Oleh :
A. Topik : Halusinasi
B. Pelaksanaan :
1. Hari/Tanggal : Senin, 10 Juni 2019
2. Waktu
: Pukul 09.00 – 09.30 Wita
3. Tempat
: Ruang Tunggu Poli RSJD Atma Husada
Mahakam Samarinda
C. Sasaran : Pengunjung Poli
D. Tujuan
1. Tujuan Umum : Setelah menerima pendidikan kesehatan
diharapkan keluarga dapat melakukan perawatan
pada anggota keluarganya dengan masalah
halusinasi.
2. Tujuan Khusus : Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan jiwa
selama 30 menit diharapkan mampu :
a. Menjelaskan pengertian ganguan persepsi
(halusinasi)
b. Menyebutkan tingkatan halusinasi
c. Menyebutkan penyebab-penyebab halusinasi
d. Menyebutkan jenis-jenis halusinasi
e. Menyebutkan tanda-tanda penderita halusinasi
f. Menjelaskan cara perawatan penderita
halusinasi
E. Pokok Materi Terlampir
F. Kegiatan Penyuluhan :
Interaksi 25 menit
1. Menjelaskan materi tentang : 1. Mampu dan mau untuk
a. Pengertian ganguan persepsi
mendengarkan penjelasan
(halusinasi)
dengan baik dan kooperatif
b. Penyebab-penyebab halusinasi
c. Jenis-jenis halusinasi
d. Tanda-tanda penderita
halusinasi
e. Cara perawatan penderita
halusinasi
2. Memberi kesempatan untuk
bertanya
3. Menjawaban pertanyaan
2. Kooperatif dan mau
berpartisipasi dengan baik
3. Mendengarkan dengan seksama
Terminasi 5 menit
1. Memberikan kesimpulan 1. Memperhatikan
2. Mengevaluasi hasil penyuluhan 2. Menjawab pertanyaan
3. Salam 3. Menjawab salam
Keteraangan
: Perawat
: Audien
A. Pengertian
Halusinasi adalah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, parabaan atau penghiduan. Klien merasakan
stimulus yang sebetul-betulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).
B. Penyebab
1. Faktor predisposisi
a. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf – syaraf
pusat dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul
adalah : hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul
perilaku menarik diri.
b. Psikologis
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respons psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah : penolakan atau tindakan kekerasan
dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti : kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana
alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor
dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan
(Keliat, 2006).
C. Jenis-Jenis Halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi, Yosep (2007), membagi halusinasi menjadi
8 jenis yaitu :
1. Halusinasi Pendengaran (Auditif, Akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendering atau suara
bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai
sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut
ditujukan kepada penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar atau
berdebat dengan suara-suara tersebut.
2. Halusinasi Penglihatan (Visual, Optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik).
Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran,
menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan.
3. Halusinasi Pengciuman (Olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan
dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau
dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai
kombinasi moral.
4. Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi
penciuman. Penderita merasa mengecap sesuatu.
5. Halusinasi Perabaan (Taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak di
bawah kulit.
6. Halusinasi Seksual
Penderita merasa diraba dan diperkosa sering pada skizofrenia dengan
waham kebesaran terutama mengenai organ-organ.
7. Halusinasi kinesthetik
Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau
anggota badannya bergerak-gerak. Misalna “phantom phenomenom” atau
tungkai yang diamputasi selalu bergerak-gerak (phantom limb).
8. Halusinasi visceral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya
a. Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya
sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan
yang ada.
b. Direalisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungannya yang
tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala sesuatu yang
dialaminya seperti impian.
D. Tanda dan Gejala
Menurut Keliat (2006), tanda dan gejala halusinasi yaitu,
1. Bicara, senyum dan tertawa sendiri
2. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
3. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
4. Tidak dapat memusatkan perhatian
5. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya),
takut
6. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
E. Cara perawatan
1. Jangan biarkan pasien sendiri
2. Anjurkan pasien untuk terlibat dalam kegiatan rumah (buat jadwal)
3. Bantu pasien untuk berlatih cara menghentikan halusinasi
4. Memantau dan memenuhi obat untuk pasien
5. Jika pasien terlihat bicara sendiri atau tertawa sendiri maka segera disapa
atau ajak bicara
6. Kontrol keadaan klien
7. Segera bawa ke Rumah Sakit jika halusinasi berlanjut dan beresiko
mencederai diri dan orang lain.