Anda di halaman 1dari 39

PATIENT SAFETY

Oleh :
Ns. Zahrah Maulidia Septimar, S.Kep.,
M.Kep
1. What?

3. How?

2. Why?
Di Rumah Sakit :

• Banyaknya jenis obat,jenis


pemeriksaan dan prosedur, serta
jumlah pasien dan staf Rumah
Sakit yang cukup besar, merupakan hal
yang potensial bagi terjadinya
kesalahan.
KEJADIAN YANG TIDAK DIHARAPKAN (KTD)
DAN
PATIENT SAFETY
• Prita Mulyasari memeriksakan kesehatannya di RS
Internasional Omni (mei 2009)
• minimnya penjelasan dokter atas jenis terapi medis
yang diberikan, kondisi kesehatan memburuk (diduga
akibat kesalahan pemeriksaan hasil lab. awal
menyebabkan kekeliruan diagnosis)
• Permintaan mendapatkan RM , hasil lab. Awal tidak
dapat dipenuhi Rs.
• menulis surat elektronik (tanggapan serta keluhan atas
perlakuan yang diterimanya ke sebuah milis.
• PN Tangerang memenangkan gugatan perdata pihak Rs
dengan menyatakan Prita terbukti melakukan
perbuatan yang merugikan pihak rumah sakit sehingga
harus membayar kerugian Rp. 261 juta
DATA KASUS DUGAAN MALPRAKTIK YANG SUDAH DILAPORKAN
Tgl Korban Terlapor Kasus Lapor

1. 12 -02-04 Alm. Lucy Maywati RS Bersalin YPK Jkt Meninggal saat melahirkan caecar Polda Metro Jaya

2. 23-04-04 Wulan Yulianti RSCM Jkt Meninggal krn operasi pd usus Polda Metro Jaya
3. 28 -04-04 Alm Lucy Maywati RS Bersalin YPK Jkt Penggelapan M/R Polda Metro Jaya

4. 07-06-04 Jeremiah RS Budi Lestari Bks Operasi caecar mengakibatkan Polda Metro Jaya
RS Hermina, Bekasi luka & cacat
5. 11 -06-04 Mindo Sihombing RS Persahabatan Jkt Gagal operasi hernia Polda Metro Jaya

6. 15-06-04 Anissa Safitri RSCM Jkt Hidrocepalus Polda Metro Jaya


7. 24 -06-04 Alm. Jajang RSUD Sukabumi Jabar Wabah malaria di Sukabumi Polda Jawa Barat

8. 30-06-04 Alm. Lucy Maywati RS Bersalin YPK Jkt Meninggal saat melahirkan Polda Metro Jaya
9. 07 -07-04 Robinson L. Tobing RS Kodam Bkt Barisan Vegetativ State akibat operasi/ Polda Sumatra
Medan cacat permanen Utara

10. 12-07-04 Anissa Safitri Yayasan Amal Beduli Perbuatan tdk menyenangkan Polda Metro Jaya
Seribu, Jkt krn memulangkan pasien
11. 08 -07-04 Ngatmi RS Persahabatan Jkt Operasi kanker payudara Polda Metro Jaya
12. 14-07-04 Rohati RS Darmais Jkt Meninggal dunia akibat gagal Polda Metro Jaya
operasi kanker payudara

13. 18 -07-04 Dr Jane P PT Newmont Minahasa Pencemaran limbah B3 Mabes Polri


Raya, Sulawesi Utara
14. 18-07-04 Srifika Modeong RS CM & RS MMC Jkt Keracunan mercury & arsen Mabes Polri
15. 18 -07-04 Rasyid Rahman RS CM & RS MMC Jkt Keracunan mercury & arsen Mabes Polri

16. 18-07-04 Juhria Ratubahe RS CM & RS MMC Jkt Keracunan Mercury & arsen Mabes Polri
KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)

• Suatu kejadian yang mengakibatkan


cedera yang tidak diharapkan pada pasien
karena suatu tindakan (commission) atau
karena tidak bertindak (ommision), dan bukan
karena “underlying disease” atau kondisi pasien
(KKP-RS).
KEJADIAN TIDAK CEDERA (KTC)

• Suatu kejadian SUDAH terpapar ke pasien, tetapi


tidak menimbulkan cedera (KKP-RS, 2015).
Keselamatan pasien (patient
safety) rumah sakit
• adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuatasuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi : assessment/ penaksiran
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko.
Keselamatan Pasien Rumah Sakit - KPRS
(Patient safety)

• Suatu sistem dimana RS membuat asuhan pasien lebih


aman.

• Sistem ini mencegah terjadinya cedera yg disebabkan oleh


kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tdk
mengambil tindakan yg seharusnya diambil. (KKP-RS)
pengertian
• Keselamatan pasien (patient safety) rumah
sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi : assessment/ penaksiran
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko.
MENGAPA PERLU “PATIEN SAFETY “ ?
IOM (Institute of Medicine) : TO ERR IS HUMAN

 National Academy of Sciences :


* National Research Council (1916)
* National Academy of Engineering (1964)
* Institute of Medicine (1970) = IOM
 IOM, 1998 : Committee on quality of Health Care in America
membuat laporan : TO ERR IS HUMAN (2000)
1) Adverse Event bukan baru, namun laporan berhasil
mengangkat fokus perhatian :
- AE di RS di Colorado & Utah : 2,9 % pasien RS, yang
meninggal 6,6 %
- Di New York : 3,7 %, yang meninggal 13,6 %
- Pasien admisi di RS pada th tsb (1997) 33,6 juta
- Extrapolasi : Pasien mati karena Medical Error : 44.000 –
98.000. (Orang mati karena KLL : 43.458)
(Kohn LT, Corrigan JM, Donaldson MS, eds. To err is human: building
a safer health system. Washington, D.C.: National Academy Press, 2000.)
2) Laporan IOM menyimpulkan 4 hal pokok :
A. Masalah accidental injury adalah serius
B. Penyebabnya bukan kecerobohan individu, tetapi
kesalahan sistem
C. Perlu redesign sistem pelayanan
D. Patient Safety harus menjadi prioritas nasional
3) IOM mengajak (challenge) semua pihak melibatkan diri
(Leape L et al, Editorials, New England J. of Medicine
2002, 347 : 1272-1273)
4) Segera Congress mengadakan dengar pendapat.
Pres.Clinton membentuk : Quality Interagency Coordination
Task Force (QuIC) menganalisa laporan IOM tsb
KONSEP DASAR PATIENT SAFETY
8 dimensi mutu

Kesetaraan
Ketepatan waktu

Efektifitas Pelayanan Efisien


berkesinambungan

Keselamatan Berpusat pada pasie Kepedulian


 Patient Safety adalah isu terkini, global, penting (high
profile), dalam Pelayanan RS, praktis belum
lama, dimulai sejak “Landmark” Laporan IOM th
2000.

 WHO memulai Program Patient Safety th 2004 :


“Safety is a fundamental principle of patient care and
a critical component of quality management.” (World
Alliance for Patient Safety, Forward Programme WHO,2004)

 KOMITE KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT (KKP-


RS) dibentuk PERSI, pd tgl 1 Juni 2005

 MENTERI KESEHATAN bersama PERSI & KKP-RS telah


mencanangkan Gerakan Keselamatan Pasien Rumah
Sakit pd Seminar Nasional PERSI tgl 21 Agustus 2005,
di JCC
Patient Safety di berbagai negara

1. Amerika : AHRQ (Agency for Healthcare Research and


Quality), 2001
2. Australia : Australian Council for Safety and Quality in
Health Care, 2000
3. Inggeris : NPSA (National Patient Safety Agency), 2001
4. Canada : NSCPS (National Steering Committee on
Patient Safety), CPSI (Canadian Patient Safety
Institute), 2003
5. Malaysia : Patient Safety Council, 2004
6. Denmark : UU Patient Safety, 2003
7. Indonesia : KKP-RS, 2005
Patient Safety bukan kegiatan yang baru.
Patient Safety sudah menyatu dengan proses
pengobatan kepada pasien itu sendiri

“ Patient Safety programs were born of


existing practices that were
expanded, formalized, and
centralized.”
Konsep dasar pasien safety
 Patient Safety adalah isu terkini, global, penting (high
profile), dalam Pelayanan RS, (2000)

 WHO memulai Program Patient Safety th 2004 :


“Safety is a fundamental principle of patient care and
a critical component of quality management.” (World
Alliance for Patient Safety, Forward Programme WHO,2004)

 KOMITE KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT (KKP-


RS) dibentuk PERSI, pd tgl 1 Juni 2005

 MENTERI KESEHATAN bersama PERSI & KKP-RS telah


mencanangkan Gerakan Keselamatan Pasien Rumah
Sakit pd Seminar Nasional PERSI tgl 21 Agustus 2005,
Sasaran Keelamatan Pasien
(Permenkes no.1691/MENKES/PER/VIII/2011
Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit)
• Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien
• Sasaran II : Peningkatan Komunikatif yang Efektif
• Sasaran III : Peningkatan Keamanan obat yang perlu
dwaspadai (High Alert)
• Sasaran IV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,
tepat-pasien operasi
• Sasaran V : Pengurangan resiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan
• Sasaran VI : Pengurangan resiko pasien jatuh
1

Komite nasional keselamatan pasien rumah sakit,


2015

LANGKAH MENUJU
KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT
PANDUAN BAGI STAF RUMAH SAKIT
(KKP-RS)
• Salah satu kriterianya JCI adalah International
Patient Safety Goal (IPSG) yang secara umum
bertujuan untuk keselamatan pasien dalam
akreditasi rumah sakit ( 2011 ) yaitu :
Sasaran Keelamatan Pasien
(Permenkes no.1691/MENKES/PER/VIII/2011
Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit)
• Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien
• Sasaran II : Peningkatan Komunikatif yang Efektif
• Sasaran III : Peningkatan Keamanan obat yang perlu
dwaspadai (High Alert)
• Sasaran IV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,
tepat-pasien operasi
• Sasaran V : Pengurangan resiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan
• Sasaran VI : Pengurangan resiko pasien jatuh
Sasaran I : Ketepatan Identifikasi
Pasien
• 1. Mengenali secara fisik
• 2. Memperoleh keterangan pribadi
• 3. Mengadakan penggabungan antara
pengenalan fisik dengan keterangan pribadi
• 4. Identifikasi pasien menggunakan dua
identitas dari minimal tiga identitas :
• A. Nama pasien (e-KTP)
• B. Tanggal lahir atau
• C. Nomor rekam medis
Sasaran II : Peningkatan
Komunikatif yang Efektif
• Jelas , tepat, budaya, alur, konteks bahasa
• Komunikasi yang efektif  tepat waktu,
akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh
penerima, akan mengurangi kesalahan dan
menghasilkan peningkatan keselamatan
Sasaran III : Peningkatan Keamanan
obat yang perlu dwaspadai (High
Alert)
• LASA (Look Alike Sound Alike)
• Penyimpanan obat
• Pemberian obat high alert  obat-obatan
yang mempunyai resiko untuk
menyebabkan/menimbulkan adanya
komplikasi dan membahayakan pasien jika
terdapat kesalahan (dosis, interval dan
pemilihannya)
Pemberian Obat High Alert Kepada
Pasien
• 1. Sebelum Perawat memberikan obat high
alert kepada
• pasien, Perawat lain harus melakukan
pemeriksaan kembali
• secara independen (double check):
• - kesesuaian antara obat dengan rekam
medik/ instruksi dokter dan dengan kardeks.
• - ketepatan perhitungan dosis obat
• - identitas pasien
• 2. Obat high alert infus harus dipastikan:
• - Ketepatan kecepatan infus.
• - Jika obat lebih dari satu, tempelkan label
nama obat pada syringe pump dan di setiap
ujung jalur slang
• 3. Setiap kali pasien pindah ruang rawat,
Perawat pengantar menjelaskan kepada
Perawat penerima pasien, bahwa pasien
mendapatkan obat high alert.
Sasaran IV : Kepastian tepat-lokasi,
tepat-prosedur, tepat-pasien
operasi.
• a. Pasien diberitanda saat informed concent telah
dilakukan
• b. Penandaan dilakukan sebelum pasien berada di kamar
operasi
• c. Pasien harus dalam keadaan sadar saat dilakukan
penandaan lokasi operasi
• d. Tanda yang digunakan dapat berupa : tanda panah/tanda
ceklist
• e. Penandaan dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi
operasi
• f. Penandaan dilakukan dengan spidol hitam (anti luntur,
anti air) dan tetap terlihat walau sudah diberi desinfektan
Sasaran V : Pengurangan resiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan
• Infeksi Nosokomial adalah mikroba pathogen yang berasal dari
unsure – unsure sebagai berikut :
• 1. Penderita lain yang juga sedang dalam proses keperawatan
• 2. Petugas pelaksana seperti dokter, perawat, dll.
• 3. Peralatan medis yang digunakan
• 4. Tempat ( ruangan, bangsal, atau kamar) yang digunakan oleh
pasien
• 5. Tempat atau kamar dimana penderita menjalani tindakan medis
akut seperti kamar operasi, kamar bersalin.
• 6. Makanan dan minuman yang disajikan
• 7. Lingkungan RS secara umum.
* LAKUKAN PROGRAM HAND HYGIENE YANG EFEKTIF
Sasaran VI : Pengurangan resiko
pasien jatuh
• Faktor resiko jatuh dapat dikelompokkan
menjadi 2 kategori:
• 1. Intrinsik: berhubungan dengan kondisi
pasien, termasuk kondisi psikologis
• 2. Ekstrinsik: berhubungan dengan
lingkungan
• Selain itu, faktor risiko juga dapat
dikelompokkan menjadi kategori dapat
diperkirakan (anticipated) dan tidak dapat
diperkirakan (unanticipated).
Pengurangan resiko jatuh

• 1. Mengidentifikasi pasien yang memiliki resiko


jatuh dengan menggunakan assesmen risiko jatuh
• 2. melakukan assesmen ulang pada semua pasien
(setiap hari)
• 3. melakukan assesmen yang berkesinambungan
terhadap pasien yang bersiko jatuh dengan
menggunakan assesmen risiko jatuh harian
• 4. menetapkan standar pencegahan dan
penaganan risiko jatuh secara komprehensif
• Ada 4 hal yang dapat mempengaruhi safety
pada pelayanan kesehatan yang antara lain:
1. leadership,
Mengembangkan pemahaman bahwa faktor
manusia dapat menghambat keamanan pasien,
penerapan ilmu safety, dan pemahaman terhadap
dampak budaya pada keamanan pasien,
merupakan kunci yang harus dipegang oleh
pemimpin suatu organisasi kesehatan . Pemimpin
hendaknya menempatkan safety sebagai prioritas
dalam organisasi
2. sistem pelaporan,
Pengumpulan data didasarkan pada analisa
kasus per kasus daripada mencari pola sistem
secara luas .
3. problem solving,
melibatkan mereka dalam upaya
mengidentifikasi dan menyelesaikan
permasalahan safety, menjadikan mereka
bertanggunjawab terhadap diri sendiri, teman
sejawat dan organisasi.
4. standar perilaku yang jelas.
Saling menghargai, komunikasi terbuka, dan
tanggung jawab untuk mengembangkan
praktik . Kebijakan yang mendukung
konsistensi dalam praktik perlu dilakukan
secara tertulis.
Referensi
1. Panesar, S., Stevens. A., Salvilla, S., Sheikh. A.
2017. Patient Safety and Healthcare
Improvement at a Glance. Erlangga
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.
1691/MENKES/PER/VIII/2011/tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
3. WHO Patient Safety : Nine Life-saving Patient
Safety Solutions, JCI Accreditation Standars
for Hospitals 4 rd Edition, 2010

Anda mungkin juga menyukai