Anda di halaman 1dari 38

KUMPULAN RANGKUMAN PEDAGOGIK

MODUL 1 SAMPAI MODUL 6

DI SUSUN OLEH :
NAMA : LINDA EKA PUTRI, S.Pd.SD

NO PESERTA PPG : 19260202710022

LPTK BENGKULU
UNIVERSITAS BENGKULU
PPG 2019
KUMPULAN RANGKUMAN PEDAGOGIK
MODUL 1 SAMPAI MODUL 6

DI SUSUN OLEH :
NAMA : NELY SUNDARI, S.Pd.SD

NO PESERTA PPG : 19260202710016

LPTK BENGKULU
UNIVERSITAS BENGKULU
PPG 2019
KUMPULAN RANGKUMAN PEDAGOGIK
MODUL 1 SAMPAI MODUL 6

DI SUSUN OLEH :
NAMA : RAITUL AISYAH, S.Pd

NO PESERTA PPG : 19260202710028

LPTK BENGKULU
UNIVERSITAS BENGKULU
PPG 2019
KUMPULAN RANGKUMAN PEDAGOGIK
MODUL 1 SAMPAI MODUL 6

DI SUSUN OLEH :
NAMA : MAR ATUS SOLEHA, S.Pd

NO PESERTA PPG : 19260202710015

LPTK BENGKULU
UNIVERSITAS BENGKULU
PPG 2019
KUMPULAN RANGKUMAN PROFESIONAL
MODUL 1 SAMPAI MODUL 6

DI SUSUN OLEH :
NAMA : NELY SUNDARI, S.Pd.SD

NO PESERTA PPG : 19260202710016

LPTK BENGKULU
UNIVERSITAS BENGKULU
PPG 2019
KUMPULAN RANGKUMAN PROFESIONAL
MODUL 1 SAMPAI MODUL 6

DI SUSUN OLEH :
NAMA : RAITUL AISYAH, S.Pd

NO PESERTA PPG : 19260202710028

LPTK BENGKULU
UNIVERSITAS BENGKULU
PPG 2019
KUMPULAN RANGKUMAN PROFESIONAL
MODUL 1 SAMPAI MODUL 6

DI SUSUN OLEH :
NAMA : MAR ATUS SOLEHA, S.Pd

NO PESERTA PPG : 19260202710015

LPTK BENGKULU
UNIVERSITAS BENGKULU
PPG 2019
MODUL1
KB 1
Karakteristik Guru dan Siswa Abad 21

Guru wajib memenuhi kualifikasi akademik minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana
(S1) dalam bidang pendidikan (D-IV/S1) yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi
dan kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional.yang
sebagaimana tertuang dalam peraturan menteri Pendidikan Nasional No 16 tahun 2007.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru yang berkenaan dengan pemahaman
terhadap peserta didik dan pengelolaan pembeajaran mulai dari merencanakan, melaksanakan
sampai dengan mengevaluasi. Kompetensi kepribadian merupakan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik
dan berakhak mulia. Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidian, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar. Kompetensi professional
merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi pembelajaran, dan substansi
keilmuan yang menaungi materi dalam kurikulum, serta menambah wawasan keilmuan.
Kompetensi pedagogik guru adab 21 menakankan pada kemampuan adaptasi guru untuk
mentrasformsi diri dalam era pedogogi digital dengan terus mengembangkan kreativitas dan
daya inovatif.

KB2
PERAN TEKNOLOGI DAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21
Guru secara yuridis diakui sebagai bagian dari tenaga kependidikan sebagai suatu profesi
dengan keahlian khusus. Berbagai produk hukum dan kebijakan telah dikeluarkan pasca UUGD
Nomor 14 tahun 2015 dalam rangkat meningkatkan kualitas guru. Profesi guru bukan sekedar
agen kurikulum namun secara akademis ikut merancang konsep dan gagasan bagi upaya-upaya
trasformasi dunia pendidikan dan masyarakat pada umumnya. Profesi guru di Indonesia
memenuhi kriteria profesi pendidikan yang ditetapkan NEA. Pemerintah guna menjaga mutu
guru telah mengeluarkan Permendiknas no 35 Tahun 2010 tentang Jabatan Guru dan Angka
Kreditnya serta Permendiknas nomor 35 Tahun 2010 terkait aspek penilaian meliputi
pelaksanaan proses pembelajaran, pembimbingan, dan pelaksanaan tugas tambahan lain yang
relevan.

Abad 21 menuntut perubahan peran guru lebih kepada kontekstualisasi informasi dan
mengajarkan nilai nilai-nilai etika, budaya, kebijaksanaan, pengalaman, empati sosial, sikap-
sikap, dan keterampilan esensial abad 21 yaitu kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis, dan
kreativitas (4C). Guru harus terus belajar dalam konteks Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB) meliputi pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif. Penting
bagi guru selalu melakukan refleksi pembelajaran, mengidentifikasi masalah, merancang
tindakan, melaksanakan mengevaluasi hasil dan tindaklanjut sebagai bagian dari kebiasaaan
pengembangan keprofesian bekelanjutan. Perkembangan masif Teknologi Informasi dan
Komunikasi membawa perubahan pola-pola pembelajaran sehingga guru dituntut mampu
menyesuaikan mode-mode pembelajaran baru. Penting bagi guru memiliki ICT literacy dan
paket pengetahuan dalam mengintegrasikan kemampuan pedagogis, penguasaan materi, dan cara
pembelajarannya. Guru adalah pengembang gagasan dan ide bagi transformasi pendidikan bukan
sekedar pelaksana kurikulum

KB3
MERANCANG DAN MENILAI PEMBELAJARAN ABAD KE 21

Setelah menyelesaikann modul tentangperancangan pembelajaran abad ke 21. Dengan


demikian Anda yang bertugas sebagai pendidiksiswatelah menguasai pengertian penyusunan
rancangan pembelajaran abad 21 dan cara penyususnan rancangan pembelajaran abad 21 dengan
memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran efektif bagi siswa dan prinsip-prinsip penilaian
efektif abad 21. Hal-hal penting yang telah Anda pelajari dalam modul perancangan dan
penilaian pembelajaran abad ke 21 mempertimbangkan pengembangan kemampuan belajar
secara berkelanjutan. Mediasi teknologi bukan berarti menghilangkan interaksi budaya dan
interaksi sosial. Media generasi baru memungkinkan dilakukannya interaksi dalam lingkungan
yang kaya. Lingkungan belajar abad 21 mengharuskan guru untuk menciptakan kegiatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan berbasis teknologi dan media online digital. 4
fase dalam proses adopsi dan adaptasi guru: (1) berkecimpung (dabbling), (2) melakukan hal-hal
lama dengan cara lama (old things in old ways), (3) melakukan hal-hal lama dengan cara-cara
baru(old things in new ways) dan (4) melakukan hal-hal baru dengan cara-cara baru (new things
in new ways). Strategi pembelajaran berbasis teknologi pada abad 21 mengharuskan adanya
kemampuan untuk mengintegrasikan kemampuan pedagogi, penguasaan konten, dan penguasaan
teknologi. Fokus utama pada kebermaknaan pembelajaran, mengutamakan otonomi belajar,
belajar mandiri, model pembelajaran penemuan (inquiry based model), pengembangan
keterampilan abad 21, dan penilaian dengan pendekatan pedagogi transformatif. 10 tipe strategi
instruksional pembelajaran yang biasa digunakan di kelas diantaranya: presentas, demonstrasi
(unjuk kerja), driil and practice, tutorial, diskusi, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis
masalah, games,/permainan, simulasi, dan discovery/penemuan. Perancangan pembelajaran yang
megintegrasikan TIK seharusnya memperhatian karakteristik peserta didik mengingat adanya
jurang digital yang masih lebar dalam konteks di Indonesia.

KB 4
HAKIKAT PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

Baiklah, setelah Anda membaca secara saksama materi belajar di atas, maka ada baiknya untuk
membaca rangkuman berikut ini sebagai upaya peningkatan pemahaman secara praktis. Dalam
memahami konsep dan situasi pembelajaran abad 21 pada prinsipnya memahami perubahan
masyarakat, yang disebut sebagai era informasional atau revolusi industri 4.0. Ciri utama
masyarakat informasional berbasis digital antara lain: Menurut Manuel Castell kemunculan
masyarakat informasional itu ditandai dengan lima karateristik dasar: Pertama, ada teknologi-
teknologi yang bertindak berdasarkan informasi. Kedua, karena informasi adalah bagian dari
seluruh kegiatan manusia, teknologi-teknologi itu mempunyai efek yang meresap. Ketiga, semua
sistem yang menggunakan teknologi informasi didefinisikan oleh ‘logika jaringan’ yang
memungkinkan mereka memengaruhi suatu varietas luas proses-proses dan organisasi-
organisasi. Keempat, teknologi-teknologi baru sangat fleksibel, memungkinkan mereka
beradaptasi dan berubah secara terus-menerus. Akhirnya, teknologi-teknologi spesifik yang
diasosiasikan dengan informasi sedang bergabung menjadi suatu sistem yang sangat terintegrasi.
Sedangkan menurut Scott Lash Masyarakat informasi sering dipahami dalam istilah produksi
pengetahuan-intensif dan postindustrial di mana barang dan layanan diproduksi. Kunci untuk
memahami ini adalah apa yang diproduksi dalam produksi informasi bukanlah barangbarang dan
layanan kekayaan informasi, tetapi lebih kurang adalah potongan informasi di luar kontrol.
Produksi informasi meliputi terutama adalah pentinggnya kemampatan. Sebagaimana diktum
McLuhan medium adalah pesan dalam pengertian bahwa media adalah peradigma medium era
informasi. Hanya saja jika dahulu medium dominan adalah naratif, lirik puisi, wacana, dan
lukisan. Tetapi sekarang pesan itu adalah pesan atau ‘komunikasi.’ media sekarang lebih seperti
potongan-potongan. Media telah dimampatkan. Sementara itu revolusi industry gelombang
keempat, yang juga disebut industry 4.0, kini telah tiba. Industry 4.0 adalah tren terbaru
teknologi yang sedemikian rupa canggihnya, yang berpengaruh besar terhadap proses produksi
pada sektor manufaktur. Teknologi canggih tersebut termasuk kecerdasan buata (artificial
intelligent), perdagangan elektronik, data raksasa, teknologi finansial, ekonomi berbagi, hingga
penggunaan robot. Perkembangan baru dunia baru yang ditandai era digital tersebut juga terjadi
di Indonesia. Di Indonesia, target menjadi masyarakat informasi diarahkan pada ukuran
terhubungnya seluruh desa dalam jaringan teknologi komunikasi dan informasi pada tahun 2015.
Determinasi teknologi ini harus diwujudkan dalam determinasi sosial, dimana masyarakat harus
berdaya terhadap informasi. Konsep masyarakat informasi tidak lagi mengarah seperti era media
yang telah muncul pada era industrial atau sering disebut the first media age dimana informasi
diproduksi terpusat (satu untuk banyak khalayak), arah komunikasi satu arah; Negara mengontrol
terhadap semua informasi yang beredar; reproduksi stratifikasi sosial dan ketidakadilan melalui
media; dan khalayak informasi yang terfragmentasi. Akan tetapi masyarakat informasi yang
berada pada the second media age yang memiliki karakter informasi desentralistik; komunikasi
dua arah; kontrol Negara yang distributif; demokratisasi informasi; kesadaran individual yang
menguat; dan adanya orientasi individual. Perubahan dunia ke arah era revolusi masyarakat
digital itu juga terjadi dalam dunia pembelajaran. Perubahan peradapan menuju masyarakat
berpengetahuan (knowledge society), menuntut masyarakat dunia untuk menguasai keterampilan
abad 21 yaitu mampu memahami dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT
Literacy Skills). Pendidikan memegang peranan sangat penting dan strategis dalam membangun
masyarakat berpengetahuan yang memiliki keterampilan: (1) melek teknologi dan media; (2)
melakukan komunikasi efektif; (3) berpikir kritis; (4) memecahkan masalah; dan (5)
berkolaborasi. Akan tetapi persoalan ICT Literacy ini dalam masyarakt kita masih masalah
mendasar bagi upaya menuju masyarakat informasi. Rendahnya tingkat ICT Literacy, terutama
pada masyarakat pedesaan menjadi faktor signifikan terhadap menetapnya fenomena
kesenjangan informasi di Indonesia. Hasil memanfaatkan ICT khususnya edukasi net antara lain
: (1) Memudahkan guru dan siswa dalam mencari sumber belajar alternative; (2 ) Bagi siswa
dapat memperjelas materi yang telah disampaikan oleh guru, karena disamping disertai gambar
juga ada animasi menarik; (3) Cara belajar lebih efisien; (4) Wawasan bertambah; (5)
Mengetahui dan mengikuti perkembangan materi dan info-info lain yang berhubungan dengan
bidang studi; dan (5) Membantu siswa melek ICT Dalam pada itu, dunia pembelajaran abad 21
menuntut karakteristik guru antara lain: Pertama, guru disamping sebagai fasilitator, juga harus
menjadi motivator dan inspirator. Kedua, salah satu prasyarat paling penting agar guru mampu
mentrasformasikan diri dalam era pedagogi siber atau era digital, adalah tingginya minat baca.
Ketiga, guru pada abad 21 harus memiliki kemampuan untuk menulis. Mempunyai minat baca
tinggi saja belum cukup bagi guru, tetapi harus memiliki keterampilan untuk menulis. Guru juga
dituntut untuk bisa menuangkan gagasangagasan inovatifnya dalam bentuk buku atau karya
ilmiah. Keempat, guru abad 21 harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan metode belajar
atau mencari pemecahan masalah-masalah belajar, sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran
berbasis TIK. Penguasaan terhadap elearning bagi seorang guru abad 21 adalah sebuah
keniscayaan atau keharusan, jika ingin tetap dianggap berwibawa di hadapan murid. Kelima,
karakteristik guru abad 21 di tengah pesatnya perkembangan era teknologi digital, bagaimanapun
harus mampu melakukan transformasi kultural. Karena itu transformasi mengandaikan terjadi
proses pergantian dan perubahan dari sesuai yang dianggap lama menjadi sesuatu yang baru.
Konkretnya, sikap minimalis, formalistik, cepas puas, reaktif, dan ceroboh, dalam abad 21 perlu
diubah menjadi sikap yang menghargai substantif, rasa ingin tahu tinggi, proaktif, akurat, presisi,
detail, dan tekun. Sementara itu, abad 21 menuntut karakteristik siswa antara lain: (1)
Keterampilan belajar dan inovasi: berpikir kritis dan pemecahan masalah dalam komunikasi dan
kreativitas kolaboratif dan inovatif; (2) Keahlian literasi digital: literasi media baru dan literasi
ICT; dan (3) Kecakapan hidup dan karir: memiliki kemamuan inisiatif yang fleksibel dan
inisiatif adaptif, dan kecakapan diri secara sosial dalam interaksi antarbudaya, kecakapan
kepemimpinan produktif dan akuntabel, serta bertanggungjawab
MODUL 2
KB 1

KOMPETENSI GURU

Guru wajib memenuhi kualifikasi akademik minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana
(S1) dalam bidang pendidikan (D-IV/S1) yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi
dan kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional.yang
sebagaimana tertuang dalam peraturan menteri Pendidikan Nasional No 16 tahun 2007.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru yang berkenaan dengan pemahaman


terhadap peserta didik dan pengelolaan pembeajaran mulai dari merencanakan, melaksanakan
sampai dengan mengevaluasi.

Kompetensi kepribadian merupakan personal yang mencerminkan kepribadian yang


mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhak
mulia. Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidian, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar.

Kompetensi professional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan


materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi
pembelajaran, dan substansi keilmuan yang menaungi materi dalam kurikulum, serta menambah
wawasan keilmuan. Kompetensi pedagogik guru adab 21 menakankan pada kemampuan adaptasi
guru untuk mentrasformsi diri dalam era pedogogi digital dengan terus mengembangkan
kreativitas dan daya inovatif.
M2 kb2
STRATEGI PENINGKATAN PROFESIONALISME
BERKELANJUTAN

Guru secara yuridis diakui sebagai bagian dari tenaga kependidikan sebagai suatu profesi
dengan keahlian khusus. Berbagai produk hukum dan kebijakan telah dikeluarkan pasca UUGD
Nomor 14 tahun 2015 dalam rangkat meningkatkan kualitas guru. Profesi guru bukan sekedar
agen kurikulum namun secara akademis ikut merancang konsep dan gagasan bagi upaya-upaya
trasformasi dunia pendidikan dan masyarakat pada umumnya. Profesi guru di Indonesia
memenuhi kriteria profesi pendidikan yang ditetapkan NEA. Pemerintah guna menjaga mutu
guru telah mengeluarkan Permendiknas no 35 Tahun 2010 tentang Jabatan Guru dan Angka
Kreditnya serta Permendiknas nomor 35 Tahun 2010 terkait aspek penilaian meliputi
pelaksanaan proses pembelajaran, pembimbingan, dan pelaksanaan tugas tambahan lain yang
relevan. Abad 21 menuntut perubahan peran guru lebih kepada kontekstualisasi informasi dan
mengajarkan nilai nilai-nilai etika, budaya, kebijaksanaan, pengalaman, empati sosial, sikap-
sikap, dan keterampilan esensial abad 21 yaitu kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis, dan
kreativitas (4C). Guru harus terus belajar dalam konteks Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB) meliputi pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif. Penting
bagi guru selalu melakukan refleksi pembelajaran, mengidentifikasi masalah, merancang
tindakan, melaksanakan mengevaluasi hasil dan tindaklanjut sebagai bagian dari kebiasaaan
pengembangan keprofesian bekelanjutan. Perkembangan masif Teknologi Informasi dan
Komunikasi membawa perubahan pola-pola pembelajaran sehingga guru dituntut mampu
menyesuaikan mode-mode pembelajaran baru. Penting bagi guru memiliki ICT literacy dan
paket pengetahuan dalam mengintegrasikan kemampuan pedagogis, penguasaan materi, dan cara
pembelajarannya. Guru adalah pengembang gagasan dan ide bagi transformasi pendidikan bukan
sekedar pelaksana kurikulum.
MODUL 3
TeORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Kb 1
RANGKUMAN

Menurut teori humanistic tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia Proses
belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan
kata lain siswa telah mampu mencapai actualisasi diri secara optimal.Teori humanistic cenderung
bersifat elektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai.

Beberapa tokoh penganut aliran humanistik di antaranya adalah;

a. Koib, dengan konsepnya tentang empat tahap dalam belajar, yaitu: pengalaman
konkrit, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif.
b. Honey dan Mumford, menggolongkan siswa menjadi 4 yaitu; aktifis, reflector, teoris,
dan pragmatis.
c. Hubermas, membedakan 3 macam atau tipe belajar yaitu; belajar teknis, belajar
praktis, dan belajar emansipatoris.
d. Bloom dan Krathwohl, dengan 3 kawasan tujuan belajar yaitu, kognitif, psikomotor,
dan afektif.
e. Ausubel, walaupun termasuk juga kedalam aliran kognitifisme, ia terkenal dengan
konsepnya belajar bermakna (Meaningful Learning).
Aplikasi teori humanistic dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk
berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa
secara aktif dalam belajar.
Kb 2
RANGKUMAN

Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak
selaluberbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur.Asumsi teori ini adalah bahwa
setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk
struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajarakan berjalan dengan baik jika materi pelajaran
atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telahdimiliki seseorang.

Di antara para pakar teori kognitif, paling tidak ada tiga yang terkenal yaitu Piaget, Bruner,
dan Ausubel. Menurut Piaget, kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola tahap-tahap
perkembangan tertentu dan umur seseorang, serta melalui proses asimilasi, akomodasi dan
equilibrasi. Sedangkan Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara
seseorang mengatur pesan atau informasi, dan bukan ditentukan oleh umur. Proses belajarakan
terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan
dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.

Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan.Untuk


menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengetahuan baru dengan
setruktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola
atau logika tertentu, dari sederhana kekompleks. Perbedaan individual pada diri siswa perlu
diperhatikan, karena factor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

KB 3
RANGKUMAN

Teori belajar behavioristik masih dirasakan manfaatnya dalam kegiatan pembelajaran.


Selain teori ini telah mampu memberikan sumbangan atau motivasi bagi lahirnya teori-teori
belajar yang baru, juga karena prinsip-prinsipnya (walaupun terbatas) terasa masih dapat
diaplikasikan secara praktis dalam pembelajaran hingga kini. Walaupun teori ini mulai
mendapatkan kritikan, namun dalam hal-hal tertentu masih diperlukan khususnya dalam
memplejari aspek-aspek yang sifatnya relative permanen dengan tujuan belajar yang telah
dirumuskan secara ketat.

Secara ringkas, teori behavoiristik mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah
laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan
tingkah laku. Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan atau input yang berupa
stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi di antara
stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati dan diukur.
Yang bisa diamati dan diukur hanyalah stimulus dan respons.

Penguatan (reinforcement) adalah factor penting dalam belajar. Penguatan adalah apasaja
yang dapat memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan ditambahkan (positive
reinforcement) maka respons akan semakin kuat. Demikian juga jika penguatan dikurangi
(negatif reinforcement) maka respons juga akan menguat. Tokoh-tokoh penting behavioristik
antara lain Thorndike, Watson, Skiner, Hull dan Guthric.

Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktivitas
“mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian kekeseluruhan.
Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil dan evaluasi menuntut satu jawaban benar.
Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.

KB 4
RANGKUMAN

Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan, mandiri,


bertanggung jawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, serta mampu berkolaborasi
dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan pendidikan yang mampu melihat kaitan antara
ciri-ciri manusia tersebut, dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk
mewujudkannya. Pandangan kognitif konstruktivistik yang mengemukakan bahwa belajar
merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui asimilasi dan
akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah
kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu pembelajaran diusahakan agar dapat memberikan kondisi
terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri siswa.

Proses belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya
melalui proses asimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu konstruksi pengetahuan yang
menuju pada kemutakhiran struktur kognitifnya. Guru-guru konstruktivistik yang mengakui dan
menghargai dorongan diri manusia/siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri,
kegiatan pembelajaran yang dilakukannya akan diarahkan agar terjadi aktivitas konstruksi
pengetahuan oleh siswa secara optimal.

Karakteristik pembelajaran yang dilakukan adalah:

1. Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang sudah
ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-
idenya secara lebih luas.
2. Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat hubungan di
antara ide-ide tersebut, serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
3. Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah
kompleks, dimana terdapat bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang
datanya dari berbagai antar pretasi.
Guru mengakui bahwa proses belajarserta penilaiannya merupakan suatu usaha yang
kompleks,sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola.
MODUL 4
KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
Kb 1
RANGKUMAN

Behaviorisme secara etimologis terdiri dari dua kata yaitu behaveyang berarti berperilaku
dan isme yang berarti aliran. Dengan demikian, behaviorisme merupakan salah satu aliran yang
mendeskripsikan bahwa belajar merupakan aktivitas yang dapat mengubah perilaku individu,
dan perilaku tersebut dapat dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah sebagai respon terhadap
stimulus yang diberikan.Aliran ini memfokuskan pada munculnya berbagai respon individu
sebagai akibat berbagai stimulus yang diberikan.Tokoh-tokoh yang menekuni dan memberikan
pengaruh yang kuat terhadap aliran ini adalah Edward L. Thorndike, B.F. skinner, Gagne,
Baruda, Ivan Pavlov, John B. Watson dan David Ausubel.Berikut merupakan deskripsi teori
belajar menurut para tokoh di atas beserta implementasinya dalam pembelajaran di sekolah
dasar.

Teori Belajar Edward L. Thorndiken

Edward L. thorndike merupakan pakar psikologi yang tidak setuju dengan pernyataan
bahwa hewan memecahkan masalah dengan nalurinya. Pernyatannya tersebut dituangkan dalam
bukunya yang berjudul Animal Intelligence setelah ia melakukan eksperimen terhadap beberapa
hewan diantaranya anjing, ikan, kera, kucing dan ayam untuk membuktikan bahwa hewan-hewan
tersebut juga memiliki kecerdasan. Gagasannya tersebut menginisiasi munculnya teori
koneksionisme yang mendeskripsikan tentang keterkaitan antara stimulus dengan respon berupa
perilaku yang disadari (Operant Conditioning).Terkait pembelajaran, menurut Edward L.
Thorndike, belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon.
Belajar akan lebih berhasil bila respon siswa terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa
senang atau kepuasan. Rasa senang atau kepuasan pada diri siswa bisa timbul sebagai akibat
siswa mendapat pujian atau ganjaran dari gurunya.Selanjutnya Thorndike menamakan kondisi
tersebut sebagai hukum efek (Law of Effect).
Kb 2
RANGKUMAN

Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang
tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukut.Asumsi teori ini adalah
bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk
struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran
atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.

Diantara para pakar teori kognitif, paling tidak ada tiga yang terkenal yaitu Piaget, Bruner,
dan Ausubel. Menurut Piaget, kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola tahap-tahap
perkembangan tertentu dan umur seseorang, serta melalui proses asimilasi, akomodasi dan
equilibrasi. Sedangkan Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara
seseorang mengatur pesan atau informasi, dan bukan ditentukan oleh umur. Proses belajar akan
terjadi melalui tahap-tahap enaktif, ikonik, dan simbolik. Sementara itu Ausubel mengatakan
bahwa proses belajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah
dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap
memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi
yang sudah dipahami.

Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan.Untuk


menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengetahuan baru dengan
struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola
atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.Perbedaan individual pada diri siswa perlu
diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
Kb 3
RANGKUMAN

Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan, mandiri,


bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, serta mampu berkolaborasi
dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan pendidikan yang mampu melihat kaitan antara
ciri-ciri manusia tersebut, dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk
mewujudkannya. Pandangan kognitif-konstruktivistik yang mengemukakan bahwa belajar
merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui asimilasi dan
akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah
kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu pembelajaran diusahakan agar dapat memberikan kondisi
terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri siswa.

Proses belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya
melalui proses asimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu konstruksi pengetahuan yang
mengakui dan menghargai dorongan diri manusia/siswa untuk mengkonstruksikan
pengetahuannya sendiri, kegiatan pembelajaran yang dilakukannya akan diarahkan agar terjadi
aktivitas konstruksi pengetahuan oleh siswa secara optimal.

Karakteristik pembelajaran yang dilakukannya adalah :

1. Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang sudah
ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-
idenya secara lebih luas.
2. Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat hubungan di
antara ide-ide atau gagasannya, kemudian memformulasikan kembali ide-ide tersebut,
serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
3. Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah
kompleks, di mana terdapat bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang
datangnya dari berbagai interpretasi.
4. Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaiannya merupakan suatu usaha yang
kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola.
Kb 4
RANGKUMAN

1. Teori belajar menurut Edward Lee Thorndike (1874 – 1949) Menurut Thorndike, belajar
adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat
ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan siswa ketika
belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari defenisi
belajar tersebut maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar
itu dapat berujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak
dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, namun ia
tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku-tingkah laku yang tidak
dapat diamati. Namun demikian, teorinya telah banyak memberikan pemikiran dna inspirasi
kepada tokoh-tokoh lain yang datang kemudian. Teori Thorndike ini disebut juga sebagai
aliran Koneksionisme (Connectionisme).
2. Teori belajar menurut (1878 – 1958) Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang
datang sesudah Thorndike. Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat
diamati (observable) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya
perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia
menganggap hal-hal tersebut sebagai factor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui
bahwa perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun semua itu tidak
dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati.
Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar STIMULUS
PROSES RESPON PENGUATAN-PENGUATAN 4 disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain
seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empiric semata, yaitu
sejauh dapat diamati dan dapat iukur. Asumsinya bahwa, hanya dengan cara demikianlah
maka akan dapat diramalkan perubahan-perubahan apa yang bakal terjadi setelah seseorang
melakukan tindak belajar. Pemikiran Watson (Collin, dkk : 2012) dapat digambarkan sebagai
berikut: Para tokoh aliran behavioristik cenderung untuk tidak memperhatikan hal-hal yang
tidak dapat diukur dan tidak dapat diamati, seperti perubahan0perubahan mental yang terjadi
ketika belajar, walaupun demikian mereka tetap mengakui hal itu penting.
3. Teori belajar Menurut Clark Leanonard Hull (1884 – 1952) Clark Hull juga menggunakan
variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian tentang belajar.
Namun ia sangat terpengaruh oleh teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin.
Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk
menjaga kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, teori Hull mengatakan bahwa
kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi
sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajarpun hampir selalu
dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat
bermacam-macam bentuknya. Dalam kenyatannya, teori-teori demikian tidak banyak
digunakan dalam kehidupan Emosi manusia yang fundamental (yang tidak dipelajari) adalah
ketakutan, kemarahan dan cinta Pavlov mendemonstrasikan hewan dapat merespon tingkah
laku melalui pengkondisian perasaan-perasaan ini dapat melekat pada objek melalui
pengondisian stimulus-respons Manusia juga dapat dikondisikan untuk menghasilkan respons
fisik terhadap objek dan peristiwa perasaan-perasaan ini dapat melekat pada objek melalui
pengondisian stimulus respon siapapun terlepas dari sifatnya, dapat dilatih menjadi apapun 5
praktis, terutama setelah Skinner memperkenalkan teorinya. Namun teori ini masih sering
dipergunakan dalam berbagai eksperimen di laboratorium.
MODUL 5
STRATEGI PEMBELAJARAN
Kb 1
Model-model pembelajaran

1. Pendekatan saintifik merupakan bagian dari pendekatan pedagogis dalam kegiatan


pembelajaran yang melandasi penerapan metode ilmiah. Tahapan dalam pembelajaran
dengan pendekatan saintifik, meliputi a) mengamati; b) menanya; c) mencoba/
mengumpulkan informasi; d) menalar/ mengasosiasi; dan e) melakukan komunikasi.
2. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan pembelajaran dengan unsur-unsur yang mencakup a) sintakmatik, b) sistem
sosial, c) prinsip reaksi, d) sistem pendukung, dampak instruksional dan pengiring.
3. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang terstruktur secara
sistematis di mana siswa bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil dengan anggota
antara empat sampai lima orang secara heterogen untuk mencapai tujuan bersama. Empat
tahap pembelajaran kooperatif, meliputi: orientasi, bekerja kelompok, kuis, dan pemberian
penghargaan.
4. Model pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning (PBL) merupakan
kerangka konseptual tentang proses pembelajaran yang menggunakan masalah-masalah riil
dalam kehidupan nyata (otentik), bersifat tidak tentu, terbuka dan mendua untuk merangsang
dan menantang siswa berpikir kritis untuk memecahkannya. Tahapan pada model
pembelajaran PBL meliputi: a) orientasikan siswa pada masalah aktual dan otentik; b)
mengorganisasikan siswa untuk belajar; c) membimbing penyelidikan individu maupun
kelompok; d) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; dan e) menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
5. Model pembelajaran Project Based Cooperative Learning (PjBCL) merupakan model yang
dikembangkan berdasarkan penerapan proyek dengan melibatkan siswa menyelidiki masalah
dunia nyata dalam kolaboratif lingkungan melalui kelompok kooperatif. Tahapan model ini
meliputi: a) menyampaikan pembelajaran mendasar, b) menentukan topik penelitian, c)
membentuk kelompok kooperatif, d) mendesain Perencanaan Proyek, e) menyusun Jadwal
dan perencanaan, f) penelitian kooperatif, g) menguji, bertukar dan merangkum hasil proyek,
dan h) mengevaluasi hasil pembelajaran
6. Model pembelajaran simulasi merupakan model yang digunakan untuk mengembangkan
pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa yang lebih banyak mengarah kepada
psikomotor agar kegiatan lebih bermakna bagi siswa. Tahapan pada model simulasi meliputi:
Orientasi, Latihan Partisipasi, Pelaksanaan Simulasi, dan Wawancara Partisipan.

Kb 2
Media Pembelajaran

1. Semua proses belajar selalu di awali dengan persepsi, setelah peserta didik menerima
suatu stimulus atau pola stimuli dari lingkungan pembelajaran. Karenanya persepsi dianggap
sebagai tingkat awal struktur kognitif seseorang.

2. Keberhasilan komunikasi pembelajaran ditentukan oleh unsur-unsur: (a) komunikator, (b)


pesan (message), (c) media, (d) komunikan, dan (e) efek (tujuan).

3. Tiga ciri utama media pembelajaran adalah: (a) ciri fiksatif, (b) ciri manipulatif, (d) ciri
distributif .

4. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan guru dalam memilih media pembelajaran: (a)
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, (b) karakteristik peserta didik, (c) karakteristik media
yang akan dimanfaatkan, (d) jenis rangsangan belajar yang diinginkan, (e) ketersediaan sumber
setempat, dan (f) efektifitas biaya.

5. Fungsi utama media pembelajaran yang perlu dieksplor oleh para guru, adalah sebagai
alat bantu dalam pembelajaran, dan sebagai sumber belajar.

6. Kesiapan guru dalam merencanakan dan melaksanakan strategi pembelajaran akan


mempunyai dampak yang signifikan terhadap pencapaian hasil belajar peserta didiknya.
Pengintegrasian pemanfaatan media pembelajaran dan sumber belajar dalam strategi
pembelajaran: (a) presentasi, (b) demonstrasi, (c) latihan (drill and practice), (d) tutorial, dan (e)
diskusi.
Kb 3
Pengembangan Bahan Ajar.

Hal-hal penting yang perlu diingat ketika mengembangkan bahan ajar adalah:
1. Bahan ajar itu merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara
sistematis, dan digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran, yang jenisnya bisa
tercetak maupun digital.
2. Karakteristik bahan ajar yang baik antara lain adalah self-instructional, selfexplanatory
power, self-pace learning, self-contained, individualized learning materials, flexible and
mobile learning materials, dan communicative and interactive, adaptive, dan user
friendly.
3. Bahan ajar cetak adalah bahan ajar yang berbentuk tercetak (printed) contohnya: modul,
hand-out, LKS, dll. Sedangkan bahan ajar non-cetak disebut juga bahan elektronik
berbasis waktu, misalnya audio (suara), animasi, film, video, dan lain-lain.
4. Proses pengembangan bahan ajar secara umum dapat menempuh tahap-tahap: 1)
mengidentifikasi tujuan pembelajaran, 2) menjabarkan atau memformulasikan garis besar
materi, 3) menulis materi lengkap, dan 4) menentukan format dan tata-letak (layout).

Kb 4
Perencanaan Pembelajaran
Langkah-langkah dalam menyusun RPP adalah
1. Menyiapkan bahan yakni silabus, buku-buku materi pelajaran, sintaks dari model-model
pembelajaran yang dipilih, menginventaris sumber belajar lain, yang mungkin dapat
digunakan.
2. Setelah mengkaji langkah pertama, lakukan: menganalisis silabus, mengidentifikasi materi
pembelajaran yang menunjang pencapaian KD, menentukan tujuan, mengembangkan
kegiatan pembelajaran, penjabaran jenis penilaian, menentukan alokasi waktu, menentukan
sumber belajar.
3. Langkah pembelajaran dengan model scientific, terdiri atas lima pengalaman belajar pokok
yaitu: (a) mengamati, (b) menanya, (c). mengumpulkan informasi, (d) mengasosiasi, dan
(e) mengkomunikasikan.
4. KD-KD diorganisasikan ke dalam empat KI. KI-1 berkaitan dengan sikap diri terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. KI-2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial. KI-3 berisi KD
tentang pengetahuan terhadap materi ajar, sedangkan KI-4 berisi KD tentang penyajian
keterampilan. KI-1, dan KI-2, harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses
pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam KI-3, maupun KI-4 untuk semua
matapelajaran. KI-1 dan KI-2 tidak diajarkan langsung, tetapi indirect teaching pada setiap
kegiatan pembelajaran
MODUL 6
PENILAIAN HASIL BELAJAR
Kb 1
Pengertian Pengukuran, Penilaian, Tes, dan Evaluasi
1. Pengukuran

a. Batasan Pengukuran

Pengukuran pada padasarnya adalah proses memberi bentuk kuantitatif pada atribut
seseorang, kelompok atau objek-objek lainnya berdasarkan aturan-aturan atau formulasi yang
jelas.

b. Skala Penggukuran

Skala nominal adalah skala yang bersifat kategorikal, jenis datanya hanya menunjukkan
perbedaan antara kelompok satu dengan kelompok lainnya. Skala ordinal adalah skala yang
menunjukkan adanya urutan atau jenjang tanpa mempersoalkan jarak antar urutan tersebut.
Skala interval adalah skala yang menunjukkan adanya jarak yang sama dari angka yang
berurutan dari yang terendah ke tertinggi dan tidak memiliki harga nol mutlak. Skala rasio
pada dasarnya sama dengan skala interval, bedanya skala rasio memiliki harga nol mutlak.

c. Kesalahan Pengukuran

Dalam proses pengukuran hasil belajar selalu melibatkan empat faktor yakni sipembuat
alat ukur, individu/obyek yang diukur, alat ukur, dan lingkungan.

2. Penilaian

a. Batasan Penilaian

Batasan penilaian sebagai berikut. Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan bentuk
kualitatif kepada atribut atau karakteristik seseorang, kelompok, atau objek tertentu berdasarkan
suatu kriteria tertentu.
b. Acuan Penilaian

Dalam kegiatan penilaian pembelajaran dapat merujuk pada dua macam acuan yakni
penilaian acuan norma (norm reference test) dan penilaian acuan kriteria/patokan (criterion
reference test).

c. Prinsip-Prinsip Penilaian

Dalam melaksanakan kegiatan pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta didik perlu
diperhatikan kaidah-kaidah penilaian yang baik dan tepat.Untuk itu, penilaian hasil belajar harus
dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: obyektip, terpadu, sistematis, terbuka,
akuntabel, menyeluruh dan berkesinambungan, adil, valid, andal, dan manfaat.

d. Bentuk Penilaian

Beberapa bentuk penilaian yang bisa digunakan antara lain: tes kinerja sering juga
disebut tes unjuk kerja (performance test), observasi, tes tertulis, tes lisan, penugasan, portofolio,
wawancara, tes inventori, jurnal, penilaian diri, dan penilaian antar teman.

3. Tes

a. Batasan Tes

Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis untuk mengukur karakteristik orang
atau obyek tertentu dengan ketentuan atau cara yang sudah ditentukan.

b. Macam-Macam Tes

Secara umum tes dapat dipilahkan kedalam bentuk tes penampilan atau unjuk kerja
(performance test), tes lisan, dantes tulis.

c. Kelebihan dan Kelemahan antara Tes Uraian dan Tes Obyektip

Kelebihan tes bentuk uraian

1) Mengembangkan kemampuan dalam menyusun kalimat yang baik.

2) Menjawab soal dengan ekspresi pikiran tanpa menebak.


3) Mengukur kemampuan yang lebih kompleks.

4) Mengembangkan daya nalar peserta tes.

5) Mengembangkan dan menyusun soal relatif mudah.

6) Memudahkan dalam melacak proses berpikir peserta tes berdasarkan jawaban yang
diberikan.

Kelemahan tes bentuk uraian

1) Materi terbatas sehingga validitas isi rendah.

2) Proses koreksi relatif lama dan cenderung bersifat subyektip.

3) Jawaban yang diberikan peserta tes tidak terkait dengan pertanyaan.

4) Proses koreksi hanya bisa dilakukan oleh si pembuat soal.

5) Tingkat reliabilitas relatif rendah.

6) Kemampuan peserta tes menyusun kalimat mempengaruhi kualitas jawaban.

7) Sifat soal cenderung hanya mengungkap pengetahuan yang dangkal.

Kelebihan tes bentuk obyektip

1) Lingkup materi yang diujikan luas sehingga dapat mewakili materi yang sudah diajarkan
(representatif)
2) Tingkat validitas isi relatif tinggi

3) Proses koreksi dan penyekoran mudah dan obyektif;

4) Tidak memungkinkan peserta tes untuk mengemukakan hal-hal yang tidak berkaitan
dengan pertanyaan
5) Informasi hasil tes dapat lebih cepat

6) Tingkat reliabilitas tinggi

7) Memungkinkan penyelenggaraan tes bersama pada wilayah yang luas.


Kelemahan tes obyektif

1) Tidak mengembangkan daya nalar peserta tes.

2) Peserta tes cenderung menjawab dengan jalan menerka.

3) Memungkinkan terjadinya kecurangan, saling menyontek.

4) Mengembangkan dan menyusun soal relatif sulit dan waktu lama.

5) Membutuhkan waktu untuk membaca soal dan jawabannya sehinnga mengurangi waktu
ujian.

c. Fungsi Penilaian, Pengukuran, dan Tes

Tes memiliki banyak fungsi di antaranya fungsi untuk pengelolaan kelas, fungsi untuk
program bimbingan, dan fungsi untuk administrasi.

4. Evaluasi

Tujuan evaluasi program pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Memutuskan seberapa jauh tujuan programberhasil dicapai.

2) Menyimpulkan tepat tidaknya program yang dilaksanakan.

3) Mengetahui besarnya biaya yang digunakan untuk pelaksanaan program.

4) Mengetahui kekuatan dan kelemahan pelaksanaan program pembelajaran.


5) Mengindentifikasi pihak-pihak yang memperoleh manfaat, baik maksimum maupun
minimum.
6) Merumuskan kebijakan berkaitan dengan siapa yang harus terlibat pada program
berikutnya.
c. Model Evaluasi

Beberapa model yang telah dikembangkan adalah model Tyler, model Sumatif-Formatif,
model Countenance, model Bebas Tujuan, model Context Input Process Prodct (CIPP),
model Ahli/Connoisseurship.

d. Langkah-Langkah Evaluasi

Untuk mendapatkan hasil yang benar dan tepat dalam kegiatan evaluasi perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Tujuan Evaluasi (mengapa evaluasi dilakukan).

2) Desain Evaluasi (model evaluasi, evaluator, jadwal, instrumen, dan biaya).

3) Instrumen Evaluasi (kualitas, uji coba).

4) Pengumpulan Data (sifat data, ketersediaan data, responden, dan waktu).

5) Analisis/Interpretasi Data (proses data: manual/ computer, pembaca/penafsir).


6) Tindak Lanjut (hasil untuk apa, obyektivitas hasil).

Kb 2
Penilaian Otentik (Authentic Assessment)

1. Hakikat Penilaian Otentik

Penilaian otentik adalah merupakan salah satu bentuk penilaian hasil belajar peserta didik
yang didasarkan atas kemampuannya menerapkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dalam
kehidupan yang nyata di sekitarnya.
Beberpa kelebihan penilaian otentik antara lain:
a.Peserta didik diminta untuk menunjukkan kemampuan melakukan tugas yang lebih
kompleks yang mewakili aplikasi yang lebih bermakna dalam dunia nyata.
b.Peserta didik diminta untuk menganalisis, mensintesis, dan menerapkan apa yang telah
mereka pelajari.
c. Peserta didik untuk memilih dan mengonstruksi jawaban yang menunjukkan
kemampuannya.
d.Peserta didik diminta untuk membuktikan kemampuannya secara langsung melalui aplikasi
dan konstruksi pengetahuan yang dimilikinya.
Penilaian otentik perlu dilakukan karena beberapa hal, yaitu
a. Penilaian otentik merupakan penilaian secara langsung terhadap kemampuan dan
kompetensi peserta didik.
b. Ppenilaian otentik memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengkonstruksikan
hasil pembelajaran.
c. penilaian otentik mengintegrasikan kegiatan belajar, mengajar, dan penilaian.

d. penilaian otentik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendemonstrasikan


kemampuannya yang beragam.

2.Ruang Lingkup Penilaian Otentik

Penilaianotentik adalah penilaian yang dilakukan secara menyeluruh berimbang antara


kompetensi pengetahuan, sikap,dan keterampilan.
3.Karakteristik Penilaian Otentik

Peniaian otentik memiliki karakteristik tertentu yang berbeda dengan penilaian tradisional.
Beberapa karakteristik tersebut adalah:
a. Penilaian otentik dapat digunakan untuk keperluan penilaian yang bersifat formatif atau
sumatif.
b. Penilaian otentik tidak digunakan semata untuk pengetahuan saja tetapi juga menyangkut
aspek sikap dan kinerja.
c. Penilaian otentik dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga dapat mengukur
perkembangan kemampuan peserta didik.
d. Penilaian otentik dapat dijadikan sebagai umpan balik untuk pengembangan kompetensi
pesertadidik secara komprehensif.
4.Model Penilaian Otentik

a.Penilaian Kinerja

b.Penilaian Proyek

c.Penilaian Portofolio

d.Jurnal

e.Penilaian Tertulis

f.Penilaian Diri
g.Penilaian Antarteman

h.Pertanyaan Terbuka

i.Menceritakan Kembali Teks atau Cerita

j.Menulis Sampel Teks

k.Ekperimen atau Demonstrasi

l.Pengamatan

5. Langkah-Langkah Penyusunan Penilaian Otentik

Untuk dapat melaksanakan penilaian otentik secara tepat dan benar perlu
diperhatikan beberapa langkah seperti berikut.
a. Identifikasi dan Penentuan Standar yang akan dicapai.Tentukan kriteria keberhasilan
belajar yang harus dikuasai oleh peserta didik secara jelas dan terukur.
b. Penentuan Tugas Otentik . Tentukantugas-tugas belajar yang harus dikerjakan oleh peserta
didik dengan memperhatikan keterkaitan antara kompetensi belajar dan dunia nyata.
c. Pembuatan Kriteria Tugas Otentik. Kriteria dalam penilaian otentik digunakan untuk
menilai seberapa baik peserta didik menyelesaikan tugas dan seberapa baik mereka telah
memenuhi standar. Kemampuan peserta didik pada suatu tugas ditentukan dengan
mencocokkan kinerja peserta didik terhadap seperangkat kriteria untuk menentukan sejauh
mana kinerja peserta didik memenuhi kriteria untuk tugas tersebut.
d. Pembuatan Rubrik. Rubrik digunakan sebagai patokan untuk menentukan tingkat
pencapaian peserta didik. Rubrik biasanya dibuat dengan berisi kriteria penting dan tingkat
capaian kriteria yang bertujuan untuk mengukur kinerja peserta didik. Kriteria dirumuskan
dengan kata-kata tertentu yang menunjukkan apa yang harus dicapai peserta didik. Tingkat
capaian kinerja ditunjukkan dalam bentuk angka-angka, besarkecilnya angka tersebut
bermakna tinggi rendahnya capaian hasil belajar peserta didik.
e. Pengolahan Skor Penilaian Otentik. Hasil belajar peserta didik pada penilaian otentik berujud
sekor. Sekor ini merupakanjumlah jawaban benar peserta didik yang merupakan hasil koreksi
dari pendidik terhadap pekerjaan peserta didik. Proses penyekoran dapat dilakukan secara
langsung, namundemikinaakan lebih baik jika proses penilaian menggunakan rubrik. Sekor
hasil belajar otetik ini selanjutya dianalisis dan diolah menjadi nilai. Nilai ini menunjukkan
bentuk kualitatif capaian hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran.

Kb 3
Menulis Tes Hasil Belajar

Penulisan tes hasil belajar hendaknya dilakukan secara sistematis sesuai kaidah
penulisan tes yang baik, yaitu melalui langkah-langkah: (a) Perumusan tujuan tes, (b) Penentuan
bentuk pelaksanaan tes, (c) Penyusunan kisi-kisi tes, (d) Penulisan butir soal, (e) Penelaahan
butir soal, (f) Uji coba/analisis, (g) Perakitan soal/perangkat tes. Setelah perakitan soal tes
tersebut selesai dilakukan, maka perangkat tes siap digunakan untuk pelaksanaan tes.

Perumusan tujuan tes harus dilakukan dengan memperhatikan untuk apa tes tersebut
disusun. Tes hasil belajar disusun umumnya digunakan untuk penempatan, diagnostik,
perkembangan hasil belajar, dan tujuan lainnya. Berdasarkan tujuan tes, langkah selanjutnya
adalah menetapkan bentuk pelaksanaan tes, misalnya tes tertulis bentuk uraian. Langkah-langkah
menyusun kisi-kisi: (a) menentukan Kompetensi (KD) yang akan diukur; (b) memilih materi
esensial yang representatif; dan (c) merumuskan indikator yang mengacu pada KD dengan
memperhatikan materi.

Kaidah-kaidah penyusunan soal tes uraian antara lain: Soal harus sesuai dengan
indikator; Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, atau tingkat
kelas; Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata tanya atau perintah yang
menuntut jawaban terurai; Tabel, gambar, atau yang sejenisnya harus disajikan dengan jelas dan
terbaca, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda dan juga harus bermakna;
Rumusan butir soal menggunakan bahasa sederhana dan komunikatif. Soal tes hendaknya
memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas.

Kb 4
Menelaah Tes Hasil Belajar

1. Teknik dan Instrumen Penilaian


a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes,
observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan
karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

b. Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja.

c. Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan/atau di


luar kegiatan pembelajaran.

d. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumahdan/atau
proyek.

e. Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan (a)
substansi, adalah merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi, adalah memenuhi
persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan (c) bahasa, adalah
menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf
perkembangan peserta didik.

f. Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk


ujiansekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta
memiliki bukti validitas empirik.
g. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN memenuhi persyaratan
substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta menghasilkan skor
yang dapat diperbandingkan antar sekolah, antar daerah, dan antar tahun

2. Ciri-ciri tes yang baik


Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan
tes, yaitu memiliki:

(1) Validitas: validitas atau daya ketepatan mengukur, sebuah tes disebut valid apabila tes
itudapat mengukur apa yang hendak di ukur

(2) Reliabilitas: jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali, sebuah tes
dikatakan raliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan. Dengan kata lain,
jika kepada para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap
siswa akan tetap berada dalam urutan (ranking) yang sama dalam kelompoknya.

(3) Obyektivitas: apabila tes tersebut disusun dan dilaksanakan : menurut apa adanya

(4) Praktikabilitas: mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dilengkapi dengan petunjuk


yang jelas.

Ekonomis: tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang
lama.

Anda mungkin juga menyukai