Anda di halaman 1dari 4

PROPOSAL PENELITIAN

APLIKASI BEBERAPA DOSIS KOMPOS LEGUMINOSA DENGAN PENGGUNAAN


BIO-AKTIVATOR Trichoderma sp. TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L)

Oleh :

DY ELLY ERNAWATI
NIM : C1012131017

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Cabai (Capsicum annuum L) merupakan salah satu komoditas hortikultura
yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia dan dibutuhkan oleh hampir
seluruh lapisan masyarakat, sehingga volume peredarannya di pasaran sangat
besar. Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin,
diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Kabohidrat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan
Vitamin C (Rukmana, 1995).
Menurut Badan Pusat Statistik(2014) “Produksi cabai besar segar tangkai
pada tahun 2014 sebesar 2.199 ton dengan luas panen cabai besar tahun 2014
sebesar 706 hektare, dan rata-rata produktivitas 31,16 kuintal per hektare.
Dibandingkan tahun 2013 terjadi penurunan produksi sebesar 649 ton atau
22,77 persen. penurunan ini disebabkan menurunnya produktivitas sebesar
12,80 kuintal per hektare atau 29,12 persen dibandingkan tahun sebelumnya,”
ujar Badar.
Hal serupa berlaku untuk produktivitas cabai rawit. Dia mengatakan,
produksi cabai rawit segar dengan tangkai tahun 2014 sebesar 4.562 ton dengan
luas panen cabai rawit tahun 2014 sebesar 1.618 hektare, dan rata-rata
produktivitas 28,19 kuintal per hektare. Dibandingkan tahun 2013 terjadi
penurunan produksi sebesar 1.058 ton atau 18,83 persen. penurunan ini
disebabkan produktivitas menurun sebesar 10,78 kuintal per hektare atau 27,66
persen dibandingkan tahun 2013.
Rendahnya produktivitas cabai di Pontianak salah satunya disebabkan
petani cabai yang belum menggunakan benih cabai varietas unggul, padahal
dengan penggunaan varietas unggul tanaman cabai produksinya bisa mencapai
15-20 ton/ha (Suseno, 2002). Varietas cabai SSP IPB yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan salah satu varietas cabai yang dikeluarkan oleh
Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB yang memiliki rasa pedas
(kandungan kapsaicin 967 ppm) dengan panjang buah 12-15 cm, bobot per buah
8-10 gram, produktivitas 700-800 gram/tanaman dan umur panen 72-78 hari
setelah tanam, dimana untuk umur panen varietas ini lebih cepat dibandingkan
dengan varietas cabai pada umumnya.
Selain itu, rendahnya produktivitas cabai di Pontianak juga disebabkan
penggunaan pupuk anorganik ( Urea, TSP, KCL ) secara terus menerus yang
tidak di imbangi dengan pupuk organik, sehingga dapat merusak tanah (Suseno,
2002). Pupuk anorganik sangat sedikit ataupun hampir tidak mengandung unsur
hara mikro, oleh sebab itu perlu di imbangi dengan penggunaan pupuk organik
atau kompos yang banyak mengandung hara mikro terutama kompos yang
berasal dari daun-daunan seperti kompos leguminosa (Pracaya, 2001)
Kompos leguminosa ialah kompos yang paling praktis yang dapat
digunakan oleh petani cabai, karna bahan dasar kompos ini mudah didapatkan
serta tidak banyak mengeluarkan biaya, sehingga kompos leguminosa dapat
menjadi salah satu sumber hara organik alternatif yang dapat digunakan oleh
petani cabai secara langsung (Krishnawati, 2003).
Kompos Leguminosa adalah peruraian bahan organik dari tanaman
leguminosa oleh jasad renik (mikrobia) yang dalam penelitian ini menggunakan
Bio-Aktivator Trichoderma sp. Pemberian kompos leguminosa ini tidak hanya
memperkaya unsur hara bagi tanaman, namun juga berperan dalam
memperbaiki struktur tanah, tata udara dan air dalam tanah, mengikat unsur
hara dan memberikan makanan bagi jasad renik yang ada dalam tanah, sehingga
meningkatkan peran mikrobia dalam menjaga kesuburan tanah. Selain itu,
pembuatan kompos leguminosa ini juga relatif mudah. Keunggulan lainnya
adalah mudah terurai di dalam tanah sehingga mempercepat penyiapan unsur
hara bagi tanaman. Oleh sebab itu penggunaan kompos leguminosa diharapkan
dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai (Kartini, 2007).
Berdasarkan uraian dapat di identifikasi beberapa permasalahan
rendahnya produktivitas cabai di Pontianak, disebabkan karena petani cabai
yang belum menggunakan benih cabai varietas unggul, penggunaan pupuk
anorganik ( Urea, TSP, KCL ) secara terus menerus yang tidak di imbangi
dengan pupuk organik, sehingga di asumsikan penggunaan kompos leguminosa
yang memanfaatkan bioaktivator Trichoderma sp. dengan penggunaan varietas
cabai SSP IPB, menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi permasalahan
rendahnya produktivitas cabai di Pontianak.
Berdasarkan dari penjelasan dan uraian di atas, maka penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Aplikasi Beberapa Dosis Kompos
Leguminosa dengan Penggunaan Bio-Aktivator Trichoderma sp. Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai (Capsicum Annuum L)”.

1.2. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh aplikasi beberapa dosis
kompos leguminosa yang memanfaatkan bioaktivator Trichoderma sp. dan
mendapatkan dosis kompos leguminosa yang terbaik dalam meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman cabai (Capsicum Annuum L).

1.3. Hipotesis
Pemberian kompos leguminosa dengan dosis 150 gram/tanaman atau setara
dengan 30 ton/ha merupakan pemberian dosis terbaik terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman cabai (Capsicum Annuum L).

Anda mungkin juga menyukai