Anda di halaman 1dari 4

Gangguan jiwa dan epilepsi

Posted on August 4, 2012

Psikosis (dikenal psikiater sebagai gangguan psikotik) adalah gangguan mental yang berat di
mana orang tersebut kehilangan kontak dengan realitas. Prevalensi (jumlah penderita) jenis
gangguan jiwa pada orang dengan epilepsi belum diketahui, tetapi persentase cukup kecil.
Beberapa bentuk psikosis terkait erat dengan terjadinya kejang (epilepsi) dan berbeda dengan
gangguan psikotik yang menyerang orang lain. Secara umum, episode psikotik pada orang
dengan epilepsi cenderung kurang parah dan merespon lebih baik terhadap terapi.

Kehilangan kontak dengan realitas terasa menakutkan. Jika Anda memiliki perasaan ini, jangan
malu untuk membicarakannya dengan dokter Anda. Sangat penting untuk melaporkannya karena
dokter mungkin dapat mengarahkan Anda untuk bantuan tambahan. Jika hal itu terjadi kepada
anggota keluarga, pastikan bahwa dokter saraf dan dokter jiwa memahami hal tersebut.

Psikosis pada orang dengan epilepsi yang paling sering diklasifikasikan menurut waktu ketika
peristiwa serangan kejang terjadi, yaitu:

 Psikosis Postictal telah diperkirakan mempengaruhi antara 6% dan 10% orang dengan
epilepsi. Ini melibatkan gejala kejiwaan yang terjadi dalam waktu 7 hari (biasanya dalam
waktu 1 sampai 3 hari) setelah kejang atau cluster kejang pada diri seseorang yang tidak
memiliki gejala-gejala ini pada waktu lain (atau setidaknya memiliki gejala dalam bentuk
yang jauh lebih ringan). Gejala-gejala ini mungkin termasuk delusi (waham), depresi atau
psikosis manik, atau pikiran atau perilaku yang aneh. Gejala tersebut umumnya
menghilang segera apabila diobati dengan obat dosis rendah. Gejala tersebut lebih sering
terjadi setelah serangan kejang tonik-klonik umum yang menyeluruh, terutama pada
orang yang pernah mengalami kejang selama beberapa tahun. Insomnia biasanya
merupakan tanda pertama psikosis postictal, sehingga gejala psikotik sering dapat
dicegah jika obat seperti risperidone (Risperdal) diberikan segera saat insomnia yang
terjadi dalam situasi postictal. Beberapa orang dengan psikosis epilepsi pengalaman
postictal setelah kejang cluster besar, sehingga sangat beralasan untuk memberikan
orang-orang ini obat tanpa menunggu untuk insomnia terjadi. Beberapa studi telah
menemukan bahwa psikosis postictal jauh lebih umum pada orang dengan fokus kejang
independen pada kedua sisi otak mereka.

 Psikosis iktal biasanya melibatkan jenis status epileptikus nonconvulsive. Penggunaan


EEG penting dalam membuat diagnosis, seperti psikosis iktal sering melibatkan
unresponsiveness dan gerakan otomatis yang juga dapat terjadi pada gangguan psikotik
yang tidak berhubungan dengan kejang.

 Psikosis interiktal dapat terjadi kapan saja, tanpa hubungan dengan waktu kejang. Hal
ini biasanya terlihat pada orang dengan epilepsi parsial dan kadang-kadang menunjukkan
adanya tumor kecil di otak. Jika fokus kejang terlokalisir pada satu daerah tunggal,
operasi epilepsi yang efektif dapat dibuat. Beberapa orang lain dengan psikosis interiktal
memiliki kelainan otak luas.

 Suatu jenis yang agak tidak biasa psikosis pada orang dengan epilepsi terjadi ketika
kejang dengan baik dikontrol oleh obat kejang. Gejala-gejala psikotik yang berbanding
terbalik dengan terjadinya kejang, umumnya pada orang yang memiliki epilepsi untuk
waktu yang lama. Penyebab fenomena ini, yang disebut psikosis alternatif atau
normalisasi paksa (forced normalization), tidak diketahui secara pasti. Jika obat kejang
dikurangi sampai kejang berulang, gejala-gejala psikosis akan berhenti. Suatu bentuk
ringan dari situasi ini dapat dilihat dalam kemurungan atau depresi bahwa orang dengan
epilepsi sering mengalami pada hari-hari sebelum kejang.Terkadang akan sulit untuk
membedakan antara psikosis alternatif dan psikosis yang kadang-kadang terjadi sebagai
efek samping dari obat kejang yang paling. Obat kemungkinan menjadi penyebab
psikosis jika orang tersebut masih mengalami kejang atau juga menunjukkan gejala
seperti tremor atau gangguan gerak lainnya.

Kadang psikosis terjadi pada pasien yang dioperasi otaknya (Lobektomi temporal) diikuti. Risiko
ini telah ditemukan lebih besar dalam situasi berikut:

 Usia di atas 30 tahun


 Riwayat keluarga psikosis
 Bedah melibatkan lobus temporal kanan
 Adanya ” jaringan asing” (tumor atau displasia) di lobus yang dioperasi.

Tidak semua temuan tersebut belum bisa dijelaskan.

Tentu saja, beberapa orang dengan epilepsi juga memiliki gangguan psikotik (seperti skizofrenia)
yang tidak terkait langsung dengan epilepsi mereka. Mereka diperlakukan dengan cara yang
sama sebagai orang lain dengan gangguan yang sama, kecuali bahwa kedua ahli saraf dan
psikiater perlu mempertimbangkan interaksi antara obat kejang dan obat yang digunakan untuk
psikosis tersebut. Kebanyakan obat digunakan untuk mengobati gangguan psikotik membuat
kejang lebih mungkin, dan interaksi obat mungkin memerlukan baik dokter untuk meresepkan
dosis yang berbeda dari apa yang mereka biasanya memberikan kepada pasien lain.

Sebagian besar informasi dalam artikel ini didasarkan pada Kanner AM: Psikosis epilepsi:
Sebuah perspektif ahli saraf. Epilepsi prilaku 2000; 1 (4) :219-227.
Epilepsi adalah penyakit neurologis kronis yang paling umum. Msalah utama adalah pertimbangan suatu
Diagnostik epilepsi pada passion psikiatrik, pembedaan psikososial dari suatu diagnosis epilepsi untuk
seorang pasien, dan efek psikologis dan efek kognitif dari obat antiepilepsi yang sering digunakan. Gejala
perilaku yang paling umum dari epilepsi adalah perubahan kepribadian; psikosis, kekersan, dan depresi
adalah gejala yang lebih jarang dari gangguan epilepsi.
Definisi
Kejang adalah suatu gangguan patofisiologis paroksismal sementara dalam fungsi serebral yang
disebabkan oleh pelepasan neuron yang spontatn dan luas. Pasien dikatakan menderita epilepsi jika
mereka mempunyai keadaan yang kronis yang ditandai oleh kejang rekuren.

Klasifikasi
Dua kategori utama kejang adalah parsial dan umum. Kejang parsial meliabtkan aktivitas epileptiformis
didaerah oatk setempat. Kejang umum melibatkan keseluruhan otak.
1. Kejang umum
Kejang tonik klonik umum mempunyai gejala klasik hilangnya kesadaran, gerakan tonik, klonik umum
pada tungkai menggigit lidah da peristiwa inkontinensia. Masalah psikiatrik yang peling sering
berhubungan denga dengan kejang umum adalah membantu pasien menyesuaikan gangguan neurologis
kronis dan menilai efek kognitif atau perilaku dari obat antiepileptik. 1
Absence (Petit Mal)
Sifat epilepsi dari episode mungkin berjalan tanpa diketahui karena manifestasi motorik atau sensorik
sangat ringan. Epilepsi ini bisa dimulai pasa masa anak antara usia 5 sampai 7 tahun dan menghilang
pada masa pubertas. Kehilangan kesadaran singkat selama psien tiba-tiba kehilangan kontak denan
lingkungan, adalh karakteristik dari epilepsi petit mal tetapi pasien tidak mengalami kehilangan
kesadaran atau gerakan kejang yang sesungguhnya epilepsi ini dapat terjadi pada masa dewasa namun
jarang, onsetnya ditandai dengan episode psikotik atau delirium yang tiba-tiba dan rekuren dan disertai
pingsan. 1
2. Kejang parsial diklasifikasikan sebagai kejang sederhana atau kompleks
Gejala
Gejala praiktal
Peristiwa praiktal pada epilepsi parsial kompleks adalah termasuk sensaiotonomik, sensasi kognitif,
keadaan afektif dan secara klasik automatisme.
Gejala iktal.
Perilaku yang tidak terinhibisi, terdisorganisasi dan singkat menandai serangan iktal. Gejala kognitif
termasuk amnesia untuk waktu selama kejang dan suatu periode delirium yang menghilang setelah
kejang. Pasien dengan epilepsi parsial kompleks, suatu fokus kejang dapat ditemukan pada pemeriksaan
EEG.
Gejala interiktal
Kelainan psikiatrik yang seling dilaporkan adalah gangguan kepribadian dan biasanya kemungkinan
terjadi pada pasien dengan epilepsi yang berasal dari lobus temporalis. Ciri yang paling sering adalah
perubahan perilaku seksua, viskositas kepribadian, religiositas dan pengalaman emosi yang melambung.
Perubahan prilaku seksual dapat dimanifestasikan sebagai hiperseksualitas, penyimpangan minat
seksual. Hiposeksualitas. Gejala viskositas kepribadian biasanya paling dapat diperhatikan pada
percakapan pasien yangmungkin lambat, serius, berat dan suka menonjolkan keilmuan, penuhdenga
rincian yang tidak penting dan seringkali berputar-putar. Religiositas mungkin jelas dan dapat
dimanifestasikan bukan hanya dengan meningkatnya peran serta pada aktivitas yang sangat religious
tetapi juga oleh permasalah moral dan etik yan gtidak umum, keasyikan dengan benar dan salah, dan
meningkatnya minat pada permasalahan global dan filosofi. Ciri hiperreligius kadang dapat tampak
seperti gejala prodromal skizifrenia.
Gejala psikotik. Keadaan psikotik interiktal adalah lebih sering dari psikosis iktal. Episode interpsikotik
interpsikotik yang mirip skizofrenia dapat terjadi pasa pasien dengan epilepsi khususnya yang berasal
dari lobus temporalis. Onset gejala psikotik pada epilepsi adalah bervariasi. Biasanya gejala psikotik
tampak apda pasien yang telah menderita epilepsi untuk jangka wwaktu yang lama, dan onset gejala
psikotik didahului oleh perkembangan perkembangan perubahan kepribadian yang berhubungan
dengan aktivitas otak epilepsi. Gejala psikosis yang paling karakteristik adalah halusinasi, dan waham
paranoid. Gejala gangguan pikiran pada pasien epilepsi psikotik paling mering merupakan gejala yang
melibatkan konseptualisasi dan sirkumstansialitas. Pada pasien ini juga muncul gejala kekerasan dan
gejala gangguan mood.

Diagnosis
Diagnosis epilepsi yang tepat dapat sulit khususnya jika gejala iktal dan interiktal dari epilepsi
merupakan maifestasi berat dari gejala psikiatrik tanpa adanya perubahan yang bermakna pada
kesadaran dan kemampuan kognitif. Diagnosis banding lain yang dipertimbangkan adalah kejang semu,
dimana psien mempunyai suatu kontrol kesadaran atas gejala kejang yang mirip.
Pada pasien yang sebelumnya mendapatkan suatu diagnosis epilepsi, timbulnya gejala psikiatrik harus
dianggap sebagai kemungkinan mewakili suatu evolusi dalam gejala epileptiknya. Jika gejala psikotik
tampak pada seorang pasien yang pernah mempunyai epilepsi yagn telah didiagnosis atau
dipertimbangkan sebagai diagnosis masa lalu, klinisi harus mendapatkan satu atau lebih pemeriksaan
EEG. Pada pasienyang sebelumnya pernah mendapatkan diagnosis epilepsi. Empat karakteristik harus
menyebabkan seorang klinisi mencurigai kemungkinan tersebut, yaitu onset psikosis yan gtiba-tiba pada
orang yang sebelumhya dianggap sehat secara psikologis, onset delirium yang tiba-tiba tanpa penyebab
yang diketahui, riwayat episode yang serupa denga onset yagn mendadak dan pemulihan spontant, dan
riwayat terjatuh atau pingsan sebelumnya yang tidak dapat dijelaskan. 1
Pengobatan
Digunakan obat anti kejang, diantaranya phenobarbital, phenytoin, dll. Carbamazepine dan asam
valproat mungkin dapat membantu dalam mengendalikan gejala iritabilitas dan meledaknya agresi,
karena dua obat tersebut adalah obat antipsikotik tipikal. 1

Anda mungkin juga menyukai