Anda di halaman 1dari 22

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga Tengah


Telinga tengah merupakan suatu ruang di tulang temporal yang terisi oleh
udara dan dilapisi oleh membran mukosa. Telinga tengah berada di dalam pars
petrosa ossis temporalis. Ruang ini berisi tulang-tuiang pendengaran yang
berfungsi meneruskan getaran membrana tympanica (gendang telinga) ke
perilympha telinga dalam. Di depan ruang ini berhubungan dengan nasopharynx
melalui tuba auditiva dan di belakang dengan antrum mastoideum.7
Pada bagian lateral, telinga tengah berbatasan dengan membran timpani,
sedangkan pada bagian medial berbatasan dengan dinding lateral telinga dalam.
Telinga tengah terhubung dengan area mastoid pada bagian posterior dan
nasofaring melalui suatu kanal yang disebut tubaEustachius pada bagian anterior.
Transmisi getaran dari membran timpani melalui telinga tengah ke telinga dalam
dapat tercapai oleh adanya tulang-tulang pendengaran yang dapat bergerak dan
saling terhubung. Tulang-tulang ini disebut juga osikulus auditorius,
yaitu Malleus (terhubung dengan membran timpani), Incus (terhubung
dengan Malleus melalui persendian sinovial), dan Stapes (terhubung
dengan Incus melalui persendian sinovial dan melekat pada bagian lateral telinga
dalam pada jendela Oval). Osikulus auditorius tersebut berfungsi untuk
mentransmisikan getaran suara dari membran timpani ke telinga dalam.8
Area mastoid yang berada di dekat telinga tengah adalah antrum mastoid
yang merupakan kavitas yang terisi dengan sel-sel mastoid yang berisi udara di
sepanjang pars mastoideus dari tulang temporal, termasuk bagian prossessus
mastoideus. Membran mukosa yang melapisi sel udara mastoid bersambungan
dengan membran mukosa yang melapisi telinga tengah. Oleh karena itu, otitis
media dapat dengan mudah menyebar ke area mastoid.7,8

3
4

Gambar 2.1 Anatomi Telinga9


2.2 Mastoiditis Kronik
2.2.1 Definisi
Mastoiditis merupakan suatu infeksi pada rongga mastoid dari tulang
temporal.1 Karena mastoid berbatasan dan suatu perluasan dari telinga tengah,
sehingga pada kenyataannya setiap anak atau orang dewasa dengan Otitis Media
Akut (OMA) atau penyakit inflamasi kronik pada telinga tengah akan mengalami
mastoiditis.2
2.2.2 Epidemiologi
Mastoiditis merupakan komplikasi intratemporal dari otitis media yang
terbanyak dijumpai. Hal ini dibenarkan pada penilitian Lin YS komplikasi
terbanyak dari otitis media supuratif kronik adalah mastoiditis (14%-74%).4,5
Mastoiditis biasanya terjadi pada anak. Sebelum adanya antibiotik,
mastoiditis merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak-
anak.9 Insidensi Matoiditis sangatlah bervariasi di seluruh dunia. Insiden
Mastoiditis rata-rata 4 kasus per 100.000 anak setiap tahunnya dengan usia diatas
5 tahun. Beberapa penelitian epidemiologi di Amerika Utara dan di Inggris
menunjukkan bahwa insiden dari Mastoiditis adalah kurang dari 2 kasus per
100.000 anak setiap tahunnya, angka ini sedikit meningkat pada penelitian di
Scandinavia. Pada tahun 2007, insidens dari Mastoiditis adalah 4,3-7,1 kasus per
100.000 anak berusia 2-16 tahun. Di negara-negara Eropa Selatan, terdapat
beberapa penelitian tentang Mastoiditis pada pasien yang berjumlah sedikit, tetapi
tidak terdapat hasil epidemiologis yang resmi. 2,10,11
5

2.2.3 Etiologi
Proses infeksi biasanya dipengaruhi oleh faktor host dan faktor
mikrobiologi.2
a. Faktor host
- Umunya mastoiditis bila pada anak ditemkan pada umur <2 tahun
dengan riwayat otitis media
- Berkaitan dengan system imun penderita yang turun.
b. Faktor mikrobiologi ‘
Pathogen yang sering ditemukan pada mastoiditis, yaitu:
- Streptococcus pneumonia, merupakan pathogen yang paling sering
ditemukan pada mastoiditis akut dengan prevalensi 25%
- Group A beta-hemolytic streptococci
- Staphylococcus aureus
- Streptococcus pyogenes
- Moraxella catarrhalis
- Haemophilus influenza
- Pseudomonas aeroginosa
- Mycobacterium species
- Aspergillus fumigates
- Nocardia asteroids
Mastoiditis kronis umumnya merupakan hasil dari OMSK; jarang
diakibatkan kegagalan pengobatan mastoiditis akut. Yang paling sering ditemukan
isolat dari mastoiditis kronik mirip dengan yang diisolasi dari OMSK dan
termasuk P aeruginosa, Enterobacteriaceae, S aureus (termasuk MRSA), dan
bakteri anaerob. Infeksi mungkin polymicrobial (aerob dan anaerob) di lebih dari
satu setengah dari pasien.12
6

2.2.4 Klasifikasi
Mastoiditis terbagi atas akut, subakut da kronik, yakni:2,13
a. Mastoiditis akut, terbagi atas:
1. Mastoiditis akut dengan periosteitis (mastoiditis insipient) dengan
karakteristik purulent pada rongga mastoid.
2. Mastoiditis koalesen (mastoiditis akut osteotis) dengan karakteristik
hilangnya septa tulang antara sel-sel udara mastoid. Keadaan ini dapat
menyebabkan terbentuknya ruang abses dan diseksi pus kedaerah
sekitar.
b. Mastoiditis subkronik, yaitu infeksi mastoid dan telinga low grade yang
menetap yang menyebabkan destruksi septa tulang
c. Mastoiditis kronik, merupakan infeksi supuratif sel-sel udara mastoid yang
berlangsung selama hitungan bulan hingga tahun. Mastoiditis umumnya
berhubungan dengan otitis media supuratif kronik dan khususnya dengan
pembentukan kolesteatoma.

2.2.5 Patofisiologi
Mastoiditis akut merupakan komplikasi dari otitis media akut (AOM).
Karena sel-sel udara telinga tengah dan mastoid yang terhubung, radang telinga
tengah juga dappat mempengaruhi mastoid. Umumnya, infeksi mastoid mereda
sebagai infeksi telinga tengah juga membaik. Namun, bila infeksi telinga tengah
terus berlanjut, nanah akan terakumulasi di mastoid.2
Penyumbatan antrum oleh mukosa yang meradang menyebabkan infeksi
pada sel-sel udara dengan menghambat drainase dan menghalangi aliran udara
kembali ke sisi telinga tengah. Mastoiditis dapat menembus antrum dan meluas ke
struktur sekitarnya seperti meningens, sinus sigmoid otot sternokleidomastoid,
arteri karotis interna, vena jugular dan otak. Hal tersebutlah yang menyebabkan
tingginya morbiditas mastoiditis dan menjadi penyakit yang dapat mengancam
nyawa.13
Berdasarkan progresivitasnya, mastoiditis terbagi menjadi 5 tahap yaitu: 2
Tahap 1 - hiperemia dari lapisan mukosa sel udara mastoid
7

Tahap 2 - transudasi dan eksudasi cairan dan / atau nanah dalam sel
Tahap 3 - Nekrosis tulang yang disebabkan oleh hilangnya vaskularisasi dari septa
Tahap 4 – hilangnya dinding sel dengan perleburan kedalam rongga abses
Tahap 5 - Perpanjangan proses inflamasi ke daerah-daerah berdekatan
Infeksi akut yang menentap dalam rongga mastoid dapat menyebabkan
osteitis yang menghancurkan trabekula tulang yang membentuk sel-sel mastoid;
pada kondisi ini disebut mastoiditis coalescent. Mastoiditis coalescent pada
dasarnya adalah sebuah empyema pada tulang temporal. Pus yang dihasilkan
mungkin melalui rute: 18
1. Penyaluran melalui antrum secara alami yang mmenghasilkan penyembuhan
spontan.
2. Kelateral hingga ke permukaan prosesus mastoideus yang menyebabkan abses
subperiosteal
3. Secara anterior membentuk abses dibelakang daun telinga atau diantara otot
sternokleidomastoideus dari leher yang menghasilkan abses bezold
4. Secara medial ke sel saluran udara petrous pada tulang temporal yang disebut
petrositis
5. Posterior ke tulang oksipital yang menyebabkan osteomyelitis dari kalvaria
atau abses citeli.
Mastoiditis kronik umumnya merupakan komplikasi dari otitis media
kronik atauinadekuat terapi dari mastoiditis akut. Membrane timpani yang non
intak akan menyebabkan spesies mikroba di meatus eksterna menuju telinga
tengah dan pada akhirna ke mastoid. Organism ini menyebabkan inflamasi yang
menentap yang biasanya tidak dapat diatasi agen terapeutik konvensional pada
otitis media akut. 22
Seperti kebanyakan proses infeksi, baik host dan faktor mikroba
mempengaruhi perkembangan mastoiditis. Faktor host termasuk imunitas
mukosa, anatomi tulang temporal, dan kekebalan sistemik, sedangkan faktor
mikroba termasuk resistensi antimikroba kemampuan pathogen menembus
jaringan atau pembuluh lokal dan mekanisme perlindungan diri mikroba.2
8

Gambar 2.2 Patogenesis Mastoiditis

2.2.6 Manifestasi klinis


Manifestasi klinis dari Mastoiditis adalah nyeri telinga yang menetap dan
berdenyut, otore (keluar cairan dari dalam telinga), sakit kepala, dan terjadi
penurunan pendengaran. Otore yang persisten lebih dari 3 minggu merupakan
tanda yang menetap yang menunjukkan adanya keterlibatan dari mastoid. Nyeri
biasanya terlokalisasi di dalam atau di belakang telinga dan biasanya bertambah
parah pada malam hari. Nyeri yang menetap merupakan tanda peringatan dari
9

penyakit mastoid. Tanda-tanda ini mungkin sulit dievaluasi pada pasien yang
masih sangat muda. Pendengaran yang menurun biasanya umum terjadi.2,14

Gambar 2.3 Gejala Mastoiditis23


Selain itu, juga terdapat tanda-tanda seperti demam, tenderness di daerah
mastoid, pembengkakan regio postaurikular dengan hilangnya sulkus
dan pinna terdorong ke bawah depan, atap meatal atau dinding posterior menurun,
membran timpani bisa perforasi dan mengeluarkan banyak sekret, atau bisa
hiperemis dan bulging.14,15
10

Gambar 2.4 Air cells dari mastoid23


2.2.7 Diagnosis
Diagnosis mastoiditis ditegakkan melalui gejala klinis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang radiologi yang menunjukkan mastoiditis baik foto
polos mastoid Schuller maupun CT scan mastoid. Dengan CT scan bisa dilihat
bahwa air cell dalam prosesus mastoideus terisi oleh cairan (dalam keadaan
normal terisi oleh udara) dan melebar.13
Pemeriksaan penunjang yang dapat diminta adalah, pemeriksaan kultur
mikrobiologi, hitung sel darah merah dan sel darah putih yang menandakan
adanya infeksi, pemeriksaan cairan sumsum untuk menyingkirkan adanya
penyebaran ke dalam ruangan di dalam kepala. Pemeriksaan lainnnya adalah CT-
scan kepala, MRI-kepala dan foto polos kepala.13
Pemeriksaan Laboratorium13
a. Spesimen dari sel-sel mastoid yang diperoleh selama operasi dan cairan
myringotomy, ketika diperoleh, harus dikirim untuk kultur bakteri aerobik dan
anaerobik, jamur, mikobakteri dan basil tahan asam.
- Jika membran timpani sudah perforasi, saluran eksternal dapat
dibersihkan, dan sampel cairan drainase segar diambil.
11

- Ketelitian adalah penting untuk mendapatkan cairan dari telinga tengah


dan bukan saluran eksternal.
- Kultur dan pengujian kepekaan terhadap isolat dapat membantu dalam
memodifikasi terapi inisial antibiotik.
- Hasil kultur yang dikumpulkan dengan benar untuk bakteri aerobik dan
anaerobik sangat membantu untuk pilihan terapi definitif.
- Pewarnaan Gram dari spesimen awalnya dapat membimbing terapi
antimikroba empiris.
b. Kultur darah harus diperoleh.
c. Pemeriksaan darah rutin dan laju sedimentasi dihitung untuk mengevaluasi
efektivitas terapi seterusnya.
d. Pemeriksaan LCS untuk evaluasi jika dicurigai perluasan proses ke
intrakranial.13

2.2.8 Gambaran radiologis


Pemeriksaan konvensional pada tulang temporal dapat menilai
pneumatisasi dan piramid tulang petrosus sehingga mampu menilai lebih jauh
besar dan luas nya suatu lesi dari tulang temporal atau struktur sekitarnya. Ada
tiga proyeksi yang lazim digunakan untuk menilai tulang temporal yaitu:16
1. Posisi Schuller
Posisi ini menggambarkan penampakan lateral dari mastoid, proyeksi foto
dibuat dengan bidang sagital kepala terletak sejajar meja pemeriksaan dan
berkas sinar x ditujukan dengan sudut 30o cephalo-cauda. 16
12

Gambar 2.5 Posisi Schuller16

Gambar 2.6 Mastoid normal posisi schuller 16


Pada posisi ini perluasan pneumatisasi mastoid serta struktur trabekulasi
dapat tampak lebih jelas. Posisi ini juga memberikan informasi dasar
tentang besarnya kanalis auditorius eksterna dan hubungannya dengan
sinus lateralis. 16
2. Posisi Owen
Posisi ini menggambarkan penampakan lateral mastoid dan proyeksi dibuat
dengan kepala terletak sejajar meja pemeriksaan lalu wajah diputar 30 o
menjauhi film dan berkas sinar x ditujukan dengan sudut 30-40o cephalo-
cauda. Umumnya posisi owen dibuat untuk memperlihatkan kanalis
13

auditorius eksternus, epitimpanikum, tulang pendengaran dan sel udara


mastoid. 16

Gambar 2.7 Gambaran radiologi posisi Owen.16


3. Posisi Chausse III
Posisi ini merupakan penampakan frontal mastoid dan ruang telinga tengah,
proyeksi dibuat dengan oksiput terletak diatas meja pemeriksaan lalu dagu
ditekuk kearah dada kepala diputar 10-15o kearah sisi berlawanan dari
telinga yang akan diperiksa.
Posisi ini merupakan tambahan setelah pemeriksaan lateral mastoid,
dimana dapat menilai lebih baik keadaan telinga tengan terutama pada otitis
media supuratif kronik dan kolesteatom. 16
14

Gambar 2.8 Posisi Chausse III.16


Mastoiditis akut
Gambaran dini mastoiditis akut pada radiologis adalah adanya
perselubungan di ruang telinga tengah dan sel-sel mastoid, pada masa permulaan
infeksi biasanya struktur trabekula dan sel udara mastoid masih utuh. Bersamaan
progresifitas infeksi maka akan terjadi demineralisasi diikuti destruksi trabekula,
Biasanya pada mastoiditis akut tidak terjadi pada mastoid yang acellulair. 16

Gambar 2.9 Mastoiditis akut posisi schuller16

Mastoiditis kronik
Gambaran radiologik pada mastoiditis kronik terdiri atas perselubungan
yang tidak homogen didaerah antrum mastoid dan sel-sel mastoid dan
berkurangnya jumlah sel udara, struktur trabekula yang tersisa tampak menebal.
15

Pada keadaan lanjut tampak obliterasi sel udara mastoid dan mastoid tampak
sklerotik, lumen antrum mastoid dan sisa sel udara mastoid terisi jaringan
granulasi sehingga pada foto akan terlihat berbagai perselubungan. 16

Gambar 2.10 Mastoiditis kronik posisi schuller16


Mastoiditis Kronik
Gambaran radiologik pada mastoiditis kronik terdiri atas perselubungan
yang tidak homogen pada daerah antrum mastoid dan sel udara mastoid, serta
perubahan yang bervariasi pada struktur trabekulasi mastoid. Proses inflamasi
pada mastoid akan menyebabkan penebalan struktur trabekulasi diikuti
demineralisasi trabekula, pada saat ini yang tampak pada foto adalah
perselubungan sel udara mastoid dan jumlah sel udara yang berkurang serta
struktur trabekula yang tersisa tampak menebal. 16
Jika proses inflamasi terus berlangsung, maka akan terlihat obliterasi sel udara
mastoid dan biasanya mastoid akan terlihat sklerotik. Kadang-kadang lumen
antrum mastoidikum dan sisa sel udara mastoid akan terisi jaringan granulasi
sehingga pada foto akan terlihat pula sebagai perselubungan. 16
16

2.2.9 Tatalaksana
Mastoiditis mungkin sulit untuk diterapi karena obat-obatan mungkin tidak
dapat mencapai cukup dalam sampai ke tulang mastoid. Hal ini membutuhkan
terapi yang berulang atau terapi jangka panjang. Infeksi ini diterapi dengan
antibiotik intravena kemudian diberi antibiotik oral. Antibiotik yang dapat
diberikan seperti Penisilin, Ceftriaxon, dan Metronidazol selama 14 hari. Bila
gambaran radiologis memperlihatkan hilangnya pola trabekular atau adanya
progresivitas dari penyakit, maka harus dilakukan Mastoidektomi lengkap dengan
segera untuk mencegah komplikasi serius seperti Petrositis, Labirintitis,
Meningitis, dan Abses otak. Mastoidektomi ini dapat dilakukan jika terapi
antibiotik tidak berhasil. Miringotomi juga dapat dilakukan untuk mengobati
infeksi telinga tengah.14,17
Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan
pada OMSK dengan Mastoiditis kronis, baik tipe aman atau bahaya, antara lain:1
1. Mastoidektomi Sederhana (Simple Mastoidectomy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan
konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini, dilakukan
pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya adalah agar
infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi
pendengaran tidak diperbaiki.

Gambar 2.11 Mastoidektomi sederhana24


17

2. Mastoidektomi Radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe bahaya dengan infeksi atau
Kolesteatoma yang sudah meluas. Pada operasi ini, ronnga mastoid dan
kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas
antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid
diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan.
Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dan
mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
Kerugian operasi ini adalah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur
hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak
terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali, sehingga dapat
menghambat pendidikan atau karier pasien. Modifikasi operasi ini adalah
dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta membuat
meatoplasti yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi
terdapat cacat anatomi, yaitu meatus liang telinga luar menjadi lebar.

Gambar 2.12. Mastoidektomi Radikal dan Pelebaran Meatus setelah


Mastoidektomi24

3. Mastoidektomi Radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)


Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan Kolesteatoma di daerah atik, tetapi
belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan
18

dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ini adalah untuk
mebuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan mempertahankan
pendengaran yang masih ada.
Jenis operasi yang dilakukan diatas, tergantung pada luasnya infeksi atau
Kolesteatom, sarana yang tersedia serta pengalaman operator. Sesuai dengan
luasnya infeksi atau luas kerusakan yang sudah terjadi, kadang-kadang
dilakukan kombinasi dari jenis operasi itu atau modifikasinya.1
2.2.10 Komplikasi
Komplikasi dari mastoiditis adalah perluasan lebih lanjut di dalam atau di
luar mastoideus itu sendiri. Komplikasi yang umum terjadi termasuk kehilangan
pendengaran dan perluasan dari proses infeksi di luar sistem mastoideus,
mengakibatkan komplikasi intrakranial atau ekstrakranial.
Komplikasi lainnya termasuk berikut ini :18
a. Perluasan posterior ke sinus sigmoid, menyebabkan trombosis
b. Perluasan ke tulang oksipital, yang mengakibatkan osteomyelitis calvaria
atau abses Citelli
c. Perluasan superior ke fosa kranial posterior, ruang subdural, dan meninges
d. Perluasan anterior ke akar zygomatic
e. Perluasan lateral membentuk abses subperiosteal
f. Perluasan inferior membentuk abses Bezold
g. Perluasan medial ke apex petrous
h. Keterlibatan intratemporal saraf wajah dan / atau labirin.

2.2.11 Prognosis
Mastoiditis merupakan penyakit yang dapat disembuhkan dengan terapi
yang cepat dan tepat. Tetapi, penyakit ini dapat menjadi sulit untuk diterapi dan
dapat berulang.18
Berharap pasien dengan mastoiditis akut untuk pulih sepenuhnya jika saraf
wajah, ruang depan, atau struktur intrakranial tidak terlibat. Dalam kebanyakan
kasus, kelainan kosmetik telinga pembedahan diobati dapat dicegah dengan
penempatan bijaksana sayatan dan pengembangan flaps untuk menarik telinga
19

posterior saat diganti. gangguan pendengaran konduktif harus menyelesaikan,


tersedia rantai tulang pendengaran tetap utuh. Melakukan pengujian setelah
otorrhea berhenti dan telinga telah sembuh.

2.3 Abses bezold


2.3.1 Definisi
Abses Bezold adalah abses di otot sternokleidomastoid dimana nanah dari
mastoiditis lolos ke sternokleidomastoid. Abses ini merupakan komplikasi yang
jarang dari otitis media akut.19
Pada tahun 1881 Frederich Bezold (1824-1908) melaporkan adanya pus
yang keluar dari sisi medial prosesus mastoid yang terinfeksi dan membentuk
abses jaringan leher dalam, abses ini kemudian dikenal dengan mastoiditis
Bezold. Destruksi terjadi pada bagian tulang yang tipis pada insisura mastoid
(insisura digastrika), selanjutnya pus mengalir di sepanjang m. digastrikus ke arah
dagu, mengisi ruang retromaksilla dan berjalan di sepanjang perjalanan arteri
oksipital. Bila tidak diobati, maka akan terjadi perluasan ke
m.sternokleidomastoideus, m.trapezius, dan m.splenius.20
2.3.2 Epidemiologi
Menurut Mygind (1903), yang dikutip oleh Gaffney, pada era
praantibiotik, lebih dari 50% kasus otitis media akut menimbulkan komplikasi
mastoiditis. Bezold mendapatkan 20% kasus mastoiditis berlanjut menjadi abses
Bezold. Namun sejak ditemukan antibiotika, kasus komplikasi otitis media
supuratif sangat menurun. Beberapa penulis mendapatkan 0,4% kasus otitis media
berlanjut menjadi mastoiditis.20,21
Insidensi abses Bezold di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sangat
jarang. Dari tahun 2006-2008 hanya ada dua kasus abses leher dalam sebagai
komplikasi otitis media supuratif kronik dan salah satunya adalah abses Bezold.
20

2.3.3 Etiologi
Pneumokokus adalah organisme penyebab abses Bezold. Edison (1980)
mendapatkan Klebsiella sebagai organisme penyebab abses Bezold, pada pasien
dengan riwayat otore selama 20 tahun. Smousha (1989) mendapatkan bebrapa
organisme penyebab bakteri gram positif, negatif, anaerob. Furukawa (2001)
menemukan Bacteroides dan tiga macam bakteri gram negatif. 25,26
Jika merupakan komplikasi mastoiditis akut maka kuman yang ditemukan
sama dengan kuman penyebab Otitis Media Akut yaitu Streptococcus pneumoniae
dan Haemophilus influenza, sedangkan jika merupakan komplikasi dari
mastoiditis subakut dan kronis, kuman penyebab Staphylococcus aureus dan gram
negatif seperti E. Coli, Proteus dan Pseudomonas.27

2.3.4 Patogenesis
Pada mastoiditis akut sumbatan pada aditus ad antrum dapat terjadi karena
edema mukosa, hipertrofi mukosa, hiperplasia, jaringan granulasi, mukosa
polipoid, serpihan tulang sehingga menghambat aliran pus dari rongga mastoid ke
telinga tengah. Akibatnya terjadi pengumpulan pus di dalam rongga mastoid dan
sel-sel mastoid. Pada stadium ini terjadi empiema dalam mastoid. Bila pada
stadium ini tidak terjadi penyembuhan, maka pus dapat meluas ke sisi medial
dengan menimbulkan destruksi tip mastoid ke insisura digastrika menimbulkan
abses Bezold 29
2.3.5 Diagnosis
Diagnosis abses Bezold ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
klinis dan pemeriksaan penunjang.25
a. Anamnesis
Pada anamnesis biasanya didapatkan adanya riwayat otore dan panas
tinggi, walaupun tidak jarang ditemukan kasus dengan suhu normal. Kadang-
kadang terdapat trismus dan sukar menelan akibat tekanan abses pada dinding
faring dan tonsil.25
21

b. Pemeriksaan Klinis
Abses Bezold biasanya ditandai dengan pembengkakan dari tip mastoid
sampai sepanjang m. sternokleidomastoideus, nyeri tekan dengan atau tanpa
fluktuasi.25
Kadang-kadang sel-sel besar mastoid pada permukaan medial prosesus
mastoid meluas dari insisura digastrika sampai sepanjang bulbus vena jugularis.
Destruksi daerah ini memberikan gambaran klinik yang berbeda, karena pus tidak
dapat mencapai permukaan otot, sehingga tidak ditemukan fluktuasi. Nyeri tekan
didaerah leher lebih ringan daripada daerah mastoid.30

Gambar 2.13 Pasien dengan pembengkakan di leher dan regio retroaurikular.31

Gambar 2.14 Cervicotomy dengan drainase sekret purulen.31


22

Kadang-kadang abses Bezold disertai paresis fasialis akibat tekanan pada


foramen stilomastoideum. Kelainan telinga pada abses Bezold seperti adanya
desakan pada dinding liang telinga posterosuperior dengan perforasi membran
timpani dan sekret yang banyak. Kadang-kadang infeksi liang telinga mengalami
perbaikan sehingga tidak ditemukan gambaran infeksi.25,30
Pada pemeriksaan daerah retroaurikuler menunjukkan obliterasi dari
sulkus. Nyeri tekan lebih nyata bila dilakukan pada bagian puncak mastoid.27
c. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang radiologik mastoiditis akut biasanya
didapatkan perselubungan, sedangkan pada mastoiditis kronis memberikan
gambaran sklerotik. Pada pemeriksaan foto jaringan lunak leher berguna untuk
melihat adanya proses patologik pada ruangan leher dalam. Biasanya
menunjukkan penebalan jaringan lunak.27
Pemeriksaan CT scan leher mempunyai nilai diagnosis dan dapat
digunakan untuk rencana terapi. Pada kasus tertentu, CT scan membantu deteksi
awal abses yang secara klinis belum terlihat. CT scan dapat menentukan
komplikasi dini, menunjukkan adanya kolesteatom di kavum mastoid, dan
menggambarkan secara cermat daerah leher yang terkena. CT scan juga
membantu ahli bedah dalam merencanakan pendekatan operasi. Oleh karena
jalannya pus di leher bervariasi, maka setiap CT scan sebaiknya dilakukan pada
setiap kasus abses leher.25
Pada pemeriksaan CT scan, didapatkan gambaran opasifikasi di telinga
tengah dan kavitas mastoid. Kadang disertai dengan erosi tulang terutama tip
mastoid. Abses ini melibatkan otot-otot yang berdekatan sekitar mastoid dan
meluas ke inferior. Pada kasus kronik terdapat reaksi inflamasi osteoblastik
kronik, sehingga struktur sel hilang.32
Kultur bakteri dari secret telinga dan abses di leher harus dilakukan untuk
menentukan terapi yang tepat.25
23

Gambar 2.15 (A). Potongan axial kontras CT scan memperlihatkan opasifikasi


sel udara mastoid disertai erosi tulang dan proses inflamasi yang agresif. (B).
jaringan lunak menunjukkan abses multiloculated melibatkan otot-otot
paraspinal.32
2.3.6 Tatalaksana
Terapi yang diberikan pada abses bezold meliputi terapi medikamentosa
dan operatif. Bila diagnosis abses Bezold ditegakkan maka antibiotik spektrum
luas harus diberikan. Antibiotik parenteral merupakan terapi andalan. Untuk
mendapatkan jenis antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebab,uji kepekaan
perlu dilakukan. Namun, pemberian antibiotik secara parenteral sebaiknya
diberikan secepatnya tanpa menunggu hasil kultur pus. Antibiotik kombinasi
(mencakup terhadap kuman aerob dan anaerob, gram positip dan gram negatif)
adalah pilihan terbaik mengingat kuman penyebabnya adalah campuran dari
berbagai kuman. Kombinasi penisilin dengan metronidazole merupakan terapi
primer standar. Kloramfenikol sering digunakan dan mencakup antibiotik
spektrum luas, tapi memiliki beberapa efek samping. Secara empiris kombinasi
ceftriaxone dengan metronidazole masih cukup baik. Setelah hasil uji sensistivitas
kultur pus telah didapat pemberian antibiotik dapat disesuaikan.25,28,29
Berdasarkan uji kepekaaan, kuman aerob memiliki angka sensitifitas
tinggi terhadap terhadap ceforazone sulbactam, moxyfloxacine,
ceforazone,ceftriaxone, yaitu lebih dari 70%. Metronidazole dan klindamisin
angka sensitifitasnya masih tinggi terutama untuk kuman anaerob gram negatif.
Antibiotik biasanya dilakukan selama lebih kurang 10 hari.25
24

Berdasarkan literatur, operasi dini umumnya dianjurkan untuk evakuasi


abses dengan drainase pus dari sel mastoid di regio leher dilakukan secara
bersamaan. Pendapat lain operasi dini untuk drainase pus dari leher, kemudian
direncanakan operasi untuk penyakit telinga yang mendasarinya pada saat yang
lebih tepat dimana inflamasi telah berkurang.31
Pada saat dilakukan mastoidektomi, seluruh sel mastoid dibersihkan
dengan kuret sampai destruksi di bagian dalam ditemukan. Insisi pada abses
Bezold dilakukan di bawah ujung tulang mastoid, sejajar dengan tepi anterior m.
sternokleidomastoid di sepanjang abses leher.31

2.3.7 Komplikasi
Abses bezold biasanya menyebar ke dalam substansial m.
sternokleidomastoideus dan terbatas ke servikal posterior dan ruangan
perivertebral oleh fasia faringobasilar dan bagian dalam fasia servikal. Dapat
meluas ke karotid, prevertebral, danger dan ruang retrofaringeal. Dengan
memperoleh akses ke dalam ruang danger, abses dapat meluas ke mediastinum
atau ke dalam dasar tengkorak.33
Infeksi dapat menyebar ke bawah melalui vena besar untuk sampai ke
ruang periviseral, laring atau mediastinum, menuruni otot –otot kolumna vertebra
ke ruang retrofaringeal, mengikuti a. subklavia menuju ruang suprasternal dan
melintasi bagian kontalateral leher. Bezold juga mengatakan bahwa kematian
umumnya terjadi karena adanya perluasan abses di dasar tengkorak atau pada
vertebra yang menyebabkan kompresi otak dan medula spinalis.33
2.3.8 Prognosis
Pada umumnya, prognosis abses bezold baik apabila didiagnosis secara
dini dan ditangani dengan penanganan yang tepat. Kebanyakan pasien umumnya
sembuh total dengan terapi antibiotik yang adekuat dan intervensi pembedahan
dini (10 dari 14 pasien, 71%). 31

Anda mungkin juga menyukai