Bab V

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

BAB V

PESERTA DIDIK
Pasal 12
(1) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak:
a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh
pendidik yang seagama;
b. mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya;
c. mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya;
d. mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya;
e. pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara;
f. menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan
tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.

(2) Setiap peserta didik berkewajiban:


a. menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan
keberhasilan pendidikan;
b. ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang
dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

(3) Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(4) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban peserta didik sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Mengacu pada UU SISDIKNAS yang telah saya sebutkan, ternyata masih ditemukan
beberapa permasalahan seputan pesesrta didik. Permasalahan yang timbul beraneka ragam.
Mulai dari :

1. Masih terdapat di beberapa sekolah yang belum memiliki guru agama sesuai dengan
agama yang dianut peserta didik. Sehingga pada saat pembelajaran pendidikan agama
khususnya agama Islam, peserta didik yang tidak beragama Islam diistirahatkan atau
pulang lebih awal. Kalaupun ada, hanya ditemukan di beberapa sekolah tertentu dan
itupun jadwalnya tidak sesuai sehingga mereka justru harus belajar di hari hari libur
seperti sabtu dan minggu serta tingkatan kelasnyapun juga digabung yang penting
agamanya sama. Hemat saya, dalam hal ini sekolah bermaksud untuk menghemat
biaya sebab peserta didik yang bukan beragama Islam hanyalah minoritas. Jika harus
dipenuhi sesuai dengan tingkatan kelas, maka bisa jadi 1 guru hanya memegang 5-6
peserta didik dalam satu tingkatan.
2. Seringkali peserta didik belum mampu menentukan bakat dan minat yang dimilikinya.
Sehingga jurusan yang ia ampuh juga hanya berdasarkan asas “Yang Penting
Sekolah”. Kurang mempertimbangkan apakah jurusan tersebut sesuai dengan bakat
dan minatnya. Padahal, pemerintah memfasilitasi peserta didik yang betul betul
kompeten di bidangnya. Untuk menjadikan peserta didik kompeten di bidangnya,
salah satu caranya yaitu dengan mengambil jurusan sesuai dengan bakat dan minatnya
agar tidak terjadi penyesalan atau memakan banyak waktu karena berpindah jurusan
dan mengambil dari awal. Untuk hal ini, guru guru BK yang ada di sekolah, meskipun
belum semua sekolah memilikinya atau dengan jumlah guru BK yang terbatas,
mereka berusaha membantu peserta didiknya dalam menentukan jenjang karir yang
sesuai dengan bakat, minat, serta kepribadiannya.
3. Beasiswa yang diberikan terkadang belum menyentuh seluruh peserta didik yang
membutuhkan dan berprestasi yang salah satu faktornya dikarenakan proses
administasi yang disibukkan dengan pengumpulan data-data. Peserta didik yang
kurang ulet dan bersungguh sunnguh dalam mengurus pemberkasan meskipun ia
berhak untuk menerimanya maka tidak mampu mendapatkannya.
4. Dalam setiap kelas, kemampuan peserta didik berbeda-beda. Ada yang mampu
menangkap pembelajaran dengan cepat dan ada pula yang lamban. Melihat kasus
tersebut, terdapat beberapa sekolah yang mengadakan kelas unggulan berdasarkan
nilai rapor. Hal teresbut memiliki dampak positif dan sekaligus negatif bagi peserta
didik. Dampak positifnya adalah, motivasi belajar siswa akan semakin bertambah
karena saling bersaing secara sportif dalam mempertahankan atau bahkan memajukan
prsetasinya. Sementara dampak negatifnya bagi siswa yang kurang, akan merasa
terisolasi dan rendah diri menganggap dirinya tidak akan pernah mampu mnegejar
ketertinggalan
5. Peserta didik yang seharusnya mampu melakukan kewajibannya sebagai seorang
pelajar, justru didapati beberapa kasus penyimpangan terhadap pendidiknya. Faktor
pubertas yang hanya ikut ikutan dengan teman dan memiliki rasa egois yang tinggi
menjadikan guru hanya sebagai bahan cemoohan di depan kelas. Maka solusinya
adalah, seorang pendidik harus mampu menguasai kelas dengan cara mengusai
berbagai strategi dan metode pembelajaran.
6.

Anda mungkin juga menyukai