, (Veeken, 2007)
2.7 Data Seismik 3D

Penampang seismik 2D merupakan penampang melintang dari benda 3D yang


merupakan objek geologi bawah permukaan. Seismik 2D mengandung sinyal dari semua
arah termasuk yang di luar bidang penampang, akan tetapi migrasi 2D biasanya
mengasumsikan bahwa sinyal yang terekam berasal dari bidang penampang itu sendiri.
Sinyal tersebut, yang disebut sideswipe, terkadang dapat dikenali, tapi sering
mengakibatkan kesalahan pengikatan pada rekaman seismik 2D termigrasi. Oleh karena
itu, kelemahan-kelemahan tersebut maka pada tahun 1970 mulai dikemukakan konsep
survey seismic 3D yang dipelopori oleh Walton (1972) dan Bone dkk (1976).

Inti dari metode seismik 3D ini adalah pada pengumpulan data riil diikuti oleh
pemrosesan dan interpretasi volum data yang sangat rapat dimana resolusi vertikal maupun
horizontalnya semakin meningkat. Kumpulan data seismik yang sangat rapat ini
memungkinkan pengolahan tiga deminsional dari data 3D. Oleh karenanya, konsep volum
sangat penting dalam proses interpretasi data seismik 3D yang dilakukan melalui
potongan-potongan data volum data tersebut.

2.8 Tahapan Umum Interpretasi Seismik

Adapun tahapan umum dalam melakukan interpretasi seismik adalah


sebagai berikut: (Sukmono, 1999)

1. Pemahaman geologi daerah penelitian, terutama masalah evolusi cekungan


dan proses sedimentasi.

2. Pemahaman mengenai karakter data seismik yang digunakan misalnya


polaritas, fase, resolusi, bising (noise) dan lain-lainnya.

3. Karakterisasi horison target, baik dari segi geologi (jenis litologi, tebal,
pelamparan lateral/vertikal) maupun geofisika (kecepatan, densitas,
perilaku kurva gamma ray/SP, dll).

4. Pengikatan data seismik dan data sumur (well-seismic tie), serta bila
memungkinkan dengan data singkapan juga.

5. Identifikasi pelamparan horison target pada rekaman seismik dengan


menggunakan konsep stratigrafi sekuen dan seismik stratigrafi.
6. Pemetaan horison target dengan menggunakan konsep stratigrafi sekuen
dan seismik stratigrafi.

7. Pembuatan peta kontur waktu atau kedalaman serta analisa kualitas


interpretasi bila memungkinkan.

8. Analisa lingkungan pengendapan, fasies dan system tract berdasarkan data


seismik.

9. Analisa atribut dan pemodelan data seismik bila diperlukan.

10. Sintesa sejarah sejarah geologi dan penentuan konsep play daerah
penelitian.

2.9 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Interpretasi Seismik

Berikut ini diperhatikan dalam melakukan interpretasi seismik antara lain polaritas
dan fase, well seismic-tie dan penafsiran struktur.

a. Polaritas dan fase


Polaritas (gambar 2.1) merupakan suatu konvensi rekaman dan penampang dari
data seismik. SEG (Society Exploration of Geophysics) mendefinisikan polaritas normal
sebagai berikut:

 Sinyal seismik positif akan menghasilkan tekanan akustik positif pada hidropon di
air atau pergerakan awal ke atas pada geopon.

 Sinyal seismik yang positif akan terekam sebagai nilai negatif pada tape, defleksi
negatif pada monitor dan trough pada penampang seismik.

Polaritas mempunyai peranan sangat kritis dalam interpretasi dan oleh karenanya
harus dipahami pada awal interpretasi. Polaritas dapat ditentukan dari :

1. Keterangan penampang seismik


2. Menghitung jenis polaritas untuk batas impedansi akustik yang
pasti
3. Membandingkan data seismik dengan data sumur pada saat
pengikatan data seismik dan sumur.
Gambar 2.1 Polaritas wavelet (a) fase nol, (b) fase minimum

Gelombang seismik yang ditampilkan dalam rekaman seismik dapat dikelompokan


menjadi dua jenis yaitu fase minimum dan fase nol. Pada gelombang fase minimum,
energi yang berhubungan dengan batas IA terkonsentrasi pada onset di bagian muka
gelombang tersebut, sedangkan pada fase nol batas IA akan terdapat pada peak bagian
tengah. Dibandingkan dengan fase minimum, fase nol mempunyai beberapa kelebihan:

 Untuk spektrum amplitudo yang sama, sinyal fase nol akan selalu lebih
pendek dan beramplitudo lebih besar daripada fase minimum, sehingga rasio sinyal-noise-
nya juga akan lebih besar.

 Amplitudo maksimum sinyal fase nol umumnya akan selalu berimpit


dengan spike refleksi, sedangkan pada kasus fase minimum amplitudo maksimum tersebut
terjadi setelah spike refleksi terkait.

b. Well Seismic-Tie
Well-seismic tie atau pengikatan data seismik dan sumur dilakukan untuk
meletakkan horison seismik dalam skala waktu pada posisi kedalaman sebenarnya dan
agar data seismik dapat dikorelasikan dengan data geologi lainnya yang diplot pada skala
kedalaman.

 Seismogram Sintetik

Seismogram sintetik dibuat dengan cara mengkonvolusikan wavelet dengan data KR


(Koefisien Refleksi). Data KR diperoleh dari data log sonik dan densitas. Wavelet yang
digunakan sebaiknya mempunyai frekuensi dan bandwith yang sama dengan penampang
seismik. Seismogram sintetik final merupakan superposisi dari refleksi-refleksi semua
reflector
 Check-Shot Survey
Check-shot survey dilakukan untuk mendapatkan Time-Depth curve yang
digunakan untuk pengikatan data seismik dan sumur, perhitungan kecepatan interval,
kecepatan rata-rata dan koreksi data sonik pada pembuatan seismogram sintetik. Pada
check-shot survey, kecepatan diukur dalam lubang bor dengan sumber gelombang di atas
permukaan. Pengukurannya dilakukan pada horison-horison yang ditentukan berdasarkan
data log geologi dan waktu first-break rata-rata untuk tia horison dilihat dari hasil
pengukuran tersebut.

 Vertical Seismic Profile (VSP)


VSP hampir sama dengan check-shot survey. Perbedaannya adalah pada VSP
dipakai geopon yang lebih banyak dan interval pengamatannya lebih tidak lebih dari 30 m,
sehingga didapatkan rekaman penuh selama beberapa detik. Gelombang ke bawah berasal
dari refleksi first-break/mutipel-nya dan pada rekamannya akan menentukkan waktu
tempuh yang meningkat terhadap kedalaman. VSP mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:

 Refleksi dapat diikat langsung dari rekaman seismik ke data sumur.


 Multipel dapat dengan mudah diidentifikasi.
 Refleksi dari reflektor di bawah TD masih dapat dievaluasi.
 Kecepatan interval dan KR dapat dihitung secara akurat.

c. Penafsiran Struktur
Penafsiran struktur mempunyai peranan yang sangat penting karena di dalam
strukturlah perangkap hidrokarbon terbentuk. Namun metode seismik memiliki kelemahan
dalam menangkap parameter struktur bawah permukaan bumi. Beberapa efek yang dapat
terjadi apabila penafsiran struktur dilakukan pada rekaman seismik yang belum dimigrasi
antara lain distorsi akibat asumsi yang digunakan dalam metode CMP, kemiringan terlalu
rendah, refleksi terletak pada posisi yang belum benar, antiklin terlalu lebar atau sinklin
terlalu sempit, dan lain-lain. Hal tersebut dapat dieliminasi dengan cara melakukan migrasi
namun tidak secara sempurna menghilangkan efek-efek tersebut dalam daerah dengan
struktur kompleks karena sulitnya pemilihan kecepatan bawah permukaan dan
pembelokkan tajam dari gelombang seismik (Sukmono, 1999).

Penafsiran struktur dalam interpretasi seismik dilakukan dengan cara


penelusuran fault dan horison. Penelusuran fault diidentifikasi dari terminasi refleksi,
difraksi, perubahan kemiringan, dan lain-lain.
Sementara penelusuran horison dilakukan pada batas sekuen/ horison target
dengan memperhatikan bentuk gelombang yang dipakai berfase minimum atau
berfase nol.

2.10 Parameter Petrofisik

Sifat batuan yang penting digunakan dalam analisa petrofisika adalah kandungan
lempung, porositas, dan saturasi air. Parameter lain yang sangat penting dalam
mendeskripsikan kualitas reservoar adalah permeabilitas. Dengan diketahuinya tingkat
saturasi air, maka akan diketahui pula tingkat saturasi hidrokarbon yang terdapat di dalam
reservoar. Hidrokarbon sangat efektif untuk di produksi apabila reservoar memiliki
permeabilitas yang besar.

2.11 Porositas

Porositas adalah ruang kosong di antara matriks batuan atau dengan kata lain volume
batuan yang tidak terisi oleh benda padat. Porositas ditentukan berdasarkan bentuk butiran
dan sortasi. Bentuk butiran semakin bundar (rounded) maka porositas akan semakin baik
dan sebaliknya. Sedangkan sortasi merupakan pemilahan ukuran butir yang bila semakin
sama besar butir maka porositas akan besar dan bila sortasi buruk maka butiran yang kecil-
kecil akan mengisi pori di antara pori butir besar.

2.12 Permeabilitas

Permeabilitas (k) adalah ukuran kemampuan batuan untuk dapat melewati fluida.
Permeabilitas berhubungan dengan porositas yang saling berhubungan (connected) dan
butiran matriks yang besar. Sedimen dengan matriks yang besar dan porositas besar akan
memiliki permeabilitas yang besar pula. Sedangkan batuan dengan matriks dan porositas
kecil akan menyulitkan fluida untuk mengalir yang berarti permeabilitasnya kecil.
Permeabilitas dinyatakan dalam milidarcy (mD) dengan interval 0.1 – 1000 mD untuk
ukuran produksi.
2.13 Kandungan Lempung

Evaluasi kandungan lempung ini merupakan rasio keberadaan lempung di dalam


suatu formasi dan dinyatakan dalam fraksi atau persen. Kandungan lempung dapat
diperoleh dengan indikator kurva tunggal berupa log gamma ray, SP, resistivitas, dan
neutron sedangkan indikator kurva ganda dari log densitas-neutron dan densitas-sonik.
Yang lebih sering digunakan adalah indikator dari log gamma ray karena dapat langsung
mendeskripsikan litologi target reservoar.

2.14 Konversi Waktu ke Kedalaman

Salah satu masalah utama dalam pengolahan data seismik adalah menentukan konversi
waktu menjadi kedalaman yang dapat dianggap sebagai titik pertemuan antara geologi dan
geofisika. Konversi data waktu tempuh menjadi formasi kedalaman mengharuskan hubungan
kecepatan dengan setiap zona geologi yang dapat diketahui atau dapat disimpulkan sebagai
gelombang yang berkembang terhadap waktu. Perhitungan konversi waktu menjadi kedalaman
membutuhkan model kecepatan seismic diberbagai jenis bahan.

Penerapan pemodelan kecepatan tergantung pada kondisi kecepatan terhadap


kedalaman. Tingkat yang paling sederhana adalah kecepatan rata-rata, karena mengabaikan
layering dan dapat langsung tertuju ke horizon target. Kecepatan interval menetapkan
kecepatan konstan untuk setiap lapisan dalam suatu sumur yang diberikan. Menggunakan
kecepatan rata-rata atau interval memberi peluang terhadap variasi kecepatan spasial antara
lokasi sumur (Etris dkk,2001).

Gambar 2.2 Proses Konversi Waktu Menjadi Kedalaman (Fanchi, 2001)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan tugas akhir ini kurang lebih 2 bulan yakni padatanggal 1 Maret
2019 s/d 1 April 2019 dengan kerangka waktu penelitian sebagai berikut:

No. Aktivitas Maret 2019 April 2019


1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Literatur
2 Ekstraksi Wavelet
3 Seismogram Sintetik
4 Well Seismic Tie
5 Interpretasi Struktur
6 Picking Horizon
7 Ekstraksi Atribut
8 Analisa Atribut Seismik
9 Interpretasi
10 Progress Report
11 Pembuatan Laporan

Tempat Tugas Akhir ini akan dilaksanakan di PT. Pertamina EP Asset 3, Jl. Patra Raya
No.1, Klayan, Cirebon.

3.2 Metode Kegiatan

3.2.1 SurveyLapangan

Pada tahap survey lapangan ini dilakukan konfirmasi langsung terhadap


instansi yang terkait untuk mendapatkan informasi mengenai Tugas Akhir yang akan
dilaksanakan.

3.2.2 Tugas Akhir

Pelaksanaan Tugas Akhir di instansi terkait yang dilaksanakan kurang lebih 2


bulan sesuai dengan ketentuan dan kebijaksanaan yang ada pada instansi tersebut.

3.2.3 Studi Literatur

Dari hasil Tugas Akhir yang dilakukan di Pertamina Ep Asset 3 dibandingkan


dengan teori yang telah didapatkan di perkuliahan.
3.3 Bidang yang diminati

Dalam pelaksnaan Tugas Akhir ini bidang yang diminati adalah terkait dengan
Interpretasi Data Sesmik Untuk penentuan Prospek Hidrokarbon.

3.4 Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

3.5 Pelaksana Penelitian Tugas Akhir

Nama : Ahmad Khairul Azmi

NIM : 1508026003

Bidang Minat : Geofisika

Jurusan : Fisika

Fakultas : Sains dan Teknologi

Perguruan Tinggi : Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang


BAB IV

PENUTUP

Demikian proposal Tugas Akhir ini saya ajukan. Mengingat keterbatasan dan
kekuranagan yang penulis miliki, maka saya mengharapkan dukungan dan kerjasama dari PT.
Pertamina EP Asset 3dalam pelaksanaan Tugas Akhir berupa:

1. Bimbingan selama kegiatan Tugas Akhir


2. Dukungan dari pihak Perusahaan baik moral maupun pembelajaran dalam
pelaksanaanya.
Besar harapan saya untuk mendapatkan kesempatan dan pengalaman PT. Pertamina
EP Asset 3. Akhir kata atas perhatian dan kerjasamanya, saya sampaikan terima
kasih.

Hormat saya,

Ahmad Khairul Azmi


NIM 1508026003
DAFTAR PUSTAKA

Badley, M.E. 1985. Practical Seismik Interpretation. D. Reidel Pub. Co. Boston.
Etris, E.L., Crabtree, N.J.,dan Dewar, J., 2001.True Depth Conversion: more than
a pretty picture.CSEG

Munadi, Suprajitno. 2000. Aspek Fisis Seismologi Eksplorasi. Program Studi


Fisika, Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Indonesia : Depok

Sismanto. 2013. Aplikasi Seismik Multichannel. Pusat Pendidikan dan


Pelatihan Geologi, Badan Diklat Energi dan Sumber Daya Mineral,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral : Jakarta

Sukmono, S. 1999. Interpretasi Seismik Refleksi. Teknik Geofisika. Bandung:


ITB. Veeken, P.C.H. 2007. Seismic Stratigraphy, Basin Analysis and
ReservoirCharacterisation, Elseveir Ltd : United Kingdom

Zain, Rizky Pahlevi. 2012. Analisa Petrofisika Dan Multiatribut Seismik Untuk
Karakterisasi Reservoar Pada Lapangan Spinel Cekungan Cooper-
Eromanga, Australia Selatan. Jakarta : Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai