DOI 10.15294/jbat.v4i2.8306
Abstract
Triasetin is a bioaditif to increase the octane number of the gasoline. Triasetin was generated from the
reaction between giserol and acetic acid. Glycerol is a byproduct of biodiesel production. Triasetin
production can reduce glycerol which is actually a waste by converting it into bioaditif having higher
value. The reaction can be accelerated by addition of catalysts either solid or liquid catalyst. The
reaction in this study used a solid catalyst types Silica Alumina. The reaction takes place in the three-
neck flask reactor which is equipped with heating unit, mixers, and tools to take samples at regular
intervals. Variables used in this research is the variety of reaction time and the reaction temperature
(70, 80, 90, 100, and 1100C). The concentration of triasetin obtained will be known through the
analysis of Gas Chromatography - Mass Spectrometry (GC-MS). The results of the analysis of GC or
GC-MS treated or counted so getting glycerol conversion and selectivity of triasetin. The highest
glycerol conversion 8,45% occurs at a temperature of 70 0C the reaction time of 90 minutes with
triasetin selectivity 100%.
102
Agus Aktawan, Zahrul Mufrodi / JBAT 5 (2) (2016) 101 - 109
OH
O OH
OH O
O (1)
HO OH k1
+ + H2O
OH k2
O
HO OH
O O O
OH OH
O O
OH O O
k3
+ + H2O
O OH k4
O (2)
O
O O
HO OH O OH
O O
OH O
O
O O O O
k5
+ O + H2O
k6
O
OH
O O (3)
O
O
O OH
Mereka memiliki besar aplikasi industri. Triasetin yang lebih baik dibandingkan dengan biodiesel
diterapkan secara luas untuk farmasi, kosmetik murni (Zang and Yuan, 2001).
dan aditif bahan bakar, sementara monoasetin dan Katalis padat seperti aminosulfonat,
diasetin telah diterapkan di industri kriogenik dan phospotungsic, mesoporous silica with sulfonic
sebagai bahan baku untuk memproduksi acid groups, p-tulensulfone, amberlyst-15 or SAC-
biodegradable polyester (Rahmat, et.al., 2010). 13(Nafion-SiO2), dan SO4-/ZrO2-TiO2. Asetilasi
Beberapa alternatif sintesis industri untuk dari gliserol dengan asam asetat dihasilkan dari
pemanfaatan gliserol, salah satunya adalah proses hadirnya zeolit dan ionic resin. Kinetika reaksi
asetilasi gliserol dan asam asetat. Produk dari dari sistesis triasetin pernah dipelajari oleh
proses ini memiliki aplikasi industri besar, seperti Mufrodi, Z., et.al., 2012, dimana proses asetilasi
triasetin telah digunakan untuk industri kosmetik seperti yang ditunjukkan dalam persamaan 1
dan farmasi, sementara monoasetin dan diasetin sampai 3.
telah diterapkan di industri kriogenik dan Pada reaktor batch, Sintesis triasetin tanpa
digunakan sebagai bahan baku biodegradable adanya katalis dilakukan dalam reaktor diaduk
pembuatan poliester (Galan et.al., 2009; Reddy pada tekanan 1070 kPa, 290 rpm kecepatan
et.al., 2010; Rahmat, et.al., 2010). Selain itu, pengadukan, suhu 393 dan 433 K. Dengan
triasetin adalah bahan kimia alternatif yang menggunakan katalis padat SO42-/ZrO2-TiO2, Wu
menjanjikan untuk diubah menjadi bahan bakar dkk (2007) bisa menghasilkan triasetin sebanyak
aditif (Rao and Rao, 2011; Ferreira et.al., 2009; 93,6%. Sedangkan Gonsalves dkk (2008) dengan
Hou et.al., 1998). Pencampuran 10% (b/b) dari katalis Amberlist-15, K 10, Niobic acid, HZMS-5
triasetin untuk biodiesel dapat memberikan kinerja dan HUSY hanya menghasilkan triasetin kurang
103
Agus Aktawan, Zahrul Mufrodi / JBAT 5 (2) (2016) 101 - 109
Keterangan gambar :
1. Pemanas mantel
2. Labu leher tiga
3. Pengaduk merkuri
4. Termometer
5. Pendingin balik
6. Motor pengaduk
7. Pengambil sampel
8. Penampung sampel
dari 13%. Untuk penelitian-penelitian tersebut adalah 1,5 cm dan 44 cm. Dalam penelitian ini,
dilakukan dalam reaktor batch dengan waktu reaksi rasio gliserol menjadi asam asetat adalah 2:9 dan
lebih dari 4 jam. Pembuatan triasetin laju alir 0,3 cm3 / menit. Konversi asam asetat
menggunakan katalis padat dengan modifikasi yang diperoleh dalam proses ini adalah 50%.
proses dikembangkan untuk mendapatkan waktu Sintesis triasetin dilakukan dengan proses
yang lebih singkat. Penggunaan katalis Amberlyst- bersinambungan oleh reaktor unggun tetap pada
15 atau SAC-13 (Nafion-SiO2) telah dicoba oleh suhu 323 K dengan katalis Amberlyst. Hasil
Molero et al. (2007) dan menghasilkan konversi terbaik diperoleh pada rasio asam asetat dan
terhadap gliserol sekitar 90%. Disamping itu gliserol pada 3:1 (Fukumura et al., 2009).
penelitian menggunakan katalis padat juga diteliti
dengan menggunakan Zeoilit alam (Cahyono, R. METODE PENELITIAN
B., et.al. 2016), aminosulphonate (Hou et.al.,
1998), phosphotungstic, p-toluensulfone (Liu et.al., Bahan Penelitian
2007), Amberlyst-35 (Liao et.al., 2010), K-10
montmorillonite, niobic acid, HZSM-5 and HUSY Bahan yang digunakan pada penelitian ini
(Goncalves, et.al., 2008), ZrO2, TiO2–ZrO2, adalah gliserol 98%, Asam Asetat 98%, dan katalis
WOx/TiO2–ZrO2 and MoOx/TiO2–ZrO2 (Reddy padat silica alumina.
et.al., 2010), niobic acid supported
tungstophosphoric acid (TPA) (Balaraju et.al., Proses Pembuatan Triasetin
2010), Amberlyst-15 (Zhou et.al.,2012) dan
menggunakan resin ion exchange (Rodríguez and Proses pembuatan triasetin diawali dengan
Gaigneaux, 2012) serta Y/SBA-3 yang disiapkan menyiapkan gliserol dan asam asetat dengan
dengan mennambahkan yttrium ke rangka dari perbandingan mol 1:3, serta katalis padat sebesar
SBA-3 (Khayoon, et.al., 2014), konversi triasetin 1% dari masa asam asetat. Kemudian
100% dan selektivitas 99% didapatkan dari memasukkan asam asetat serta katalis ke dalam
penambahan katalis yang mengandung Fe-Sn- labu leher 3. Menyalakan motor pengaduk dan
Ti(SO42−)-400 (Jinyan Sun, et.al., 2016), konversi pemanas pada suhu 70 0C. Selanjutnya
gliserol 98,4% dengan total selektivitas diasetin memasukkan gliserol dan menyalakan pengaduk
dan triasetin 94,9% dihasilkan dari kondisi selama 150 menit. Suhu dijaga supaya tetap dan
moderat pada katalis polisulfon konsentrasi asam mengambil sampel setiap 30 menit ditampung di
yang sesuai (Zhi-Qiang W., et.al., 2016). botol sampel untuk dianalisis. Proses dihentikan
Proses pembuatan triasetin secara batch pada menit ke-150. Mengulangi proses pembuatan
dan kontinyu telah dipelajari (Mufrodi et al., triasetin dengan suhu reaksi 80, 90, 100, dan 110
2010). Mereka membuat triasetin menggunakan 0
C. Rangkaian alat penelitian ini dapat dilihat
Amberlyst-15 kolom katalitik. Dimensi kolom pada Gambar 1.
104
Agus Aktawan, Zahrul Mufrodi / JBAT 5 (2) (2016) 101 - 109
9,0%
8,0%
7,0%
Konversi gliserol(%)
6,0%
5,0%
4,0%
3,0%
2,0%
1,0%
0,0%
30 60 90 120 150
waktu reaksi (menit)
70 C 80 C 90 C 100 C 110 C
105
Agus Aktawan, Zahrul Mufrodi / JBAT 5 (2) (2016) 101 - 109
6,0%
Selektivitas monoasetin (%)
5,0%
4,0%
3,0%
2,0%
1,0%
0,0%
30 60 90 120 150
waktu reaksi (menit)
70 C 80 C 90 C 100 C 110 C
100%
90%
Selektivitas diasetin (%)
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
30 60 90 120 150
waktu reaksi (menit)
70 C 80 C 90 C 100 C 110 C
106
Agus Aktawan, Zahrul Mufrodi / JBAT 5 (2) (2016) 101 - 109
100%
90%
70 C 80 C 90 C 100 C 110 C
tersebut konversi gliserol mencapai 8,45%. Setelah silika alumina pada suhu 80 0C, didapatkan
waktu reaksi berjalan 90 menit maka konversi konversi gliserol sebesar 71% dengan selektivitas
gliserol cenderung turun. Ini menunjukkan mononasetin 88,5%, diasetin 11,2% dan triasetin
efektivitas katalis silika alumina hanya sampai 0,3%.
menit ke-90 dan pada suhu yang relatif rendah. Selektivitas diasetin adalah seberapa besar
Konversi gliserol yang dihasilkan masih terhitung prosentase produk diasetin terhadap total produk
kecil sehingga bisa diartikan bahwa katalis silika reaksi gliserol dan asam asetat dengan katalis silica
alumina tidak cocok digunakan untuk katalis alumina. Dari Gambar 5 terlihat bahwa kenaikan
pembuatan bioaditif triasetin. selektivitas diasetin seiring dengan kenaikan waktu
reaksi. Selektivitas diasetin tertinggi terdapat pada
Selektivitas Monoasetin, Diasetin dan Triasetin waktu reaksi 60 menit, dimana selektivitas diasetin
Terhadap Produk Reaksi Gliserol dan Asam mencapai 100%. Selektivitas diasetin mencapai
Asetat 100% artinya produk hasil reaksi 100% berupa
diasetin tanpa ada produk berupa monoasetin dan
Hasil analisis GC yang telah diolah untuk triasetin. Sedangkan berdasarkan penelitian
mendapatkan konsentrasi produk dimana produk sebelumnya (Kim, et.al., 2014), dimana rasio
reaksi gliserol adalah monoasetin, diasetin dan katalis 5% dari berat gliserol dengan katalis silika
triasetin. Selektivitas monoasetin, diasetin, dan alumina pada suhu 80 0C, didapatkan konversi
triasetin terhadap produk hasil reaksi tersebut gliserol sebesar 71% dengan selektivitas diasetin
ditampilkan dalam bentuk grafik yang terdapat 11,2%.
pada Gambar 4, 5, dan 6. Selektivitas triasetin adalah seberapa besar
Selektivitas monoasetin adalah seberapa prosentase produk triasetin terhadap total produk
besar prosentase komponen monoasetin terhadap reaksi. Dari Gambar 6 terlihat bahwa kenaikan
total produk reaksi. Dari Gambar 4 terlihat bahwa selektivitas triasetin seiring dengan kenaikan
kenaikan selektivitas monoasetin seiring dengan waktu reaksi serta kenaikan konversi gliserol
kenaikan waktu reaksi serta kenaikan konversi menjadi triasetin. Selektivitas triasetin tertinggi
gliserol menjadi triasetin. Selektivitas monoasetin terdapat pada suhu reaksi 90 0C, dimana
tertinggi terdapat pada suhu reaksi 70 dan 80 0C, selektivitas triasetin mencapai 100%. Selektivitas
dimana selektivitas monoasetin mencapai 6,1%. triasetin mencapai 100% artinya produk hasil
Selektivitas monoasetin mencapai 6,1% artinya reaksi 100% berupa triasetin tanpa ada produk
produk hasil reaksi 6,1% berupa monoasetin berupa monoasetin dan diasetin. Sedangkan
dimana prosentase yang lain berupa produk berdasarkan penelitian sebelumnya (Kim, et.al.,
diasetin dan triasetin. Sedangkan berdasarkan 2014), dimana rasio katalis 5% dari berat gliserol
penelitian sebelumnya (Kim, et.al., 2014), dimana dengan katalis silika alumina pada suhu 80 0C,
rasio katalis 5% dari berat gliserol dengan katalis
107
Agus Aktawan, Zahrul Mufrodi / JBAT 5 (2) (2016) 101 - 109
didapatkan konversi gliserol sebesar 71% dengan Galan, M. I., Bonet, J., Sire, R., Reneaume, J. M.,
selektivitas triasetin 0,3%. & Plesu, A. E., (2009), From Residual to
Use Oil: Revalorization of Glycerine from the
Biodisel Synthesis, Bioresource Tech., 100,
KESIMPULAN
3775-3778.
Hou, J., Zhang, Q., Shi, W., and Li, Y., (1998),
Penelitian pembuatan triasetin dengan New process for synthesis of triasetin, Henan
katalis silica alumina ini mengasilkan kesimpulan Huagon, vol. 15, pp. 18-19.
bahwa, Konversi gliserol terbaik dihasilkan pada Jinyan Sun, Xinli Tong, Linhao Yu, Jun Wan,
suhu reaksi 70 0C dengan waktu reaksi selama 90 (2016), An efficient and sustainable production
of triasetin from the acetylation of glycerol
menit sebesar 8,45%, dengan selektivitas triasetin
using magnetic solid acid catalysts under mild
sebesar 100%. conditions, Catalysis Today 264 (2016)
115–122.
UCAPAN TERIMAKASIH Jomtib, N., Prommuak, C., Goto, M., Sasaki, M.,
and Shotipruk, A., (2011), Effect of Co-
solvents on Transesterification of Refined Palm
Penulis mengucapkan terima kasih
Oil in Supercritical Methanol, Engineering
kepada Kopertis Wilayah V DIY atas dana
Journal, vol. 15, no. 3, pp. 49-58.
penelitian dengan kontrak 001/SP3.KOPERTIS Khayoon, M.S., Triwahyono, S., Hameed, B.H.,
V/VI/2016. Serta terima kasih kepada Lembaga Jalil, A.A., (2014), Improved production of
Penelitian dan Pengembangan, Universitas fuel oxygenates via glycerol acetylation with
Ahmad Dahlan, Yogyakarta. acetic acid, Chemical Engineering Journal
243 (2014) 473–484.
Kim, I., Kim, J., Lee. D., (2014), A Comparative
DAFTAR PUSTAKA
Study on Catalytic Properties of Solid Acid
Catalysis for Glycerol Acetylation at Low
Balaraju, M., Nikhitha, P., Jagadeeswaraiah, K., Temperature, Applied Catalysis B, (148-149)
Srilatha, K., Prasad, P. S. S., and 295-303.
Lingaiah, N., (2010), Acetylation of glycerol Kiss and R. M. Ignat, (2012), Enhanced methanol
to synthesize bioadditives over niobic acid recovery and glycerol separation in biodiesel
supported tungstophosphoric acid catalysts, production – DWC makes it happen, Applied
Fuel Process. Tech., vol. 91, pp. 249-253. Energy, vol. 99, pp. 146-153.
Blue Print Pengelolaan Energi Nasional 2006- Knothe, G., Krahl, J., and Gerpen, J. V., (2005),
2025. Sesuai Peraturan Presiden Nomor 5 The Biodiesel Handbook. U.S.A: National
Tahun 2006. Jakarta 2006. Center for Agricultural Utilization
Cahyono, R. B., Mufrodi, Z., Hidayat, A., and Research.
Budiman, A., (2016), Acetylation of Liao, X., Zhu, Y., Wanga, S. G., Chen, H., and
Glycerol for Triacetin Production using Li, Y., (2010), Theoretical elucidation of
Zr-Natural Zeolite Catalyst, ARPN acetylating glycerol with acetic acid and acetic
Journal of Engineering and Applied anhydride, Appl. Catal. B: Environ., vol. 94,
Sciences, Vol. 11, No. 8. pp. 64–70.
Ferreira, P., Fonseca, I. M., Ramos, A. M., Vital, Liu, Y. Lu, and Gong, S., (2007), Study on synthesis
J., and Castanheiro, J. E., (2009), of glycerol triacetate using acidic functional
Esterification of glycerol with acetic acid over ionic liquid as catalyst, Hebei Gongye Keji,
dodecamolybdophosphoric acid encaged in vol. 24, no. 1, pp. 21-23.
USY Zeolite, Catal. Commun., vol. 10, pp. Molero, A., Grieken, R. V., Morales, G., and
481-484. Paniagua, M., (2007), Acidic mesoporous
Fukumura, T., Toda, T., Seki, Y., Kubo, M., silica for the acetylation of glycerol: Synthesis of
Kitakawa, N. S., and Yonemoto, T., bioadditives to petrol fuel, Energy and Fuels,
(2009), Catalytic synthesis of glycerol vol. 21, pp. 1782-1791.
monoacetate using a continuous expanded bed Mufrodi, Z., Rochmadi, Sutijan, and Budiman,
column reactor packed with cation-exchange A., (2010), Effects of temperature and catalyst
resin, Ind. Eng. Chem. Res., vol. 48, pp. upon triasetin production from glycerol (by-
1816–1823. product biodiesel production) as octane booster,
Goncalves, V. L. C., Pinto, B. P., Silva, J. C., & Proc. Advances in Renewable Energy
Mota, C. J. A., (2008), Acetylation of Technologies Int. Conf., Cyberjaya,
glycerol catalyzed by different solid acids, Malaysia, pp. 130-134.
Catal. Today, 133-135, 673-677.
108
Agus Aktawan, Zahrul Mufrodi / JBAT 5 (2) (2016) 101 - 109
Mufrodi, Z., Rochmadi, Sutijan, and Budiman, based solid acid catalysts, Catal. Commun.,
A., (2012), Chemical Kinetics for Synthesis of vol. 11, pp. 1224-1228.
Triacetin from Biodiesel Byproduct, Int. J. Rodríguez, D. and Gaigneaux, E.M., (2012),
Chem., 4(2), 100-107, pp. 101-107. Glycerol acetylation catalysed by ion exchange
Nuryoto, Hary, S., Suprihastuti, S. R., dan resins, Catal. Today, vol. 195, pp. 14– 21.
Sutijan, (2010), Uji Performa Katalisator Wu, H., Yu, B., and Ge, S., (2007), Complex solid
Resin Penukar Ion untuk Pengolahan Hasil super acid SO42-/ZrO2-TiO2 used in synthesis
Samping Pembuatan Biodiesel menjadi of glycerol triacetate, Huagon jinzhan, vol.
Triasetin, Seminar Rekayasa Kimia dan 26, no. 7, pp. 1041-1043.
Proses 2010, ISSN : 1411-4216. Zang, M., and Yuan, X., (2001), Synthesis of
Rahmat, N., Abdullah, A. Z., and Mohamed, A. Glycerol Triacetate Catalized by
R., (2010), Recent progress on innovative and Phosphotungstic Acid, Hecheng Huaxue,
potential technologies for glycerol 9(5), 469-472.
transformation into fuel additives: A critical http://dx.doi.org/10.1002/jctb.2223.
review, Renewable and Sustainable Energy Zhi-Qiang W., Zhang, Z., Wen-Jing Y., Lan-Dong
Reviews, vol. 14, pp. 987–1000. L., Ming-Hui Z., Zhong-Biao Z., (2016),
Rao, P. V., and Rao, B. V. A., (2011), Effect of A swelling-changeful catalyst for glycerol
adding Triasetin additive with Coconut oil acetylation with controlled acid concentration,
methyl ester (COME) in performance and Fuel Processing Technology 142 (2016)
emission characteristics of DI diesel engine, Int. 228–234.
J. of Thermal Tech., 1, 100-106. Zhou, L., Nguyen, T. H., and Adesina, A. A.,
Reddy, P. S., Sudarsanam, P., Raju, G., and (2012), The acetylation of glycerol over
Reddy, B. M., (2010), Synthesis of bio- amberlyst-15: Kinetic and product distribution,
additives: Acetylation of glycerol over zirconia- Fuel Process. Tech., vol. 104, pp. 310–318.
109