Abstrak
Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia dimana pertumbuhan seninya sangat
pesat. Banyak seniman-seniman yang lahir dan mengembangkan kreativitasnya di Bandung.
Seni yang berkembang di kota Bandung beragam jenis nya, mulai dari yang membawakan
unsur budaya setempat sampai yang membawakan unsur kritik-kritik sosial. Street art
merupakan seni rupa kontemporer yang sering membawakan kritikan-kritikan tersebut, tetapi
fakta yang ada bahwa seniman jalanan tidak diwadahi oleh Art Space di Kota Bandung.
Padahal hal yang diungkapkan Baudelaire menjadi fakta hingga saat ini, bahwa jalanan
menjadi sebuah kumpulan sumber inspirasi. Street Art Space sendiri merupakan Art Space
yang lebih ditujukan kepada seniman-seniman, maupun komunitas-komunitas yang berbasis
jalanan dan masyarakat.Tujuan perancangan interior Street Art Space yaitu perancangan
yang berguna sebagai wadah untuk mengekspresikan ide dan gagasan seniman jalanan dan
masyarakat dalam bentuk karya maupun pertunjukkan seni tanpa adanya batasan. Sehingga
dapat menciptakan ruang seni yang bersifat menginspirasi dan saling memberikan apresiasi
satu sama lain. Proses perancangan interior Street Art Space menggunakan metode
perancangan analisa dan sintesa. Proses analisa didapat dengan cara membuat perbandingan
dari Art Space dan menarik kesimpulan dari hasil survey Art space dibeberapa Kota di
Indonesia khususnya Bandung, proses wawancara, dan permasalahan desain. Proses sintesa
berupa pemecahan masalah yang dari permasalahan dan fenomena. Pada proses analisa yang
kemudian di evaluasi kembali terhadap tujuan perancangan. Hasil perancangan Street Art
Space merupakan hasil implementasi konsep dan programming ke dalam elemen pembentuk
ruang dan elemen pengisi ruang.
Kata kunci: Bandung, seni, kritik sosial, Art Space, Street Art, Street Art Space
Abstract
Bandung is one of the big cities in Indonesia where the growth of art is very rapid. Many
artists are born and develop their creativity in Bandung. Art that develops in the city of
Bandung various types, ranging from bringing elements of local culture to bring elements of
social criticisms. Street art is an art that often carries these criticisms, but the existing
phenomenon that street artists are not accommodated by Art Space in Bandung. But what
Baudelaire discloses to be a fact until now, that the streets become a collection of sources of
inspiration. Street Art Space is an Art Space that is more aimed at street artists, as well as
street-based communities, and everybody. The purpose of interior planning Space Street
Space is a useful design as a container to express ideas and concepts of artists and the
public in the form of artwork and art performances without any limitations. So as to create
an art space that is inspiring and mutually give appreciation to each other. Art Space
interior planning process using analysis and synthesis method. The analysis process was
obtained by making a comparison of the Art Room and drawing conclusions from the results
of the Art room survey in several cities in Indonesia, especially Bandung, interview process,
and design issues. The synthesis process consists of problem solving of problems and
phenomena. in the analysis process which is then re-evaluated from the planning objectives.
The result of Street Art Space planning is the implementation of concept and programming
into the elements of space and furniture elements.
Keywords: Bandung, art, social criticism, Art Space, Street Art, Street Art Space
e. Bagaimana menciptakan suasana yang lebih Sebagai pendukung kelengkapan data dengan
terbuka pada Street art space sehingga pelaku cara melakukan tanya jawab langsung dengan
seni dan masyarakat juga lebih tertarik dan tidak narasumber yang terpercaya dengan pengelola
merasa sungkan untuk datang dan mengetahui Kampung Dago Pojok, Car Free Day, Sangkring
proses berkesenian ? Art Space, Komunitas Salihara, dan pelaku seni
lainnya terutama yang berbasis Street Art
1.2. Tujuan dan Sasaran mengenai data -data yang masih kurang dan
Tujuan utama dari sebuah perancangan Street art masih menjadi pertanyaan.
space yakni perancangan yang beguna sebagai wadah - Data Sekunder
untuk mengekspresikan ide dan gagasan pelaku seni Data literatur dapat diperoleh dari berbagai
jalanan dan masyarakat dalam bentuk karya maupun sumber seperti buku, jurnal, laporan, website
pertunjukkan seni tanpa adanya batasan. Sehingga yang dapat dipertanggung jawabkan datanya.
dapat menciptakan ruang seni yang bersifat b. Analisa Data
menginspirasi dan saling memberikan apresiasi satu Analisa data primer berdasarkan apa yang
sama lain. sudah didapatkan dari pengumpulan data primer
Dengan sasaran perancangan sebagai berikut : dan data sekunder. Tujuan melakukan analisa
a. Memahami lebih dalam tentang sebuah seni, yaitu untuk menemukan suatu permasalahan
terutama Street Art. desain pada Street art space. Analisa berdasarkan
b. Memanfaatkan semua sudut ruang sesuai dengan pada objek yang memiliki fungsi sejenis yakni
kebutuhan Art space. Jugglers Art Space, Sangkring Art Space dan
c. Menciptakan suasana ruang yang berbeda. Komunitas Salihara, guna untuk menemukan
d. Membuat inovasi sehingga menciptakan ruang perbedaan tipologi antar Art space. Analisa data
yang dapat menginspirasi dan membangkitkan yaitu dengan cara mengomparasikan
kreativitas. permasalahan dan kebutuhan ruang.
e. Tidak hanya mengutamakan estetika tetapi juga c. Sintesa ( Programming )
fungsi. Hasil keluaran dari menganalisa data berupa
f. Membawa unsur-unsur jalanan dalam sebuah kebutuhan ruang, kedekatan ruang, zoning
ruang. blocking, dan konsep :
- Zoning dan Blocking
1.3. Metodologi Perancangan Keluaran dari Analisa memunculkan sebuah
a. Pengumpulan Data gagasan dasar pembagian ruang pada denah site
- Observasi yang digunakan sebagai Street art space.
Pengamatan dengan melakukan survei Pembagian ruang ini diperoleh berdasarkan
Kampung Dago Pojok, Car Free Day, Sangkring seberapa besar ruang yang dibutuhkan tetapi
Art Space, Komunitas Salihara, dan tempat- masih dalam gagasan awal sebuah desain.
tempat berkesenian lainnya terutama yang - Kebutuhan Ruang
berbasis Street Art dimana memiliki fungsi Kebutuhan ruang meliputi fasilitas apa saja
sebagai Art space dengan tipologi yang berbeda, yang di butuhkan pada sebuah Street art space
sehingga dapat mengetahui perbedaan antar agar dapat memenuhi kebutuhan seniman,
tipologi Art Space. Objek yang diamati yaitu pengunjung dan pengelola. Keluaran dari
lokasi site, user, aktivitas dan fasilitas, elemen kebutuhan ruang berupa aktivitas, fasilitas,
pembentuk ruang dan pengisi ruang, suasana, kapasitas ruang, besaran ruang, besaran furniture,
perbedaan mengenai tipologi antar Art space. besaran sirkulasi serta luasan.
- Pengukuran - Kedekatan Ruang
Melakukan pengukuran pada Kampung Dago Kedekatan ruang salah satu yang menjadi
Pojok, Car Free Day, Sangkring Art Space, keluaran dari sebuah analisa, dengan tujuan untuk
Komunitas Salihara, dan tempat-tempat mengetahui kedekatan antar ruang yang
berkesenian lainnya terutama yang berbasis Street digunakan sebagai acuan penataan ruang pada
Art. Pengukuran terbagi menjadi 2. sebuah Street art space. Selain itu juga untuk
- Dokumentasi mengetahui apakah pembagian ruang benar-benar
Dokumentasi dengan melakukan pengambilan efektif dan efisien dalam memenuhi kegiatan
foto maupun video Kampung Dago Pojok, Car seniman, pengunjung dan pengelola.
Free Day, Sangkring Art Space, Komunitas - Konsep
Salihara, dan tempat-tempat berkesenian lainnya Konsep adalah sebuah titik awal penting
terutama yang berbasis Street Art dengan tujuan yang akan menunjukan arah dalam desain
untuk mendukung kegiatan observasi, perancangan Street art space. Konsep merupakan
mendapatkan keterangan secara visual, peta jalan tempat kembali dan kembali lagi untuk
penerangan pengetahuan dan bukti dengan menentukan arah proses desain perancangan.
peralatan teknologi yang sudah modern. Konsep bersifat representatif dan sebagai solusi
- Wawancara ide awal dari sebuah perancangan.
3.12. Konsep Sign System denah khusus ini meliputi ruang lobby, art retail dan
performance studio yang berada di lantai ground dan
Seperti pada konsep keamanan, konsep sign
galeri vandal atau vandalism gallery yang berada di
system dibuat berdasarkan tema yang diambil yaitu
lantai 1. Luas total denah khusus ini sekitar 900m2
untuk menambah kesan artistik dalam sebuah ruang,
dengan karakter ruang yang memanjang linier.
dimana selain memiliki fungsi juga memiliki nilai
estetika. Sign system ini berupa sebuah petunjuk alur
ruang yang dibuat sedetail mungkin dan dapat
menjadi sebuah nilai estetika lain pada ruangan.
Gambar 2
(Su
sehingga ceiling yang dibuat tidak rumit agak tidak b. Sistem keamanan Privasi
membuat susana malah berubah menjadi tidak enak.
Keamanan privasi yaitu dilengkapi dengan
4.6. Penyelesaian Furniture cctv yang diletakkan dibeberapa titik. CCTV
yang digunakan yaitu memiliki derat yang besar
Konsep Furniture yang dibuat yaitu dengan yaitu 360 derajat sehingga keamanan ruang
mengadopsi bentukan dan karakter sebuah furniture benar-benar terjaga.
yang ada dijalan, sehingga penyelesaian akhir
furniture cukup simpel seperti plat besi yang hanya di
cat hitam doff atau hanya stiker mural, selain itu juga
material material kayu bahkan tanpa finishing dan
hanya diamepelas aagar memiliki tektur yang halus
sehingga tidak berbahaya dan lebih rapi.
4.10. Perspektif
4.7. Sistem Penghawaan
Sistem Penghawaan ruang pada Street Art Space
ini yaitu dengan banyaknya penggunaan Exhaust Fan
yang dibawa oleh ducting-ducting yang saling
terhubung keatas plafon. Sedikitnya penghawaan
buatan seperti Air Conditioner dikarenakan
banyaknya bukaan-bukaan yang ada pada bangunan
ini.Selain itu banyaknya penggunaan Exhaust Fan
karena didasari oleh pengguna yang rata-rata seniman Gambar 25 Perspektif Lobby
jalanan yang sudah terbiasa di jalan meskipun (Sumber: Dokumen Probadi)
ditengah terik matahari langsung mereka masih bisa
berkarya.
Sistem keamanan ruang dari kebakaran yaitu Gambar 28 Perspektif Vandalism Gallery
deilengkapi dengan Springkler dan Smoke (Sumber: Dokumen Probadi)
Detector. Dimana smoke detector akan berkerja
ketika ada asap yang berasal dari api yang
kemudian akan dideteksi oleh springkler sehingga
springkler berkerja menyemprotkan air
kebawahnya, selain springkler pemadaman api
juga dilengkapi dengan APAR.
DAFTAR PUSTAKA Hanifati, Khusnul., et. all. (2015) Orat Oret Art
Space. Undergraduate thesis, Fakultas Teknik
a. Panero, J., & Zelnic, M. (1979). Human Universitas Diponegoro.
Dimension & Interior Space. Jakarta: Erlangga.
b. Neufert, Ernst. (1996) Data Arsitek Jilid 1 Edisi Suminar L., Setiawan B., Her N.,Widyasari. (2017).
33. Jakarta: Erlangga. Pemanfaatan Galeri Seni sebagai Ruang Publik di
c. Neufert, Ernst. (2002) Data Arsitek Jilid 2 Edisi Yogyakarta. Departemen Teknik Arsitektur dan
33. Jakarta: Erlangga. Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah
d. Neufert, P., & Ernst. Achitects’ Data Third Mada Yogyakarta.
Edition. Blackwell.
e. Ching, Francis DK. (2008). Arsitektur, Bentuk, Novianto I. (2015). Surakarta Contemporary Art
Ruang, dan Susunannya. Jakarta: Erlangga. Space. Tugas akhir dasar program perencanaan dan
f. Ham, Roderick. (1974). Theatre Planning. The perangcanga arsitektur Universitas Muhammadiyah
Architectural Press: London. Surakarta.
g. Appleton, Ian. (2008). Buildings for the
Performing Arts: A Design and Development Kartika W. Myra. (2011). Galeri Seni Rupa
Guide. The Architectural Press: London. Kontemporer Di D.I.Yogyakarta. Tugas akhir
h. Doelle, Leslie L. (1990). Akustik Lingkungan. program studi arsitektur Universitas Atmajaya
Jakarta: Erlangga. Yogyakarta.
i. Oren,. Parker W,. (1976). Scene Desing and
Stage Lighting. Website :
j. Village, Judy. (2010). Ergonomic Design
www.id.wikipedia.org (diakses dari 10 januari 2018,
Guidelines For Libraries.
pukul 09.00 WIB)
k. Syah Muhibbin,. (2006). Psikologi Belajar ,
Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada. www.maps.google.com (diakses dari 10 januari 2018,
l. Trimo, S. (1986). Pengetahuan dasar Dalam pukul 09.00 WIB)
Perencanaan Gedung Perpustakaan. www.salihara.org/ (diakses dari 1 Februari 2018,
Bandung:Angkasa. pukul 09.00 WIB)
m. Fajar, M. Irsyat, (2013) : Pusat Desain Seni www.sangkringart.com/ (diakses dari 1 Februari
Visual. 2018, pukul 09.00 WIB)
n. Carr, S. (1992). Publik space. Cambridge:
www.jugglers.org.au/ (diakses dari 1 Februari 2018,
Cambridge University Press.
pukul 09.00 WIB)
o. Ghirardo, Diane. (1996). Architecture After
Modernism. www.artspacenc.org/ (diakses dari 1 Februari 2018,
p. DeChiara. J., Panero. J., And Zelnik. M. (2001). pukul 09.00 WIB)
Time-saver Standards for Interior Design and