Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemimpin dalam arti yang luas adalah “seseorang yang memimpin dengan memprakarsai
tingkah laku sosial dengan mengatur, menunjukkan, mengorganisasikan atau mengontrol
usaha orang lain atau melalui prestis, kekuasaan, juga posisi”. Pemimpin dinilai sebagai
whistle blower dalam hal mengawal konsep dan memotivasi bawahan dalam rangka
menjalankan program dan misi organisasi. Pemimpin dalam pengertian Fairchild
menekankan bahwa pemimpin merupakan nyawa utama dalam sebuah organisasi.
Definisi kepemimpian dalam kaitannya dengan TQM (Total Quality Management) yang
dikemukakan oleh Goetsch dan Davis adalah bahwa kepemimpan merupakan untuk
membangkitkan semangat orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab total
terhadap usaha mencapai atau melampaui tujuan organisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kepemimpinan?
2. Apa saja Tipe-tipe pemimpin?
3. Bagaimana Karateristik seorang pemimpin?
4. Bagaimana pengertian kepemimpinan dalam perspektif islam?
5. Bagaimana Sejarahberdirinya Ormas PMII?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan

Sebelum membahas kepemimpinan, kita membahas pengertian pemimpin terlebih


dahulu. Pemimpin berasal dari kata “leader”, sedangkan kepemimpinan “leadership”.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh Fairchild (1960), pemimpin dalam arti yang
luas adalah “seseorang yang memimpin dengan memprakarsai tingkah laku sosial dengan
mengatur, menunjukkan, mengorganisasikan atau mengontrol usaha orang lain atau melalui
prestis, kekuasaan, juga posisi”. Pemimpin dinilai sebagai whistle blower dalam hal
mengawal konsep dan memotivasi bawahan dalam rangka menjalankan program dan misi
organisasi. Pemimpin dalam pengertian Fairchild menekankan bahwa pemimpin merupakan
nyawa utama dalam sebuah organisasi.1

Definisi kepemimpinan (leadership) sebagai kemampuan untuk mempengaruhi


suatu kelompok guna mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan yang ditetapkan.2
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan dalam
melakukan pekerjaan yang telah digunakan. Sebagaimana didefiniskan oleh Stoner, Freeman,
dan Gilbert (1995), kepemimpinan adalah the process of directing and influencing the task
related activites of group members (proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para
anggota dalam hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Oleh karena itu dalam kalimat ini
pemimpin juga dapat didefinisakan sebagai proses yang memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang yang
dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin mereka.

Berikut ini beberapa tokoh yang mendefiniskan arti dari kepemimpinan, yaitu:

1. Mendefinisikan kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalanan dalam


suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian
satu atau beberapa tujuan tertentu. (Tannenbaum, Weschler & Massarik)

1
Rendy Andiwilaga, Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, (Jakarta: Pendidikan Deepublish, 2018), hlm 2
2
Stephen Robbins dan Timothy Judge, Perilaku Organisasi, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), hlm 48
2. Kepemimpinan adalah kesanggupan mempengaruhi perilaku orang lain dalam suatu
arah tertentu. (Chung dan Meginshon)
3. Kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi dan
membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi efektivitas dan
keberhasilan organisasi. (House et, Al)
4. Kepemimpinan adalah proses untuk membuat orang memahami manfaat bekerja
bersama, sehingga mereka paham dan mau melakukannya. (Drath & Palus)
5. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memberikan pengaruh yang konstruktif
kepada orang lain untuk melakukan satu usaha kooperatif mencapai tujuan yang
sudah ditentukan. (Kartono)
Dari pengertian diatas Sagala menyimpulkan bahwa hal penting mengenai
komponen kepemimpinan ialah:
a. Rangkaian tindakan
b. Mempengaruhi dan memberi teladan
c. Memberi perintah dengan cara persuasi dan manusiawi
d. Pengikut mematuhi perintah
e. Menggerakan atau mengerahkan semua personil dalam lembaga guna
menyelesaikan tugas sehingga tujuan pun tercapai, hubungan kerja pu meningkat,
menjalin kerja sama, menggerakan sumber daya organisasi dan member motivasi
kerja.3

Definisi kepemimpian dalam kaitannya dengan TQM (Total Quality


Management) yang dikemukakan oleh Goetsch dan Davis adalah bahwa kepemimpan
merupakan untuk membangkitkan semangat orang lain agar bersedia dan memiliki
tanggung jawab total terhadap usaha mencapai atau melampaui tujuan organisasi.4
Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi,
mengarahkan, mengordinasikan, dan memberi motivasi dalam segala kegiatan organisasi
atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok yang telah ditentukan.

3
Syukra Vadhillah dan Tobari, Karakteristik Kepemimpinan, PT Sejahtera Mas Dumai, Jurnal Manajemen,
Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Vol. 1 No. 2 tahun 2016
4
Veitha Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Leadership, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm 38
B. Tipe-Tipe Pemimpin

Gaya seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinsnnys dipengaruhi oleh beberapa


faktor, antara lain faktor pendidikan, faktor pengalaman, faktor usia, dan faktor karakter,
tabiat atau sifat yang ada pada diri pemimpin tersebut. Dari berbagai literatur dapat ditemukan
berbagai tipe kepemimpinan, antara lain:

1. Otokratik
Otokratik berasal dari kata otokrat, dari kata autos (sendiri), dan kratos (kekuatan atau
kekuasaan). Jadi kepemimpinan otokratis adalah kepemimpinan yang mendasarkan pada
kekuasaan, kekuatan yang melekat pada dirinya, atu dapat diartikan adalah seorang yang
sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menunjukkan sikap yang menonjol
“keangkuhannya”, antara lain dalam bentuk :
a) Mengandalkan pada kekuatan atau kekuasaan yang melekatpada dirinya
b) Menganggap dirinya yang paling berkuasa
c) Menganggap dirinya yang paling mengetahui segala macam persoalan, orang lain
dianggap tidak tahu
d) Keras dalam mempertahankan prinsip
e) Kecenderungan memperlakukan baawahannya sama dengan alat-alat lain dalam
organisasi
f) Pengutamaan orientasi terhadap pellaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa
mengaitkan pelaksanaan tugas dengan kepentingan dan kebutuhan para
bawahannya

Gaya kepemimpinan yang dipergunakan adalah :

a) Menuntut ketaatan penuh dari bawahannya


b) Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya
c) Bernada keras dalam pemberian perintah atau intruksi
d) Menggunakan pendekatan primitif dalam hal terjadinya penyimpangan oleh
bawahan
2. Paternalistik
Tipe ini adalah tipe yang bersifat kebapakan. Pemimpin bertindak sebagai bapak
yang selalu memberikan perlindungan kepada para bawahan dalam batas-batas
kewajaran. Tipe ini hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional,
umumnya di masyarakat agraris.
Ciri-ciri tipe paternalistik ini antara lain :
a) Pemimpin bertindak sebagai seorang bapak
b) Memperlakukan bawahhan sebagai seorang yang belum dewasa
c) Selalu memberikan perlindungan kepada para bawahan yang kadang-kadang
terlalu berlebihan
d) Keputusan ada ditangan pemimpin, bukan untuk bertindak otoriter tetapi karena
keinginan dari pihak pimpinan yang selalu ingin memberi kemudahan untuk pada
bawahan
e) Karena keputusan ada di tangan pemimpin, makam pemimpin menganggap
dirinya yang paling mengetahui segalam macam permasalahan
3. Militeristik
Tipe militeristis tidak hanya terdapat di kalangan militr saja, tetapi banyak pemimpin
instansi non-militer (sipil) yang menerapkan kepemimpinan dengan tipe militeristis. Tipe
ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a) Dalam unakan saluran formal
b) Dalam menggerakan bawahan lebih banyak menggunakan sistm
komando/perintah, baik itu secara lisan ataupun tertulis
c) Segala sesuatu bersifat formal
d) Karena segala sesuatu bersifat perintah, maka komunikasi hanya berlangsung satu
arah sehingga bawahan tidak diberi kesempatan untuk menggunakan pendapat
e) Pimpimpinan menghendaki bawahan patuh terhadap semua perintah yang
diberikannya
4. Kharismatik
Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seorang yang dikagumi
oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan
secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi5

5
Hendyat Soetopo, Perilaku Organisai, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2001) hlm.211
5. Laisser Faire
Tipe ini pada umumnya digunakan oleh pemimpin yang tidak
mempunyaikemampuan teknis. Tipe laisser faire mempunyai ciri-ciri antara lain:
a) Memberikan kebebasan sepenuhnya kepada bawahan untuk melakukan tindakan
yang dianggap perlu sesuai dengan tugas bidang masing-masing
b) Pimpinan tidak terlibat dlam kegiatan sehingga pimpinan tidak ikut berpartisipasi
aktif dalam kegiatan kelompok
c) Semua pekerjaan dan tanggung jawab dlimpahkan kepada bawahan
d) Tidak mampu mengadakan koordinasi dan pengawasan yang baik
e) Tidak mempunyai wibawa sehingga tidak ditakuti apalagi disegani
f) Secara praktis pemimpin tidak menjalankan kepemimpinan sehingga ia hanya
merupakan simbol belaka

Berdasarkan ciri-ciri di atas, pemimpin dnegan tipe laisser faire bukanlah pemimpin
dalam arti sebenarnya. Seorang pemimpin dengan cara apapun diharapkan dapat
menggerakan sehingga tujuan organisasi tercapai. Cara yang baik ialah dengan
mempengaruhi bawahan dengan menakut-nakuti

6. Demokratis
Tipe demokratis berbeda jauh dengan tipe-tipe pemimpin yang lain. Pemimpin yang
bertipe demokratis selalu berada di tengah-tengah bawahan sehingga ia terlibat dan
berpartisipasi aktitif dalam kegiatan organisasi, kepemimpinan dengan tipe demokrasi
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a) Berpartisipatif dalam kegiatan organisasi
b) Bersifat terbuka
c) Bawahan diberikan kesempatan untuk memberikan saran-saran, ide-ide baru
d) Menghargai potensi setiap individu
e) Dalam mengambil keputusan lebih mengutamakan musyawarah untuk mufakat
daripada keputusan yang bersifat sepihak
f) Pemimpin yang demokratis biasanya memandang perannya selaku koordinator
dan integrator dari berbagi unsur dan komponen organisasi
g) Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya
7. Kontinum
Orang yang pertama kali mengenalkan ialah Robbert Tannenbaum dan Warren
Schimdt. Menurut mereka ada dua biang pengaruh yang ekstrem. Pertama, bidang
pengaruh pimpinan dan kedua. Bidang pengaruh kebebasan bawahan. Pada bidang
pertama pemimpin menggunakan bidang otoritasnya dalam gaya kepemimpinannya. 6
Ditinjau dari sumbernya, kepemimpinan dibagi menjadi dua, yaitu: 1). Kepemimpinan
resmi atau status leader (menjadi pemimpin karena secara resmi/formal diangkat sebagai
pemimpin); 2). Kepemimpinan tak resmi atau emerging leader (menjadi pemimpin
karena bakat dan kemampuan kepemimpinannya).7

C. Karakteristik seorang pemimpin

Karakteristik adalah kunci utama seorang pemimpin sukses. Sorang pemimpin harus
dapat menjadit teladan orang lain, terutama angggota timnya. Karakterlah yang akan
menentukan sukses apa tidaknya anda dalam berbagai aspek hidup. Tidak terkecuali dalam
dunia bisnis. Kesuksesan atau kegagalan kepemimpinan anda akan terlihat melalui kerja tim
sertra sejauh apa perusahaan tersebut berkembang. Terdapat 12 karakter utama yang harus
dimiliki seorang pemimpin, diantaranya sebagai berikut:

1. Cerdas
Kencendrungan merupakan point utama yang menentukan seberapa baik langkah
yang diambil oleh seorang pemimpin jika dihadapkan oleh suatu masalah kelompok.
Dalam menjalankan tugasnya, seorang pemimpin akan mampu berfikir luwas dan
memiliki ide-ide segar untuk kepentingan kelompoknya.
2. Memiliki inisiatif
Inisiatif diri jelas dibutuhkan oleh seorang pemimpin demi terciptanya solusi yang
bersifat nyata dan menjajikan. Pemimpin yang berinisiatif adalah pemimpin yang mampu
menggerakkan dirinya sendiri terlebih dahulu untuk memulai segala seuatunya tanpa ada
paksaan .
3. Bertanggung jawab

6
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1983) hlm
302-304
7
Wursanto, Dasar-Dasar Ilmu Organisasi, (Yogyakarta : ANDI, 2003) hlm 202-203
Karakter yang satu ini berani untuk menanggung efek dari segala keputusan yang
timbul akibat tindakan yang telah dilaksanakan, pemimpin yang bertanggung jawab
adalah pemimpin yang tetap teguh dan mampu berfikir taktis untuk menerima segala
resiko yang timbul dari keputusan yang diambil.
4. Dapat dipercaya
Perilaku ini timbul dari seberapa berhasilnya seorang pemimpin dalam
menggerkkan anggotanya dan bijak dalam mengambil keputusan. Pemimpin yang dapat
dipercaya adalah pemimpin yang mampu mendamaikan hati semua anggotanya.
5. Jujur
Kejujuran dalam diri seseorang tentunya menjadi point khas yang harus dimiliki
oleh seorang manusia, terutama oleh seorang pemimpin. Kejujuran yang ada dalam diri
seorang akan menjadi ciri khas tersendiri yang mampu diandalkan oleh anggota.
Pemimpin dengan tingkat kejujuran yang tinggi akan mendapatkan kepercayaan yang
luas dari kelompoknya. 8
6. Komunikatif
Seorang pemimpin harus mampu menjaga komunikasi dengan anggota maupun
satu tim serta kliennya. Pemimpin yang komunikatif akan mengerti kebutuhan serta
kesusahan orang lain. Pemimpin yang baik akan lebih banyak bertanya,
mempertimbangkan berbagai pilihan, serta memimpin ke jalan yang benar.
7. Berpikiran Terbuka
Pemimpin yang berpikiran terbuka akan mempertimbangkan semua pilihan
sebelum mengambil keputusan. Sehingga semua anggota atau tim tidak akan
tersinggung akan perkataan orang lain dan justru menerima setiap opini yang muncul
demi kenyamanan bersama.
8. Percaya Diri
Seorang pemimpin harus percaya diri dan harus yakin atas setiap keputusan yang
sudah diambil. Karena itu, seorang pemimpin harus berani untuk mengambil setiap
resiko yang ada. Namun, percaya diri harus disertai dengan kerendahan hati.
9. Antusias

8
http://scdc.binus.ac.id/tfi.2016/12/karakteristik-seorang-pemimpin/
Seorang pemimpin harus mempunyai tingkat semangat dan antusiasme yang
tinggi dalam pekerjaannya. Jika tidak, bagaimana seorang pemimpin dapat
memotivasi tim maupun anggota untuk mencapai visi atau membuat tim dan anggota
tersebut dapat bekerjasama dengan baik.
10. Teratur
Jadilah pemimpin yang teratur, baik dalam emosional, intelektual, maupun
struktural. Pemimpin harus menjaga stabilitas emosi dan pemikiran, maupun struktur
perusahaan. Tidak hanya keteraturan diri sendiri, pemimpin juga harus menjaga
keteraturan tim anda. Keteraturan seorag pemimpin dapat terlihat dari hal-hal kecil
seperti kondisi rumah, ruang kantor, hingga kerja timnya.
11. Evaluatif
Pemimpin yang evaluatif akan selalu mereview program dan mengevaluasi setiap
rencana yang telah dijalankan. Pemimpin tidak akan takut melakukan perubahan jika
ada rencana atau program yang berjalan tidak sesuai tujuan atau gagal mencapai
target. Semakin sering pemimpin melakukan evaluasi maka semua anggota dan tim
akan semakin teliti dann terpercaya.
12. Penuh Penghargaan
Seorang pemimpin akan menghargai kerja keras tim dan anggotanya. Anda akan
memberikan reward sebagai hasil kerja keras mereka sekaligus memotivasi mereka
untuk mencapai level yang profesional. Seorang pemimpin yang bijak akan
mempertimbangkan setiap reward yag diberikan sesuai denga kebutuhan anggota
maupun timnya sehingga reward yang diberikan tidak akan sia-sia. 9

D. Kepemimpinan dalam Perspektif Islam dan Dasar Konseptualnya.

Di dalam Islam konsep kepemimpinan sering disebut dengan khalifah yang berarti
wakil. Namun kemudian mengalami pergeseran dengan masuknya kata amir atau penguasa.
Oleh sebab itu kedua istilah ini dalam bahasa Indonesia sering diasumsikan sebagai
pemimpin formal. Akan tetapi, apabila merujuk kepada firman Allah swt. Dalam surat al
Baqarah ayat 30 yaitu :

9
https://www.jurnal.id/id/blog/miliki-7-karakter-ini-untuk-jadi-peimpin-sukses/
ِ ‫اْل َ ْر‬
‫ض َخ ل ِ ي ف َ ة‬ ِ ‫َو إ ِ ذ ْ ق َ ا لَ َر ب ُّ َك ل ِ ل ْ َم ََل ئ ِ ك َ ةِ إ ِ ن ِ ي َج ا‬
ْ ‫ع لٌ ف ِ ي‬

Artinya :

“ (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, "Sesungguhnya Aku


Hendak menjadikan seorang Khalifah di muka Bumi". (Al Baqarah: 30)

Ayat ini mengisyaratkan bahwa, pada prinsipnya boleh-boleh saja seseorang memohon
kepada Allah agar dijadikan imam (pemimpin). Karena ia memohon kepada Allah maka
harus menjalankan kepemimpinannya sesuai kemauan Allah. Yang dilarang adalah
orangorang meminta jabatan dan tidak dapat menjalankan, karena tidak mempunyai potensi
dan kemampuan.

Kemudian dalam rangka memahami dasar konseptual kepemimpinan dalam perspektif


Islam paling tidak harus digunakan tiga pendekatan yaitu normatif, historis dan teoritis.

1. Pendekatan Normatif
Dasar konseptual kepemimpinan Islam secara normatif bersumber pada al-Qur'an
dan Hadis yang terbagi atas empat prinsip pokok.
a. Prinsip tanggung jawab dalam organisasi
Dalam Islam telah digariskan bahwa setiap manusia adalah pemimpin
(minimal untuk dirinya sendiri) dan untuk kepemimpinan tersebut ia dituntut
bertanggung jawab. Tanggung jawab disini adalah substansi utama yang harus
dipahami terlebih dahulu oleh seorang calon pemimpin agar amanah yang
diserahkan kepadanya tidak disia-siakan.10
b. Prinsip Etika Keadilan
Untuk menjaga keseimbangan kepentingan, maka asas keadilan harus benar-
benar dijaga agar tidak muncul stigmastigma ketidakadilan seperti kelompok
marginal dan lain-lain.
c. Prinsip Kesederhanaan
Rasulullah menegaskan bahwa seorang pemimpin harus melayani dan tidak
meminta untuk dilayani ( ‫خادمهم القوم رئيس‬. )

10
Jurnal Al-Afkar, Maimunah. Kepemimpinan dalam Perspektif Islam dan Dasar Konseptualnya, Vol. V, No. 1, April
2017. Hal. 69-74
2. Pendekatan Historis
Al-Qur'an begitu kaya dengan kisah-kisah umat masa lalu sebagai pelajaran dan
bahan perenungan bagi umat yang akan datang. Dengan pendekatan historis ini
diharapkan lahir pemimpinpemimpin Islam yang memiliki sifat sidik, amanah,
fathonah,tabligh, dan lain-lain, sebagai syarat keberhasilannya dalam memimpin. Kisah-
kisah dalam al-Qur'an, Hadis, sirah nabawiyah serta sirah sahabat telah memuat berbagai
pesan moral yang tak ternilai harganya.
3. Pendekatan Teoritis
Ideologi Islam adalah ideologi terbuka dan dialektis. Hal ini mengandung arti
walaupun dasar-dasar konseptual yang ada sudah sempurna, namun Islam tidak menutup
kesempatan untuk mengkomunikasikan ide-ide dan pemikiran-pemikiran dari luar selama
pemikiran tersebut tidak bertentangan dengan al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah.

Teori yang Pertama, masyarakat Islam percaya bahwa bangsa Arab adalah
seorang yang memiliki bakat kepemimpinan yang kuat. Hal ini disebabkan kekuatannya
dalam menghafal, kekuatan fisiknya, dan keberaniannya. Tidak hanya itu, secara kultural
umat Islam mendasarkannya dengan beberapa pemimpin religius yang memainkan
peranan dalam panggung sejarah umat Islam adalah orang Arab. Adapun keyakinan
orang Arab mekkah pada masa sebelum Islam yang memandang Quraisy sebagai suku
yang paling mulia dan utama adalah disebabkan oleh sifat amanahnya yang menjaga dan
melindungi ka’bah selama bertahuntahun. Ka’bah sendiri memiliki pengaruh tertentu
pada masyarakat Mekkah pada masa itu. 11

Teori yang Kedua, Konsensus sosial. Kasus ini dapat dilihat dari penunjukan
Muhammad sebagai orang yang dipercaya semua pemuka kabilah. Muhammad pada Saat
itu hanyalah seorang remaja yang belum memiliki pengaruh apapun, namun dengan
berbagai pertimbangan, semua kabilah ini mempercayai Muhammad untuk mengambil
keputusan manakala terjadi perselisihan diantara kabilah-kabilah untuk meletakkan
kembali hajar aswad yang jatuh dari tempatnya. Peristiwa inilah yang kemudian
menyebabkan Muhammad diberi gelar Al-Amin artinya orang yang terpercaya.

11
Jurnal Al-Afkar, Maimunah. Kepemimpinan dalam Perspektif Islam dan Dasar Konseptualnya, Vol. V, No. 1, April
2017. Hal.74-77
E. ORMAS PMII

1. Sejarah PMII

Sejarah masa lalu adalah cermin masa kini dan masa datang. Dokumen historis,
dengan demikian merupakan instrumen penting untuk mengaca diri. Tidak terkecuali
PMII. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebagai organisasi kemahasiswaan
yang gerak perjuangannya adalah membela kaum mustadh’afin serta membangun
kebangsaan yang lebih maju dari berbagai aspek sesuai dengan yang telah dicita-citakan.

PMII, yang sering kali disebut Indonesian Moslem Student Movement adalah anak
cucu NU (Nahdlatul Ulama) yang terlahir dari kandungan Departemen Perguruan Tinggi
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), yang juga anak dari NU. Proses kelahiran PMII
terkait dengan perjalanan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), yang lahir pada 24
Februari 1954, dan bertujuan untuk mewadahi dan mendidik kader-kader NU demi
meneruskan perjuangan NU. Namun dengan pertimbangan aspek psikologis dan
intelektualitas, para mahasiswa NU menginginkan sebuah wadah tersendiri. Sehingga
berdirilah Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU) pada Desember 1955 di Jakarta,
yang diprakarsai oleh beberapa Pimpinan Pusat IPNU, di antaranya Tolchah Mansyur,
Ismail Makky dll.

Namun akhirnya PBNU tidak mengakui keberadaan IMANU, hal itu cukup
beralasan mengingat pada saat itu baru saja di bentuk IPNU pada tanggal 24 Februari
1954, "apa jadinya kalau bayi yang baru lahir belum mampu merangkak dengan baik
sudah menyusul bayi baru yang minta diurus dan dirawat dengan baik lag”

Di bubarkannya IMANU tidak membuat semangat mahasiswa NU menjadi luntur,


akan tetapi semakin mengobarkan semangat untuk memperjuangkan kembali pendirian
organisasi. Pada Kongres ke - 3 IPNU di Cirebon, 27 - 31 Desember 1958, mendirikan
Departemen Perguruan Tinggi IPNU hasil kompromi oleh PBNU untuk mewadahi
aspirasi mahasiswa NU, akan tetapi setelah didirikannya departemen tersebut, aspirasi
mahasiswa Nahdliyyin masih saja tak terbendung, bahwa mereka menginginkan wadah
tersendiri yang dapat menampung mahasiswa Nahdliyyin secara fungsional dan
organisatoris yang sepak terjang kebijakan tidak terikat dengan struktural PP IPNU.
Konferensi Besar IPNU di Kaliurang, 14-16 Maret 1960 disepakati berdirinya
organisasi tersendiri bagi mahasiswa NU dan terpisah secara struktural dengan IPNU.
Dalam Konferensi Besar tersebut ditetapkanlah 13 orang panitia untuk mengadakan
musyawarah, yaitu :

A. Cholid Mawardi (Jakarta) M. Said Budairy(Jakarta)

M. Subich Ubaid(Jakarta) M. Makmun Sjukri, BA(Bandung)

Hilman (Bandung) H. Ismail Makky (Yogyakarta)

Munsif Nachrowi(Yogyakarta) Nurul Huda Suaidi, BA(Surakarta

Laili Mansur (Surakarta) Abdul Wahab Djaelani (Semarang)

Hizbullah Huda (Surabaya) . M. Cholid Marbuko (Malang)


Ahmad Husein (Makasar)

Pada 19 Maret 1960, tiga dari tiga belas orang yaitu Hisbullah Huda (Surabaya),
Said Budairy (Jakarta), dan Maksum Syukri (Bandung) berangkat ke jakarta untuk
menghadap Ketua Umum Partai Nahdlatul Ulama (NU) KH. Idham Khalid untuk
meminta nasehat sebagai bekal untuk pegangan pokok dalam musyawarah yang akan
dilaksanakan di Surabaya 25 Maret 1960. Dalam pertemuan tersebut, KH. Idham Khalid
berpesan agar nantinya organisasi yang dibentuk benar-benar dapat diandalkan dan
menjadi mahasiswa Nahdliyyin yang berprinsip ‘llmu untuk diamalkan’ bagi kepentingan
rakyat, bukan ‘ilmu untuk ilmu’.

Akhirnya, pada tanggal 14 - 16 April 1960 bertempat di Taman Pendidikan Puteri


Khadijah Surabaya dilaksanakan Musyawarah Nasional Mahasiswa NU yang dihadiri
mahasiswa NU dari berbagai penjuru kota di Indonesia serta perwakilan senat Perguruan
Tinggi yang bernaung di bawah NU. Musyawarah tersebut menghasilkan kesepakatan
yaitu berdirinya organisasi yang mawadahi mahasiswa Nahdliyyin yaitu Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), yang mempunyai arti :
Makna “Pergerakan” adalah Dinamika dari hamba (makhluk) yang senantiasa
bergerak menuju tujuan idealnya memberikan rahmat bagi alam sekitarnya. Dalam
konteks individual, komunitas maupun organisatoris, kiprah PMII harus senantiasa
mencerminkan pergerakannya menuju kondisi yang lebih baik sebagai perwujudan
tanggung jawabnya memberi rahmat pada lingkungannya.

Makna “Mahasiswa” adalah generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi
yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra sebagai
Insan Religius, Insan Akademis, Insan Sosial, dan Insan Mandiri. Dari identitas tersebut
terpantul tanggungjawab keagamaan, intelektualitas, sosialkemasyarakatan dan
tanggungjawab individu sebagai hamba Allah maupun sebagai warga Negara.

Makna “Islam” yang terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai agama yang
dipahami dengan paradigma Ahlussunnah Wal Jama’ah yaitu konsep pendekatan
terhadap ajaran agama Islam secara proporsional antara Iman, Islam dan Ihsan yang di
dalam pola pikir dan perilakunya tercermin sifat-sifat selektif, akomodatif, dan intregatif.

Makna “Indonesia” adalah masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang


mempunyai falsafah dan ideologi bangsa yaitu Pancasila dan UUD 1945. Dan
mempunyai komitmen kebangsaan sesuai dengan asas Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).

2. ASAS, SIFAT DAN TUJUAN PMII

Dalam Anggaran Dasar (AD) Bab II Pasal 2 dijelaskan bahwa PMII berasasskan
Pancasila. Dalam Bab III Pasal 3 menerangkan PMII bersifat keagamaan,
kemahasiswaan, kebangsaan, kemasyarakatan, independensi dan profersional.

Adapun tujuan PMII (Visi) ada dalm Bab IV Pasal 4 yaitu “Terbentuknya pribadi
muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap, dan
bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-
cita kemerdekaan Indonesia”.

Sedangkan untuk mewujudkan tujuan tersebut, PMII mengusahakan (misi)


sebagaimana dalam Bab IV Pasal 5, sebagai berikut :
Menghimpun dan membina mahasiswa Islam sesuai dengan sifat dan tujuan PMII
serta peraturan perundang-undangan dan paradigma PMII yang berlaku.

Melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam berbagai bidang sesuai dengan asas dan


tujuan PMII serta mewujudkan pribadi insan ulul albab.

 Unsur-unsur Kaderissi
a. Formal
1. MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru)
2. PKD (Pelatihan Kader Dasar)
3. PKL (Pelatihan Kader Lanjut)
4. PKN (Pelatihan Kader Nasional)
b. Informal
1. FollowUp
2. Diskusi
3. Mengembangkan potensi dan kualitas kader
4. Dan kebutuhan setiap kader
c. Non-Formal
1. Pelatihan, Seminar, Halaqoh atau sejenisnya (Jurnalistik,Advokasi, Geraka
n, Regulasi dan lainnya)

 Struktural Organisasi
a. Pengurus Besar (PB) Berpusat di Ibu Kota.
b. Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Berpusat di setiap Provinsi.
c. Pengurus Cabang (PC) Berpusat di setiap Kabupaten/Kota.
d. Pengurus Komisariat (PK) Berpusat di setiap Kampus (PerguruanTinggi).
e. Pengurus Rayon (PR) Berpusat di setiap Fakultas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kepemimpinan adalah the process of directing and influencing the task related activites of
group members (proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota dalam hal
berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Gaya seorang pemimpin dalam menjalankan
kepemimpinannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor pendidikan, faktor
pengalaman, faktor usia, dan faktor karakter, tabiat atau sifat yang ada pada diri
pemimpin tersebut. Di dalam Islam konsep kepemimpinan sering disebut dengan khalifah
yang berarti wakil. Namun kemudian mengalami pergeseran dengan masuknya kata amir
atau penguasa. Oleh sebab itu kedua istilah ini dalam bahasa Indonesia sering
diasumsikan sebagai pemimpin formal.
Daftar Pustaka

Andiwilaga, Rendy. 2018. “Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia”, Jakarta: Pendidikan


Deepublish.
Miftah Thoha.1983 “Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya”, Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Rivai, Veitha dan Arviyan Arifin. 2009. “Islamic Leadership”, Jakarta: Bumi Aksara.
Robbins, Stephen dan Timothy Judge. 2008. “Perilaku Organisasi”, Jakarta: Salemba Empat,
Soetopo, Hendyat. 2001. “Perilaku Organisai”, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Wursanto.2003. “Dasar-Dasar Ilmu Organisasi”, Yogyakarta : ANDI

Jurnal Al-Afkar, Maimunah. Kepemimpinan dalam Perspektif Islam dan Dasar Konseptualnya,
Vol. V, No. 1, April 2017.
Manajemen, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Vol. 1 No. 2 tahun 2016
Syukra Vadhillah dan Tobari, Karakteristik Kepemimpinan, PT Sejahtera Mas Dumai, Jurnal
http://scdc.binus.ac.id/tfi.2016/12/karakteristik-seorang-pemimpin/
https://www.jurnal.id/id/blog/miliki-7-karakter-ini-untuk-jadi-peimpin-sukses/

Anda mungkin juga menyukai